Tumgik
coretansakura · 2 years
Text
Semua sudah tertakar dan tak akan tertukar, hanya perlu bersabar dan ikhtiar.
7 notes · View notes
coretansakura · 2 years
Text
Kalimat menyakitkan, suara mematahkan, tingkah merendahkan, biar kembali pada sumbunya. Tanpa terkecuali.
0 notes
coretansakura · 2 years
Text
Ada logika yang bisa dikalahkan dengan panggilan hati
Tumblr media
Captionnya mewakili perasaanku banget yang sampai sekarang belum bisa aku tulis dengan baik
Pelajaran untuk yang belum menikah, kita nggak akan menikahi segudang prestasinya, atau perannya dia, atau titel dia. Kita akan menikah dengan karakternya; bagaimana ia bermuamalah dengan orang lain, terutama keluarga atau lawan jenis; agama yang berdampak pada kesehariannya; juga tanggungjawabnya
Maka, pahamilah apa yang kita butuhkan. Beri pertanyaan-pertanyaan logis sebelum menikah. Dan kroscek kebenarannya. Lalu istikharah-lah, benar-benar meminta petunjuk setiap hari pada Allah sebelum terucap akad. Sebab, logika kita tidak akan sampai pada hal-hal diluar kuasa manusia. Allah Yang lebih Mengetahui
Jangan menikah karena ingin dilihat orang begini dan begitu. Yang berhak menentukan pilihan adalah diri kita sendiri. Kalau ada apa-apa, toh mereka juga nggak akan ikut tanggungjawab
Menikah bukan hanya soal perasaan, tapi juga komitmen
Kalau masa penantianmu berliku dan banyak rasa sakit, percayalah tidak mengapa. Berdoalah dan memohon pada-Nya, meminta agar ditunjukkan mana pasangan yang baik dan yang kamu butuhkan. Semoga Allah akan ganti dengan yang lebih baik
Buntok, 22 Oktober 2021 | Pena Imaji
369 notes · View notes
coretansakura · 3 years
Text
Memilih Pasangan Hidup
Nanti, kalau kamu hendak memilih pasangan hidup, akhlak dan agama memang utama. Pastikan memilih dengan sadar, meminta petunjuk pada Yang Kuasa, diiringi niat yang benar.
Pilihlah yang satu prinsip, cocok dengan karaktermu, juga keluargamu. Konflik itu niscaya. Namun, jangan menambah-nambah potensi konflik karena ketidaksamaan nilai hidup yang dimiliki keduanya. Jangan pernah menafikan kekurangan manusia, karena tidak ada manusia yang sempurna.
Berbeda karakter memang fitrah, namun berbeda value tentu akan sulit untuk menyatukannya. Jangan mengharapkan perubahan seseorang setelah menikah, karena berubah tidak semudah itu, apalagi yang menyinggung soal prinsip hidup.
Rupa akan lapuk dimakan usia. Harta akan habis oleh masa. Namun, iman dan ilmu agama yang kokoh bisa menuntunmu pada surga. Cinta akan tumbuh dengan sendirinya selama Pencipta menjadi alasan utama.
Apa-apa yang dibangun karena Allah, semoga akan tetap kuat meski badai dan hujan seringkali menerpa.
Sidoarjo, 27 Mei 2021 | Pena Imaji
320 notes · View notes
coretansakura · 3 years
Text
Rest Area
Beberapa waktu terakhir ini, saya sedang (dan memilih) untuk banyak 'diam' dan menyimak.
Menyimak story orang², menyimak postingan orang² (baik yang saya kenal secara personal maupun hanya sekadar tahu), membaca konten mengenai A, B, C dan D. Benar² menyimak, berpikir, mencerna, punya rasa ingin tahu dan ber-hmm ria sendirian.
Otak saya kadang berputar-putar, lama rasanya ngga berpikir hal lain di luar diri saya. Sempat saya berstatement bahwa memang 'ya! Sosmed ini, khususnya IG memang tempatnya 'unjuk sesuatu'. Bahasa kasarnya sih 'pamer' (hmm agak ga enak nyebut pake diksi ini cuman gapapa ya sebentar).
Entah itu pamer kondisi diri, pekerjaan, keluarga, ya seputar kehidupan pribadi (yang mungkin ga terlalu privasi dan masih bisa dishare), pamer pemikiran yang mana sering ngasih banyak insight juga buat orang yang bacanya. Termasuk pamer pengetahuan. Yang mana, sekali lagi, bisa kasih manfaat ke orang lain.
Ada balutan hikmah yang terbungkus dalam story dan postingan. Ada yang rajin sekali berbagi hasil belajar agamanya. Sampai sepertinya saya bisa mendeteksi ini orang ngajinya dimana dan belajar ama siapa wkwkwk. Ada orang yang baru belajar agama sehingga rajin sekali repost akun² dakwah (semoga istiqamah), ada juga orang yang dulu saya kenal sebagai orang yang A tapi kini berubah menjadi B.
Pergaulan, lingkungan, masalah, pengalaman belajar dan faktor lain pasti mengubah orang tersebut. Saya tidak ingin menilai bagaimana~manusia rentan dengan perubahan memang, dan kita tidak tahu akhir hidup seseorang akan seperti apa. Doakan saja yang baik², semoga Allah senantiasa jadi yang pertama untuknya dan untuk kita.
Pada akhirnya, saya yang dahulu pernah sering merasa kewalahan dan kebanjiran informasi atau kabar darimana² sehingga lebih banyak bersikap 'jarang melihat story/membaca postingan orang lain' menjadi lebih terlatih untuk membaca, mencerna, memfilter dan berpikir.
Berpikir apakah saya mau melihat apa² yang dipost oleh orang ini atau tidak kedepannya?
Apakah apa² yang dipost oleh orang ini membawa manfaat tidak untuk saya?
Dan,
Sampai kapan saya akan menunda untuk menulis, membuat konten (untuk diri saya di masa depan khususnya) agar punya jejak digital yang baik (semoga) yang bisa dibaca kembali dan jadi pengingat dikala pikiran sempit dan butuh pencerahan?
Mungkin, saat ini adalah saat dimana saya sedang duduk manis di rest area. Melihat kendaraan silih berganti berdatangan, melaju, menurunkan penumpang, pergi lagi, dan seterusnya demikian.
Saya ingin duduknya saya di rest area ini menjadi waktu rehat yang berkualitas. Tanpa perasaan bersalah karena 'ditinggal bergerak' oleh orang². Tanpa perasaan perlu ikut²an speak up mengenai sesuatu kalau saya ga paham² amat sama hal yang sedang ramai dibicarakan. Kalau saya ingin tahu sesuatu, butuh bertanya mengenai hal yang tidak saya pahami, saya senang karena di sebelah saya duduk seseorang yang sudah seperti google berjalan.
Tinggal kusentuh pundaknya, kutanyai ia sesuatu, dengan kecepatan koneksi sekian-sekian ia langsung menjawab pertanyaanku melalui pembahasan yang cukup komprehensif. Saya sampai takjub!
Kalau saya sudah puas. Saya duduk menghadap ke langit, ke jalanan atau menatap benda apapun sembarang sambil berpikir hal² lain. Saya ingin rest area ini jadi sarana kontemplasi yang baru, tempat di mana saya mengisi jiwa saya dari kesepian karena jauh dari teman-kerabat yang dahulu meramaikan hari² saya. Berganti dengan kesunyian, kehangatan dan suasana baru yang dialami ketika menjajaki kehidupan rumah tangga.
Sehingga waktunya tiba, saya bisa kembali bergerak cepat, lebih berbahagia, lebih 'terisi' tangki cintanya, lebih berdaya untuk membersamai si kecil, menemani juang kekasih yang tak ada henti, dan mengabdi pada Allah satu²nya muara harap dan kemana doa ini berlari.
—mungkin juga saya tak perlu menunggu untuk bisa menemani dan mengabdi, sambil terus duduk khidmat di rest area, saya sedang terus belajar—berbuat seseriusnya untuk mempersembahkan yang terbaik.
Bandung, 25 Mei 2021 | 23.08 WIB
49 notes · View notes
coretansakura · 3 years
Text
Laki-laki dan Perempuan Tentang Pernikahan
Saat dulu sedang pusing-pusingnya kami mengampu mata kuliah skripsi, seorang teman melempar canda ditengah perkumpulan kami, disela-sela beratnya obrolan mahasiswa tingkat akhir
"Ah, rasanya ingin nikah saja." kata seorang teman perempuan 1
"Perempuan sih bisa habis wisuda langsung nikah. Kalau laki-laki rasanya itu keputusan yang terlalu terburu-buru." kata teman laki-laki 1
"Memang bisa habis wisuda mau langsung nikah? Pulang dulu ke rumah kali masa mau akad di GSK." candaku
"Eh si juju ngelucu lah, habis bimbingan konslet kayanya." hahah teman perempuan 2 menimpali dan semua tertawa
"Ngomong-ngomong tentang nikah ada target usia gak?" tanyaku lanjut
"Yaaa 25 lah, buat perempuan mah pas." teman perempuan 1
"Kalau saya sih kayanya usia 28 atau 30 tahun lah ." kata teman laki-laki 2
"Wah bro serius? Gak kelamaan?" kata teman laki-laki 1
"Ngomong-ngomong nikah, apa sih yang paling dipertimbangkan oleh seorang laki-laki sebelum menikah? Karena sepenglihatanku sih kalau urusan menikah kaum laki-laki itu lebih alot dalam sebuah pertimbangan." aku merasa terpancing untuk bertanya dan obrolan menjadi serius
"Kalau ini sih kasus saya ya, yang paling saya pertimbangkan adalah Ibu. Kalau nanti teteh dan mbak saya menikah, mereka pasti dibawa suaminya. Lalu tinggal saya dengan Ibu. Saya merasa masih pengen waktu yang lama bareng Ibu." Jawab teman laki-laki 2
"Kan, setelah menikah nantinya Ibu bisa dibawa sama kamu dan istrimu, gak mungkin ditinggal sendiri kan?" aku semakin penasaran terkait sudut pandang seorang laki-laki tentang pernikahan
"Gampangnya memang seperti itu ju, tapi bagaimana kalau kenyataannya Ibu saya tidak bersedia ikut kami nantinya, atau istri saya yang tidak siap tinggal dengan mertua. Daripada pusing memikirkan itu makanya saya belum kepikiran menikah ditahun-tahun awal setelah lulus nanti, saya mau menikmati waktu bersama Ibu, mbak dan teteh saya." kata teman laki-laki 2
"Iya sih saya juga gitu, ada rasa ingin 'ngasih' ke orangtua dulu, mungkin kalau nanti nikah gak bisa lagi saya lakukan." teman laki-laki 1 mengutarakan pendapatnya
"Eh iya urusan 'ngasih', kalau prinsipku menikah bukan halangan. Selagi bisa dikompromikan sama pasangan, dan sudah di plot berdasarkan keuangan keluarga, kenapa setelah menikah harus berhenti 'ngasih' sama orangtua?" teman perempuan 3 akhirnya ikut berbicara
"Nah the best, aku juga setuju tentang itu. Dalam kehidupan pernikahan yang aku bayangkan, kebaikan-kebaikan yang sudah ada sebelum menikah, sebisa mungkin harus tetap dilakukan semisal ngasih orangtua, ikut kajian, terlibat dalam aksi sosial, bantu keluarga atau tetangga yang kesusahan dll. Jadi mudah-mudahan menikah bukan jadi alasan terhentinya kebaikan-kebaikan itu."
"Iya sama hal nya juga dengan kebaikan kaya ibadah. Jangan jadi kendor setelah menikah, meskipun katanya sih gitu jadi lebih berat buat istiqomah." teman perempuan 4 pun ikut berpendapat
"Waah ini sih the best of the best." kami semua sepakat dengan pendapatnya
"Jadi siapa yang habis wisuda nikah nih?"
"InsyaAllah....."
"Yah tau lah ya siapa" kompak kami sembari melirik salah seorang teman
"Aamiin" doanya menyetujui
Bicara tentang pernikahan, mengingat obrolan itu aku jadi berpikir, bahwa setiap orang punya pertimbangan masing-masing sebelum mengambil keputusan, sebelum berani menjalani tanggung jawab atas peran masa depan. Aku jadi sadar bahwa sebelumnya aku hanya membayangkan bahagia-bahagianya saja dalam kehidupan pernikahan, lalu luput membayangkan strategi bilamana muncul konflik dalam rumah tangga. Kata temanku yang pernah tinggal bersama mertua, sebaik-baiknya hubungan menantu dan mertua pasti ada saja hal kecil yang jadi bumbu konflik. Begitu juga kata teman yang selepas menikah tinggal terpisah dengan mertua, ada saat saat justru ia iri ingin tinggal bersama mertuanya. Belum lagi yang bercerita bahwa jadwal kunjungan orangtua atau mertuanya saja bisa bikin konflik diantara pasangan.
Hufh, berat memang kalau mendengar cerita 'beratnya' berumah tangga dari orang lain. Mungkin juga iri kalau mendengar cerita bahagianya berumah tangga. Tapi semoga cerita-cerita yang hadir pada kita, bisa kita jadikan pelajaran dan kita petik sebagai hikmah besar yang Allah berikan.
Mendengar kegagalannya pernikahan seorang teman atau menyaksikan peluhnya membangun rumah tangga mereka, jangan membuat kita takut untuk memutuskan menjalani ibadah terlama, jangan membuat kita jadi gentar memasuki tempat asing bernama pernikahan. Selama kita tawakal kepada Allah dan mempersiapkan apa yang kita rasa perlu.
Mendengar bagaimana mudahnya seorang teman menjalani kehidupan pernikahan atau menyaksikan bahagianya mereka menjalani peran. Jangan membuat kita tergesa-gesa, apalagi saat usia semakin beranjak dan khawatir dinilai terlambat. Jangan membuat juga kita terlena, dan menganggap remah kehidupan rumah tangga. Karena tentulah menikah ini harus dengan banyak kesiapan, tidak bisa asal-asalan. Tawakal kepada-Nya diawal waktu, sabar dalam proses dan akhirnya. Ada Allah, Rabb yang menjadikan segala urusan mudah atau sulit sesuai kehendak-Nya.
*Kutulis untuk diriku pertama-tama
80 notes · View notes
coretansakura · 3 years
Text
Lelaki Pilihan
Laki-laki yang berani mengambilmu dari orangtuamu, pastikan dia sadar betul bahwa konsekuensi menikahimu bukan hanya mencintai satu orang. Tapi semua keluarga, seburuk apapun keadaannya.
Sebab bagaimanapun engkau tetap anak dari ibumu, dan engkau butuh sakinah, mawaddah, wa rahmah bersamanya, tanpa melupakan hal itu.
Pastikan ia memintamu dengan cara yang santun, sebab dari sana engkau akan tahu bagaimana caranya mencintaimu seumur hidup. Sebelum terlambat.
Laki-laki yang baik untukmu, akan membantumu berdakwah pada keluarga dengan cintanya. Bukan dengan kekerasan apalagi membuatmu benci atau menjauh darinya.
Sebab dia adalah cerminan dirimu, engkau pasti akan memilih yang bisa mewakili keadaanmu dan melengkapi kekuranganmu.
Dia adalah dirimu, dalam wujud yang lebih sabar, lebih tenang, lebih luas hatinya dibanding sifat perempuan yang ada apadamu.
@astimuninggar
224 notes · View notes
coretansakura · 3 years
Text
Luruskan niat, luruskan niat semata-mata untuk mencari ridho-Nya bukan untuk mendapat pujian dan pengakuan dari manusia.
25 notes · View notes
coretansakura · 3 years
Text
Perlu engkau ingat wahai diri, bahwa setiap orang memiliki kecepatannya sendiri. Aetiap orang memiliki waktu kebahagiaan yang berbeda. Jangan membanding-bandingkan kebahagiaan mu dengan kebahagiaan orang lain. Seba itu berbeda. Jangan terlalu keras pada dirimu. Jika kamu sabar menunggu, aku yakin akan ada banyak hal baik yang menunggumu.
Dan memang begitu, kita diminta untuk sabar dalam urusan menunggu. Sebab untuk memberitahu bahwa ihwal kepantasan ditempuh dengan luasnya sabar dalam menujunya. Ini tidak selalu tentang apa dan siapa yang akhirnya berada di akhir perjalanan. Tapi lebih pada keridhoanmu atas setiap takdir yang engkau terima. Jangan lupa beryukur my dear, atas setiap nikmat yang engkau rasakan ini. Sebab kelak itu semua akan ditanya dan dipertanggung jawabkan.
229 notes · View notes
coretansakura · 3 years
Text
"Setiap apa yang telah ditakdirkan untuk dirimu pasti akan menjadi milikmu."
Kamu cukup meyakini itu, tidak perlu pedulikan orang-orang yang meragukanmu. Kamu cukup yakin pada janji-janji Allah dan juga pada dirimu sendiri.
— Ruangmenuliss
8 notes · View notes
coretansakura · 3 years
Text
Jarak dan Diam
Tumblr media
Bukankah kita selalu butuh jarak untuk sekedar menyadari sesiapa saja yang berhak kita rindui?
Pun
Bukankah kita selalu butuh diam untuk sekedar mengetahui sesiapa saja yang lebih dulu bersedia mencari?
Walau terkadang jarak dan diam menyiksa diri sendiri, setidaknya dari keduanya kita akan menyadari dan mengetahui—siapa yang layak diperjuangkan secara paripurna penuh kesungguhan dan siapa yang sebaiknya dilepaskan secara elegan tanpa penyesalan.
Fath D. Humairah || Satu Hari di Bulan Januari, 2021.
135 notes · View notes
coretansakura · 3 years
Text
Ketika kalimat penenang sudah tidak lagi menenangkan
0 notes
coretansakura · 3 years
Text
Rumah Tangga
Tumblr media
Pic by Amira
Di dalam biduk bernama rumah tangga, hal yang paling penting sebagai bekalmu kelak adalah mempersiapkan ruang penerimaan yang luas di dalam hatimu. Perihal menerima orang baru yang belum kamu kenali sebelumnya. Perihal kurang, rumpang, sifat menyebalkan, sifat manja, dan ketergantungannya padamu. Bagaimana kamu memposisikan diri dengan baik sebagai pendamping, teman hidupnya. Jika ambisimu adalah syurga, maka usahakan dengan teramat sungguh. Mulailah dari dalam rumah, dari keluarga kecil yang kamu bina kelak.
Jika, suatu hari kamu dapati dirinya banyak kekurangan, banyak alpha, banyak luput atau ada miss komunikasi di antara kalian, maka mulailah lebih dulu meminta maaf kepadanya. Tidak peduli siapa yang melakukan kesalahan. Beranikan dirimu meminta maaf kepadanya lebih dulu, ingat-ingat lagi segala kebaikannya dalam menjalankan perannya sebagai suami pun istri bagimu. Jangan menceritakan masalah rumah tangga kalian ke orangtua dua belah pihak. Selesaikan dulu berdua, kalian sudah sama-sama dewasa. Jika ada amarah, maka tenangkanlah diri terlebih dahulu, ingat-ingat lagi kebaikan pasangan kepada diri kita.
Pandangi wajah teduhnya ketika dia tertidur lelap di sebelahmu. Pandangi dalam-dalam, hadirkan cinta ketika memandangi wajahnya. Sungguh sosok yang tertidur di sebelahmu adalah sosok yang Dia pilihkan bagi dirimu menjemput keridhoanNya, sosok yang kelak mendampingimu hingga ke Jannah. Hadirkan rasa sayang, rasa kasih, ucapkan terimakasih kepadanya dan doakan kebaikan baginya. Semoga hanya ada kebaikan membersamai ibadah rumah tangga kalian. Semoga sakinah, mawaddah, warohma hingga ke akhir hayat. Semoga ridhoNya selalu menyertai biduk sederhana kalian, semoga hanya ada kebaikan disepanjang usia pernikahan hingga maut memisahkan, hingga berkumpul lagi bersama di atas dipan-dipan syurgaNya.
Semoga, Allah memampukan diri-diri kita. Para suami, para istri, para calon suami, pun calon istri. Dekatkan diri kepadaNya, dengan demikian semoga hati yang digenggami olehNya senantiasa Dia penuhi dengan rasa cinta, kasih, dan sayang cukup kepada pasangan dan cukup hanya karenaNya.
Fath D. Humairah || Antang, 20 Januari 2021.
147 notes · View notes
coretansakura · 3 years
Text
Teruntuk aku, yang patah hati berkali-kali.
“Jangan mudah menaruh hati sebelum akad terjadi.”
290 notes · View notes
coretansakura · 3 years
Text
Jangan karena kau tahu dicintai sebegitunya, kau bertingkah seenaknya.
0 notes
coretansakura · 3 years
Text
Tumblr media
Sebelum merantau jauh seperti sekarang ini, aku pernah terlebih dahulu merantau di kota pelajar, kota budaya. Ya, Yogyakarta.
Bagiku jogja lebih dari istimewa, setiap sudutnya selalu memancarkan keindahan. Setiap tempat yang pernah ku singgahi, selalu membuatku candu. Setiap orang yg kutemui begitu ramah, sehingga membuatku nyaman.
Selain kota kelahiranku, jogja lah yang membuat ku selalu ingin pulang.
Pantai Pok Tunggal, Yogyakarta, 2017.
0 notes
coretansakura · 3 years
Text
Tidak semua kisah dapat diceritakan dan tidak semua cerita dapat dikisahkan.
Semoga nanti ada sebuah kisah yang dapat kuceritakan.
1 note · View note