Tumgik
dyahoktavia ¡ 7 years
Text
Tidak Bisa Upload Foto di Instagram
Astaghfirullah... Apa kabar blog saya. Udah gak ada bedanya sama orangnya yang gak keurus wkwkw.
Bismillah... Karena kekurangan topik minim sekali informasi di google saat saya mengalami masalah kekinian ini, maka saya akan membahasnya kali ini.
Malam itu saya bermaksud menata kembali tampilan instagram online shop saya. Sebelumnya sudah ada gambaran seperti apa tampilan yang enak dilihat dan mudah dipahami (?). Tentu saja saya dapatkan ide itu dengan menyontek online shop sebelah wkwkw *malumaluin*. Alhasil, karena banyak sekali produknya, secara tidak sadar saya sudah mengupload 99 foto sekaligus! Gak sekaligus juga sih. Satu-satu tapi dalam rentang waktu sekitar 1 jam-an lah ya. Kemudian, saat ingin mengupload foto yang ke-100, secara otomatis foto tersebut ter-delete sempurna! Tenang tenang, bukan semua foto kok. Hanya foto yang ke-100 saja. Saya coba kembali, tapi tetap tidak bisa. Kemudian saya menanyakan solusi pada yang paling tau segalanya mengenai segala hal: google.
Singkat cerita saya melakukan beberapa hal seperti yang dianjurkan oleh beberapa dokter-dokter disana termasuk juga dokter dari web instagram sendiri. Mulai dari restart HP, uninstall dan reinstall aplikasi, hapus aplikasi terbaru, mungkin aplikasi itulah yang menyebabkan instagram tidak bekerja normal. Namun, seperti dugaan saya, hal itu tidak berhasil. Karena menurut saya, HP dan aplikasi tidak bersalah dalam hal ini. Mungkin karena kelakuan saya yang mengupload banyak foto dalam rentang waktu yang sebentar membuat sistem instagram mendeteksinya sebagai suatu perbuatan asusila sehingga pelakunya perlu dihukum seberat-beratnya *lebay*.
Menyerah dengan petunjuk berbahasa Indonesia, saya mencoba mencari curhatan-curhatan yang berbahasa Inggris. Sayangnya hanya ada satu web saja yang masalahnya persis seperti yang sedang saya alami masa itu. Dari web itu saya mendapatkan nasehat bijak: tunggu saja selama 2 hari, kemudian coba upload lagi beberapa foto. Dan alhamdulillah... setelah 2 hari, saya kembali bisa mengupload foto tetapi hanya dibatasi 9 foto saja. Sepertinya pihak instagram tidak langsung memberikan hak untuk mengupload seperti dulu kepada spamer seperti saya. Kasian ya :v
Intinya teman-teman, jika kalian mengalami hal yang sama, satu-satunya yang bisa kalian lakukan adalah tunggu selama 2 hari kemudian coba upload lagi. Jika belum bisa, silakan laporkan pada pihak instagram. Jika belum bisa, saya tidak punya solusi lagi. Mungkin sebaiknya kalian mulai bertaubat dan menjadi orang yang shalih(ah). Baiklah... karena sudah mulai ngelantur, saya akhiri saja tulisan ini. Semoga bermanfaat ya ;)
Dyah Oktavia | Kamis, 15 Rabi’ul Awwal 1438
4 notes ¡ View notes
dyahoktavia ¡ 7 years
Text
Nasi Kotak
Tumblr media
Tertulis di atas tutup nasi kotak itu,
“Terima kasih atas jerih payahmu memperjuangkan agama kita, saudaraku. Semoga Allah mengganjar dengan balasan kebaikan yang berlipat ganda. Sekarang, silakan nikmati makan malam ini. Dari kami, para ibu yang berdoa semoga anak-anak kami memiliki iman setebalmu di masa yang akan datang.”
Salah satu yang manis dari #AksiBelaIslam 4 November kemarin. Mereka tidak mau kecolongan. Ada kesempatan emas di depan mata, langsung disambut dengan cepat. Dan hasilnya adalah nasi kotak ‘manis’ ini :’)
Dyah Oktavia | Senin, 7 Syafar 1438
NB: Sumber gambar dari DP salah satu teman di BBM. Entah siapa, sudah lupa hehe.
0 notes
dyahoktavia ¡ 7 years
Quote
Jauh semakin terasa nyata, kala kita berpura-pura baik-baik saja.
0 notes
dyahoktavia ¡ 7 years
Text
Cerbung: Nama
Kalimatnya kembali terhenti. Setiap kali teringat sebuah nama, ia tak bisa melanjutkan kalimat do'anya. Dengan mata yang masih terpejam dan kedua tangan yang masih menengadah, keningnya mengerut. "Haruskah kusebut namanya? Apakah dia memang yang terbaik? Yakinkah aku menginginkannya? Ataukah setelah ini aku akan menyesal?" Pertanyaan-pertanyaan itu selalu membuatnya bingung. Tidak seperti do'a-do'a lain yang ia yakin akan akan diulang-ulangnya dalam setiap kesempatan, do'a tentang satu nama ini selalu menjadi dilema. Ia yakin bahwa ia menginginkannya, namun ia tidak yakin bahwa bersamanya adalah yang baik.
"Hei. Lagi nungguin siapa?" "Hai, Win. Lagi nungguin Angkasa nih." "Oh, Angkasa. Kalian pasaran, ya?" "Eh kamu cemburu aja. Ya gak lah. Angkasa kan bukan tipe yang mau pacaran." "Cemburu dari mana. Iya sih. Temen-temennya aja anak masjid ya." "Ngomongnya biasa aja kali. Gak usah sambil senyum-senyum gitu. Ciyeee..." "Yeee aku kan emang murah senyum. Bukan gara-gara temenmu itu."
Beberapa menit kemudian, datang seorang laki-laki sebaya berpenampilan kasual. Celana jeans yang tidak ketat, baju flanel kotak-kotak warna biru dongker dan tas punggung a la mahasiswa.
"Assalamu'alaikum," sambil duduk di depan Desti dan Windi "Wa'alaikumsalam. Win, kamu kok gak jawab?" Desti menggoda Windi yang tiba-tiba pasang muka agak jutek "Wa'alaikumsalam, " Windi menyelaraskan nada bicaranya dengan ekspresi agak juteknya "Windi bukannya dari dulu emang jutek ya?" Angkasa menjawab santai seperti tidak terpengaruh nada suara Windi yang agak jutek "Dia juteknya cuma sama orang-orang tertentu kok" Desti senyam-senyum "Gak sih. Biasa aja. Kalian aja yang sensi," Windi menyangkal sambil melihat kolam ikan yang ada di bawah "Halah. Kalo jutek ya jutek aja. Eh Des, laptopmu masih rusak?" "Eh iya nih. Muncul gini terus," Desti menunjukkan layar laptopnya yang ada garis-garis horizontal warna-warni "Sering kayak gini?" "Dulu kalo udah dipake 2 jam muncul kayak gini. Sekarang baru make 45 menitan aja udah muncul beginian. Apanya yang rusak, ya?" "Kalo udah gini kamu apain?" "Tak matiin paksa. Hehe." "Kalo gini biasanya grafisnya yang rusak. Aku gak bisa benerin kalo kayak gini. Coba service aja. Samping bakso bakar di Mulyos situ ada tukang service laptop." "Oh gitu ya. Yaudah deh. Maaf ya udah ngerepotin." "Iya gak papa. Yaudah aku pergi sholat dulu ya. Kalian sholat gak?" "Gak," Desti pertamax "Gak juga," Windi menjawab sambil main hape "Yaudah nitip tas ya. Ntar mau balik lagi kesini. Kalian gak kemana-mana kan?" "Gak kok. Kita disini aja," yang jawab cuma Desti "Oke. Aku nitip ya," Angkasa pergi tanpa salam, mungkin lupa.
Setelah beberapa menit saling asyik sendiri, Desti kembali membuka pembicaraan.
“Win, menurut kamu Angkasa itu orangnya kayak gimana?” “Gimana apanya?” “Ya dia kan gak mau pacaran. Temen-temennya banyak yang anak masjid. Ya ada yang bukan anak masjid juga sih. Tapi, penampilannya biasa aja. Maksudku dia tetep pake celana jeans, bukan celana kain kayak temen-temennya yang anak masjid gitu. Nah... kamu kan anak masjid juga nih. Menurutmu gimana soal penampilannya dia?” “Aku anak bunda ayah. Bukan anak masjid. Hmmm... menurutku sih penampilan gak jadi masalah sih. Selama penampilannya sopan, ya menurutku gak ada masalah.” “Iya juga sih.”
Kemudian mereka berdua kembali asyik sendiri. Desti main hape, buka wa, buka facebook, instagram dan lain-lain. Sedangkan Windi sedang main game Candy Crush. Hape di tangan, tapi pikirannya mengikuti sosok yag tadi pamit untuk sholat.
Bersambung...
Dyah Oktavia | Senin, 30 Muharram 1438
1 note ¡ View note
dyahoktavia ¡ 8 years
Text
Kalender Milad
Ada hal yang menarik dari perayaan hari milad dalam keluarga saya. Bukan karena hadiah atau cara merayakannya, karena tidak ada yang istimewa dari kedua hal tersebut. Tetapi karena Ibu saya menggunakan dua sistem kalender sekaligus saat menyiapkan ‘satu set menu’ untuk menunjukkan kasih sayangnya pada anggota keluarga yang sedang mengulang tanggal lahirnya.
Seperti kebanyakan keluarga lain di Indonesia, keluarga saya juga menggunakan kalender masehi dalam kehidupan sehari-hari dan hanya sesekali saja menggunakan kalender hijriyah. Dan seperti yang sudah kita ketahui bahwa sistem kalender masehi menetapkan pukul 00.00 sebagai pergantian hari. Sedangkan sistem kalender hijriyah menetapkan adzan maghrib sebagai tanda hari baru telah dimulai. Uniknya, kedua sistem kalender tersebut digunakan sekaligus dalam perayaan hari milad dalam keluarga saya.
Ceritanya, tanggal 26 Oktober adalah tanggal lahir salah seorang anggota keluarga kami, sebut saja Malika. Karena menggunakan nama bulan ‘Oktober’, maka seharusnya hari milad dirayakan saat atau setelah jam 00.00 tepat pada tanggal 26. Namun, karena keluarga saya masih ‘dibayang-bayangi’ sistem kalender hijriyah, maka Ibu saya sudah menyiapkan satu set menu khas beberapa menit sebelum maghrib. Yang kemudian akan dido’akan setelah sholat maghrib dan dibagikan kepada salah seorang tetangga sebagai sedekah.
Ya, kami merayakan hari milad Malika tanggal 26 Oktober pada tanggal 25 Oktober selepas maghrib. Dua sistem kalender sekaligus telah berjasa pada ritual perayaan ini.
Jika Malika menerapkan hal yang sama untuk ucapan selamat yang diterima olehnya, maka yang terhitung tepat waktu adalah ucapan yang diterima pada tanggal 25 Oktober selepas maghrib hingga tanggal 26 Oktober sebelum maghrib. Ucapan yang diterima sebelum waktu tersebut yang sudah jelas tidak mungkin ada dan sesudahnya termasuk ucapan yang salah waktu. Tapi tenang, do’a-do’a yang diucapkan dengan setulus hati tidak pernah salah kok :’)
Sebagai perwakilan dari Malika, saya ucapkan terima kasih atas semua do’a-do’a dari kalian. Do’a yang baik dari kalian akan kembali juga kepada kalian. Sekali lagi, terima kasih :)
Dyah Oktavia | Kamis, 26 Muharram 1438
1 note ¡ View note
dyahoktavia ¡ 8 years
Text
Anggota ‘Geng’
Saya adalah salah satu orang yang pernah bangga menjadi salah satu anggota ‘geng’ ini. Saya bersyukur atas skenario indah yang mengenalkan saya pada beberapa orang yang akhirnya (tanpa penyerahan sesuatu sebagai simbol atau pengucapan kalimat tertentu untuk masuk sebagai anggota ‘geng’ secara resmi) menjadikan saya salah satu dari mereka. Selain bernapas dan berkembang biak, saya merasa butuh mereka agar dapat hidup dengan baik.
Tapi, kenapa sekarang serasa berbeda? Kenapa kegembiraan itu tiba-tiba menjadi beban, yang kemudian mengajarkan saya untuk mencari-cari alasan agar tidak lagi merasa ‘terganggu’ oleh mereka? Apakah sepi memang sekejam ini? Hingga yang baik terlihat seperti sesuatu yag perlu dijauhi. Hingga pertemuan dengan orang-orang ini membuat saya harus meyakinkan diri terlebih dahulu bahwa pertemuan dengan mereka tidak akan sia-sia?
Dyah Oktavia | Senin, 23 Muharram 1438
1 note ¡ View note
dyahoktavia ¡ 8 years
Text
Tempat Kenangan
Saya kembali berada di sebuah tempat kenangan. Dua hari yang lalu takdir kembali mempertemukan kami, salah satu keinginan telah menjadi sebuah kenyataan. Saya bersyukur. Meski tidak hanya kisah bahagia yang mengisi lembar-lembar kebersamaan kami, saya bersyukur bisa kembali ke tempat ini. Meski rencana tidak berjalan sesuai keinginan, saya tetap bersyukur. Saya bersyukur diperkenankan untuk menikmati udaranya sekali lagi. Saya bersyukur karena yang tidak diinginkan dapat diikhlaskan. Saya bersyukur meski beberapa yang ingin ditemui tidak berada disini, saya tau mereka juga merindukan tempat ini dan tentu saja merindukan saya *plakk*. Hanya saja kami belum diijinkan untuk kembali bersama.
Ada beberapa kisah yang saya syukuri sejak dulu hingga sekarang, beberapa menyusul setelahnya, dan yang lain masih menunggu giliran. Terkadang saya ingin sekali mengoreksi beberapa hal di masa lalu, yang menurut saya tidak seharusnya terjadi dan sama sekali tidak perlu terjadi. Dan semua itu berakhir dengan percuma, sia-sia saja. Tempat ini adalah bukti bahwa yang masih menunggu giliran tidak dapat merusak yang telah disyukuri. Sesuatu yang tidak diinginkan, tidak seperti tinta yang akan merusak seluruh susu sebelanga. Namun, keikhlasan adalah hal yang patut diperjuangkan. Saat ini, saya merasa seperti seorang tentara pasukan khusus yang punya misi perdamaian penting dan harus segera diselesaikan. Peluru di pistol sudah lengkap, tetapi sama sekali tidak akan digunakan. Saya melakukan genjatan senjata. Perdamaian tidak selalu butuh pertumpahan darah.
Bagi saya, perdamaian tidak hanya untuk seluruh bangsa, tetapi juga untuk seluruh jiwa dan salah satunya adalah jiwa saya. Bagaimana mungkin saya bisa hidup damai dengan jiwa yang terjajah? Sungguh tragis. Saya tau yang perlu saya lakukan adalah berhenti menulis dan kembali tidur. Karena jika tulisan ini diteruskan, Kapten Yoo Si Jin akan memilih untuk cuti sementara dan pergi ke Indonesia untuk mengasihani saya. Saya punya keyakinan yang cukup tinggi, bahwa tulisan yang sungguh drama ini akan mengalahkan drama Korea hanya dalam beberapa detik saja. Sehingga wajar saya jika Kapten Yoo Si Jin mau repot-repot cuti hanya untuk menemui saya. Tapi gak apa-apa sih, saya juga ngarep. Haha.
Dyah Oktavia | Kamis, 12 Muharram 1438
0 notes
dyahoktavia ¡ 8 years
Quote
Jaman sekarang, tak perlu sihir atau jubah gaib Harry Potter untuk menghilang. Cukup dengan tidak beraktivitas di media sosial (apapun), maka keberadaanmu di dunia sudah patut dipertanyakan.
1 note ¡ View note
dyahoktavia ¡ 8 years
Text
Dewasa
Waktu itu saya yang masih kecil dan sangat polos sekali menganggap bahwa orang dewasa sudah pasti tau segalanya. Terlepas dari usaha memerdekakan diri dari sekian banyak larangan orang tua dengan rengekan khas anak ingusan, saya sungguh percaya orang dewasa selalu punya perhitungan yang maha tepat atas setiap keputusan yang mereka ambil. Terlampau polos, saya tidak mengacuhkan banyak fakta tentang nasib orang-orang yang tidak terlalu mengalami banyak perubahan, tentang orang-orang yang katanya tidak pernah sholat, mencuri di desa sebelah hingga hal-hal mengerikan seperti perceraian. Orang dewasa adalah panutan. Tidak seperti kami anak kecil yang bisanya hanya meminta dan menangis saja.
Kepercayaan terkadang seperti noda bolpen di seragam putih sekolah. Meski sudah dicuci berkali-kali tetap saja tidak mau luntur. Buktinya, saya yang saat itu sudah berseragam SMP masih saja percaya bahwa orang dewasa memiliki kekuatan magis yang membuat mereka menjadi manusia yang maha bijaksana. Seperti yang ditunjukkan oleh guru-guru di depan kelas, saat upacara, dan dimanapun mereka berada. Dan saya, entah bagaimana caranya pasti juga akan seperti mereka nantinya ketika sudah dewasa. Saya akan tau jelas mana yang baik dan buruk, menentukan keputusan dengan ketepatan nyaris sempurna tidak akan sesulit melupakan mantan, apalagi hanya mantan calon pacar *ngenes*. Saya akan tumbuh menjadi manusia bijaksana, semua masalah dapat terselesaikan dengan baik. Hidup bahagia, selamat sentausa, berdaulat, adil dan makmur seperti dalam pembukaan UUD 1945.
Namun tidak semua siswa tetap memakai seragam putih yang sama setelah lulus. Noda bolpen masih tergores samar disana, tapi sudah waktunya berganti seragam. Noda itu terlupakan, kemudian lengkap begitu saja. Mungkin sudah ada di lemari tetangga sebelah. Pikiran-pikiran polos tentang kemahaan orang dewasa tergerus bersama gosip-gosip a la penduduk desa di teras-teras rumah dan di dapur-dapur berdinding papan saat ada acara syukuran. Saat ibu-ibu, remaja dan bapak-bapak berkumpul, satu per satu 'berita hangat' berbaris, menunggu giliran untuk berpindah dari mulut ke telinga kemudian mulut lagi dan seterusnya. Tidak tau apakah berita itu telah terdekomposisi sedemikian rupa, cangkruk an tidak akan lengkap tanpa adanya 'berita-berita hangat' itu. Si ini katanya sudah pulang ke rumah orang tuanya, suaminya ada main sama perempuan lain. Si itu lebih rajin dari kakaknya, sayang suaminya suka goda perempuan lain. Yang ini punya hutang banyak, istrinya minta cerai. Yang itu meninggal gara-gara main sama perempuan di warung desa sana. Jika memang orang dewasa tau segala yang baik, tidak mungkin ada masalah seperti itu kan? Ternyata umur memang tidak pernah menjamin kedewasaan.
Ada banyak yang perlu dipelajari orang dewasa, seperti anak sekolah, tidak semua dari mereka mendapat nilai yang baik dan lulus ujian. Seperti anak kecil yang tidak semuanya biasa main lompat tali, orang dewasa pun juga begitu, tidak semua bisa mengambil keputusan dengan bijak. Seperti saya yang tidak pandai main petak umpet, beberapa orang dewasa juga perlu banyak belajar menjadi orang tua yang baik.
"Kata 'dewa' dalam 'dewasa' kadang tak berarti apa-apa." - anonim
Dyah Oktavia | Senin, 8 Muharram 1438
1 note ¡ View note
dyahoktavia ¡ 8 years
Quote
Jangan pernah anggap kesan pertama sebagai realita
Agustinus Wibowo dalam buku Titik Nol
1 note ¡ View note
dyahoktavia ¡ 8 years
Quote
Karena jauh selalu meminta bukti kesaksian raga. Kata tak pernah cukup untuk menyingkap yang tersembunyi.
1 note ¡ View note
dyahoktavia ¡ 8 years
Text
Jauh
Jauh adalah kata yang menginisiasi sebuah perjalanan. Menjadi satu alasan bagi para pengembara akbar untuk melintasi batas-batas peradaban, mengarungi aliran sungai hingga samudera, menghadapi beragam macam ujian dan keraguan. Jauh menawarkan teka-teki yang jawabannya hanya ada dalam kisah-kisah para petualang. Jauh adalah candu, ia akan terus menagih asa yang tak kan habis digerus usia. Jauh adalah imajinasi yang batasnya hanya bisa ditentukan oleh kekuatan hati. Jauh menghadirkan ambisi, mempertaruhkan apa saja demi tergapainya mimpi. Jauh adalah perjalanan ke delapan penjuru arah, untuk kemudian tersaji sebagai sejarah.
Jauh tidak pernah mengenal batas. Dia seperti cakrawala, meluas bebas hingga ke alam fantasi. Jauh identik dengan pesona, misteri dibalik namanya seakan menjadi umpan bagi para musafir dunia. Banyak dari mereka yang siap mengorbankan apapun demi menguak rahasia yang selalu bersembunyi dalam jauh. Pun nyawa jika salah perhitungan atau kurang beruntung. Setiap langkah menjanjikan kehidupan baru, pengalaman dan pelajaran baru. Jika masih punya waktu, mereka akan mengisahkannya pada yang lain. Jika tidak, maka setidaknya dunia telah menjadi saksi. Sepatu, tas, paspor, baju serta tanah, rumput, gunung, danau, aliran sungai, awan. Namun, jauh akan tetap jadi misteri. Baik berita itu tersampaikan atau tidak. Karena jauh selalu meminta bukti kesaksian raga. Kata tak pernah cukup untuk menyingkap yang tersembunyi.
Jauh itu seperti aku dan kamu saat ini. Penuh misteri.
Misteri gunung berapi. Haks.
Dyah Oktavia | Kamis, 5 Muharram 1438
0 notes
dyahoktavia ¡ 8 years
Text
Gak buru-buru kok. Cuma kadang baper aja kalo liat Letnan Yoon Myung Joo sama Sersan Seo Dae Young :P
selamat!
“pokoknya selamat berjuang. selamat berkorban. selamat menerima. selamat mengalah. selamat mengabdi. dan yang paling utama, selamat kecewa.”
“ngeri amat sih om.”
“loh iya. kalau anak-anak om menikah juga om akan bilang hal yang sama. menikah itu nggak indah. jangan dikira menikah itu menyelesaikan masalah. menikah itu justru bikin masalah baru.”
“jadi takut.”
“nah. makanya kalau sudah mau menikah, kamu harus sudah siap mengalah. harus siap melepas semua egomu. yang paling penting, kamu harus beriman, sungguh-sungguh beriman. orang yang beriman nggak takut sama apa-apa kecuali Tuhannya.”
“gitu ya om.”
“nggak ada di dunia ini pasangan yang cocok. yang ada hanya pasangan yang hatinya luas menerima ketidakcocokan. hati kamu harus siap nerima kekecewaan. harus siap bersabar sesabar-sabarnya. harus siap sama yang terburuk.”
“kalau yang terbaik?”
“yang buruk itu wajar. yang baik itu hadiah dari Allah. ditata begitu ya di hatimu. biar kamu nggak gampang kecewa dan biar kamu selalu bersyukur.”
“insya Allah om.”
“yang bikin menikah itu indah adalah kalau kamu melakukannya hanya untuk Allah. kalau kamu lagi capek, ingat saja surga yang disediakan Allah untuk istri sholehah.”
“insya Allah om. aamiiin.”
518 notes ¡ View notes
dyahoktavia ¡ 8 years
Text
Resensi Buku: Ayah
Tumblr media
Novel ini dimulai dengan kisah tiga kehidupan yang belum berhubungan satu sama lain, kisah yang terpisah. Sabari masih rindu pada Marlena. Markoni masih berusaha bangkit dari keterpurukan nasib yang na’as. Sedang Amiru bahagia melihat Amirza, ayahnya, sibuk dengan harta paling berharga keluarga kecil itu: radio tua. Dua kehidupan pertama kemudian bertemu, seperti dua tali yang berbeda warna kemudian diikatkan satu sama lain, awalnya sama sekali tidak terlihat matching. Banyak masalah yang mewarnai bersatunya kedua tali tersebut. Namun, manis pada akhirnya. Sedangkan kisah ketiga menjadi pertanyaan sepanjang kisah keluarga yang diwarnai beragam macam kebahagiaan dan kesedihan sebelum akhirnya juga menjadi pemanis dua kisah pertama. Udah bingung belum?
Awalnya saya yang gak jago nebak mengira bahwa Amiru dan Amirza adalah tokoh utama novel karena kisah tentang mereka, terutama tentang Amirza yang akan mengorbankan apapun untuk keluarga kecilnya dan Amiru yang bersedia bekerja apapun sekuat tenaga anak berumur 11 tahun demi kebahagiaan ayahnya, dihadirkan di awal cerita. Cerita yang menyentuh sehingga siapapun yang membacanya pasti juga akan berpikiran seperti saya *sotoy*. Memang benar Amiru adalah tokoh utama tapi Amirza bukan. Sedih, ternyata Amirza hanyalah tokoh figuran saja.
Seperti judulnya, novel ini menceritakan tentang kisah so sweet antara ayah dan anaknya. Meski dari awal kisah hidup yang memilukan sudah menjadi nyawa novel ini, tetapi kisah yang benar-benar bikin haru biru justru berada di bagian akhir. Di awal kita justru akan dibuat tertawa terpingkal-pingkal oleh humor-humor ala Andrea Hirata. Mungkin saya keterlaluan menertawakan puisi-puisi manis karya pasangan ayah dan anak, tapi cara Andrea Hirata mengisahkan kehidupan mereka, saya rasa tidak berlebihan jika saya tertawa sendirian seperti orang gila.
Kisah yang syarat akan pelajaran hidup dan humor-humor yang bikin geli adalah kolaborasi yang pas bagi orang seperti saya. Andrea Hirata memang hebat. Beliau seperti tau bahwa di dunia ini ada orang-orang yang butuh bacaan berkualitas sekaligus bikin ketawa. Dan sekali lagi mengingatkan bahwa pelajaran berharga tidak selalu harus berasal dari orang-orang terpandang. Sabari dengan kepolosan dan kegigihannya telah menjadi inspirasi bagi banyak orang dalam kehidupannya.
Dan bagi yang suka baca puisi, di novel ini banyak puisinya lho :D
Kulalui sungai yang berliku Jalan panjang sejauh pandang Debur ombak yang menerjang Kukejar bayangan sayap elang Di situlah kutemukan jejak-jejak untuk pulang Ayahku, kini aku telah datang Ayahku, lihatlah, aku sudah pulang
Dyah Oktavia | Senin, 2 Muharram 1438
1 note ¡ View note
dyahoktavia ¡ 8 years
Text
Debu
Jika kau ingin bertanya tentang arti keberadaan, tanyakanlah pada butir-butir debu yang kau temui di lantai rumahmu. Yang saban hari kau sapu karena sangat mengganggu pemandangan, mengotori kaki-kaki yang menginjaknya, dan mengundang bisik-bisik tetangga yang tak enak didengar, "rumahnya kotor sekali, pemalas!". Atau debu yang terkadang melekat di celana yang kau pakai, yang kemudian kau kibas-kibaskan tanganmu untuk membersihkannya. Atau pada debu yang memenuhi halaman depan rumahmu yang sempit, yang setiap sore membuatmu rajin sekali menyirami halaman hingga aroma tanah berhamburan kemana-mana seperti baru saja turun hujan. Tentu kau tidak akan serajin itu jika berniat membuat debu-debu tak bisa lagi beterbangan kemana saja. Debu yang kau hindari, yang membuatmu memakai masker hingga ia tak dapat mengganggu saluran pernapasanmu, adalah debu yang dapat membantumu bersuci jika tak kau dapatkan air dimanapun, atau sedang sakit sehingga tidak dapat menyentuh air barang untuk berwudhu saja. Atau keadaan-keadaan lain yang tidak memungkinkanmu berwudhu seperti biasa.
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (Ali Imran 191)
Kau termasuk mereka yang berdo'a seperti ayat di atas kan? :)
Dyah Oktavia | Kamis, 27 Dzulhijjah 1437
1 note ¡ View note
dyahoktavia ¡ 8 years
Text
Fajar
Dedaunan kembali menyambut hangat fajar dengan senyum gembira. Seperti hari-hari kemarin, ia selalu menunggu dengan sabar. Setelah senja menyampaikan salam terakhirnya hari itu, malam hadir menyelimuti bumi dengan gelap yang dingin. Gerimis pun ikut merayakan malam dengan tetes-tetes rahmatNya sambil menyebarkan aroma tanah yang hangus oleh terik siang kemarin. Belum lagi do'a-do'a dimunajatkan, gerimis terhenti. Tak lagi terdengar suara merdu gemericik air di luar, meski aromanya masih tersisa di tepi-tepi malam. Saatnya terlelap. Gerimis pasti menyampaikan do'a-do'amu hari ini. Tak perlu khawatir, ia tak akan pernah ingkar janji.
 Setelah berselimut udara lembab semalaman, fajar adalah impian. Aroma dingin malam membuatnya begitu dirindukan. Ia harus berterimakasih pada malam, dan pada gerimis yang melengkapinya. Juga pada embun yang membuat seisi bumi menghitung detik-detik kehadirannya. Konspirasi semesta menyulap fajar menjadi peri yang paling cantik, yang siap menjawab setiap do'a, menerjemahkan impian menjadi kenyataan yang begitu manis dan menuntaskan rindu-rindu yang mengisi ruang hati hingga sesak.
 Maka fajar selalu identik dengan permulaan. Hanya saat fajar kau akan melihat setema kehidupan baru yang berulang: awan-awan baru tertata di dinding-dinding langit, tunas-tunas yang mewakili selaksa harapan-harapan baru, titik-titik embun yang bisa melayangkan senyum ke angkasa, suara-suara sepatu oleh langkah mungil peri-peri kecil serta konveti warna jingga fajar yang ditabur Tuhan merona di ufuk timur sana.
 Fajar adalah rumah, tempat seluruh kehidupan dan harapan bermula, dan tempat kembalinya impian-impian yang masih harus diperjuangkan.
 Dyah Oktavia | Senin, 24 Dzulhijjah 1437
2 notes ¡ View notes
dyahoktavia ¡ 8 years
Text
Entah sudah berapa kali saya dibuat kagum oleh mereka. Orang-orang yang dapat menerima apapun takdir Tuhannya. Yang hatinya seluas langit, apapun keadaannya, hangat, terik, petang, hujan deras ataupun petir yang membahana, dia tetap terlihat kokoh dan mengangumkan. Mereka tidak pernah menyalahkan siapapun. Tidak pernah meragukan kekuatan do'a, tidak pernah lelah berusaha. Jikapun hidup tak pernah menawarkan keindahan yang mungkin ditawarkannya pada yang lain, mereka tak pernah merasa ada yang tak adil. Mungkin memang sudah begitu seharusnya. Tuhan tidak butuh penghapus karena penanya tak pernah salah menuliskan takdir.
Mereka yang hatinya indah dan bersahaja, juga tak pernah banyak meminta. Diampuni dosanya, diterima amal ibadahnya, barokah ilmu, usia dan hartanya, diberikan kesehatan baginya beserta keluarga. Itulah do'a-do'a mereka yang menghiasi langit-langit malam. Dan untuk kebaikan-kebaikan lainnya, mereka serahkan definisinya pada Yang Maha Baik. Semoga keistiqomahan dan kebaikan selalu bersama kalian.
Dyah Oktavia | Kamis, 20 Dzulhijjah 1437
1 note ¡ View note