Tumgik
dya-dahlan172-blog · 6 years
Text
"How It Feels Like to be a Woman?👸"
Tumblr media
"Bagaimana siy rasanya menjadi perempuan?" Saya yakin pertanyaan ini adalah jenis pertanyaan yang tidak pernah ditanyakan oleh siapapun kepada anda sebagai perempuan. Bahkan tidak anda tujukan kepada diri sendiri. Sampai sore ini, pertanyaan tersebut pun tidak pernah terdengar sebelumnya dalam kehidupan saya sampai kemudian di detik ini, 15.39 saya berkesempatan menanyakannya kepada diri sendiri. Lalu "apakah pertanyaan ini penting sehingga dibuat sebagai judul?" Bagi saya hal ini penting seiring pertumbuhan ragawi, rohani dan kehidupan secara keseluruhan. Dan, hal ini tidak akan berlaku sama bagi perempuan yang tidak sadar bahwa keberadaan-dirinya adalah penting bagi diri, keluarga, lingkungan dan negaranya bernaung.
Ada sebuah quote yang indah dari seorang ibu bernama Bethenny Frankel yang juga pemilik usaha Skinnygirl Cocktails: "I have the most beautiful daughter in the world and I'm grateful for her." Dibahasa-Indonesiakan menjadi, "Saya mempunyai anak perempuan paling cantik di dunia dan saya bersyukur untuk itu." Ibu ini berkebangsaan Amerika. Dan, saya percaya ibu-ibu Indonesia pun merasakan hal yang sama untuk anak perempuannya masing-masing. Tapi, apakah makna kata "cantik" disana?
Bagi saya, cantik adalah penerimaan, perdamaian terhadap diri sendiri sehingga melahirkan tutur dan laku yang singkron. Keseimbangan menjadi faktor penting karena kebersihan dan keharuman dari jasmani perempuan akan pincang jika dihidupi oleh jiwa munafik, fitnah, bodoh, dengki. Lalu, bagaimana sejauh ini budaya memperlakukan anak perempuan yang cantik-cantik itu?
Saya percaya orang tua pasti melakukan usaha terbaik untuk anak perempuan dan anak laki-lakinya. Mereka memberi kesempatan berupa pendidikan, waktu luang, les tambahan, kegiatan penopang hobby baik kepada anak perempuan dan anak laki-lakinya. Paling tidak, itulah yang terjadi dalam kehidupan keluarga saya. Saya anak pertama dan papa lebih memperhatikan saya karena punya riwayat "bahkan sekolah SLB untuk anak nakal pun menolak murid seperti saya." Tapi, itu tidak membuatnya tidak adil, tidak pincang, tidak pilih kasih. Kami lima anak perempuannya sama-sama mengenyam sekolah S1. Ya, dia memberikan kesempatan yang sama. Tentu, hasilnya beragam sesuai interest si anak. Satu adik saya melayani negara sebagai sekretaris desa dan satunya sebagai guru PNS. Dua lainnya sebagai pengajar honorer sambil melihat peluang untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil. "Dan, saya?"
"Oh well, papa saya tidak menuntut apa-apa. Saya hanya perlu menjadi diri sendiri. Dan, ternyata itu adalah tiket petualangan hidup yang mencengangkan." Kasih sayang itu tidak hanya sebagai terapi buat saya, tetapi sebuah ikatan hidup yang secara duniawi tidak ada nama lain yang akan saya tambahkan sebagai pengganti namanya. Dalam ketidakberdayaan, saya berdoa kepada Tuhan agar saya diikutsertakan bersamanya, dimanapun Tuhan menempatkannya. Saya pasrah pada ketentuan apapun yang Tuhan tuliskan untuk hidup saya tapi tetap mengemis sepanjang hayat agar kelak bisa kembali bersama papa saya. Dimanapun itu! "Ini do'a serius yang saya harapkan seluruh jagat raya ikut mengamini. Aamiin."
"Mrs. Frankel, I have the most gorgeous dad in the world and I'm grateful for him." Dibahasa-Indonesiakan menjadi, "Ibu Frankel, saya mempunyai papa paling keren di dunia dan saya bersyukur untuk itu."
Dan, ini adalah pertanyaan paling tega yang pernah saya utarakan: "Bapak dan Ibu, apakah menurut anda adil jika membuka kesempatan untuk anak laki-laki selebar mungkin dan mencukupkan anak perempuan anda pada batas kesempatan tertentu? lalu perawatan usia tua anda percayakan kepada anak perempuan yang kemandirian, keberanian, kecerdasannya buru-buru anda ikatkan pada pernikahan atau pada sebatas lingkungan rumah?" Well, jika itu bukanlah keadilan bagi anda, apakah itu termasuk familia kedzaliman? Apakah kedzaliman yang dibalutkan sutra akan beda di mata Allah? Atau, akankah sama dimata anda ketika misalnya setan dan malaikat dipakaikan jubah yang sama?
Saya yakin pada akhirnya pun Tuhan akan complain, "Jika "kebanggaan" duniawi yang engkau kejar, lalu Aku bukanlah tujuan mu." It means that parents might end up in hell, right? 😨😱
"Okay Diana, kembali ke Laptop, say. Bagaimana siy rasanya menjadi perempuan?"
Hmm...
Menjadi perempuan itu adalah suatu anugerah. You know, di dunia ini lebih banyak transgender yang mempermak dirinya dari laki-laki ke perempuan daripada sebaliknya. Apalagi jika perempuan itu adalah yang menulis. Dia tahu bahwa menulis adalah sejenis senjata. Kadang lebih berbahaya dari AK 47 atau Revolver. Dia paham, menulis bisa meringankan beban pun mampu melemparnya ke neraka apabila ber-content bohong, adu domba, hoax. Menjadi perempuan itu adalah karunia karena dengan senjata kebenaran ia bisa menguliti mu hidup-hidup di atas kertas atau di mini blog. Dan, tentu seorang perempuan itu adalah yang bangga dengan kerja keras bukannya dari menjadi plagiat dengan merampas karya orang lain dan mengatas-namakan dirinya sendiri. Nope! Seseorang pernah berkata kepada saya ketika datang menemuinya untuk sesi pengakuan dosa karena menyontek. Dia bilang, "Nol itu kata lain dari dungu. Tapi, papa lebih baik dapat nol daripada menyontek."
Lagi nih: "Bagaimana siy rasanya menjadi perempuan?"
Menjadi perempuan itu elegan bin asyik karena anggun dengan kepribadian yang dimiliki masing-masing perempuan dan ayu serta cerdas dalam menghadapi masalah. Bahkan, kompetisi dan agresi di dunia kerja tidak menghilangkan rasa belas kasih-nya. Ia mungkin dipandang lemah dengan berkata, "Sebagai perempuan, saya bisa menunggu karma untuk melakukan pekerjaannya karena what goes around, comes around." 💁"Dan, ya! Saya punya wajah yang cantik, mempesona. Saya juga punya samurai, keberanian dan alasan untuk menindak-lanjuti suatu hal."
Itulah beberapa hal yang menakjubkan yang saya rasakan sebagai perempuan. Dan, saya tidak bertanggung jawab apabila ada yang ber-ide merubah jenis kelamin setelah membaca tulisan ini. "No way!"
Percayalah, foto dengan make-up atau Aplikasi Barbie dan edit-editan lain tidak lebih memuaskan ketika perempuan bisa mencintai, menghargai dirinya sendiri. Still, kreatifitas positif aplikasi tersebut patut mendapat tepuk tangan.
Diana Dahlan 💕
6 notes · View notes
dya-dahlan172-blog · 6 years
Text
Kekayaan Hutan Indonesia 🌳
Tumblr media
0 notes
dya-dahlan172-blog · 6 years
Text
Kekayaan Laut Nusantara 🐬
Tumblr media
0 notes
dya-dahlan172-blog · 6 years
Text
Age, Miracle, God💕
Tumblr media
“Don’t accept good things from bad people” (I am Malala 146-147). Dalam bahasa Indonesia berarti, “Jangan menerima kebaikan dari orang jahat.” Berbalik dari kalimat populer lain yaitu, “Lihat ajaran bukan orangnya.” Sering dijelaskan setelah diucapkan bahwa biar bandit yang mengajarimu kebaikan, maka terimalah. Saya sering menertawakan ketika kerap mendengar penjelasan yang demikian. Pernah mencoba berdiskusi, tetapi malah dibilangin, “Terima aza deh. Itu sudah rumus dunia.” Apa maksudnya terima aza, apa maksudnya dunia? Karena tidak mau berdebat dengan orang “buta,” maka saya tidak mengangguk apalagi menggeleng. “Your value is for you. My value is for me.” Sederhana saja, khan?
Dua contoh kasus ini untuk direnungkan tentang apa itu “Don’t accept good things from bad people.”:
1. Pada suatu hari, dua orang teman sedang foto bersama. Salah seorang sedang bangun tidur dan seorang lain sudah dandan syaantiikk. Yang berdandan syaantiikk bilang, “Ihh, kulit mu flawless banget. Cowok suka lho dengan wajah apa adanya.” Yuph, itu kalimat positif, baik dan terpuji. Tapi, menjadi berbeda apabila foto itu di-post di Facebook dengan caption:“Ihh, payudara nyembul. Makanya, pake daster dong.” Well, ini juga kalimat “motivasi yang lucu dan baik.” Tapi, apakah orang yang ingin meracuni mu akan menuang Sianida didepan mata mu? You know, tidak berarti anda orang baik, lalu semua orang akan baik. Stop being naive.
2. Seorang yang kesusahan terperangkap dalam gelap dan tidak tahu ke arah mana akan melangkahkan kaki. Ia terpaksa mengingkari kata hati untuk tidak pergi menemui seseorang yang ingin ditemuinya saat itu. “Hummm, mungkin dengan menceritakan kebuntuan ini, ia akan terenyuh” begitu harapan si naive. Dengan tenang, ia menumpahkan segala gundah dan meminta tolong. Dengan suara keras, penghuni kamar kontrakan sempit dan berbau mengatakan bahwa ia punya hati seputih kapas untuk si malang. Bahwa ia akan meminjamkan uang sebesar Rp. 1.500.000 dan dengan suara mencak-mencak biar didengar tetangga, ia melabeli bahwa itu bukan utang, bahwa itu adalah amal untuk akhiratnya dan sekali lagi diwanti-wantinya bahwa itu bukan hutang. Seminggu kemudian terdengar kabar si naive adalah seorang pembohong, diberitakan sebagai orang susah. Kemudian, para tetangga yang mendengar dramanya berkata, “Demi Allah, saya mendengar sendiri ia bilang itu bukan hutang. Murni bantuan.” Tetangga lain bilang, “Dia pernah susah. Tapi, sekarang sedang ada project di Asia.” Hal ini sebenarnya tidak perlu ditulis karena terdengar hina dan bodoh sekali. Tapi, bukan berarti anda mulia dan pintar tidak akan ada yang ingin menjatuhkan anda, bukan?
So, kalimat yang berbunyi, “Biar pun berasal dari mulut monster, tetap ambil ajarannya apabila itu tentang kebaikan,” saya dibuatnya tertawa lagi untuk kesekian kali. Hal ini sama saja mengajarkan kemunafikan. Ayolah, setiap segala sesuatu ada syaratnya. Untuk menunaikan shalat, menyembah Tuhan ada hal-hal yang perlu dipenuhi antara lain dilakukan ditempat yang suci, berwudhu dan dalam keadaan suci. Iya, bukan? Saya lebih mengamini kalimat, “Bergurulah pada ahlinya.” People, tidak semua proverb atau kalimat aduhai itu mengandung kebaikan. Saya pernah mempelajari Critical Thinking. Dan, lebih paham ketika dihadapkan pada case yang terjadi di masyarakat. Saya berkesimpulan sejauh ini yaitu, “Pilih orang dan lingkungan mu bergaul.” Lebih baik dicap sombong daripada bejibun oleh aura negatif dan tolol. Iya, bukan?
Age, Miracle, God. (Umur, Keajaiban, Tuhan) Setiap angka untuk umur adalah yang terbaik. Saya tidak berpikir bahwa anak-anak, remaja dan dewasa umur 25-40 tahun adalah harapan terbaik untuk kemajuan. Pandangan demikian adalah salah karena judgemental dan memberi efek lingkungan yang mati pada mereka yang berada diatas umur tersebut. Padahal, kemajuan ditentukan oleh banyak faktor antara lain kreativitas, kesempatan yang sama, passion. Tengoklah contoh baik dari negara barat yang pramugarinya bisa berusia diatas 40 tahun asalkan masih mampu melayani penumpang. Kasir di department stores banyak yang telah berusia pensiun dan bejibun yang menjadi volunteer diluar negeri dengan menyumbangkan ilmu, pengalaman, wawasan, skill, etc. Dan, mereka mendapat bayaran dari negaranya untuk yang mereka kerjakan bukan karena umur. Betapa objektifnya negara maju itu!
Seorang teman yang berbakat suatu hari memperdengarkan motto hidup, “Saya percaya pada kerja keras. Bukan pada keajaiban.” Well, itu bagus dan menunjukkan betapa kuatnya pribadi ini. Dari pengalaman hidup sendiri (karena memang tujuan awal penulisan adalah menggali keadaan diri dan lingkungan sekitar yang dialami saja), saya percaya pada keajaiban dan merasa lemah, tidak aman jika tidak sekedar mengucap, “Please, help me God” atau “Sure, it depends on you, dear God.” Dan, dalam kenyataan memang masih banyak orang positif berkeliaran dan kadang memberi kontribusi “keajaiban” yang tidak disangka-sangka. Hal itu memang terjadi tidak selalu tapi kadang-kadang atau sering. Karena semua hal ada pre-kondisinya, lalu apa kira-kira syarat demi memperoleh keajaiban?
Saya pernah berbicara mengenai hal ini dengan teman-teman yang menurut saya cerdas dan bijak. Tentu, semua setuju bahwa kerja keras adalah pertama dan utama. Mungkin sebuah usaha yang kesekian belumlah perfect, belum 100% selesai, nah tanpa berharap, tinggalkan kekosongan itu untuk campur tangan dari “yang tidak terlihat.” Kadang pada akhirnya, ia mendatangkan angin segar. Kalau belum beruntung, ia datang dengan kegagalan yang apabila keinginan itu kokoh, maka ia menggosok kemampuan untuk lebih bersinar. Jadi, pada dasarnya tidak ada kejadian yang bernama kegagalan. Hal-hal mungkin tertunda, tapi apabila you want it bad enough, maka tidak ada yang tidak mungkin. Oleh karena itu, “Pilihlah teman/ lingkungan mu bergaul” karena faktor ini mempunyai pengaruh lebih besar untuk pembentukan jati diri manusia (Coba deh baca-baca dari sumber yang berbeda semisal www.kompasiana.com, www.halodoc.com, www.academia.edu). Dan, by the way ini kutipan populer dari Neale Donald Walsch yaitu, “Struggle ends when gratitude begins.” Tidak perlu resah jika semua usaha belum mengundang hasil yang diinginkan, memuaskan. Semua itu bisa diobati dengan bersyukur.
God. Tuhan. “Siapalah saya yang berbicara tentang God, Tuhan?” Tapi, setidaknya saya berkeyakinan bahwa Tuhan maha baik. Secara personal, saya merasa Sang Esa punya selera humor yang baik, kadang cenderung horor. Tapi, saya selalu yakin Tuhan tidak mengajarkan kemunafikan. Kalau hal demikian terjadi, well itu ulah manusia yang mengatasnamakan-Nya demi tujuan duniawi. Saya percaya Tuhan tidak suka pada manusia yang mengkultuskan diri, yang melebih-lebihkan diri karena Tuhan tidak menyukai hal demikian (Q.S Al A'raaf: 31). Saya menyukai orang yang berdakwah yaitu yang mendakwahi diri, yang membuat dirinya baik, dapat dipercaya dan menyayangi manusia yang sudah dilahirkan berbeda tanpa memandang ras, agama, keadaan financial, latar belakang sosial atau IQ. Saya rasa, mempunyai kualitas pribadi yang demikian pastilah berat dan berliku. Hal itu pastilah proses hidup yang adventurous!
You know what?
Kalau seseorang berorientasi jumlah pendukung, black campaign, negosiasi, yang salah bisa benar dan vice versa, itu dinamakan politik. And, may be that’s fine. Tapi, kalo produk politikmu adalah warna kulit, tingkat ketebalan kulit mata, keyakinan, keturunan, uang, mitos … Oh please, “Saya” tidak suka dijadikan barang yang diadu dan dipertaruhkan dan dikorbankan lalu beneran jadi korban. “No, no!” Saya manusia yang bernilai dan percaya bahwa orang lain pun walau dari background yang berbeda tidaklah kurang berharga dari “saya.” Manusia adalah sama-sama berharga dan hanya “Kasih Sayang” yang mampu melakukannya. Be like Gandhi, be the change you want to see in the world.
Tidak ada pekerjaan yang lebih sulit atau lebih mudah karena semua berkontribusi pada satu skop hidup yang lebih baik. Sebagai contoh kecil: Jika tidak ada cleaning service, apartemen ini hanya bangunan kumuh yang tidak layak ditempati.
Umur adalah rezeki. Keajaiban adalah keberuntungan. Dan, Tuhan maha pengatur yang sempurna.
Diana Dahlan 💕
1 note · View note
dya-dahlan172-blog · 6 years
Text
Multi Beda
Tumblr media
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia via online, "Multi" berarti "banyak: lebih dari satu." Sedangkan "beda" masih dikutip dari sumber yang sama adalah "sesuatu yang menjadikan berlainan (tidak sama) antara benda yang satu dan benda yang lain: ketidaksamaan."
Foto diatas diambil ketika "halal bi halal" sebuah organisasi asing yang berkontribusi pada dunia dalam berbagai bidang. Di Indonesia, mereka bergerak di sektor pendidikan, pariwisata, ekonomi, gender, tekhnologi dan sektor lain sesuai kebutuhan Indonesia. Masih berkenaan dengan foto diatas, "Apakah perbedaan antara tiga orang itu?" Mudah bukan untuk mempertanyakan perbedaan terlebih dahulu ketimbang persamaan. Padahal, persamaannya menurut saya tidak lebih kurang dari perbedaan yang terlihat. Tidak heran juga siy karena otak manusia dilatih/ terlatih untuk melihat beda daripada sama. Well, persamaannya adalah mereka makhluk hidup bernama manusia. Mempunyai Indra berupa mata, hidung, telinga, mulut dengan jumlah yang sama. Juga, mereka sama-sama berbicara dalam bahasa asing yang sama. Mereka juga sama-sama punya keinginan untuk saling mengenal, saling berbagi kebaikan, opini dan pengalaman hidup. Dan, mereka sama-sama ingin berkontribusi pada kehidupan komunitas di Indonesia agar lebih baik. "Apakah untuk berbuat baik diperlukan warna kulit, umur, pendidikan, bahasa dan atau agama yang sama?"
"Tidak."
Dan, okay now mari melihat perbedaannya. Pertama melihat foto itu orang akan berasumsi bahwa mereka beda bahasa. "Ya Iyalah, secara satu-nya Indonesia banget, wanita lainnya mirip India dan yang gentleman itu ras kaukasian." Dan, ternyata mereka bertiga berbicara dalam bahasa Inggris. Selain itu, ya mereka berbeda warna kulit, makanan pokok, agama, dsb. "Lalu hal apa yang membuat orang-orang yang beda itu asyik satu sama lain?" Tidak ada yang bisa dilakukan dengan perbedaan yang mendasar selain ber-toleransi. Dan, hal yang mengasyikan adalah bukan untuk membuat perbedaan itu menjadi sama. Melainkan keinginan untuk saling mengenal dan berbagi kebaikan. Positif. Fleksibel. Toleransi.
"Saya sudah terbiasa, menikmati dan tidak mempermasalahkan mengenai perbedaan, lalu apa tujuan tulisan ini?"
Bertemu, mengobrol dengan orang-orang ini adalah pengalaman yang menyenangkan. Dalam waktu yang bersamaan, ini terasa menantang karena toleransi, belajar dari orang lain berarti "kosongkan cangkir mu, dengan demikian wawasan dan kebijaksanaan bisa mengalir kedalamnya."
Personally, that moment is worth remembering in the future.
Di sore yang berbahagia itu, saya sempat mengobrol sebentar dengan seorang laki-laki Australia, pak Matthew yang akan ditugaskan men-train bahasa Inggris untuk area Sumatra Barat. Dia terlihat antusias dengan pekerjaannya dan menikmati menjadi "orang asing" ditengah lingkungan baru. Selain itu, saya sempat mengobrol lama dengan seseorang bernama Andrew. Dia berbicara lancar dengan bahasa Indonesia. Dan, saya menangkap aura cerdas dan positif dari sosok mudanya. Ia berbicara tentang bagaimana perannya nanti untuk perkembangan Indonesia dan tidak sabar menunggu esok untuk terjun langsung ke lapangan. Sebelumnya, ia pernah mengelilingi beberapa negara di dunia dan banyak propinsi di Indonesia. Ia bahkan pernah sampai ke Bima-NTB yang adalah tanah kelahiran saya. Hal yang membuat tersenyum tentang masyarakat Indonesia yang pernah ditemuinya adalah, "Mereka membelai tangan dan bulu tangan saya." Ia tersenyum lucu dan bahagia ketika ia memberitahu tentang ulah orang-orang itu.
"Okay, Andrew. I can feel how it is ticklish on my own hand now😀."
Masih ada individu lain yang menarik perhatian saya yaitu seorang keturunan India, berkewarganegaraan non-India, at least dia memegang permanent resident disuatu negara masih mengenakan baju tradisional dan bermake-up a la India dengan riasan mata bold dan lipstik merah. Ini sebuah kebebasan yang bermartabat yang mampu mempertahankan identitas sekaligus ber-toleransi pada perbedaan lain disekitarnya. Sayang, saya belum berkesempatan mengobrol banyak dengan wanita itu. Perjumpaan dengannya baru sekedar saling senyum, berkenalan dan, "Hope to see you again, Sweetu."
Perjalanan ini begitu menyenangkan sekaligus challenging. Entah kenapa kemudian saya teringat akan sepasang kekasih yang terlihat mesra, bahagia dan sedikit kaku ketika berhadapan dengan orang-orang yang mengangkat alis mata entah karena mencemooh atau sekedar kaget betapa perbedaan bukan apa-apa bagi pasangan itu. Tapi, terlihat begitu "apa-apa" didepan sebagian orang. Mereka duduk di sofa di kafe Batavia, kota Tua sekitar dua meter dari posisi saya. Saya menerka-nerka wanita itu sedang berkata, "Well, you might be shock. But, you don't know me. Why you judge me? Or you might be just a negative person." Well, kalau hal itu terjadi pada seseorang yang lain, rasanya ia tidak akan bertanya, tetapi berkata, "You look horrible. Trimming alis mu, dong. Itu hanya Rp. 20.000 di salon terdekat." Reaksi bisa beragam tergantung individunya.
Dan, ya Multi-Beda bukan apa-apa jika disediakan celah disana untuk kasih sayang antar manusia memainkan peran-nya.
Diana Dahlan 💕
1 note · View note
dya-dahlan172-blog · 6 years
Text
Age, Miracle, God💕
Tumblr media
"Don't accept good things from bad people" (I am Malala 146-147). Dalam bahasa Indonesia berarti, "Jangan menerima kebaikan dari orang jahat." Berbalik dari kalimat populer lain yaitu, "Lihat ajaran bukan orangnya." Sering dijelaskan setelah diucapkan bahwa biar bandit yang mengajarimu kebaikan, maka terimalah. Saya sering menertawakan ketika kerap mendengar penjelasan yang demikian. Pernah mencoba berdiskusi, tetapi malah dibilangin, "Terima aza deh. Itu sudah rumus dunia." Apa maksudnya terima aza, apa maksudnya dunia? Karena tidak mau berdebat dengan orang "buta," maka saya tidak mengangguk apalagi menggeleng. "Your value is for you. My value is for me." Sederhana saja, khan?
Dua contoh kasus ini untuk direnungkan tentang apa itu "Don't accept good things from bad people.":
1. Pada suatu hari, dua orang teman sedang foto bersama. Salah seorang sedang bangun tidur dan seorang lain sudah dandan syaantiikk. Yang berdandan syaantiikk bilang, "Ihh, kulit mu flawless banget. Cowok suka lho dengan wajah apa adanya." Yuph, itu kalimat positif, baik dan terpuji. Tapi, menjadi berbeda apabila foto itu di-post di Facebook dengan caption:"Ihh, payudara nyembul. Makanya, pake daster dong." Well, ini juga kalimat "motivasi yang lucu dan baik." Tapi, apakah orang yang ingin meracuni mu akan menuang Sianida didepan mata mu? You know, tidak berarti anda orang baik, lalu semua orang akan baik. Stop being naive.
2. Seorang yang kesusahan terperangkap dalam gelap dan tidak tahu ke arah mana akan melangkahkan kaki. Ia terpaksa mengingkari kata hati untuk tidak pergi menemui seseorang yang ingin ditemuinya saat itu. "Hummm, mungkin dengan menceritakan kebuntuan ini, ia akan terenyuh" begitu harapan si naive. Dengan tenang, ia menumpahkan segala gundah dan meminta tolong. Dengan suara keras, penghuni kamar kontrakan sempit dan berbau mengatakan bahwa ia punya hati seputih kapas untuk si malang. Bahwa ia akan meminjamkan uang sebesar Rp. 1.500.000 dan dengan suara mencak-mencak biar didengar tetangga, ia melabeli bahwa itu bukan utang, bahwa itu adalah amal untuk akhiratnya dan sekali lagi diwanti-wantinya bahwa itu bukan hutang. Seminggu kemudian terdengar kabar si naive adalah seorang pembohong, diberitakan sebagai orang susah. Kemudian, para tetangga yang mendengar dramanya berkata, "Demi Allah, saya mendengar sendiri ia bilang itu bukan hutang. Murni bantuan." Tetangga lain bilang, "Dia pernah susah. Tapi, sekarang sedang ada project di Asia." Hal ini sebenarnya tidak perlu ditulis karena terdengar hina dan bodoh sekali. Tapi, bukan berarti anda mulia dan pintar tidak akan ada yang ingin menjatuhkan anda, bukan?
So, kalimat yang berbunyi, "Biar pun berasal dari mulut monster, tetap ambil ajarannya apabila itu tentang kebaikan," saya dibuatnya tertawa lagi untuk kesekian kali. Hal ini sama saja mengajarkan kemunafikan. Ayolah, setiap segala sesuatu ada syaratnya. Untuk menunaikan shalat, menyembah Tuhan ada hal-hal yang perlu dipenuhi antara lain dilakukan ditempat yang suci, berwudhu dan dalam keadaan suci. Iya, bukan? Saya lebih mengamini kalimat, "Bergurulah pada ahlinya." People, tidak semua proverb atau kalimat aduhai itu mengandung kebaikan. Saya pernah mempelajari Critical Thinking. Dan, lebih paham ketika dihadapkan pada case yang terjadi di masyarakat. Saya berkesimpulan sejauh ini yaitu, "Pilih orang dan lingkungan mu bergaul." Lebih baik dicap sombong daripada bejibun oleh aura negatif dan tolol. Iya, bukan?
Age, Miracle, God. (Umur, Keajaiban, Tuhan) Setiap angka untuk umur adalah yang terbaik. Saya tidak berpikir bahwa anak-anak, remaja dan dewasa umur 25-40 tahun adalah harapan terbaik untuk kemajuan. Pandangan demikian adalah salah karena judgemental dan memberi efek lingkungan yang mati pada mereka yang berada diatas umur tersebut. Padahal, kemajuan ditentukan oleh banyak faktor antara lain kreativitas, kesempatan yang sama, passion. Tengoklah contoh baik dari negara barat yang pramugarinya bisa berusia diatas 40 tahun asalkan masih mampu melayani penumpang. Kasir di department stores banyak yang telah berusia pensiun dan bejibun yang menjadi volunteer diluar negeri dengan menyumbangkan ilmu, pengalaman, wawasan, skill, etc. Dan, mereka mendapat bayaran dari negaranya untuk yang mereka kerjakan bukan karena umur. Betapa objektifnya negara maju itu!
Seorang teman yang berbakat suatu hari memperdengarkan motto hidup, "Saya percaya pada kerja keras. Bukan pada keajaiban." Well, itu bagus dan menunjukkan betapa kuatnya pribadi ini. Dari pengalaman hidup sendiri (karena memang tujuan awal penulisan adalah menggali keadaan diri dan lingkungan sekitar yang dialami saja), saya percaya pada keajaiban dan merasa lemah, tidak aman jika tidak sekedar mengucap, "Please, help me God" atau "Sure, it depends on you, dear God." Dan, dalam kenyataan memang masih banyak orang positif berkeliaran dan kadang memberi kontribusi "keajaiban" yang tidak disangka-sangka. Hal itu memang terjadi tidak selalu tapi kadang-kadang atau sering. Karena semua hal ada pre-kondisinya, lalu apa kira-kira syarat demi memperoleh keajaiban?
Saya pernah berbicara mengenai hal ini dengan teman-teman yang menurut saya cerdas dan bijak. Tentu, semua setuju bahwa kerja keras adalah pertama dan utama. Mungkin sebuah usaha yang kesekian belumlah perfect, belum 100% selesai, nah tanpa berharap, tinggalkan kekosongan itu untuk campur tangan dari "yang tidak terlihat." Kadang pada akhirnya, ia mendatangkan angin segar. Kalau belum beruntung, ia datang dengan kegagalan yang apabila keinginan itu kokoh, maka ia menggosok kemampuan untuk lebih bersinar. Jadi, pada dasarnya tidak ada kejadian yang bernama kegagalan. Hal-hal mungkin tertunda, tapi apabila you want it bad enough, maka tidak ada yang tidak mungkin. Oleh karena itu, "Pilihlah teman/ lingkungan mu bergaul" karena faktor ini mempunyai pengaruh lebih besar untuk pembentukan jati diri manusia (Coba deh baca-baca dari sumber yang berbeda semisal www.kompasiana.com, www.halodoc.com, www.academia.edu). Dan, by the way ini kutipan populer dari Neale Donald Walsch yaitu, "Struggle ends when gratitude begins." Tidak perlu resah jika semua usaha belum mengundang hasil yang diinginkan, memuaskan. Semua itu bisa diobati dengan bersyukur.
God. Tuhan. "Siapalah saya yang berbicara tentang God, Tuhan?" Tapi, setidaknya saya berkeyakinan bahwa Tuhan maha baik. Secara personal, saya merasa Sang Esa punya selera humor yang baik, kadang cenderung horor. Tapi, saya selalu yakin Tuhan tidak mengajarkan kemunafikan. Kalau hal demikian terjadi, well itu ulah manusia yang mengatasnamakan-Nya demi tujuan duniawi. Saya percaya Tuhan tidak suka pada manusia yang mengkultuskan diri, yang melebih-lebihkan diri karena Tuhan tidak menyukai hal demikian (Q.S Al A'raaf: 31). Saya menyukai orang yang berdakwah yaitu yang mendakwahi diri, yang membuat dirinya baik, dapat dipercaya dan menyayangi manusia yang sudah dilahirkan berbeda tanpa memandang ras, agama, keadaan financial, latar belakang sosial atau IQ. Saya rasa, mempunyai kualitas pribadi yang demikian pastilah berat dan berliku. Hal itu pastilah proses hidup yang adventurous!
You know what?
Kalau seseorang berorientasi jumlah pendukung, black campaign, negosiasi, yang salah bisa benar dan vice versa, itu dinamakan politik. And, may be that's fine. Tapi, kalo produk politikmu adalah warna kulit, tingkat ketebalan kulit mata, keyakinan, keturunan, uang, mitos ... Oh please, "Saya" tidak suka dijadikan barang yang diadu dan dipertaruhkan dan dikorbankan lalu beneran jadi korban. "No, no!" Saya manusia yang bernilai dan percaya bahwa orang lain pun walau dari background yang berbeda tidaklah kurang berharga dari "saya." Manusia adalah sama-sama berharga dan hanya "Kasih Sayang" yang mampu melakukannya. Be like Gandhi, be the change you want to see in the world.
Tidak ada pekerjaan yang lebih sulit atau lebih mudah karena semua berkontribusi pada satu skop hidup yang lebih baik. Sebagai contoh kecil: Jika tidak ada cleaning service, apartemen ini hanya bangunan kumuh yang tidak layak ditempati.
Umur adalah rezeki. Keajaiban adalah keberuntungan. Dan, Tuhan maha pengatur yang sempurna.
Diana Dahlan 💕
1 note · View note
dya-dahlan172-blog · 6 years
Text
Have edited a novel and five essays for UWRF 2018. I don't hope. I am sincere of anything might happen about it. Now, I can say, "Happy mother's day, mom."
"I'm sorry that I can't send any physical gift, yet."
Diana Dahlan,
1 note · View note
dya-dahlan172-blog · 6 years
Text
Dad, will go home on Saturday, 27th January 2018. I'm bringing you jasmines. Pandan leaves are okay. But, pretty sure you need an alternative.
I miss you, Dad.
Diana Dahlan
0 notes
dya-dahlan172-blog · 6 years
Text
Dad, this morning was 6.4 magnitude earthquake in Jakarta. I was afraid not scared. I miss you.
Do not forget me, okay even now we are in different world, please Dad 😇
I won't forget you. I promise.
Pap's Lil Girl,
Diana Dahlan (23/01/2018)
0 notes
dya-dahlan172-blog · 6 years
Text
Nasi Jinggo & Surga Terakhir di Bumi
Tumblr media
Bali, Denpasar. Pulau yang terletak antara Lombok dan Jawa. Dan, itu termasuk pulau-pulau lain yang berada disekitarnya seperti pulau Nusa Penida, pulau Nusa Lembongan, pulau Serangan, dll. Btw, siapa yang belum pernah mendengar nama Bali, Denpasar? It's awkward when you don't ✌.
Saya tidak ingat secara pasti kapan pertama kali berkunjung ke Bali. Setelah itu sempat berada disana untuk sekedar transit dan kemudian tinggal selama tiga bulan menemani tante yang suaminya sedang bertugas di Aceh kala itu. Saya mengisi waktu dengan bekerja disebuah travel agent yang segmen pasarnya adalah orang Jepang. Tidak lama. Hanya sebulan. Sekarang saya punya pengetahuan bahwa sesuatu yang tidak dikerjakan dengan hati tidak pernah bertahan lama. You know, profesionalisme tidak selalu berarti memulai pekerjaan pada pukul 09.00 dan menutupnya pada pukul 17.00. Ketika berhubungan dengan manusia, profesionalisme berarti hati included didalamnya. Anyway, apa itu Sang Hyang Dedari?
Ya! Selama tiga bulan membaur di Bali, saya melihat bahwa masyarakatnya begitu ramah, positif dan terbuka. Hal itu terbukti secara langsung melalui tetangga yang adalah orang setempat. Hal yang berkesan adalah:
1. Mereka tidak membedakan orang lokal dan non-lokal. Tidak memperlakukan si kulit putih, kulit coklat, kulit kuning dan skin tone lainnya dengan diskriminasi. Selama mereka adalah customer, maka semua berhak diperlakukan setara. Mereka ramah pada setiap orang. It's amazing!
2. Bagaimana kira-kira tanggapan anda ketika melihat sepasang kekasih atau suami istri dengan selisih umur 35 tahun, beda tinggi badan sekitar 41cm, berlainan negara atau bahkan tidak saling bisa berbahasa Inggris?
Jika anda pernah berkata, "Cinta adalah penerimaan tanpa syarat," tapi men-judge mereka yang berjalan dengan bule adalah "jalang," please, berhentilah berbicara mengenai toleransi, kemanusiaan atau hak asasi manusia. Belajarlah terlebih dahulu tentang positivisme dari masyarakat Bali.
3. Saya bermain di pantai Kuta sudah beberapa kali. Guess what? Bule telanjang, ya tetap saja orang Bali pakai baju. Bule atheis yang bangga dengan akal dan argumentasi panjang lebarnya tentang dunia dan nirvana, ya orang Bali tetap saja pergi ke kuil. Masyarakat ini unik. Mereka terbuka, menerima segala macam perbedaan tapi tidak mau terkontaminasi oleh pandangan, cara hidup orang lain. Isn't it smart?
Saya berkesimpulan bahwa "The Last Paradise On Earth" yang tertulis di pintu masuk bandara Ngurah Rai adalah tidak semata tentang geografi, potensi atau gaung pariwisatanya, tetapi lebih pada mentalitas penduduk yang teguh memegang prinsip ditengah gempuran hingar bingar pengaruh dunia luar.
"Surga Terakhir di Bumi" pantas diemban oleh mereka yang tetap pada perkembangan alami dirinya ketimbang yang metropolis, maju secara image tapi tanpa attitude yang memperindah kepribadian. Anyway, apa itu Sang Hyang Dedari? Oh, itu adalah tarian yang menunjukkan pattern bermasyarakat orang Bali yang memuliakan alam, media memuja alam raya sebagai jelmaan sang pencipta. Pantas yaa, alam di Bali tampak terawat dan segar. Meskipun issue sampah laut dan plastik kencang terdengar, tapi terlihat masyarakat baik lokal maupun internasional tidak tinggal diam (Bali Environmental Education Centre, Walhi Bali, Yayasan Wisnu, Greenpeace Indonesia, etc).
By the way, saya tertarik dengan nasi Jinggo. Itu adalah makanan siap saji khas Bali. Kalau dilain daerah semisal nasi Balap di Lombok atau nasi Kucing di Yogyakarta. Rasanya tentu saja berbeda dengan fast food produk luar. Staple orang Indonesia adalah nasi bukan French fries atau ayam goreng beserta saos tomatnya saja. Tapi, produk luar itu pintar membaur. Mereka tahu orang Indonesia makan nasi dan mereka memasukan nasi dalam packages penjualan. Lihat saja deh si MC. Donald dan KFC.
Gimana sejarahnya si makanan siap saji a la Bali ini?
Id.m.wikipedia.org bilang nasi Jinggo pertama kali muncul semenjak tahun 1980an disebuah area bernama Jalan Gajah Mada, Denpasar. Generasi saya berada pada tahap balita di tahun segitu. Hargan Jinggo adalah Rp. 1.500. Sekarang berkisar dari Rp. 2.000 s/d Rp. 4.000 dan sudah disajikan sebagai makanan alternatif semisal di acara Ngaben, rapat dan acara selamatan semisal ulang tahun. Difoto diatas itu adalah nasi Jinggo produk restoran Mandai yang terletak didalam terminal Ngurah Rai. Hampir sama dengan nasi Balap dan nasi kucing, ia terdiri dari nasi putih, sambal goreng tempe, serundeng, ayam suwir dan of course sambal merah atau hijau.
Fast food dari Bali ini enak. Bungkusan yang berupa daun pisang terlihat segar dibandingkan kemasan elit produk lain. Bisa jadi mahalnya harga yang mereka patok disebabkan pembungkus yang dibuat lebih mewah daripada makanannya sendiri. Oh yeah! Kalo ke Bali, jangan lupa menyantap nasi Jinggo. Tidak pula lupa membuang sampah pada tempatnya.
Surga Terakhir di Bumi identik dengan nasi Jinggo. Dengan kata lain, "saya" belum pernah ke "Surga Bumi" jika belum menikmati nasi Jinggo.
Diana Dahlan 💕
0 notes
dya-dahlan172-blog · 6 years
Text
Jamu & NKRI
Tumblr media
Penyesalan berlaku pada mereka yang tidak berkemauan dan tidak berkemampuan untuk melakukan list yang mereka inginkan atau menutup mata dari mencoba berbagai hal diluar comfort zone-nya. Bukannya karena hidup hanya sekali untuk melakukan hal-hal yang ada dalam batasan atau mungkin tanpa sengaja melakukan hal-hal diluar batas semata untuk menunjukkan betapa seseorang menikmati hidupnya, melainkan petualangan bertanggung jawab yang dipenuhi rasa syukur, tanpa make up, image buatan, atau apapun yang berlebihan. Dalam kepercayaan saya bahwa Allah membenci segala sesuatu yang berlebihan. Btw, berlebihan dalam hal apa saja?
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah berkata bahwa hati akan membeku jika suka berlebihan dalam empat hal: makan, minum, bicara dan bergaul.
Rasulullah SAW bersabda, " Jauhilah oleh kalian akan ghuluw (berlebihan) di dalam agama karena telah binasa orang-orang sebelum kalian dengan sebab ghuluw (berlebihan) di dalam agama" (HR. Ahmad).
Dalam Al-Furqon:67, "Dan, orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), bergaul, mereka tidak berlebihan dan tidak (pula kikir) dan adalah (pembelanjaan itu) ditengah-tengah antara yang demikian."
Di Quran Surat Al-A'raaf 31, "Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan."
Hal yang ingin saya katakanlah adalah bahwa hasrat berkuasa, penonjolan diri, unjuk gigi adalah syah saja selama tentu tidak memfitnah, membunuh, mencuri hal yang diangankan tapi sedang melekat pada orang lain. Akan ada masanya, jika itu takdir seseorang untuk berkuasa. So, segala sesuatu terjadi pada orang, tempat dan waktu yang tepat. Secara pribadi saya merasa sedikit resah sehabis menonton film di chanel Fox. Itu lho yang berkisah tentang seorang istri yang tengah memegang tapuk kekuasaan di suatu negara, kalau gak salah di negara Amerika. Nah, dikira suami adalah tempatnya berlindung dan berteduh sehabis menghadapi dunia politik, eh ternyata sang suami justru berencana membunuhnya agar kemudian melanjutkan roda pemerintahan. Dengan airmata buaya, ia ber-akting agar dipandang sebagai sosok pendamping hidup idaman, setia dan dapat dipercaya. "Ihh! Gila babi. Sepertinya, sementara waktu saya beralih ke film dokumenter."
Okay, itu sebagai pengantar saja. Dan, Jamu dan NKRI adalah keterkaitan lain dalam sejarah yang tidak hanya terjadi secara personal tapi juga skop bangsa secara keseluruhan.
Adalah Susan-Jane Beers seorang jurnalis kelahiran Irlandia yang menulis buku dengan judul "JAMU: THE ANCIENT INDONESIAN ART OF HERBAL HEALING." Buku berbahasa Inggris tersebut membahas banyak hal dari jamu yang adalah sekedar dibuat dari bahan-bahan tradisional, bahwa jamu adalah kesabaran dalam proses untuk mencapai hasil yang maksimal sampai pada cerita magic dibelakangnya. Okay, saya tidak akan menulis tentang magic disini. Berat rasanya mengetahui orang merasa sakit tapi bahkan dokter tidak punya ide penyakit apa yang ia derita. Contoh kongkrit kecil dari magic adalah cerita yang beredar di lingkungan saya terdahulu. Dikisahkan adalah seorang tetangga yang memberi nasi santan kepada tetangga di depan rumahnya dalam rangka syukuran atau sejenisnya. Sekitar dua minggu, tetangga yang memakan itu muntah darah sampai hampir meninggal. Usut punya usut bahwa pemberi nasi santan adalah "penyihir gila" yang menyamar menjadi "bintang iklan Close-Up" yang selalu tersenyum dan tertawa. Setelah diskusi dengan orang-orang sekitar, didapatlah masukan bahwa perlu melakukan pelabrakan pada jam tertentu. Ketangkap basah sedang komat-kamit, diancam akan dipolisikan, maka lalu dengan sedikit proses waktu sang korban santan berdarah itu sembuh secara tiba-tiba sampai dokter pun terkaget. Huuh, itulah magic. Dan, itu persekutuan real antara manusia dengan Iblis yang tidak patut ditiru. Merasa malu berat karena ketahuan menyantet, si pelaku malah memfitnah si korban yang bukan-bukan. "Kurang minum jamu tuh orang." Demikianlah bahwa kejahatan itu seperti lingkaran setan yang akan mengarahkan pada bentuk kejahatan lain. Begitu pula dengan lingkaran kebaikan, ia akan menjuruskan pada perbuatan baik lainnya.
Point dari tulisan ini adalah jamu menyehatkan karena tanpa efek samping. Dan, hal yang lebih ingin ditonjolkan adalah filosofi hidup dibalik jamu: kesabaran untuk hasil yang memuaskan, yang diridhoi Pencipta karena disana tidak ada unsur neko-neko. Bahwa hidup diramu dari berbagai bahan antara lain kesedihan, penderitaan, kebahagiaan, kesuksesan, kehilangan yang kesemua itu memuarakan setiap insan yang bersyukur pada takdir yang perlu dihidupinya sebagaimana Allah telah menuliskan jalan kehidupannya sebelum ia dikirim ke dunia dan yang kesemua chapter itu adalah baik. Jamu bukanlah saja produk lokal pulau Jawa. Tapi juga produksi daerah-daerah lain semisal Bima, Sumatra, Kalimantan dan Bali. Semua jamu memberi efek baik jika dibuat dan dikonsumsi sebagaimana dosisnya. Jamu khas Bima yang saya gemari adalah Lo'i Pakombo karena menstimulasi nafsu makan, badan terasa segar dan kulit terlihat lebih bersinar.
Dalam buku tersebut diatas, halaman 48 bahwa di beberapa kabupaten di pulau Jawa didirikan patung pejuang dan penjual jamu gendong untuk merayakan revolusi. Maaf, lalu kenapa bukan patung politikus, penulis, selebritis atau profesi populer lainnya? Tentu, ada cerita dibalik itu dimana pejuang NKRI yang tradisional dan hanya bermodal bambu runcing memproduksi stamina untuk mengusir, membunuh perampok lahan dan kemudian menghasilkan kemerdekaan NKRI salah satunya dengan hanya meminun jamu. Rasanya siy pelajaran lain adalah masa depan bukan ditentukan oleh roti, keju, susu, Kimchi, Sushi, Croissant atau nasi uduk melainkan cita-cita yang ingin dicapai kedepannya. Sehalnya jamu, tidak karena pada detik ini pengen meminumnya untuk tujuan penggemukan, lalu simsalabim jamu itu sudah tersedia didepan mata, diminum dan tarraaatt, gemuk. "Gila babi!" Tentu, tahap yang dilewati adalah menentukan bahan dan dosis, mengolah dan jadilah jamu. Dan, jamu tidak sekali minum tapi dilakukan berkali-kali sampai didapatkan hasil.
Masih di halaman yang sama, 48, "If the people are healthy, the country is strong."
Jika rakyat sehat, negara pun menjadi kuat.
Diana Dahlan 💕
0 notes
dya-dahlan172-blog · 6 years
Text
In the Air No More
Tumblr media
🌍 Okay, jadi saya berada disana, di KemChick, supermarket Bob Sadino yang jumlahnya hanya satu which is a lovely place dan terletak di Jakarta Selatan. Kok cuman Satu? Bukankah bisnis itu dikatakan sukses jika mempunyai cabang dimana-mana? Well, jawabannya juga satu yaitu, "Demi menjaga kualitas produk."
Apa itu "in the air no more?" Aih, itu bahasa Inggris yang bermakna, "Bukan lagi hal yang menggebu-gebu (kosong)." Seperti yang tertulis difoto atas bahwa sesuatu yang terjadi selama 44 tahun adalah pembuktian dari keinginan, bukan lagi euforia si dewasa tanggung yang tidak jelas apakah sedang berada di alam mimpi atau di kenyataan.
"Lalu, kenapa saya menulis tentang in the air no more?"
Well, saya sering menempatkan diri sendiri dalam situasi sulit karena tidak mau kata-kata yang keluar dari mulut seperti balon yang dilepas di udara dan tidak tahu kemana arahnya. Saya tidak punya bakat menggombal karena saya hanyalah seorang perempuan. Suatu waktu, saya begitu marah pada seseorang yang berbohong dengan cara halus tapi na'asnya dia ketahuan. Saya memutuskan hubungan dan dia menggunakan kata "please" agar diterima kembali dalam lingkaran hidup saya yang "kecil" ini. Saya sebenarnya terenyuh, tapi kadung keputusan sudah terkata dan tidak untuk ditarik kembali. Dia mengatakan akan melakulan apa saja asalkan diberi kesempatan. Saya bilang, "Okay, mari mengelilingi satu pulau dalam sehari." Dia setuju. Oh, kenapa juga saya menulis tentang ini!
Saya sebenarnya sungguh tersentuh, diterima, dihormati dengan perlakuannya. He's really an amazing person! Catatan untuk diri sendiri, "Ceklah dirimu sebelum menyalahkan orang lain."
"Lalu, apa hubungan Bob Sadino dengan in the air no more?"
Pernah membaca kisahnya? Dari sejarah hidup beliau dapat dipahami bahwa kesuksesan besar diperoleh dibalik kejatuhan besar yang dimenangkan. Tidak ada 'kan orang yang dicintai sepenuh hati dengan bermodal kebohongan? Semisal jodoh yang adalah cerminan diri. Artinya, jika pasangan mu amburadul, ngapain sibuk mengamburadulkan pasangan orang lain? Mending urus si pasangan agar tidak amburadul. Kira-kira masuk akal, bukan? Akal adalah anugerah terbesar bagi manusia, satu-satunya yang membedakannya dari binatang. "Begitulah kalimat pembeda yang sering saya dengar ketika membicarakan tentang perbedaan antara manusia dengan makhluk lainnya."
Bob Sadino adalah contoh nyata bagi orang Indonesia segala umur tentang bagaimana itu membuktikan pernyataan dan mimpi-mimpi tapi tetap fleksibel agar campur tangan Tuhan ikut terlibat melalui keberuntungan. Dan, tentu tidak setiap individu menjadi pengusaha. Tapi, cobalah perhatikan setiap jalan, gang yang anda lewati disetiap daerah perantauan anda. Saya menemukan bahwa baik itu di Bima, Mataram, Yogyakarta, Bali, Jakarta, Samarinda dan tempat-tempat lainnya terlihat disetiap jeda dua atau tiga rumah, orang-orang berbisnis. Mereka memanfaatkan teras, pekarangan bahkan menyewa emperan lahan orang lain untuk menjual Pop Ice, gorengan, soto, bakso, cilok, air isi ulang, laundry service, dll.
Ini fakta yang kadang saya pikirkan disaat santai. Apakah sistim dagang kecil-kecilan ini sekedar kegiatan pembunuh waktu ketika pensiun, untuk uang saku anak atau memang biaya hidup yang semakin meningkat yang tidak terjangkau lagi oleh penghasilan regular? Dan, adakah pengaruh baik dan tidaknya bagi daerah atau skop negara secara keseluruhan? Apakah bangsa ini akan bisa seperti China jika geliat ekonominya begitu enerjik? Atau ini hanya geliat kecil dari naga yang akan terbangun dari tidur siangnya?
Frankly speaking, I try to think about the answer but get stuck on the way to it.
Sang Sadino berkata bahwa bisnis adalah yang dikerjakan bukan yang terus-terusan ditanyakan.
Bisnis?
Semua hal patut diuntung-rugikan. Termasuk harga ilmu, wawasan, pengalaman dan kemampuan interpersonal. Bisnis tentu bukan hanya jual beli di pasar, perhotelan, transportasi, pendidikan, etc. Bisnis terbaik menurut saya adalah tahu menghargai, memberi nilai pada diri sendiri dengan menghormati, mencintai jiwa raga dengan tidak lupa bersyukur pada Sang Pencipta. Dan, ketika sudah kepala tiga seyogyanya sikap menerima diri sendiri dan berterima kasih atas petualangan hidup yang mencengangkan adalah in the air no more. Hal itu semestinya sudah menjadi attitude yang melekat, yang kokoh walau dikelilingi oleh unsur negatif apa pun. "Isn't it?"
Diana Dahlan,
My Pap's Lil Girl 💕
0 notes
dya-dahlan172-blog · 6 years
Text
🎉 Pap, Happy new year 2018. Do not go too far, yet please. I'm afraid not finding you anywhere there. If it happens, Well you know what will happen. Best wishes for you, my gorgeous Pap 🎉
0 notes
dya-dahlan172-blog · 6 years
Text
Politik Pin Pin Bo
"A smart man uses his brain. And, a wise man uses his heart"
Kutipan dari chinese pemilik Alipay, Jack Ma ini mengingatkan bahwa jalur logika itu mengasyikan tapi pendek. Sedangkan, hati mempunyai jalur yang lebih panjang daripada umur dan memorable disetiap kepala dan hati yang mengenalnya. Politik Pin Pin Bo hanyalah produk kepribadian yang ditempa oleh cobaan hidup dan tidak mengkerdilkan pertumbuhan kemanusiaannya, digoda "setan" untuk berlaku negatif tapi tetap memilih damai dalam hidup yang hanya sekali dengan kemauan menjadikannya positif. Tentu, memilih damai dalam politik adalah bodoh.
"Mana ada kedamaian dalam kompetisi kepentingan yang tidak jelas apakah hitam, Putih atau bahkan abu-abu?"
Tapi, Politik Pin Pin Bo adalah mengerjakan apa yang semestinya dilakukan. Sesuatu yang terasa benar untuk dikerjakan. Yeah! As simple as that.
"By the way, kenapa siy menulis politik. Kamu 'kan cewek?" (Untungnya, hanya beberapa oknum saja yang pernah saya temui yang pernah mengajukan pertanyaan semacam ini. Salah satunya terdengar ketika pencalonan legislatif kota Mataram sekitar dua atau tiga periode lalu dan saya mendapat nomor urut. Namun, memutuskan resign karena merasa diri belun pantas. Dan, ternyata bakat, passion harus pula dilibatkan ketika ingin menjadi sesuatu).
"Mengapa tidak? Lagian sebagai cowok, tahu apa kamu tentang politik?" (Ini jawaban yang hanya terkata dalam hati dan saya menyesal tidak menyuarakannya waktu itu).
Politik adalah alat untuk menuju kekuasaan,mempertahankan dan menggunakan kekuasaan tersebut semata untuk kepentingan rakyat. Bukan demi kelompok, ras, etnis, agama atau partai tertentu. Politik semestinya adalah kebenaran. "Iya" ya "iya." "Tidak" ya "tidak." Walau dalam banyak hal, pengambilan keputusan tidak sesederhana "ya" atau "tidak." Contoh kecilnya adalah tentang issue LGBT (Lesbian, Gay, Bisex, Transgender). Secara kejiwaan (dr. Fidiansyah, Sp KJ MPH di Indonesia Lawyers Club) menyatakan kelompok ini perlu bimbingan, pengobatan dan intimidasi tidak termasuk. Dengan alasan Hak Asasi Manusia (HAM), kelompok ini dibiarkan menggema dan negara yang harus membayar kerugian atas perbuatan mereka (Penyakit menular seksual, AIDS dan anak muda yang rentan terhadap gaya hidup LGBT). Tentu, LGBT tidak sepenuhnya bersalah atas dampak-dampak tersebut. Shortly, bagaimana kira-kira menyelamatkan generasi dari HIV/ AIDS yang dengan demikian menyelamatkan negara dari membayar harga obat miliaran/ triliunan rupiah yang bisa dialokasikan untuk bidang pembangunan?
(Note:obat bagi penderita HIV/ AIDS gratis jika dirujuk ke departemen kesehatan pemerintah. Per tahun negara mengeluarkan Rp. 6.500.000 x 170.000-210.000 orang untuk obat HIV/ AIDS. Dan, jumlah penderita cenderung meningkat. Dengan demikian jumlah dana yang akan dianggarkan pun melambung tinggi).
Well, negara perlu memfasilitasi pemeriksaan HIV/ AIDS bagi pasangan yang ingin menikah. Hal ini agar memberi potensi bagi calon pengantin yang non HIV/ AIDS mendapat pasangan dengan status yang sama. Dan, yang terlanjur menjadi pengidap untuk dibiarkan menikah dengan sesamanya. Dan, ouh please! Jangan menuntut diperlakukan setara jika perbuatan mu tidak sama dengan yang bukan non HIV/ AIDS. Pertanyaannya adalah, "Kalau tahu dengan HIV/ AIDS saja negara sudah bisa terlilit utang besar, lalu kenapa belum memutuskan sesuatu? Sesuatu yang besar yang mungkin cenderung terlihat tega.
Disinilah peran penguasa yang berpolitik Pin Pin Bo terlihat. Asumsinya adalah dengan memberlakukan peraturan semisal untuk contoh kecil diatas, maka penguasa ini tidak memikirkan bagaimana polling suara di pemilu berikut jika kehilangan vote dari kaum LGBT. Dan, ia tidak ambil pusing dengan image di mata dunia internasional yang akan menyatakannya sebagai penguasa lalim yang tidak menghargai HAM.
"Apalah HAM jika mudharat-nya lebih banyak ketimbang baiknya?" So, hal yang dilakukan adalah memberi treatment kepada LGBT dan tidak meng-under estimate mereka. Peraturan ini mungkin menimbulkan keributan. Dan, dinilai bodoh karena secara politis tidak menguntungkan. Dunia internasional pun mungkin akan memberi pin bertulis "Negara Kok Ngatur Privacy Warga?"
Logikanya adalah penguasa jenis ini justru sangat pintar karena sadar bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati. Dan, ia mempertaruhkan image demi mencegah bobroknya kehidupan bergenerasi yang akan datang. Jalur logika itu mengasyikan tapi pendek. Jalur hati lebih panjang dari umur.
Sesungguhnya, bisa terlihat bahwa kebenaran itu sederhana. Semisal, orang sakit yang tentu dilarikan ke rumah sakit. Orang yang mau six pack, ya silahkan saja ke gym centre. Yeah! As simple as that.
"Lalu, bagaimana bisa kebenaran itu berat untuk ditegakkan?"
Sebagian orang menjawab, "Ya! Itulah politik. Dan, itu bukan untuk anak perempuan."
Ouh, hell!
Kebenaran itu berat untuk ditegakkan karena nafsu kepentingan pribadi, kelompok, ras, etnis, agama atau partai politik tertentu melebihi nafsu untuk bekerja demi kepentingan rakyat.
Ya! Contoh kasus yaitu jikalau saja musyawarah dalam memutuskan sisa belanja desa yang misalnya berjumlah Rp. 20 juta digunakan untuk pembangunan dan kemaslahatan rakyat, tentu nominal tersebut tidak akan mengkerut oleh konsumsi rapat yang berlangsung selama tujuh hari tujuh malam untuk mencari penyelesaiannya. Dan, lalu peserta rapat tiba-tiba mengajukan ijin untuk berlibur ke luar kota.
"Itu bukan politik. Well, itu mungkin saja politik. Tapi, politik tipu-tipu bukan politik Pin Pin Bo."
Perempuan?
Ya, kemenangan yang terlihat indah dengan quota 30 porsen-nya. Kalau mampu bersaing, ya tidak menutup kemungkinan akan menempati banyak nomor urut dikemudian hari. Maksud saya yaitu tidaklah dengan alasan quota, lalu menempatkan caleg perempuan yang "sedang-sedang saja" yang pada akhirnya menjadi tameng untuk politik tipu-tipu. Sekalipun alasannya ditempatkan sebagai simbol atau proses belajar, tapi oh my God! Tidak ada orang yang hanya ingin hidup dalam statue atau hanya megah dalam puisi. Dan, dunia kerja apalagi menyangkut kekuasaan bukan untuk orang yang sedang berproses. Dunia kerja adalah habitat untuk para petarung. Tentu, apresiasi tertuju pada petarung gender equality sehingga lahirlah quota 30 porsen untuk perempuan di pencalonan. Ini adalah selebrasi yang menawan. Sure thing, bukan berarti seseorang yang non feminis tidak ikut menghargai usaha para feminis dalam menunjukkan eksistensinya bahwa mereka berwujud. Karena mereka berwujud, maka tentu mereka terlihat. Dan, politik tipu-tipu akan memperlakukan perempuan sebagai yang tidak terlihat walau dengan potensi yang besar. Politik Pin Pin Bo melakukan apa yang semestinya dilakukan. Dia akan memberi ruang, "Hei! Anda punya kualitas untuk membangun bangsa. Let's work together!"
"Only do what your heart tells you" (Queen in the hearts of the people)
JIKA ada dua pilihan dan harus memilih antara:
1. Dipercayakan sebuah kekuasaan dan memanfaatkannya untuk menyembuhkan jiwa raga rakyat, atau
2. Dipercayakan sebuah kekuasaan dan memanfaatkannya untuk mendapat pelayanan, penghormatan dan melanggengkan kekuasaannya.
Which one you will chose?
Konon, hidup itu indah dan hanya sekali. Rintangan, resiko pun tidak main-main. Tidak ada yang salah dengan hidup karena bahkan kesalahan pun mempunyai peran tertentu dalam kehidupan.
Jalur logika itu asyik tapi pendek. Jalur hati lebih panjang daripada umur dan memorable disetiap kepala dan hati yang mengenalnya.
Politik Pin Pin Bo adalah politik hati, namun tidak lupa mengikutsertakan kepala dalam setiap manuvernya. I think, only genius can do this.
Diana Dahlan 💕
0 notes
dya-dahlan172-blog · 6 years
Text
Development of Experiences🚅
Tumblr media
Indonesia adalah negara terbesar ke-empat untuk jumlah populasi terpadat di dunia. Setengah dari 260 juta penduduk berumur dibawah 30 tahun (data angka dari www.indonesia-investments.com). Dan, ditengah gempuran kreativitas anak muda, bangsa ini masih menyandang status sebagai "negara berkembang." Tentu, tidak ada yang salah. Hanya, menyayangkan satu negara yang secara geografis begitu luas ditambah dengan kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) yang tidak terkira masih menyisakan pengangguran sebanyak 7.04 juta orang per Agustus 2017 (angka tersebut diambil dari www.bps.go.id).
Lalu, apa saya menyalahkan anak muda atas kondisi bangsa ini?
"Tidak. Hal sempurna apa yang diharapkan dari pribadi yang masih mencari?"
Lalu, apakah generasi 30 tahun ke-atas adalah pihak yang dipersalahkan?
"Nope. Kita bukan orang durhaka yang menyalahkan orang "tua".
Lalu, kenapa Indonesia tidak seperti negara tetangga semisal Singapura?
"Saya tidak punya jawaban untuk itu. Tapi, coba renungkan pertanyaan dibawah ini."
1. Apakah warga Singapura membuang sampah sembarangan?
2. Hal yang bikin mereka maju, apakah faktor bisnis yang fokus atau ada hal utama lainnya?
3. Korupsi disana menempati peringkat ke-berapa di dunia?
4. Parlemen-nya berdebat atau bermusyawarah?
Ya! Itu baru empat Pertanyaan mencolok dari keadaan masing-masing negara. Dan, lalu apa itu Development of Experiences?
Disetiap upacara atau dimasa khusus seperti kampanye dan perbincangan di media massa bahwa Indonesia perlu mengembangkan kehidupan di segala bidang. Saya yakin, faktor-faktor di segala bidang yang mereka maksud difokuskan ke arah ekonomi, politik, sosial budaya dan pertahanan keamanan.
Lalu, bagaimana cara kita berkembang di bidang-bidang tersebut?
Konon, baik buruknya kehidupan seseorang bergantung sungguh pada dirinya sendiri. Sumber Daya Alam (SDA) Indonesia yang berupa minyak bumi, gas, batu bara dan lainnya tidak menjadi produk layak beli dengan sendirinya. Proses pengerjaan dilakukan dengan tenaga manusia baik secara langsung (tanam, panen, sortir, packing) maupun tidak langsung (evaluasi, monitoring).
Bukankah begitu?
Saya pikir, tidak perlu berjalan menuju Barat atau lama berkutat dengan teori-teori untuk mengambil kesimpulan bahwa "mengemas produk/jasa sehingga menarik konsumen untuk belanja adalah dengan mendidik sang aktris/aktor yaitu Sumber Daya Manusia (SDM).
Biarpun sekarang tekhnologi mulai mengambil alih peran manusia, toh tombol on/off tidak memencet dirinya sendiri. Diperlukan SDM yang tidak gagap tekhnologi untuk itu.
And then, bagaimana mendidik SDM Indonesia untuk siap terjun ke lapangan pekerjaan yang kemudian bisa mengembangkan kehidupan berbangsa dan bernegara di segala bidang?
Kita perlu mengapresiasi pemerintah karena mampu bekerja dengan baik dibawah tekanan internal dan juga dari rongrongan politik yang mungkin ingin melakukan kudeta, fitnah, adu domba rakyat atas nama perbedaan, dsb.
Itu pasti bukan pekerjaan mudah!
Pemerintah kita sudah melakukan upaya terbaik untuk bangsa ini. Ya! Disemua bidang kehidupan: ekonomi, politik, sosial budaya dan pertahanan keamanan.
Nah, sekali lagi pertanyaannya adalah, "bagaimana mendidik SDM Indonesia untuk siap terjun ke lapangan pekerjaan yang kemudian bisa mengembangkan kehidupan berbangsa dan bernegara di segala bidang tersebut?"
Saya punya jawaban which is "DEVELOPMENT OF EXPERIENCES."
Indonesia adalah bangsa yang bersatu dengan modal perbedaan. Dan, ini adalah prestasi yang tidak semua bangsa di dunia mampu melaluinya dengan selamat. Sorry, sebagai contoh lihatlah Uni Soviet.
NKRI mempunyaiu17.504 pulau, 263.846.946 juta jiwa, 5 agama, 34 propinsi, 300 suku bangsa dan 1158 bahasa (data angka diambil dari id.m.wikipedia.org dan www.bps.go.id). Negara mana yang kaya oleh perbedaan seperti Indonesia? Dan, apakah mungkin langsung melangkah pada perkembangan secara kolektif tanpa saling mengenal saudara/i yang berbeda geografis, kebudayaan, agama bahkan kebiasaan? Maaf, Timor Timur tidak akan lepas jika mereka tidak merasa "di-anak tirikan."
Development of Experiences (pengembangan di bidang pengalaman). Pertama-tama fasilitasilah rakyat untuk bertukar pengalaman hidup dengan saudari-saudara sebangsa yang tersebar di-seantero Indonesia. Dimulai dengan umur sekolah menengah atas (16 tahun). Ya, pertukaran pelajar dengan durasi tertentu antar propinsi yang tidak melulu berbasis di ibukota propinsi tetapi juga menyentuh skop pemerintahan terkecil yaitu Lingkungan Tetangga (RT). Pepatah bilang, "tak kenal makanya tak sayang." Kita tahu sendiri kalau tidak saling sayang, ya berantem.
Jadi, sebelum anak-anak Indonesia Di kirim ke luar negri, biarkan mereka terlebih dahulu memahami betapa berbedanya bangsa yang mereka miliki tapi tetap satu jua. So, step-nya tidak ditukar ke luar negri terus baru diberdayakan di dalam negri. Nanti, mereka kebarat-baratan lagi! Ngomongin dan memperjuangkan LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender) padahal masyarakat Indonesia mentolerir perbedaan bukan kelainan.
Maaf ya! Coba pelajari sendiri tentang LGBT dan anda akan menemukan satu kata untuk itu: "kelainan." Bahkan, ada ahli jiwa yang melabeli mereka dengan sebutan ekstrim. Saya pribadi lebih memilih menyayangi ketimbang memusuhi. Kita tidak tahu peristiwa apa yang sudah terjadi dalam hidup seseorang. Roda berputar. Bisa jadi kebaikan mereka yang mampu mengantarkan anda ke Surga. Who knows? Pernah 'kan membaca kisah wanita tuna susila yang memberi air minum pada seekor anjing dan Tuhan putuskan dia untuk masuk Surga.
Development of experiences!
Semakin tahu tentang saudari/saudara mu, semakin bersahabat hidup mu. Well, satu masalah mungkin terlihat mudah. Tentu, aktivitas memecahkannya adalah cenderung kompleks.
Menjalankan ide tidak seperti berucap "simsalabim". Tentu, bekerja demi goal persatuan lebih membahagiakan ketimbang menembak anak bangsa sendiri karena makar.
Ini tidak mudah!
Tapi, saya berdo'a ada pemimpin yang ditakdirkan untuk melakukan program Development of Experiences ini.
Diana Dahlan 💕
0 notes
dya-dahlan172-blog · 6 years
Text
Redefining Hero
Tumblr media
Kita, penduduk dunia tahu bahwa satu tahun untuk 365 hari dan menjadi 366 hari ditahun kabisat. Pada penghujung tahun 2017 ini, ilmuwan memprediksi bahwa setahun kedepan akan banyak terjadi gempa bumi, tanah longsor, abrasi (penutupan pantai oleh air laut yang disebabkan oleh global warming) bahkan tsunami. Hal demikian terjadi karena perputaran bumi yang melambat sepersekian mili detik (silahkan klik sains.kompas.com, liputan6.com, tribunnews.com). So, mungkin saya dan anda yang kadang meminta, "Andai sehari lebih dari 24 jam" bisa berhenti mengucapkannya karena kalimat ini berarti memohon kepada Tuhan untuk dunia disegerakan berakhir. Kiamat.
Redefining Hero. Mendefinisikan kembali kata "Hero." Tapi sebenarnya, tulisan ini tidak mencoba mendefinisikan kembali "Hero." Redefining Hero lebih pada menuliskan kebingungan duniawi akan makna kata Hero. Hero adalah satu kosakata berbahasa Inggris yang berarti pahlawan. Secara duniawi, orang tidak baik bisa saja mengklaim dirinya sendiri sebagai pahlawan atau orang tidak baik dengan potensi kekuasaan tertentu bisa dijual sebagai produk untuk tujuan semisal kekuasaan, pemenuhan diri yang narsistik atau demi uang. Kenapa "bingung secara duniawi" saja? Ya, karena seperti yang diajarkan yaitu di akhirat Allah tidak mengenal siapa pahlawan, siapa bukan. Allah hanya tahu manusia baik akan diarahkan ke surga dan yang tidak baik digiring ke neraka. Pertanyaan selanjutnya adalah pertanyaan dari saya yang lebih ditujukan pada diri sendiri yaitu:
"Kalau Allah hanya memperhitungkan amal-amal mu, lalu kenapa engkau meributkan hal-hal keduniawian?"
Saya belum mempunya jawaban yang pasti. Kira-kira akan bagaimana jawabannya jika pertanyaan diatas direspon oleh setiap individu yang hidup di bumi termasuk anda.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pahlawan adalah "orang yang menonjol karena keberaniannya dan pengorbanannya dalam membela kebenaran atau pejuang yang gagah berani."
Didalam tanda kutip itu ada syarat tertera untuk seseorang layak menyandang sebutan pahlawan yaitu:
1. Menonjol
Dalam memperjuangkan kebenaran, ia harus menonjol. Sekali lagi, hal yang diperjuangkan pahlawan adalah KEBENARAN bukan hal lain. Dan, banyak individu istimewa yang memperjuangkan kebenaran, hanya yang menonjolah yang bisa disematkan sebagai pahlawan.
2. Menonjol
Selain menonjol dalam memperjuangkan kebenaran, pahlawan harus menonjol dalam segi pengorbanan untuk memperjuangkan kebenaran. Ia berkorban. Tentu saja, berkorban disini bukan bekerja lembur di Rumah Sakit untuk mendapat penghasilan ekstra, misalnya. Hal itu berarti anda bekerja keras, mengorbankan waktu meninggalkan keluarga lebih lama dan anda mendapat uang/ barang sebagai balas jasa. Ya, anda pahlawan bagi keluarga bukan lalu dengan perbuatan itu disebut sebagai pahlawan dan semua orang perlu membungkuk. Saya yakin, anda termasuk saya bukan orang picik yang ingin menjadi pahlawan bangsa tanpa menonjol dan berani dalam hal kebenaran dan pengorbanan untuk kehidupan berbangsa dan bernegara.
3. Berani
Silahkan cek sendiri apa itu definisi berani, keberanian. Disini saya akan menulis dua "sebutan" yang menurut saya pantas dianugerahi pin sebagai pahlawan bangsa sekaligus pahlawan kemanusiaan.
a. Veteran
Siapa yang mengaum dengan bambu runcing sementara musuh mu mempunyai meriam?
Ya, sebagian orang hidup dalam takut, lebih berani menjadi budak atau mengungsi untuk kehidupan yang lebih baik dan layak. Tapi, mereka lebih memilih mati daripada dijajah. Segala taktik dikerahkan untuk memenangkan perang yang kondisinya tidak seimbang. Toh ternyata, keberanian atas nama kebenaran adalah amunisi tersendiri. Sayangnya, dikemudian hari disebuah upacara, veteran ditempatkan dibelakang panggung sedangkan penerus ditempatkan diatas panggung bertenda untuk penghormatan atas image perjuangan yang dikesankan oleh veteran.
Tidak ada yang salah dengan posisi karena bumi pun berputar. Prajurit Indonesia bukan tidak punya peringkat di dunia. Dan, seumur-umur, organisasi pemerintah inilah yang tidak pernah ribut soal tuntutan kenaikan gaji/ tunjangan, mereka tidak pernah berdemo, resiko pekerjaan berat, latihan fisik dan mental tidak tanggung-tanggung.
"Mengingat proses hidup itu, apakah tega menempatkan mu dibelakang panggung suatu saat nanti ketika engkau pensiun?"
Ketika anda ingin satu inspirasi bagaimana memperlakukan veteran dengan baik dan hormat, maka belajarlah dari presiden Amerika Serikat ke 44: Barrack Obama.
b. Guru Honorer
Saya mempunyai seorang teman yang juga adalah sebagai adik, penyuplai cumi kering dan my partner in crime. Oh tentu! Itu tidak mengesankan. Hal yang luar biasa adalah ia rela menyebrangi pulau di Labuan Bajo sana untuk mengabdi sebagai guru honorer. Pekerjaan ini dilakukannya dimasa jomblo. Ketika sudah menikah pun, ia masih menggelutinya. Pertanyaan adalah, "Mengapa?" Dengan bertambahnya anggota keluarga, bukankah pula bertambah beban?
Ia bisa saja menyebrang ke Sulawesi untuk mengejar job dengan gaji yang banyak. Dengan demikian, keluarga pun bisa lebih makmur. Tapi, kenapa tidak dilakukannya?
Jawabannya adalah ia guru sejati yang layak hidup dalam puisi dan diperingati secara nasional. Ia adalah guru yang tidak menyukai dunia politik dan tidak bermain image untuk berkuasa. Ia hanya guru muda yang takut kekenyangan sehingga menjadi malas, takut menuntut kenaikan gaji/tunjangan karena hadir beberapa jam saja disekolah.
Ya, hanya guru honorer sajalah yang exist dalam pemerintahan dan berani berkorban demi pendidikan generasi dengan bayaran minim. Hidup tidak main-main. Jika peduli, tetapkan guru honorer sebagai pahlawan bangsa atau hapuskan keberadaannya. Dan, ya! Yang saya maksud adalah semata guru honorer bukan yang lainnya.
Pahlawan,
Veteran gugur demi kemerdekaan bangsa. Guru honorer mengabdi demi kecerdasan bangsa. Dan, saya tidak berpikir pahlawan lahir dari memenangkan debat tentang siapa pemilik Jerusalem, misalnya. Pahlawan lahir dari perjuangan untuk mengatakan kebenaran atasnya, memperjuangkannya dan mempertahankannya. Dunia memang harus damai. Tapi, pula harus siap jika perang tidak terelakkan.
Redefining Hero.
Poin tulisan saya adalah, "Please deh. Tidak usah segelintir kalian memberi brainstorm kepada generasi muda untuk mengklaim diri mu sebagai pahlawan sedangkan agenda terbesar perjuangan organisasi mu adalah faktor kesejahteraan ekonomi."
Diana Dahlan 💕
0 notes
dya-dahlan172-blog · 6 years
Text
“Is Business Another Call For Dracula?"🌼
Business and Dracula are two different things. This definition is taken from id.m.wikipedia.org that business is "an organization sells stuff or service to consumers or other form of business to gain profit.” So, business is not limited to only selling beauty products, costumes, foods, electronics, etc but also course organizers, translating bureaus, writing contributors and other services. It stills quoted from the same source: id.m.wikipedia.org Dracula is “A blood sucker vampire that is the main fictious character created by Bram Stoker in his novel Dracula published in 1897.”
Ouh! So, Dracula is just an imaginative creature, indeed. Then, what it’s connectivity to business?
Before getting to know the connectivity between business and Dracula, let us see the survey taken from Tempo.Co which had been copied from BBC before that unemployment is the most scary creature for world’s population. The research was cooperated with Globescan and involved 11.000 respondents from 23 countries. It showed that the worry of people is different in every nation but the trend is around the issues of corruption (Nigeria, Turkey, Peru, Indonesia), adequacy of food and energy (China, Russia, Kenya, Philippines), poverty and crime (Latin America). And, yuph! The world’s most terrible pain for people around the globe is a damned thing called UNEMPLOYMENT.
"Rejection is an opportunity for your selection” Bernard Branson.
The starting purpose of my writing is to narrate events that I have knowledge and experiences about. Also, attach stories happened in my surrounding to strengthten the whole paragraphs. Some of the writings are self centered though and that’s okay because the scope is set small.
From the first writing (He is Adorable) till this material that you are reading at the present makes me realize that life of a man is a relationship to other people’s life which then leads her/ him to a wider scope of her/his own life story.
Yesterday, I visited a friend. Then, my connection went larger to cultural preservation organization, foreign volunteer organization and having chat with young entrepreneur who had positive and clever personality.
The one story which can’t be forgotten is a talk with a general manager lady who doesn’t have any will to be famous even with five likes on Facebook. One beautiful lesson I learnt from her is “life without contribution to others is a failure.” And sure, to be able giving any help, “my” hand should be above than the other's hands. In positioning to the aboved hand, “I” must have things and that’s not always money but other rich materials such as happiness, care, affection, motivation, protection, giving a ride, etc. Gee! It looks easy to contribute to somebody’s life 😂😀.
Have you ever heard about Makayla? Yuph! It’s a new opened cafe with outdoor vintage theme. It is launched on September 1st, 2017 in Palibelo Bima. Sure, the area of this growing cafe is a previously neglected piece of land, dull. By the way, in the management of clever entrepreneur, can’t us mention potty stuffs those go un-interesting and worthless?
The menus in Makayla are unique and not 100% pure. For instances, you may order a cup of iced tea and the drink is formulated with lemon essence. Traditional sauce (sambal) which is seen as super ordinary ingredients gives a super delicious taste and even prettier than it’s plating when we eat it.
Have you ever tried drinking coffee Ice Blend, Milk Based Smothie, Mocktail? These drinks are below IDR 10.000. And, that price is aside from heavy meals and snacks.
Price for all items are not base on certain standard because the segment is general customer.
Before setting a stage for live accoustic, the food and drink are at the lowest price due to lack of facility. Free wifi is accessible and information from the availabeled magazines can be an inspiration for mix matched fashion that you would like to wear the next days.
I'm thinking for Makayla to produce a kind of special drink which iced tea will be delightfully formulated with special additional ingredients and flavor made for “peacefully insecure” youngsters who actually are satisfied, independent, happy with their existences but making a bit of money still. Yeah! The drink might be named “Hellie Sissie.”
Come on! I’m not thinking about negativity when writing this humble article. Hellie Sissie is just a formulated name might sounds “noise” but delivers a warning that life is short event. Well, being Sissie is personal choice. Other people do not supported with hammers by God to judge whether a person will be sent to hell or dumped off somewhere between hell and heaven. Somebody won’t stop being good or bad by preaches. She/he is good or bad only by her/his own willingness to be so.
I am sure, Makayla will operate in peace when the customers coming from different background sit in tolerance, affection and fun. And, it will turn awkward if women with red lipstick on then people ridicule them like no other or with a scarf around your neck, people have already judged you as victim of soap opera.
Makayla is going to be a new atmosphere in the area of Bima town and regency because the location is strategic and customers walk in with various backgrounds. So, whoever or whatever "I am" let us relax our minds with Hellie Sissie. But, this Sissie is not on the list, yet. I wish, it will be there soon, so people who are in thirst of friendship, tolerance and acceptance can be slow down. By the way, Hellie Sissie is a formulated name means "Sissy from hell" also can be understood as "the Charming Sissie."
I am interested in knowing behind the scene of Makayla. Normally, the story happens out stage is more crowded. Often, it's miraculous than the physical building seen in front of the eyes. Isn't it?
Yuph! Definitely the first step is at the point zero. One of the inspirations is a patner who once sold chips on street, now is owner of one biggest hotel in Senggigi, Lombok. During the journey, Makayla had been taught some lessons that life would be much better without putting things on airs, that mindset of getting cash is not having around the clock money oriented thought. And, a person won't make any further move if stills proactive to every comment sent to her/him.
That's it! Those batch of simple words are the un-seen motivation.
Business is business. Dracula is Dracula. They are un-known to one another. Business is not as scary as Dracula. Fear in the form of reluctance exists because "my" frame of mind is an employee. "My" suggested mind of how "my" office looks like is with Air Conditioning and name plate on a shiny table. Potentially, government should still push BUSINESS on and on to rule the entry of honorary staffs in all departments. Also, putting mindset to youngsters with such inspiration from the above Bernard Branson's that rejection (to honorary staffs in government's offices) is a selection leads "me" to life achievement which actualizes ability and energy to perform who really "I am."
People include "me" believe that business is about fund. The most powerful barrier that we assume altogether for doing it is the fund. Then, it is cited from Bob Sadino that "business is just "knees." If you don't have any, you borrow it from others."
When I asked about fund, Makayla pointed at it's head. Another entrepreneur answered with a pretty smile. The other one said that it wasn't about money but an art. So, I draw conclusion that there are two kind of fund for business: brain and happiness.
Business doesn't have alias name such as Dracula. Top tips for having a successful business can be found anywhere: book, magazine, newspaper, telly, internet, seminar, etc. May be, it's about "my" own thinking which had been brainstormed that business is very difficult and a heavy matter that if it falls a part, you might cut yourself. Well, it can be true. Or, let us take this as an example when a person said such things for negative purpose is really not a matter. The "white criminal" might just want to protect her/his business from tight competition with other fresh and smart entrepreneurs.
"We" need to say once again that it's not a problem with the negativity at all. It might be the only skill she/he has to not share profit with others and should be responded with neglection. And, because "I am" a young creative and hard working kid on the block would gladly prove that she/he is wrong. Makayla stated, "Let ten cafes set up around here. But, fortune will never be a confused matter."
Diana Dahlan 🌼
0 notes