bungamati

[bungamati]

di antara banyaknya manusia yang memenuhi ruangan ini, aku bisa melihatmu dengan jelas dan memperhatikan setiap gerakan kecil yang kamu lakukan

#kata #tulisan

[bungamati]

Apakah mencinta adalah sebuah kesalahan, kak? mengapa kamu begitu murka akan hal itu? jika diberi pilihan, aku juga tidak ingin tenggelam dalam perasaan ini.

[bungamati]

Mungkin aku yang terlalu lemah, terlena akan perilakumu itu. Maaf telah mencinta, maaf telah menyatakan perasaanku

[bungamati]

Asal kamu tahu, aku pun rela memberikan seluruh jiwaku untukmu.

[bungamati]

Kamu telah membuat seorang gadis yang sudah lama membius hatinya agar tidak dapat merasakan apa-apa, kembali merasakan sesuatu. Perasaan yang telah lama hilang dan terlupakan olehnya kembali dirasakan, walaupun ia sadar setelah ini ia harus kembali bergumul dengan kesedihan, mengumpulkan setiap pecahan hatinya, dan mulai merekatnya lagi dengan hati-hati.

[bungamati]

Aku selalu menerka-nerka siapa yang akan menata kembali serpihan hatiku yang telah hancur berkeping-keping ini, siapakah sosok yang mampu menggantikanmu? 

[bungamati]

Setahun telah berlalu dan aku masih mengharapkan kamu berbalik kembali padaku, bodoh.

[bungamati]

mencoba menggapai sebuah kesemuan, berlari mengejar hal yang tak pasti, menggenggam hal yang tak seharusnya digenggam. Tuhan sebut sia-sia.

[bungamati]

Sadar bahwa tidak akan pernah ada jalan untuk kita, namun memaksakan segala cara agar tetap bersama. Sebuah kebodohan yang menyenangkan juga menyakitkan

[bungamati]

Aku menjadikanmu rumah, tempat di mana aku dapat pulang dan merasa aman, tempatku menuangkan keluh kesah diiringi air mata. Sedang kamu hanya menganggapku tempat sampah, tempatmu membuang semua makian dan kekesalan akan dunia. Tidak ada perasaan aman, tidak ada rasa nyaman, hanya tempat sampah.

[bungamati]

biarkan diriku tenggelam bersama kenangan kita yang kudekap erat, dan kisah yang telah kamu tinggalkan. 

[bungamati]

Pemeran Utama

Dan selamanya kamu memiliki peran yang penting di hidupku, menjadi bagian besar dalam cerita yang selalu aku banggakan.

[bungamati]

Aku pikir perasaan itu telah hilang, nyatanya aku hanya menjadi terbiasa dengan sesak yang ada.

[bungamati]

Hariku kembali cerah setelah beberapa bulan terperangkap dalam badai yang telah dibuatnya. Namun, setiap malam tiba perasaan sesak itu tetap ada 

[bungamati]

Hari ini, sekarang juga,

aku akan berhenti.

Bukan perihal tak lagi mencinta,

tapi sadar diri takkan sanggup.

Sudah cukup waktu yang terbuang,

sudah cukup tenaga yang habis sia-sia.

Kali ini, tepat pada titik yang terendah.

Perasaan yang menggebu-gebu itu telah habis,

terganti kekosongan.

karena tersadar tak pernah dipandang, tak pernah dianggap ada.

[bungamati]

tak masalah jika harus kembali menjadi asing, tapi aku mohon dengan sangat, jaga dirimu dengan baik ya? jika memang terlalu sulit untuk menjaga diri sendiri, carilah seseorang yang bisa menjaga dirimu, aku mohon.

[bungamati]

selalu berusaha menjadi kuat, menutupi kesedihan, bertingkah seakan baik-baik saja hingga menjadi kebiasaan. lalu sekarang lupa bagaimana cara untuk menangis, untuk meluapkan kesedihan, dan mencurahkan air mata.