Tumgik
daggerrusty · 5 years
Text
Hari ku membeku sejak peristiwa kala itu,
otak kaku,
raga remah dibuai lelah.
Seakan tubuh terselimuti ragu pada langkah yang tak lagi menggebu.
.
Jangankan membaca, menulis pun rasanya tak mau, pun tentang aktifitas, mereka; kelam, gelap, lembab, tidak hangat, jua dingin.
.
Diri tak mampu lagi bergerak,
memaksa tergerak untuk melawan semua,
tapi nyatanya kehampaan semata.
.
Siapa yang harus bertanggung jawab atas semua ini?
lagi dan lagi, kenyataan disalahkan.
.
Semua peluh rasa dari kesedihan yang terlihat,
kenyataan berbuah pertanyaan.
.
Untuk apa aku melakukan semua ini,
seperti tak ada guna,
sedikitpun manfaat tak ku terima,
apalagi keuntungan.
.
Tuhan,
Aku menyerah.
.
.
29 Mei 2019
0 notes
daggerrusty · 5 years
Text
Sesuatu telah berbisik di telinga,
pada tegukan gelas saat puasa hari pertama,
seperti sentuhan jari pada hati,
oleh Kuasa-Nya.
.
Melemah..
memberangus ambisi,
melawan harfiah.
.
Apa guna api dibalas api.
.
Dendam ku hanyut begitu saja,
amarah ku redup seketika.
.
Pada alur yang ku pasrahkan berlari,
biar ia menuju apa yang dicari.
Pada liku hidup ini,
tentang mereka yang tak henti merintih,
berbuah duka,
jua nestapa.
.
Langkah ku tak lagi berapi.
Memaafkan.
.
Tentang keterasingan yang ku alami,
kemudian teringat kisah para Nabi,
beilau tetap tersenyum walau apapun yang terjadi, tak pernah sedikitpun membalas api - dengan api.
.
Sepintas tersirat kata Soe Hok Gie;
"Kita tak pernah menanamkan apa-apa, kita tak'kan pernah kehilangan apa-apa"
Lalu apa yang harus ditakuti?
.
Kemudian ia berlanjut pada kalimat;
"Makhluk kecil kembalilah. Dari tiada ke tiada. Berbahagialah dalam ketiadaanmu"
.
Semakin lemah hati ini,
kian pasrah jiwa menghalau mimpi.
.
Kini,
rasa takut ku akan suatu yang terjadi pada hidup ini,
hilang sudah,
ia tenggelam bersama pasrah.
.
.
06 Mei 2019
Pada tepi jendela
(setelah senja)
0 notes
daggerrusty · 5 years
Text
‪Remah..‬
Lebur...
Hancur..
Apa lagi kata yang pantas?
Bising hati bergejolak
pada kenyataan yang sulit untuk mengelak.
Geram ku berbuah dendam, dalam hening.
Gusar..
Sebelah mata memandang sisi luar, apa yang kalian tau?
sedikitpun aku tak peduli.
Semakin kuat daya yang kalian pikirkan terhadap ku; semakin besar pula api membakar ambisi.
PERSETAN!!!
Ketera(nj)singan.
05 Mei 2019
Lingkaran Kebodohan.
0 notes
daggerrusty · 5 years
Text
Tiap malam benak Ku dihantui pertanyaan yang itu-itu saja, terkadang kebimbangan menjelma bayangan tinggi di depan mata.
Tentang sebuah alur pada konsekuensi di jalan ini.
.
Menggumam hati jua pikiran,
"terlalu krusial jika akan diteruskan"
Namun kekecewaan melenyapkan itu semua,
kekecewaan pada kebenaran yang selalu saja kalah diatas tangan para Tuan.
.
Telah terpikirkan matang-matang akan dampak yang selanjutnya akan,
seperti diasingkan,
atau mungkin
dikucilkan dari lingkaran.
.
Lebih daripada itu semua,
mungkin saja bernasib sama seperti yang sudah-sudah.
.
Berakhir dilenyapkan,
atau
dikarantina dibalik barisan besi tua.
.
Teruntuk yang membaca himpunan kata-kata ini,
tolong sampaikan pada semua,
atas banyaknya cerita yang sudah Ku lalu,
pada buku-buku yang telah Ku buat
dan
pada semua himpunan tiap kalimat.
.
Kebenaran tak'kan pernah mati,
panjang umur perjuangan!!
.
.
- 07:55 / 23 April 2019
0 notes
daggerrusty · 5 years
Text
Mah..
anak mu kini telah dewasa,
bukan lagi balita manja yang merengek minta dibelikannya mainan kesukaan.
Pak..
anak lelaki yang Kau idamkan kini bertolak-belakang dalam memilih jalan.
Ia bukan lagi anak yang Kau harapkan; memakai seragam dan berdiri tegak, seperti dirimu kala itu.
.
Mah..
Pak...
Jalan Ku gusar dan gelap.
Pada hari Ku hanya bisa merintih ditelan bisunya harap.
Pada mimpi yang kalian ingin,
Ku tak mampu menggarap.
.
Tak terhitung jumlah peluh keringat yang kalian kuras, demi anak bungsu mu yang tak tau diri ini.
.
Ku menyesal pada diri,
untuk apa lahir di dunia ini ketika melihat kalian berdua menutup mata, menopang pada kerut dahi dengan jari di tiap sudut ruang.
Lalu seketika diri ini duduk termenung ke dalam kamar
kemudian,
hujatan datang dan diripun bergumam;
"Sampah!"
"Benalu!!"
"Parasit!!!"
.
Pada sisi kamar,
Tatap Ku berembun pada remang cahaya,
tak terasa air menetes membasahi kulit mata.
.
Mah..
Pak..
Maafkan kekeliruan jalan yang telah Ku pilih,
diri ini hanya bisa mengikuti naluri,
dan nurani.
Jika nanti tiba waktu kekecewaan mendalam kalian rasakan,
tak usah lagi pedulikan nasib bungsu mu ini,
ia bisa selesaikan dengan caranya sendiri.
.
.
.
- Ditiap Ujung Malam.
0 notes
daggerrusty · 5 years
Text
Atas nama dendam yang berkecamuk pada tiang mimpi.
Ia telah terbakar hangus oleh murkanya kekecewaan.
Ku sadari sudah sejak beberapa minggu lalu,
tentang jalan hidup,
yang sedang Ku tempuh.
.
Seperti anak itik yang berbaris rapih dibelakang induknya, ada satu yang memilih berpisah dari sekawanannya.
Layaknya tinggi ombak ditepi pantai,
yang lain'kan pergi menepi,
namun entah mengapa diri ini lebih memilih menghantamnya kembali.
.
Beberapa menganggap diri ini sudah keterlaluan,
karena telah berbeda haluan.
"Peduli setan!" pikir Ku.
dan beberapa generasi tua bersabda;
"Jangan melawan arus, jangan juga terbawa arus"
Seakan sabda-nya tak mempan menembus bendungan, hanya ada kobaran api yang kian membesar yang dapat Ku rasa.
.
Tau apa kalian tentang perjalanan hidup yang telah Ku lalui,
hanya permukaan yang dapat kalian cerna,
tak pernah menyelam pada dasar inti.
.
Ku akan terus seperti ini,
berada pada jalur yang Ku pilih sendiri,
walau konsekuensi,
terlihat perih jika memang benar terjadi,
sampai nanti,
saat dimana cahaya abadi semesta menjemput dari riuhnya ke-fana-an ini.
.
Selamat tinggal dunia.
.
.
- Pagi yang sama pada menit yang berbeda, 23 April 2019
0 notes
daggerrusty · 5 years
Text
Pagi ini ku sempat bertanya pada sukma
atas jalan yang sedang Ku jajaki.
Tentang kebenaran yang digaungkan oleh para penyair,
tentang keadilan yang dikobarkan oleh kesadaran nurani,
mereka semua sirna ditelan semesta,
tak pernah bertahan lama di dunia,
entah hilang,
atau mungkin,
dihilangkan.
.
Sekalipun ada lalu ikut pada ritme peradaban,
jalan hidupnya seperti sudah digariskan.
.
Beberapa diantara yang bertahan dengan idealisme-nya,
terkurung dibalik jeruji.
Namun,
teruntuk yang meredupkan jati diri,
kursi megah bertahta menanti.
.
Lalu tanya Ku pada diri; sepertinya dunia bukanlah tempat untuk orang-orang yang mencari keadilan pada sebuah kebenaran.
Karena itu skema yang dapat Ku tangkap,
dari kisah akhir,
para penyair.
.
.
- Tangerang Selatan, 07:18 pagi 23 April 2019
0 notes
daggerrusty · 5 years
Text
Gurat asa; labirin panjang
Pada siapa bisa bersandar?
Senyapnya malam?
Redupnya siang?
.
Bayang asa selalu menghantui,
entah ia datang bersama tawa,
atau mungkin saat bercerita
.
Konsekuensi..
Realita...
.
Tahun sudah masuk bulan ke tiga,
namun tetap sama saja
.
Keriuhan yang tercipta tiap kali berkumpul
terkadang,
menghasilkan kerutan dahi hingga melas hati; saat dimana perbincangan menyentuh hal krusial yang sedang di alami
.
Teman seperjuangan,
yang sudah lebih dulu meneruskan peradaban; melanjutkan kehidupan.
Tapi daripadanya, ada sisa-sisa yang tertinggal.
Ya.....masih jauh tertinggal,
tetap berputar pada labirin panjang,
tanpa titik temu; tanpa akhir
.
Kemana lagi langkah harus dipijak?
Menunggu dan terus menunggu...
Meniti alur yang sudah digariskan,
hanya menunggu,
yaa....hanya itu yang bisa sekarang
.
Dengan sedikit usaha, dan doa....
Doa..? sepertinya diri ini sudah terlalu lama menjadi kelam,
Kecewa pada kenyataan,
Lari dari keadaan,
Merintih pada kesakitan,
Lalu lupa,
dengan Tuhan
.
Acap kali tiap malam mempertanyakan,
pikiran kembali datang dengan hujatan:
"Terima konsekuensi mu"
Lalu kemudian ia mundur ke beberapa taun lalu, menyusuri tiap keputusan sebelum terjadi.
dan lainnya pun datang membuahkan banyak kontroversi,
hingga bertubibi terus berakar tanpa henti
.
Dan akhirnya,
mereka lelah dengan sendirinya...
Raga pun hanya bisa termenung,
diatas kursi,
didepan kopi dan beberapa batang rokok yang menertawai
.
Sampai dimana...
Sampai kapan...
.
.
Tangerang Selatan,
04 Maret 2019
07:44 Malam
0 notes
daggerrusty · 5 years
Text
Dogma Satire
“Senja selalu saja membuahkan tanya, kini ia bertanya tentang dogma dikehidupan manusia”
.
“Dilahirkan adalah takdir,
takdir untuk menerima tentang apa yang selanjutnya akan terjadi”
.
“Kita tidak bisa memilih;
lahir dikeluarga yang berkecukupan atau tidak.
Kita tidak bisa memilih;
kepercayaan apa yang dianut ketika tiba di bumi.
Kita tidak bisa memilih;
seperti apa liku hidup yang akan dijalani...
.
“Kita tidak bisa memilih;
Kendala apa yg dihadapi bukan karena kesalahan diri sendiri”
.
“Tiap manusia,
tumbuh pada keadaan berbeda;
Pada lingkungan yang tak sama,
pola-pikir yang tak serupa...
.
.
”hingga berkembang dan besar dengan dogma;
dari ketimpangan sosial yang berdasar pada tebalnya saku celana.
dari kewenangan yang dijadikan alat kemenangan,
hingga kriteria mencari pasangan”
.
“Jadilah manusia seutuh-nya.
yang merasakan apa yang orang lain rasa,
tanpa terlebih dahulu merasakannya"
.
“Bukan manusia yang lahir dan besar karena dogma”
.
“Tak apa...
hiraukan saja kebenaran dari hati kecil yang telah terusik,
sejatinya, ia tak akan pernah lelah untuk selalu berbisik”
.
.
“Pada kelamnya warna-warna yang telah terukir.
Aku adalah merah,
diantara dogma-dogma yang satire"
.
.
#latepost
TANGERANG SELATAN
31 JANUARI 2019
05:05 SORE
Tumblr media
#art #artwork #picsart #lightroomcc #vsco #poem #words #aksara
0 notes
daggerrusty · 5 years
Text
Teringat peti kusam Ku di angka dua puluh dua,
perlahan ia terbuka,
menunjukan isi walau hanya beberapa inci dari lubang kunci, lalu bertubi-tubi menjelaskan arti,
dan tak terasa lima tahun berlalu. Ku ingat alur yang Ku pasrahkan, hingga sampai misteri yang telah menanti.
.
Ijinkan malam ini Ku bercerita apa yang Ku rasa dari misteri yang telah Kau simpan.
Mari duduk bersama dan bercengkrama, dan mohon maaf sebelumnya. Malam ini hanya ada kopi beserta beberapa batang rokok, Aku tidak lagi menyajikan bir :))
.
Akan Ku mulai keluh-kesah kali pertama menjadi seorang pekerja.
Kala itu Ku berniat memenuhi kebutuhan sendiri, hingga memutuskan memutar jam kuliah; ke waktu malam.
Dan, lagi-lagi,
Aku yang terlalu menganggap remeh akan suatu hal. Bangun dipagi hari; mencari sesuap nasi, disaat senja bergegas mencari ilmu untuk berbakti adalah hal yang mudah, tapi ternyata tidak sama sekali.
.
Tekanan demi tekanan silih berganti, hampir setiap hari Ku dicaci-maki, bukan karena kesalahan yang Ku buat sendiri.
Panasnya matahari pun seakan tak lagi Ku hiraukan; apalagi saat hujan.
Satu dari beberapa hal yang Ku ingat, saat itu langit mendung. Terlihat ratusan daftar nama rumah dikertas kusam yang Ku genggam, dan syukurlah ini rumah terakhir. Kan Ku selesaikan tugas Ku ini. Mungkin kala itu awan tak mampu lagi menahan air yang jatuh ke bumi, sontak pemilik rumah menutup pintu.
.
Entah apa yang ia pikirkan, membiarkan Ku diluar bersama gerimis yang bersambut hujan. Bergegas Ku berlari mencari perlindungan.
Tiba lah Ku di pos security kusam yang tak terawat dan tak satupun orang ada disana. Disekeliling hanya ada rumah yang berbaris rapih, serta pohon-pohon rindang yang tertiup angin. Kala itu selepas ashar.
Sungguh,
sangat begitu sunyi, yang Ku dengar hanya suara air yang jatuh.
Termenung Ku pada kenyataan, lalu menyesal pada diri.
.
Aku letih, Aku lelah,
Aku tidak sanggup,
Aku menyesal atas apa yang Ku putuskan.
Ternyata mencari sesuap nasi itu tidak mudah. Lebih baik Ku duduk saja dibangku kelas mendengar dosen bercerita, daripada harus seperti ini.
.
Semua rasa berkecamuk kala itu, pikiran mendadak ruyam bercampur kesedihan.
Tak kuat rasanya untuk melanjutkan, enam bulan pun berlalu, Ku putuskan mencari tempat baru.
Entah sudah berapa ratus lembar lamaran yang terkirim, email ataupun pos, Aku mulai terbiasa melakukannya.
.
Dari tempat antah-berantah yang tak diketahui, dari perusahaan ternama sampai home industri.
Semua Ku jelajahi,
menjadi pekerja lapangan yang berteman riuhnya jalan; hingga kantoran.
Semua Ku hinggapi.
.
Satu hal yang patut Kau ketahui, ternyata setiap tempat yang Ku singgahi adalah jawaban dari alur yang penuh misteri.
Semua hal berkorelasi,
kan Ku ceritakan salah satu nya.
Saat itu Aku menjadi pekerja lapangan (untuk kesekian kali) jalur yang Ku lalui adalah pagar panjang yang berisi gedung tinggi. Lalu bergumam dalam hati,
'apa ya rasanya kerja ditempat itu, pasti didalamnya berisi orang-orang berdasi. Ah tapi, apa iya instansi ini "wangi" '
Dua-tiga tahun berlalu, tak Ku sangka waktu menjawab pertanyaan Ku.
.
Lima januari dua ribu tujuh belas.
Aku berada ditempat, yang dimana Ku gumam dalam hati.
Rasanya..diluar ekspetasi.
.
Satu tahun Ku bertahan,
lagi dan lagi..
(kembali) semua diluar kendali.
Permasalahan datang tak pernah berhenti, dari rekan satu ruangan yang sangat "bossy" sampai pada atasan sendiri. Ku debat hampir tiap hari.
Entah karena diri ini yang terlalu idealis, atau memang mereka yang bersikap sesuka hati.
.
Ku pikir, Aku bisa merubah proses birokrasi yang kian lama meninggi tak tau diri.
"Hey! Aku bukan remote tv yang ingin kalian ganti sesuka hati. Aku bukan penjilat para pejabat-pejabat tinggi yang tak tau diri. Aku memiliki kehendak Ku sendiri"
.
Sungguh itu kali pertama Ku terjun di instansi. Sangat amat mengejutkan sekali. Pejabat ditingkat menengah, seperti manusia purbakala; semua gagap teknologi. Ya, sangat "berkompeten" sekali. Mungkin ini lah salah satu yang menghambat kemajuan negara ini.
Tapi kalau soal jilat-menjilat. Mereka lah Sang Ahli.
Harga diri? tiada arti bagi mereka. Inti dari inti, atasan tertinggi senang dengan apa yang diingini.
Kemudian Ku putuskan untuk keluar dan berhenti.
Terkahir yang teringat, Aku memaki para petinggi sebelum beranjak pergi.
.
Satu tahun Ku bertahan dikebimbangan, memutuskan untuk rehat sejenak dari hiruk-pikuk dunia pekerjaan.
Gelisah, Gundah, Kesal, Benci, Dendam, Amarah,
dan
Stagnasi.
Aku terombang-ambing di samudera yang Ku buat sendiri. Tak tau arah apalagi untuk menepi. Tiap berganti hari, hanya badai menghampiri.
Aku gusar, terperangkap dipenjara yang Ku buat sendiri.
Ruangan ini, tembok ini, jendela ini,
adalah saksi atas apa yang terjadi.
Di angka dua puluh tujuh ini, Aku sudah tak muda lagi. Aku terjebak pada mimpi abadi. Tersesat dalam asa yang tak lagi bersemi.
.
Tiap malam hanya ada sepi.
Bicara hati, entahlah...
Aku lelah untuk mencari. Tiap Jelita yang Ku temui, hanya datang dan pergi; dan sudah Ku duga kan seperti ini.
Biarkan semesta yang berkerja untuk waktu dan rasa yang di nanti, yang Ku mau hubungan jangka panjang lalu berakhir dipelaminan, bukan hanya kebahagian semu yang tak bertuan
.
Dan kali ini,
kembali Ku selami dunia instansi.
Kan terus Ku hadapi entah berapa banyak pertikaian yang menanti.
Aku tak mau lagi menjadi "remote tv"
akan berakhir seperti apa nanti? Aku tak peduli,
Aku tak mau tau, yang Ku ingin keadilan harus berdiri.
Entah Ku bertikai dengan para petinggi atau rekan satu ruang (lagi) tak gentar diri ini untuk melawan tirani.
Wahai Peti Kusam, kini alur Mu mulai terbaca. Kau jelaskan peristiwa demi peristiwa yang telah terjadi, yang pada nantinya berhubungan di masa nanti.
Semua hal berkorelasi, dan akan berulang kembali.
rasa penasaran Ku tak lagi ber-api,
kan Ku urut tiap hal yang (pernah) terjadi,
kan Ku jadikan pedoman di langkah Ku nanti.
Namun satu yang tak Ku ketahui; isi inti dari yang Kau sembunyi.
Apakah itu kehidupan abadi?
hahaha entahlah, Aku hanya menduga.
Terima kasih telah bercengkrama dengan Ku. Tak terasa empat jam sudah habis waktu.
.
.
Tangerang Selatan
04:50 Pagi
Ruang Pribadi
Dua Puluh Dua Tahun.
Diatas gemerlap langit malam. Tanpa benderang keriuhan rasa tenggelam diantara bebatuan nan kelam. Entah mengapa malam ini terasa begitu sendu, hanya sunyi dan kehampaan angan yang terdengat dari balik pintu. Pintu hati.
Selamat datang wahai penerus alur. Akhirnnya kita bisa berjumpa kembali. Warnamu tak ubahnya seperti dulu, kelam dan terlihat makin merana. Apakah ada sebuah hal yang telah menggangumu ? Ya, itu mungkin saja, karena rautmu pun kini terlihat seperti hiasan langit senja dipantai jingga yang tergerus kemurkaan semesta. Mungkin ini hanya awalnya saja yang terpapar dari seluruh auramu.
Malam ini spesial untuk mu, sudah ku siapkan dua kaleng bir dan sebungkus rokok. Ya, sama seperti satu tahun silam, hanya ada kita berdua. Bercanda dengan kesunyian. Oh iya, kejutanmu begitu indah, datang lebih awal dari kehadiranmu sekarang ini. Dipagi hari saya terbangun untuk mendengar sebuah kabar, kabar yang belum pasti kebenarannya. Namun setelah menelaah dihari-hari sebelumnya, saya yakin itu benar. Dengan jiwa yang setengah sadar, tiba-tiba raga ini mengeras namun hanya sesaat, kemudian tertidur kembali hingga terbawa mimpi pagi. Entahlah, sifat anti sosial yang sekarang saya miliki mulai berbaur dengan keseharian yang ada. Tak tau lah, saya tidak pernah mau menguras pikiran untuk hal-hal yang menggangu.
Hai penerus alur, apa yang kau bawa ditahun ini, sebuah peti kusam berwarna kecoklatan yang terkunci rapat. Bolehkah kau membukanya ? Hahaha tidak saya hanya bercanda, tidak usah terlalu serius kawan. Biarkan peti kusam penuh misteri ini terbuka dengan sendirinya seiring dengan langkah waktu yang selalu berputar.
Berbicara tentang sebuah harap dan hancurnya sebuah rasa perjuangan untuk meraih yang diinginkan adalah kesakitan yang begitu indah dan sangat indah. Hujan duri ini tak kunjung padam. Biarkan liku tak bertuan ini terus mengular tanpa tujuan. Hingga saat nanti. Saat dimana semesta mulai menunjukan cahaya abadi untuk gelapnya ruang.
Dan biarkan alur mu berada pada putarannya, agar bisa ku nikmati semua misteri yang telah menanti.
1 note · View note
daggerrusty · 5 years
Text
Salut-Ku Pada Mu
Bertukar kata,
mencari makna dalam bahasa.
Menganalisa teori pada sebuah fakta.
Hingga menjadi sebuah karsa.
.
Tanpa perlu berprasangka atau menduga, ternyata kita satu selera; dalam irama.
.
Asam garam yang Kau punya,
membuat Ku takjub tak berdaya.
Tak Ku sangka mental Mu melebihi baja.
.
Sontak tirta mata jatuh mencumbu pipi,
mengetahui semua hal yang telah Kau lalui.
Salut Ku padamu,
atas semua hal yang telah berlalu
.
Ku tak tau apa sebab pembahasan menjadi terhenti.
.
Namun Kau telah mengubah semua,
bukan prosa - juga klausa.
Tapi, ia adalah rasa yang tercipta,
dari setitik asa hingga purna-rupa warna yang penuh dengan cahaya.
.
Semoga aksara ini terbaca oleh-nya; Jelita, yang menghidupkan kembali rasa dalam asa.
.
.
29 November 2018
11:00 Malam
Kamar Pribadi
0 notes
daggerrusty · 5 years
Text
Lelah
Angin masih bergerak lembut,
selembut senja yang hadir menyapa.
Ingin rasanya merebah bercerita pada semesta.
Namun lara masih saja menghujam asa,
.
ah sudahlah..
setidaknya aksara ini tidak bisa terbaca.
.
.
20 Agustus 2018
03.00 Pagi
Kamar Pribadi
0 notes
daggerrusty · 5 years
Text
Ketika Sang Surya mulai lelah,
sibak-kan bayang nan merona,
menghiasi indahnya ombak dibibir pantai,
seakan memahami keluh kesah duniawi yang dirasakan tiap insan,
mungkin, itulah mengapa,
Tuhan menciptakan senja.
.
.
31 Agustus 2017
04:30 Sore
Tepian Laut
0 notes
daggerrusty · 6 years
Text
Aksara Kita Tiada Berbeda
Gemericik hujan yang bersautan membuat sepasang insan saling menatap, pada hening yang merambat.
Satu demi satu pandangan nya saling mengikat.
Angin masih bergerak lembut, selembut senja yang hadir menyapa.
----------------------------------
Hingga matahari tiba lalu merona,
seperti warna yang dirasakan sepasang insan.
Kemudian mereka saling berpegang erat pada sebuah janji, untuk selalu setia hingga akhir nanti.
----------------------------------
Diruang semu membisu mengintai kenangan masa lalu.
Hati pilu dan sendu.
Siang malam terbelenggu.
Menjalar meradang dalam kalbu.
Aksaraku tak pernah terbaca.
Kini jiwa terasa kecewa tanpa arah, hanya ada ego semata.
Ingin rasanya ak merebah, menghentikan waktu sementara.
Membuang resah dan gelisah.
Namun semua hal telah berlalu.
Hingga pilu tak lagi membiru
--------------------------------
Asa kini terlihat indah diujung penantian, layaknya mentari pagi yang terbangun menyinari bumi.
Masa lalu, aah....biarkan ia hilang tertiup angin di dingin nya malam.
-----------------------------------
Tapi aku tak mampu.
Bayang kelam mu merajai kalbu ku
Cintaku pada mu menggebu
Andai aku boleh meminta
Kan ku pinta padamu
Ajari aku tuk melupakannya
Entah mengapa
Batin ku menjerit kala mengingatnya
Lara meracik
Pilu nya hati berderik
Regang jiwa tahan pekik
Serpihan rindu mencumbu temu
Luruh jiwa meragu
Berbunga sendu
Kelu,
kemana jutaan rasa
Beku tanpa kata
---------------------------------
Layaknya deru ombak dibibir pantai, ia datang; lalu hilang.
Mungkin seperti itu lah alam mengajarkan kita, tentang alur hidup yang dirasakan setiap manusia.
Masa lalu...tak ada yang salah darinya, semua cerita telah, dan sudah memenuhi kanvas hingga penuh warna.
Biarkan hasil lukisan terbingkai indah di dinding kisah.
Agar kelak,
mengingatkan kita akan semua kisah tentang perjalanan kehidupan.
|
|
BOGOR
TANGERANG SELATAN
03 & 04 FEBRUARI 2018
Malam.
1 note · View note
daggerrusty · 6 years
Text
Pada Akhirnya
Kala itu senja begitu merona, melukiskan warna tentang begitu banyak cerita penuh makna.
Kian rasa menjadi lara, kemudian menjelma asa, hingga gurat senyum air mata tanpa duga.
Sejenak termenung, sebelum melaju. Tentang banyaknya kisah yang menjadikan pengalaman tanpa harga.
Usai sudah keluh kesah tentang riuhnya ibu kota.
Usai pula cerita, tentang tawa dan indahnya kesendirian.
JAKARTA, 15 DESEMBER 2017
18.30 WIB
0 notes
daggerrusty · 6 years
Video
youtube
0 notes
daggerrusty · 7 years
Photo
Tumblr media
Pagi yang berulang. Semangat sempat pudar dilain sisi, namun asa berbisik ; apapun yang dikerjakan adalah ibadah. Sekejap saja, punah lah sudah rasa lelah, ia menjelma menjadi doa. 10:38 Pagi #qoutes #life #lifequotes
0 notes