Tumgik
Text
Paus Biru, Mamalia Terbesar di Bumi!
Mamalia laut adalah mamalia yang bergantung pada samudra untuk bertahan hidup. Tingkat kebergantungan pada lingkungan laut berbeda pada masing-masing spesies. Misalnya, lumba - lumba dan paus sepenuhnya bergantung pada laut selama hidupnya, sementara anjing laut makan di samudra, tetapi berkembangbiak di darat.
Saat ini terdapat sekitar 128 spesies mamalia laut, seperti anjing laut, paus, lumba - lumba dan walrus. Walaupun jumlahnya sedikit bila dibandingkan dengan mamalia darat, jumlah biomassa mereka besar. Mereka memainkan peran penting dalam menjaga ekosistem laut, terutama dalam meregulasi populasi mangsa. Namun, saat ini 23% mamalia laut terancam, dan hal ini menimbulkan kekhawatiran.
Paus Biru
Paus Biru? Mungkin belum banyak yang tahu jika paus yang selama ini dikenal sebagai ikan ternyata adalah mamalia. Paus Biru dengan nama latin Balaenoptera musculus adalah mamalia terbesar di dunia dan hingga saat ini masih bertahan hidup di samudera yang luas. Seperti dengan lumba - lumba, hewan ini digolongkan sebagai mamalia karena paus tidak bertelur sepert ikan pada umumnya, selain itu Paus Biru juga berkembangbiak secara melahirkan.
Layaknya mamalia lainnya, meski hidup di perairan ternyata ikan paus bernafas menggunakan paru-paru dan tidak memiliki insang. Faktanya! Paus adalah satu-satunya mamalia yang hidup dibawah laut sepanjang hidupnya.
Tumblr media
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan :Animalia
Filum :Chordata
Kelas :Mammalia
Ordo :Cetartiodactyla[a]
Infraordo :Cetacea
Parvordo :Mysticeti
Famili :Balaenopteridae
Genus :Balaenoptera
Spesies : B. musculus
Paus Biru bisa tumbuh mencapai panjang 33 meter dan berat hingga 181 ton. Meski sebagai satwa raksasa, ternyata paus justru memakan hewan-hewan mikro yaitu plankton, udang, hingga ikan yang berukuran kecil. Tidak seperti kebanyakan hewan lain dimana jantan berukuran lebih besar dan berbobot berat, Paus Biru betina malah memiliki tubuh lebih berat dibandingkan paus jantan.
Paus Biru adalah penguasa lautan di bumi, daya jelajahnya sangat luas dan bisa ditemukan hampir di seluruh samudera, kecuali di perairan dangkal dan lautan yang tertutup tanah seperti Laut Merah dan Laut Mediterania.
Tumblr media
Migrasi
Mamalia terbesar yang hidup di laut ini biasanya melakukan migrasi dengan berpindah dari tempat yang bersuhu dingin ke tempat bersuhu hangat untuk berkembang biak. Masa kehamilan paus berkisar antara 10 bulan hingga 12 bulan. Setiap dua atau tiga tahun sekali, paus betina umumnya akan melahirkan satu anak. Pola migrasi paus biru tidak banyak diketahui. Misalnya, paus biru kerdil telah ditemukan di Samudra Hindia bagian utara (Oman, Maladewa, Sri Lanka), dan mungkin mereka membentuk populasi yang berbeda.
Perburuan paus biru dilarang oleh International Whaling Commission pada tahun 1962, dan perburuan paus ilegal yang dilakukan oleh Uni Soviet akhirnya dihentikan pada tahun 1970-an. Pada saat itu, 330.000 paus biru ditangkap di Antartika, 33.000 di Belahan Selatan, 8.200 di Pasifik Utara, dan 7.000 di Atlantik Utara. Populasi di Antartika jumlahnya berkurang hingga hanya 0,15% dari jumlah awal mereka yang tersisa.
Dilihat dari angka kelahiran tersebut, sudah bisa kita tebak akan berpengaruh terhadap jumlah satu populasinya. Paus Biru atau Balaenoptera musculus adalah mamalia dengan populasi rendah dan mengalami banyak ancaman kepunahan, antara lain karena dijadikan hewan buruan, terkena dampak polusi, perubahan iklim, terjerat jaring nelayan, tabrakan dengan kapal, eksploitasi habitat laut yang berlebihan dan sebagainya. Ancaman-ancaman tersebut harus segera dihentikan agar kelestarian Paus Biru terus berlangsung.
Referensi
Gambell, R (1979). "The blue whale". Biologist. 26: 209–215.
Best, PB (1993). "Increase rates in severely depleted stocks of baleen whales". ICES J. mar. Sci. 50: 169–186.
Yablokov, AV (1994). "Validity of whaling data". Nature. 367: 108.
T.A. Branch, K. Matsuoka and T. Miyashita (2004). "Evidence for increases in Antarctic blue whales based on Bayesian modelling". Marine Mammal Science. 20 (4): 726–754. doi:10.1111/j.1748-7692.2004.tb01190.x.
0 notes