Tumgik
fawwazrifasya · 10 hours
Text
Ternyata gelisah
Walau sudah berusaha ikhlas
Apapun jawab dan balas
Namun tetap mata membasah
Hati tak betah
Setelah sekian lama hangat, sekali dingin membuatku membeku
Hati kelu, Otak kelabu
Tindak ragu, tak tindak menggebu
Tapi aku terdiam di sini gagu
Di hadapanmu
0 notes
fawwazrifasya · 2 days
Text
Tumblr media
Ang yang kusayang
Ngin yang kuingin
Angin yang angan
Angan-angan angon
Angon angan-angan
Angan angon angin
Angin angon angan
Angon angan angin
Ingin angon angan angin
0 notes
fawwazrifasya · 2 days
Text
Suaramu masih merambat di telingaku
Senyumanmu terngiang mendengung dalam kepala
Nona, bisa kah kau berhenti berlari sebentar?
Aku kewalahan menerima afeksi yang bertubi, walau belum ada kata yang keluar menjelaskan.
Mari berjalan perlahan,
Menikmati indahnya lautan di jendela kirimu,
Memaknai turbulensi yang menerpa perjalananmu,
Merasakan doa dari pria di jendela kananmu.
Aku masih menunggu dalam mencintaimu.
0 notes
fawwazrifasya · 3 days
Text
Salah satu hal yang paling kusyukuri adalah bertemu 10 orang dengan latar beragam, dipaksa menjadi 1 kepala di 4 kasur terpisah tiap kamarnya selama 2 tahun.
Mungkin tidak semua yang dalam tergali
Tidak semua yang penting terpublikasi
Tapi mereka selalu ada, di saat lalai, di saat abai, di saat terpuruk, di saat merasa tidak ada satu pun yang peduli.
Walau aku belum bisa dititik iman seperti mereka, di langkah istiqomah seperti mereka, di tahap sebertaqwa mereka, aku merasa aman.
Tulus, diksi yang tepat untuk mereka
Bromance atau brotherhood yang dipuja-puja orang modern kini itu belum ada apa-apanya dibanding ikhwan fiillah yang kurasakan tumbuh dari sepercik iman bersama mereka.
Pernahkah berpikir mencintai entitas melalui perantara atau mencintai perantara karena entitas tersebut?
Ya itulah yang aku rasa dari mereka, aku bisa mencintai Allah karena mereka. Aku cinta mereka karena Allah.
Ada rasa hormat dari rasa cinta kami, terhadap pilihan yang berbeda, pemikiran yang lian, jalan yang ditempuh, batasan intervensi.
Walau sporadis di 10 mata angin, tetap mudah digapai. Seperjuangan sepenanggungan.
Jika aku diberikan waktu oleh Tuhan bercerita kepada anak gadisku di teras di waktu senjaku sambil menggandeng tangan istriku, akan kuceritakan kalian dengan rasa bangga.
Semoga diakhirkan dengan Iman, dihidupi dengan Islam, dipenuhi dengan ihsan sepanjang hayat.
0 notes
fawwazrifasya · 4 days
Text
Tumblr media
Setidaknya aku hari ini tidak mencintaimu diam-diam,
Aku ingin kamu tahu bahwa kamu sangat layak dicinta dan diperjuangkan
Mungkin aku memang sedang menggebu, tapi ketika Tuhan yang menjadi alasan, apakah tak ada kesempatan untuk bersama?
Aku menemukan 'saling' dalam rasa ini
Itu yang terus menghidupi kita kelak
Saling peduli, marah, mengobati, ingin dimengerti, menguliti, mencintai, memberi, dan menerima.
Bukan tugas kita untuk mengubah satu sama lain, berat sekali tugas manusia.
Tugas kita hanya menerimaNya. PutusanNya, PerintahNya, KehadiranNya. Bersama.
Aku punya luka sebagaimana kamu punya luka, kita manusia, salah adalah laku hidup kita, keniscayaan. Dalam setiap saat, kepastian. Tugas kita hanya memohon pengampunan dan hidayahNya.
Tidak adil rasanya jika harus mengadili masa lalu dari kita berdua karena yang kita hadapi adalah masa depan, di mana karakter, perasaan, pemikiran dan keimanan kita terus berkembang. Ketika Allah saja menempatkan diriNya sebagai pemaaf, mengapa kita sulit memaafkan diri kita sendiri?
Jika tak ada ruang untuk pengampunan diri, bagaimana kita bisa saling mengagregasi menuju hal yang lebih baik dan menenangkan?
Sampai kapan kamu ingin mengikat diri dengan dogma-dogma yang datangnya bukan dari Tuhan?
Bisa jadi aku bergerak ke arahmu karena doamu di kala kamu terpuruk? Indah sekali jika aku adalah bagian dari jawaban ratapan, ibaan dan pengharapanmu.
Sungguh indah mencari tenang dengan mencintai secara ikhlas, karena Allah yang membersamai.
Keputusan apapun, aku harap mendekatkan aku dan kamu padaNya. Kamu pantas mencapai surgaNya, dan tolong ingat namaku dan keluhkan pada Tuhan jika kamu tak melihatku di sana.
Berbahagialah, nona.
0 notes
fawwazrifasya · 4 days
Text
Cinta itu Tuhan yang titipkan. Kita hanya mencari rasa damai dalam hidup. Hanya dihadapanmu dan Dia aku menjadi sebetul-betulnya aku, menjadi sejadi-jadinya aku. Ekstraksi dari akumulasi pengalaman, ilmu, informasi, kebiasaan, sudut pandang dan lainnya itu hanya berani kutampakkan denganmu.
Aku bukan Bawor yang berani berterus terang pada dunia. Mungkin aku seperti Kamandaka yang berganti watak menyesuaikan keinginan manusia di hadapan dunia demi inginnya. Tapi aku bisa menjadi diriku sendiri, di hadapanmu. Dengan seluruh kebodohan, pertanyaan, ketengilan. Aku bisa menjadi diriku sendiri. Aku pun berharap kau dapat menjadi diri sendiri, nona. Itulah esensi kedamaian yang kita butuhkan, seperti yang dituliskan pada Rum: 21.
وَمِنْ اٰيٰتِهٖۤ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَا جًا لِّتَسْكُنُوْۤا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً ۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰ يٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ
"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir." (QS. Ar-Rum: 21)
Aku bersabar bukan berarti diam,
Aku merencanakan dan menyerahkan semuanya pada Tuhan.
Pencarian damai ini sakral, nona. Aku tak bisa hanya takluk pada aqliyah, ini melibatkan hati dan jiwa, perangkat lain yang Allah titipkan juga pada kita untuk kita gunakan.
Mamah pernah bilang bahwa tinggalkan sedikit ruang kosong yang tak ada jawabannya kan?
Karena akal kita terbatas mencapai kehendak dan sifat-sifat Allah, titik hikmah dan kebijaksanaan itu melampaui pemahaman kita.
Aku menitipkan damai ini padaNya, yang lebih meta, yang maha, yang paling memahami kita sebagai ciptaanNya. Ini bukan alibi ketidakmauan atau ketidakmampuan kita menerjemahkan realita, ini adalah bentuk tawakal - berserah diri dari seluruh usaha yang telah dilakukan. Aku sebagai hambanya diperintahkan untuk merencanakan dan berusaha, jangan rebut ruang keputusan - cinta - kasih sayang karena itu hakNya.
Suatu malam kau bertanya, mengapa Tuhan suka sekali dengan konsep pengorbanan?
Ketika kita berdua tersinggung dan merasa ada yang memudahkan dan melecehkan Tuhan jika ada yang menggunakan analogi transaksional denganNya, seharusnya kita menempatkan asumsi "suka sekali" pun pada level tersebut. Apa yang membuat kita yakin bahwa suka yang kita maksud berada pada level yang sama dengan makhlukNya?
Suka disini bukan membutuhkan, tapi ujian untuk mengetahui di level mana komitmen kita memercayai seluruh keputusanNya. Ini bentuk pengakuan bahwa kita kerdil dibanding sifat dan kuasaNya, semua yang kita miliki adalah amanah. Termasuk rasa ini, nona.
Ketika hubungan ini telah coba diperjuangkan, korbankanlah ruang keputusan itu padaNya.
Hati kita yang kini mungkin bertaburan bunga-bunga dengan kita sebagai benihnya itu, aku berusaha menumbuhkan bunga-bunganya, nona. Kau pun turut menyuburkan dan menumbuhkannya, nona.
Aku tak menganggap karena sudah berada di kebun, maka bunga akan mudah tumbuh.
Aku tak memudahkan tumbuh bunga itu, aku tak membiarkannya saja kuberikan pada Tuhan, tidak nona. Bunga-bunga ini diperjuangkan, dan aku ingin kau tahu tentang itu. Kau layak diperjuangkan.
Tumblr media
0 notes
fawwazrifasya · 5 days
Text
Kelingking yang bergandengan
Menciptakan angan
Tak ingin terpisahkan
Kelingking yang berkait
Menyimpan sebentar sang pamit
Menikmati momen yang menyempit dan menghimpit
Kelingking yang bertaut
Membuatku karut
Membekukan waktu yang absolut
Dia kelingking, tapi mengapa manis?
0 notes
fawwazrifasya · 5 days
Text
Tumblr media
Sepotong roti dan cuti. Dua kata menarik untukku yang mungkin tidak akan pernah bertemu jika bukan karenamu.
Aku menghabiskan cuti sakitku untuk mengantri adonan tepung berwarna hijau dibentuk bulat dan berlubang di tengah. Mengantri panjang bak antrian pertalite pada saat pasokan minyak menurun akibat konflik Russia-Ukraina - sambil memikirkanmu yang sedang pusing dihajar pekerjaan yang diam-diam kau cinta.
Ada yang keringatnya bercucuran, ada yang senyum girang menertawakan barisan, ada yang berbisnis melihat panjangnya antrian - sedangkan aku hanya melihat senyumanmu saat melihat kumpulan tepung beragi ini dalam dua jam ke depan.
Bukan favoritku, tapi karena favoritmu menular, jiwaku merengek mengusahakannya. Kau tak meminta, jiwaku yang memelas- mengiba. "Aku ingin mengusahakan bahagiamu" teriak dari setiap penggalan nafasku melewati benang jahit di gusiku yang belum kering.
Perjuangan kecil yang mungkin akan terlupa dalam dua-tiga tahun mendatang, tapi jangan lupakan aku pernah mengusahakan. Aku bukan orang yang berada di jajaran memudahkanmu, aku ingin berjuang. Entah apa yang kau pikirkan, aku hanya ingin mencintaimu dengan tidak peduli apa yang akan terjadi. Karena aku bersusah payah mememukanmu. Karena aku menemukan aku. Kuharap kamu pun begitu, resiprokal seperti visa yang kau pantau setiap saat.
0 notes
fawwazrifasya · 6 days
Text
Tumblr media
Makan dan kerjaan,
Dua hal yang menjadi jembataan pertemuan
Lantas kegiatan apalagi untuk menjadi alasan?
Bolehkah aku hanya ingin sekadar menebus rindu pada nona yang tak bertuan?
Sederhana, bukan romansa layar kaca yang gila ketenaran
Hanya butuh senyuman, obrolan dan tatapan
Tak perlu kejar-kejaran seperti Vlad Dracul dan Kerajaan Ottoman
Hanya melepas penat hari kerja di jam delapan
Membahas poni lucu yang kau bilang berantakan
Memutar-memutar jam tangan di tangan kanan yang kelonggaran
Bercengkrama di bawah penuhnya sinar rembulan
Sungguh membahagiakan
0 notes
fawwazrifasya · 7 days
Text
Untuk kau wanita yang menatap sinis seekor kumbang hingga dia terbang membebaskan diri,
Memaksa sebuah telur bersolek dengan gincu hingga merah pipinya menahan malu,
Menciumi kucing sebelum makan malam dan meracau ingin bersenandung,
Aku menulis semua ini untukmu, untuk dibaca olehmu. Kau tahu kan?
Cinta mungkin sudah sangat kentara dalam setiap gerikku, tapi dia masih mendekam dalam rahim rasa tak bergerak.
Dia bukan zigot, sudah meraung menendang meradang.
Lagi-lagi aku merasa takut melangkah.
Kecewa, padahal telah berkawan akrab dengannya. Tapi aku tetap tak berharap bertemu dengannya. Toh, jika suatu saat aku bertemu dengannyapun, aku sudah tahu kebiasaannya, bukan?
Aku hanya seorang anak kecil yang berperangai dewasa, berkisah bijak dalam eksistensi nyatanya berkesah sumpah serapah dalam hati.
0 notes
fawwazrifasya · 8 days
Text
Aku terjatuh bersamamu, nona.
Kali ini bukan metafor, haha.
Ketakutan pertama yang ada selain membayangkan kau menerima pinangan lain.
Memindai setiap lekuk bait tubuhmu, tak kuhentikan hingga menemukan kata yang tak seharusnya di sana. Aku lega, walau tetap khawatir rima tak indah ataupun hermeneutik tak sampai.
Tangan kananku sebenarnya membentur aspal dengan keras, nona. Maaf aku berbohong jika itu hanya memar dengan rasa biasa.
Semenjak membersamaimu, prioritasku berubah. Aku memudarkan diri, menyerap cahayamu.
Namun kau tak menelan gelapku begitu saja, kau berbagi ruang terang bersama.
Kau memercayai bahwa kita butuh simbol dalam setiap laku hidup, kan?
Apakah heparin sodium yang dipadukan benzyl nicotinate berwarna hijau ini sebagai simbol itu?
0 notes
fawwazrifasya · 9 days
Text
Sudah lama tidak memiliki ketidaknyamanan bertengger di dada
Mencengkram rasa yang entah apa, mendesak kerongkongan yang lagi-lagi entah apa
Rasa aneh yang hilang jika bertemu denganmu
Rasa pelik yang kembali muncul jika indrawi kita tak berjarak kurang dari 10 meter
Jarakmu hanya 350 meter dan aku segila ini untuk menahan rasa ini!
Makhluk apa kau sebenarnya nona dapat menyiksaku seperti ini?
Siang ini kau 110 km jauhnya, lalu aku harus bagaimana?
Ini jarak terjauh ketika dadaku terasa sesak tak berujung
Aku tak tahu ini kah yang disebut ego penaklukan, syahwat yang menjerumuskan, teater pikiran, atau hanya sesederhana rindu?
Belakangan aku lebih menghargai tawa, senyum, sedih, sakit, gelisah, takut, marah dan semua rasa yang aku ambil begitu saja selama ini. Menikmati momen kecil, mencuri tatap, mengingat masa lalu, berkontemplasi bersama, saling membayangkan masa depan dengan diksi menyembunyikan karena tidak ingin kentara. Hal aneh yang aku tak pernah lakukan lagi.
Apakah rindu benar sekelumit rasa karena rasa memiliki atau dimiliki, nona?
Aku tak memilikimu, mungkin kau sudah memiliku. Tapi aku punya rindu juga, aku tak tahu kau merindu juga atau tidak.
Apa ini yang dirasakan Rasul, merindu umatnya, namun tak tahu umatnya membalas rindunya atau tidak?
Sesak sekali dada Rasul jika mengalami yang aku rasa hari ini, terlebih jutaan manusia yang dirinduinya, sedangkan aku hanya nona seorang.
Nona, aku terlalu banyak menulis untukmu. Seingin itu kah aku denganmu?
Aku utus bait-bait ini untuk menemani perjalananmu, berharap kau balas merindu.
0 notes
fawwazrifasya · 10 days
Text
Tuhan, terimakasih telah memberikan bahagia yang tak kuduga.
Bahagia yang datang saat aku lalai, banyak lupa
Insan yang membuatku terus memohon padaMu
Dalam keheningan malam hingga tetesan pancuran air yang diiringi Fourth of July
Hanya dia yang kau utus untuk melunakan hatiku setelah sekian lama,
Tak pernah aku bersimpuh sekeras ini untuk dimohonkan bersama
Walau namanya tak kusebut dalam tawaf terakhirku di Masjidil Haram, aku terus memikirkannya sejak dahulu
Apa ini yang namanya jawaban, Tuhan?
Pantikan Agustus yang memacu talamus mendorong frontal dan temporal otak besar berdamai, aku tak rela Nona jika orang lain yang bersamamu!
Aku selalu mengutus setengah hati orang-orang yang mendekatimu, aku tak kuasa sejujurnya Nona, aku tak ikhlas
Nona aku tidak bisa membayangkan kau bersama yang tak seharusnya, mari menujuNya bersama, terus nasehati aku bersama, mari menua bersama, tunjuk bukit manapun yang kau merasa lelah - aku mau menemanimu sampai akhir, mari mendaki Uhud di surga, Nona.
Tak peduli dengan rima dan majas nona, aku mencintaimu!
Tak pernah aku menulis dengan tinta tangis seperti hari ini, aku kembali menjadi bocah yang menangis sembari otak dewasaku mencari cara bersama
Terengah aku lelah menangis, bukan karena leuwi ceupet pagi ini. Mendaki pagi, terengah hingga sore hari. Kusambut maghrib dengan tangisan dan mantra memohonkanmu, sebelum malam ini membersamaimu riang dengan musik gemilang Yerin Baek.
Aku merasa diungguli, tapi tak merasa kalah
Aku merasa dilindungi, tapi tak merasa lemah
Aku merasa digurui, tapi tak merasa bodoh
Hanya kau nona, yang bisa membuatku kehilangan angkuh.
Jika kau siang ini melarang aku mengagumi selain Tuhan dan NabiNya, izinkan aku mencintaimu nona, sebagai ciptaanNya.
0 notes
fawwazrifasya · 10 days
Text
Aku marem menatapmu hari ini
Bogor-Jakarta hanya berdiri menatapmu berusaha tertidur
Selepas lelah menjadi anabatik, kau memutuskan berpusar pada mimpi siang hari
Kutemani kantukmu dengan rapalan penuh asa
Kuberharap dimudahkan segalanya, baiknya, buruknya. Bersama atau tidak. Aku bahagia pernah bertemu denganmu. Aku harap selamanya, namun biar Tuhan menggariskan.
Bojonggede, lelapan berubah mencari kesibukan dengan tatap
Berlari lari bola mata melihat rumah-rumah yang belum tergapai, menari-nari kelopak mata merayu debu yang melintas
Tak lupa tangan yang kuat menggenggam tangannya sendiri, aku belum diizinkan Tuhan. Lain waktu ambillah tanganku nona, seperti malam itu, malam dimana kau merasa lemah, berharap mati yang membuatku sedih.
Tanganku ingin mengelap air matamu malam itu, tapi aku belum milikmu Nona.
0 notes
fawwazrifasya · 11 days
Text
Aku senang melihat matamu ketika bercerita
Mata yang hidup dan menghidupi siapapun yang melihatnya
Senyuman dan sipuan tertawa ketika menceritakan yang menggelikan
Sandykala yang tiba-tiba hinggap dalam syair sendumu
Hingga mata yang berbinar menyerap kisah-kisahku
Nona berhasil melahap egoku dalam dialog
Nona pun meredam ego, menghindarkanku menjadi seorang demagog
Desirmu membawa kebahagiaan untuk bunga-bunga di taman, lebah-lebah yang hinggap
Menerbangkan benang sari dalam keharuan dan kebaruan kepala putik
Asa dan rasa sudah tak dapat ku cegah, nona.
1 note · View note
fawwazrifasya · 12 days
Text
Mengalir waktu mengalir
Tak sadar aku hanyut dibuatnya
Entah ke hilir yang mana aku mengambang
Aku belum tau akan melawan arus, sengaja menabrakan diri ke batuan, melompat ke arah dedahanan yang menyambut tanganku,
Atau harus kunikmati saja deras arus sungai ini?
Hilir yang biasa aku keruk jalurnya sendiri, kini aku abaikan alam menghanyutkanku entah ke hilir yang mana
Mengabaikan segala kalkulasi dan rasionalitas
Mengabaikan segala nasehat dan pendapat
Sesat ditarik melesat, yang entah di jalan yang tepat
1 note · View note
fawwazrifasya · 15 days
Text
Titik Abu
Tidak kusangka aku ada di titik sekarang, nona.
Menyemogakan, mengindar, berakhir menyemogakan kembali.
Apa kau yang telah melahap nilaiku sehingga aku tertegun?
Atau aku yang melunturkan nilai-nilaiku sendiri?
Sudah lama jatuh cinta tidak sesulit ini, nona. Penuh pertimbangan, penuh renungan.
Entah untukmu, aku belum bisa membaca terlalu jauh matamu. Mungkin untukmu aku hanya salah satu hilir mudik nama yang berusaha.
Sangat jarang aku tidak bisa membaca mata yang lain, apakah karena keindahan yang Tuhan kumpulkan dalam dirimu? Atau karena secara sifat, kita berdua ofensif dan defensif dalam hal yang sama? Mempertanyakan dan merangkai jawaban yang sama? Saling memainkan kail, menggoda ikan-ikan untuk muncul ke permukaan. Sedikit demi sedikit, memberikan secercah harapan pada sang nelayan.
Sadarkah nona kita adalah kepribadian yang sama dengan akumulasi pengetahuan dan lingkungan sosial yang berbeda?
Atau saking miripnya kita, aku atau nonalah yang berhasil membuat situasi ini terlihat kita adalah sama?
Aku merasa dapat menjadi messiah dan monster di saat bersamaan, namun aku melihat nona pun seperti itu, sejak dahulu. Kita terlalu mirip nona. Atau karena dengan itu aku merasa lengkap?
Saat bersamamu, detak ritmis jantungku berubah menjadi melodis. Semua aku upayakan, menari mengikuti alunan pentatonisnya. Oksitosin dan dopaminku membucah. Tapi di saat yang bersamaan aku menangis, bingung - sedih karena secercah ragu tetap muncul. Apakah ini mekanisme Tuhan untuk membuatku mundur atau ini jalan Tuhan mengujiku seberapa mau aku memperjuangkan nona? Atau jangan-jangan ini dorongan Tuhan mempertemukan kita untuk bersama-sama mencariNya?
Ribut, topan, laut, darat, gunung, lembah biasa bersanding denganmu.
Tidak peduli variabelnya siang atau malam, tinggi atau rendah, kering atau lembap, nisbi atau mutlak, panas atau dingin, aman atau membahayakan, nona tetap koefisiennya.
Bolehkah aku setidakpeduli itu seperti mereka?
Mengapa pertimbangan dunia dan akhirat ini sungguh menantang pikir dan dzikir?
Aku berharap yang terbaik untuk Nona, dunia dan akhirat - bersama atau tidak.
Semoga Tuhan segera menjelaskan keputusanNya bagimu dan aku, supaya takdir yang entah mubram atau muallaq ini bisa terjelaskan.
1 note · View note