Tumgik
bacakamidisini · 4 years
Text
Tumblr media
Sudah Sepi, Makin Sepi
Oleh: Billy Musa / Artwork: godclawsx
.
Lupakan sejenak mengenai prahara kartu prakerja dan carut marutnya penanganan C-19 oleh pemerintah. Kami tahu, berpikir dan bertanya apakah kita masih sehat esok hari dan tetap hidup adalah perkara berat, tidak main-main. Ditambah psikosomatik yang bikin kesal, kamu merasa tertular, tapi ternyata cuma demam karena kebanyakan minum es tempo hari.
Sudah hampir 1 bulan kurang lebih sama seperti yang dilakukan orang kebanyakan, saya melakuan isolasi mandiri di kediaman orangtua. Kamar yang biasanya hanya saya singgahi satu bulan ketika kuliah mendadak jadi tempat nongkrong saya 24 jam sehari. Makin kesini saya makin bosan, apakah salah? Lalu saya tanya ke tetangga saya, 'hey, Tom, lo bosen ngga?", jawabannya sama dan klise tentunya, bosan.
Di Kamar Tidur saya, poster Chairil Anwar menempel di salah sudutnya. Chairil memegang sebatang rokok di jarinya, matanya menatap lurus tajam, apabila saya benar-benar muak terhadap kebosanan yang melanda karena melakukan hal yang itu-itu saja, Chairil seakan membisikan kepada saya salah satu bait puisinya,
(didalam kepala saya)
"Pssst, hey anak muda,"
Saya menghentikan petikan gitar, kaget, "eh, bung manggil saya?".
"Ya, benar aku memanggil kau, siapa lagi kalau bukan kau?" Mata merah Chairil menyala, masih bersiap membakar rokok.
Aku meloncat dari tempat tidur. "Apa yang kau inginkan, Chairil!"
"Mendekatlah, aku bisikkan sesuatu."
"Apa itu?" Meskipun ragu, aku berusaha mendekat.
Chairil diam sebentar, lalu berucap pelan, "mampus kau dikoyak-koyak sepi!"
Aku terlonjak, dan itu harus terjadi begitu sering.
Akhir-akhir ini saya memutuskan untuk berselancar di dunia maya mencari tahu hal-hal apa saja yang rasanya berfaedah dilakukan ketika berada dalam kondisi bosan dan terpenjara semacam ini. Manjur, setelah itu saya mulai melakukan berbagai macam aktifitas yang rasa-rasanya jarang saya lakukan saat hari biasa. Saya jadi mulai membuka tumpukan buku-buku lama yang biasanya hanya jadi onggokan barang bekas di sudur kamar. Lalu saya mendengarkan musik Trio Kwek-Kwek lagi untuk pertamakalinya setelah 13 tahun. Mungkin apabila pandemik ini tidak berakhir dalam waktu dekat, maraton menonton serial Cinta Fitri yang season-nya hampir mendekati panjangnya serial Game of Thrones itu bisa jadi pilihan menarik, untuk kali ini saja mencoba local pride apa salahnya?
Beberapa waktu yang lalu, seperti kebanyakan orang, saya masih merutuki Corona bersama kroni-kroninya yang biadab, yang menurut saya sama kejamnya dengan Stalin dan Hitler, tapi dengan versi yang lebih mutakhir dan tidak kasat mata. Oke, kemudian saya menyadari tidak baik apabila saya terus menggerutu dan merutuki keadaan terus menerus. Saya akhirnya sadar, setelah melihat bahwa saya bukanlah the most unlucky man in the world. Ini terjadi kira-kira tiga minggu yang lalu, saat saya keluar jalan-jalan sendirian. Ketika itu saya akhirnya keluar setelah mengikuti tren #dirumahaja yang baru saja digaungkan. Perasaan saya saat itu, setelah hampir satu minggu tidak keluar rumah, mungkin sama seperti pemuda-pemuda Ashabul Kahfi yang baru keluar dari gua, bedanya saya tidak melakukan social distancing selama 309 tahun dan ketika keluar tidak melihat mobil terbang, sepeda motor roket atau piring terbang bersliweran di angkasa, saya belum se-ekstrem itu.
Di sebuah lampu merah, saya melihat seorang bapak, mukanya terlihat lelah dan keringat mengucur di keningnya. Saya bertanya dalam hati, kenapa beliau masih berada di luar? Kenapa masih bekerja? Ternyata bapak tersebut tidak sendiri, banyak manusia di luar sana yang masih harus membanting tulangnya di kala krisis dan pandemi seperti sekarang ini. Sepanjang jalan saya memacu kendaraan di otak saya hanya satu, bagaimana caranya saya tetap aman dan tidak tertular virus. Tapi tidak dengan mereka, ada bapak penjual rokok ketengan, ibu penjual buah di pasar, kuli panggul dan tukang ojek baik konvensional maupun ojek online. Kok bisa begitu? Ketika saya bertanya, jawaban yang sama saya dapatkan,
"kami butuh makan dek."
"kalau nggak kerja anak di rumah makan apa, nak?"
"gapapa juga saya berdoa aja sama Tuhan supaya tetap sehat, soalnya kalau di rumah terus juga nanti ga bisa beli beras, bang."
Sampai tulisan ini ditulis, bantuan dari pemerintah belum secara merata di berikan kepada pekerja non-formal yang hidup tanpa tunjangan dan tabungan. Pekerjaan seperti pedagang contohnya, dengan omset yang turun drastis bahkan sampai menyenytuh angka profit 0% dikala wabah, lantas dengan apa mereka bertahan hidup? Dengan apa mereka membeli lauk pauk? Dengan apa mereka membeli paket internet provider untuk menghibur diri dan belajar anak selama di rumah? Semua doa yang baik untuk mereka yang masih terpaksa harus berada diluaran sana. Dan untuk yang masimasih suka keluar tanpa keadaan yang mendesak, semoga cepat sadar, ya, sebelum semuanya terlambat.
Ini semua membuat saya sadar dan bersyukur. Saya yang selama ini sibuk diluar, punya waktu untuk rehat dan kembali berkeluarga. Saya jadi ingat bahwa fungsi rumah adalah untuk saling menjaga, mengingatkan dan melindungi sesama anggotanya. Semuanya, kembali kodrat masing-masing lagi pada akhirnya. Langit setidaknya punya waktu untuk menjadi biru saat ini. Dan yang lebih penting, kondisi kita setidaknya lebih beruntung ketimbang mereka yang membutuhkan. Saya belajar banyak untuk bersyukur dan berdoa. Mendoakan agar pemerintah bekerja dengan benar dan semuanya lancar. Jika kita ingin semua ini berakhir, saya mengutip William Blake,
"Dia yang menginginkan tetapi tidak bertindak, sama hal nya menumbuhkan wabah penyakit".
Ada hal yang bisa dipetik dari kesukaran ini. Tentara sekutu saja bahkan harus berperang mati-matian di Omaha untuk mengalahkan Jerman, sebelum akhirnya rakyat Prancis bisa merayakan kemenangan di Arc de Triomphe. Kita Bangsa Indonesia bahkan bisa mengusir penjajah hanya dengan sebatang bambu. Lalu apa lagi? Semua kesukaran pasti berakhir. Setelah ini adalah perayaan, untuk kita pastinya. Setelah wabah selesai, kita akan keluar dengan sukacita yang besar. Udara dan kehidupan milik kita lagi. Anak-anak bisa bermain satu sama lain, roda kembali berputar, kaki berjalan kembali. Tapi sekarang, tetap jaga kesehatan, tetaplah hidup. Biarlah untuk sementara waktu yang sudah sepi, makin sepi dulu.
We shall overcome, we shall overcome someday 🌹
9:59
Mau bantu kami menyebarkan kebaikan ini?
1 note · View note