Tumgik
besimenua · 2 years
Text
Solo, Wangi Rindu yang Sementara.
Seminggu yang lalu, Aku beranjak dari kota kelahiranku menuju kota dimana pernah kutempuh sebuah pragma-pendidikan ku.
Dengan melakukan perjalanan darat menggunakan kereta murah dari Bekasi-Solo yang menghabiskan perjalanan 10 jam membuat perasaan sangat bosan. ditambah harus mengenakan masker selama perjalanan dan punggung sedikit sakit harus duduk tegap mengikuti lekukan bangku yang seadanya. wajarlah kereta murah yang aku tumpangi, asal selamat saja.
Teman ku dulu pernah berkata, “Solo tuh kota numpang lewat, tidak bisa menetap”. Memang yang kurasakan kota yang terkenal dengan Setasiun Balapan dan Terminal Tirtonadinya tersebut sempat kurang akan daya tarik bagi perantau seperti ku. Namun setelah ku kembali dari waktu yang cukup lama dari rutinitas ku di Bekasi, membuat Solo menjadi kota kenangan penuh cerita yang sering ku senyumi selama perjalanan.
Kereta tiba tidak pada waktunya, wangi rindu mulai tercium dari sela-sela gerbong dan hiruk-pikuk penumpang turun. ada yang tergesa namun ada juga yang santai layaknya diriku masih mencoba melihat sekeliling. ramah para pekerja pengangkut barang menawarkan barang setiap penumpang untuk dibawa. aku yakin keseharian yang pasti selalu sama setiap kalinya yang terjadi di sebuah stasiun Purwosari.
Adik tingkat ku sudah menunggu lama diluar stasiun, sengaja ku suruh lebih dulu sampai supaya aku tidak perlu menunggu lagi kedatangannya. terlihat keadaan Stasiun Purwosari sudah mengalami perubahan. kota Solo menjadi kota yang terlihat mengalami pembangunan yang pesat. ya sepertinya tidak mau kalah dengan kota-kota dekatnya. aku memaklumi lah yang penting untuk kebaikan bersama.
“Sudah datang mas yo,” sapanya kepadaku. ku ajak dirinya untuk bergegas pergi dari Stasiun menuju pemberhentian kami selanjutnya. 
0 notes
besimenua · 7 years
Text
Black "Maya" Sabbath
Hari ini temanku masih saja tiduran dan berkutat dengan handphonenya yang berada ditangannya. Fokus dengan layar dengan ukuran (kira-kira) 4 inch. Mungkin dia sedang fokus membaca kata-kata yang tersebar banyaknya di dunia teknologi sekarang ini. Apa mungkin menonton yang dilarang oleh pihak pemerintah? Hanya dia yang tau bung. Aku menjadi teringat lagu black sabbath yang sering ku putar akhir-akhir ini, berjudul "iron man". Ulas sedikit lah yak. Efek gitar dalam lagu tersebut menjadi menjadi efek terfavorit waktu itu, dan suara khas ozzy yang gak kalah kuad nan nyeleneh. Oh ya, isi dalam lagunya menceritakan tentang Ironman yang tidak punya rasa kemanusiaan dalam dirinya. "has He lost his mind?" lirik pembuka dalam lagu tersebut menggambarkan apa manusia sudah kehilangan pikirannya?. Kalau keadaan temanku sekarang memang seperti yang dikatakan black sabbath dalam lagunya. Kemudian diliriknya lagi "Is he Alive or died?". Mempunyai sifat pembunuh dalam dirinya dan berujung seperti tidak mempunyai akal. Mungkin, terjadi di era skarang, era teknologi seperti saat ini yang sudah melampaui batas, terbawa arus sampai hanyut didalamnya sampai-sampai bingung ingin berbuat apa. Setiap manusia sudah mengkerut dalam hidupnya, fokus ke satu titik, satu dunia yang sempit tapi luas dalam "Maya". Hebat sekali. Pertanyaan terbesar Ku, apa kita harus menerima ini (teknologi) atau menolaknya? Masalahnya dua hal yang juga mempunyai sifat positif dan negatif didalamnya. Jika kita menolak, mungkin kita akan kekurangan informasi yang era skarang ini informasi seperti air yang mengalir terus. Deras, membuat hanyut dalam warna-warninya informasi maya. Tetapi jika menerima, kita seperti diperbudak dalam dunia yang sempit nan luas. Itulah Maya, fana dan tak berujung. Tinggal kita saja yang mengambil keputusan dalam menggunakannya dengan bijak. Kalau kata temanKu yang beraliran negativisme komunitarian "hidup tak selebar daun kelor" karena hidup hanya selebar (kurang lebih) 4 inch. Ah, Ku lanjutkan saja meneguk kopi ini, tak kalah nikmatnya kopi yang dibawa kawan Ku dengan teh bohay buatan "maya". Solo, 5 februari 2017
2 notes · View notes
besimenua · 7 years
Text
Kisah sibuk berimajinasi
Cerah pun tak mendukung. Sepi liat lalu lalang di koridor membuat orang males untuk ngapa-ngapain.
Kisah Siti Nurbaya pun teringat. Ketika Siti harus dijodohkan dengan lelaki lain yang diapun tak tau bentuk senyum sang lelaki seperti apa (edisi imajinasi).
Ada salah satu versi yang berkata bahwa Siti terlalu terburu-buru membuat asumsi kalau lelaki yang dijodohkan nya tidak sesuai apa yang dia inginkan. Konteks tidak sesuai mungkin di jaman sekarang seperti kurang ganteng atau kurang kaya, yah namanya juga manusia butuh sebuah pengakuan dalam harga dirinya.
Padahal lelaki tersebut yang dijodohkan (katanya) ganteng dan kaya raya. Ah sialnya Siti Nurbaya dalam perayaan nasibnya. Menyendiri menyesali perbuatannya yang sok-sokan mengasumikan semuanya dengan sombong kalau subjektivitasannya itu benar benar benar.
Tapi tidak apa-apa, toh kisah Siti Nurbaya bisa menginspirasi banyak kalangan gadis-gadis terjual demi harga diri keluarga. Menjadikan konsep perjodohan itu melanggar hak-hak kemanusiaan (perempuan) dalam tatanan sosialnya.
Mas-mas kribo lewat, mungkin dia juga pernah dijodohkan dengan perempuan seperti mbak Siti Nurbaya edisi milenium.
Sruput kopi dalam-dalam, dan sebatang rokok dalam sela-sela persiapan.
Solo, 20 Januari 2017
2 notes · View notes
besimenua · 8 years
Text
SIBUK TANGANNYA MENGADUK KOPI
Sibuk tangannya mengaduk kopi. pesanan pelanggan yang matanya mulai terkantuk-kantuk sedang disuguhinya. “Pak, gulanya sesendok aja”, gema suara yang diciptakan di keheningan malam. ah malam sudah larut..
Deru suara gas motor di mainkan, bising didengar. “malem-malem masih berisik aja” cibir bapak yang tangannya masih sibuk. dan kopi pun sudah tersaji, hitam pekat, mengepul, sial.
slurrrppp...ahhh...suara sruputan menggelegar. menandakan nikmatnya kopi yang ditunggu-tunggu dari tadi. membuat kuping terjaga lagi. malam pecah, hening, pecah, hening. kumpulan tawa riuh segerombolan mahasiswa yang masih asik dengan obrolannya. bibir berminyak karena gorengan, melebar akibat guyonan sang pelawak dadakan. malam bertambah larut...
malam belum habis...
goyang pohon layak dangdutan diterpa kencangnya kendaraan lalu-lalang. sepi jalan membuat hingar binger kendaraan lebih kerasa. kebut sana kebut sini, megejar waktu, mungkin ingin sampai rumah sebelum subuh. mungkin..
dan pelanggan berdatangan lagi, dan pesanan ada lagi, dan tangannya sibuk lagi.
kopi diseruput lagi..
tertawa..
malam belum habis..
solo, 30 September 2016
1 note · View note
besimenua · 8 years
Text
tak ada rotan, “BesiTua” pun jadi
1 note · View note