Tumgik
gemannisa · 3 years
Text
dapet teguran literally right after kejadian.
namanya aja juga hidup.
yang penting dinikmati aja.
5 notes · View notes
gemannisa · 3 years
Text
dan terulang lagi.
sampe kapan kamu capek ti, hati?
0 notes
gemannisa · 3 years
Text
Yookkk bersyukur yokkk
Kamu lupa, ketika Allah menciptakan jalan yang sulit, Dia pula yang menciptakan dalam dirimu kemampuan untuk melewatinya. Barangkali selama ini kamu lupa untuk mengadu dan berserah, kamu lupa untuk meminta dan mengharap.
Sebab berjuang dan mengusahakan itu tidak semudah yang kamu bayangkan dan rencanakan, kamu butuh pertolongan-Nya meski semua persiapan sudah siap. Karena saat Dia memutuskan untuk berhenti, sehebat apapun kekuatan dan usahamu sudah menjadi tidak berarti.
Jangan lupa melangitkan doa.
@jndmmsyhd
884 notes · View notes
gemannisa · 3 years
Text
Rapuh itu tak apa.
Rapuh itu wajar.
Tapi jangan lama lama ya.
0 notes
gemannisa · 3 years
Text
Bahagia itu sesederhana berbagi tawa.
Tumblr media
1 note · View note
gemannisa · 4 years
Text
Ada kalanya pergi
Ada kalanya menetap
Semua hanya soal ekspektasi
Mau nahan segimanapun juga, pada akhirnya akan sendiri - sendiri
To me: Keep your heart safe
0 notes
gemannisa · 4 years
Text
I believe I can heal you, you can heal me too~
0 notes
gemannisa · 4 years
Text
Bahagia dan sedih itu satu paket.
Kalau sekarang bahagia, berarti kita sudah pernah sedih.
Kalau sekarang sedih - sangat sedih, berarti kita akan bahagia, ya sebahagia itu juga.
0 notes
gemannisa · 4 years
Text
Kompromi
Punya anak membuat gw flashback kembali di awal pernikahan sih. Menikah, dimana berbagi kehidupan dan menjadikan kehidupan kita sebagai bagian dari orang lain, butuh banyak toleransi dan kompromi. Gak aneh ketika seorang sahabat pernah bilang, 
“jangan ngajari gw soal toleransi kalo lo belum nikah, karena ketika kita nikah, kita harus punya toleransi tingkat tinggi.”
Cita-cita profesi yang gw tetapkan untuk diri sendiri, berbeda jauh dengan profesi istri yang diinginkan suami gw. Gw ingin menjadi seseorang yang sibuk dan aktif di tempat strategis, dia ingin punya istri yang meskipun bekerja ya jangan sampai terlalu sibuk atau terlalu ambil peran karena pasti akan mengorbankan waktu untuk keluarga. Dia tipe family man, gw (dulunya) tipe yang sok sibuk di luar, senang dengan pekerjaan yang membutuhkan mobilitas tinggi. Dia tipe yang mencari uang secukupnya (cukup buat makan enak tiap hari, cukup buat beli mobil, cukup buat bangun rumah mewah, wkwkwk), gw tipe yang kalo ada kesempatan dan duitnya kenapa gak.
Gak cocok? Ya gak juga. Cocok itu dibentuk, bukan begitu saja ditemukan. Ya itu tadi, berupaya kompromi. Gw sendiri masih berat meninggalkan bayangan diri gw di masa depan : profesional, wanita karir, mobilitas tinggi, mengambil peran, ya gitu lah. Gw masih sering bercerita tentang masa lalu di tempat kerja, karena dengan begitu gw bisa mengingat bahwa dulu gw punya pekerjaan yang gw inginkan dan berarti buat gw.
Berat kompromi itu, karena harus meletakkan bayangan kehidupan di masa depan yang membuat kita selama ini terus hidup dengan semangat. Apalagi ada anak, ada keluarga yang ini dan itu, satu persatu keinginan kadang perlu ditanggalkan.
Gw sering menangis diam-diam menahan perasaan, menangis terang-terangan lebih sering lagi. 
Lalu apa menyesal menikah? Pernahlah menyesal, gak bohong. Tapi lebih banyak syukur dan bahagianya. Kalau ditawarin ditukar suami atau karir bagus, ya tetap milih suami.
Kalau berat berkompromi gitu, apa berarti pernikahannya gak bahagia? Ya gak juga. Justru bahagia dan sakinah dalam pernikahan itu mahal harganya, makanya pada beberapa pasangan ditukarnya pakai hal yang ‘terlihat’ berharga banget.
Menikah memang berat ya, konsekuensinya adalah seluruh kehidupanmu. Makanya, semoga kita gak salah milih partner untuk menata ulang kehidupan ini. Gak cuma modal cinta.
382 notes · View notes
gemannisa · 4 years
Text
True! Tapi emang harus belajar sih. Ga bisa instan. Hkzz
Dikit-dikit Tersinggung
Hidup ini begitu rumit dengan orang-orang yang mudah tersinggung. Kepekaannya salah tempat. Dia yang salah paham, dia yang marah.
Tak peduli usia, tingkat pendidikan, strata sosial, pekerjaan, atau kesalehan yang ditampilkan, hari-hari ini siapa saja bisa tersinggung.
Itu kenapa, adalah penting untuk mencurigai kebodohan diri sendiri. Supaya kita tidak buta dari kemungkinan bahwa ada kebenaran pada orang lain yang tak kita mengerti dan ada kesalahan pada diri sendiri yang tak mampu kita deteksi.
Hati-hati, mudah tersinggung bisa jadi tanda kerasnya hati. Dan hati yang mengeras biasanya mudah sekali panas.
Maka serahkanlah hatimu pada Allah. Mintalah pada-Nya agar hati ini dibeningkan sebening mata air agar jelas memandang; agar tak samar-samar oleh prasangka dan gagal paham pada akhirnya.
Bukankah hati yang bersih selalu memancarkan ketenangan? Bukan malah mudah tersulut oleh bara api yang sebenarnya bukanlah bara api.
@taufikaulia
775 notes · View notes
gemannisa · 4 years
Text
“Kekhawatiran kita kadang melebihi takdir, kita sudah ketakutan pada hal-hal yang belum terjadi. Padahal, harusnya kita lebih takut pada hal-hal yang sudah terjadi karena kita akan diganjar atas apa-apa yang sudah kita perbuat, bukan apa yang belum kita lakukan.”
— ©kurniawangunadi
3K notes · View notes
gemannisa · 4 years
Text
Menetap bukan cuma soal rasa nyaman, tapi juga kemampuan untuk bertahan. Bertahan dalam ujian. Bertahan dari godaan.
—Taufik Aulia
1K notes · View notes
gemannisa · 4 years
Text
YOU WERE BORN
Alhamdulillah, 12 Agustus lalu telah lahir putra pertama kami yang diberi nama :
BILAL LENTERA BUMI
Gimana rasanya jadi ibu? Sesungguhnya, saya belum siap. Ketika sudah masuk ruang bersalin dan bidan nanya gimana mba din perasaannya, saya cuma mrimbik-mrimbik dan jawab belum siap.
Yang saya pikirkan ketika itu adalah deadline proyek padahal belum selesai. Kalau hamil, saya tidak repot jaga anak jadi bisa kerja. Kalau punya bayi mah, makan aja bisa lupa.
Ketika hamil, ada satu sisi dalam diri saya yang sedih karena akan kehilangan moment pacaran sama suami. Iya, sesungguhnya saya seposesif itu sama suami. Ketika anak ini lahir, rasanya alasan untuk sedih juga ada. Waktu kami terkuras untuk popok dan menyusui, di saat biasanya bisa kami lakukan untuk Hal lain yang menurut saya lebih berguna.
Saya kehilangan kebebasan-kebebasan Dan kesenangan, saya bingung karena terlalu banyak yang saya pikirkan antara anak Dan kerjaan. Disitulah saya merasa belum siap jadi ibu yang dewasa.
Support system saya, terutama suami, teramat bagus. Ibu, ipar-ipar, saudara, mertua, sampai ke tetangga, sangat suportif. Ga ada kalimat-kalimat atau perlakuan yang terlalu gimana sampai membuat saya stress. Semua kesetresan muncul karena pikiran sendiri akan hal-hal yang saya anggap penting padahal duniawi. Apa kabar ibu-ibu baru yang support systemnya jelek?
Kadang saya takut suami lelah karena saya banyak ngeluh. Ya bener sih melahirkan itu capeknya luar binasa. Badan, dari ujung kepala sampai ujung kaki berasa diperas kekuatannya. Badan kayak habis dipukulin, kayak menstruasi tapi sakitnya ratusan Kali lipat. Belum lagi tekanan ancaman perubahan bentuk tubuh jika tidak dijaga blablabla. Lelah ya jadi perempuan, udah mah melahirkan aja segitu capeknya, masih ditakuti dengan kebutuhan menjaga estetika tubuhnya. Sampai di titik capek saya dengan semua ketakutan itu, sering ada pikiran udahlah kalau suami mau cari yang masih bagus Dan belum ternoda oleh bentuk habis lahiran ini. Hahaha.
Eniwey, I can't through all this without him. Iya sih itu tanggung jawabnya, tapi ketelatenannya sepanjang jadi suami, lalu saya hamil dan manja nyebelin, dan puncaknya ketika saya melahirkan kemarin. Masyaa Allah, semoga dibalas Allah dengan membaiknya saya sebagai istri yang mendampingi.
To have his arms behind me while I'm in the middle of labor which is teramat sakiiit Dan udah mau nyerah minta sesar aja atau dipotong aja biar cepet lahirnya, dia adalah kekuatan tersendiri. Beneran yang kalau saya ngomong 'mas, udah ga kuat' terus dia cuma jawab klise 'kamu bisa', itu berasa yakin dan jadi mikir ’o iya, aku bisa sih ini'. Terus lanjut ngeden Dan tidur di sela-sela kontraksi hebat.
Ketika mau nyerah, 3 bidan yang masih pada gadis itu kasih semangat dengan menempelkan tangan saya pada kepala bayik yang udah mulai nongol. Masih sempet juga suami bilang, 'tuh rambutnya kayak aku loh, lebat', yang bikin seneng Dan semangat. Haha.
Perlu Kali ya bikin tulisan sendiri cerita proses lahiran.
Kadang, lihat muka Bilal tuh pingin nangis. Antara sebel dengan pola hidup baru tapi bersyukur bahwa bocah ini ditakdirkan lahir dari saya yang serba terbatas. Mukanya yang polos bikin saya sedih juga kenapa merasa stress ketika punya anak. Padahal banyak yang berharap punya anak tapi belum diberi, dimana bisa jadi mereka lebih siap.
Ah ya sudah, kalau mau ngeluh mah, pasti ada aja keluhan. Dijalanin aja, semoga diberi kekuatan Dan kematangan mental. Bersyukur diberi partner hidup yang jiwanya seperti itu. Semoga dibimbing untuk jadi istri Dan ibu yang lebih baik.
274 notes · View notes
gemannisa · 4 years
Text
It doesn't mean i'm not feeling anything tho.
I'm just trying to keep myself.
The only thing I'm worried about is me.
1 note · View note
gemannisa · 4 years
Text
“Jika menjadi kaya adalah cara untuk bahagia, kenapa ada yang sudah kaya justru menyudahi hidupnya sendiri? Sedangkan ada orang yang tidak kaya, justru bahagia dalam hidupnya? Maka, dimana letak kebahagiaan itu sebenarnya? Yang pasti, bukan pada kekayaan.”
— Choqi Isyraqi
265 notes · View notes
gemannisa · 4 years
Text
Jadilah apa adanya. Tidak rendah diri walau tak punya, tidak malu walau kekurangan. Karena orang yang menghargai apa yang ia miliki, lebih baik daripada orang yang memaksakan diri untuk sebuah pujian.
- telegram beghurobaa
67 notes · View notes
gemannisa · 4 years
Text
Jatuh Cinta
Selalu kagum dengan caraNya membuat seseorang jatuh cinta. Berjuta alasan yang berbeda. Berjuta tatap dengan arti berbeda. Berjuta sudut pandang.
Kita bisa saja jatuh cinta karena sesuatu hal yang tidak akan bisa dinikmati orang lain. Mencintai caranya bicara, mengagumi senyumannya, diam-diam menikmati candaannya, dan banyak sebab sederhana lain yang membuat kita bertahan. Bertahan untuk jatuh cinta.
Begitu indah setiap cerita cinta. Ada yang berdegup. Ada yang seakan-akan memperlambat waktu. Ada yang mengacak-acak isi perut. Ada yang berputar-putar di benakmu. Ada kosa kata baru bernama rindu m. Ada sorot mata yang berbinar takjub.
Mungkin itulah mengapa dinamakan jatuh. Tidak pernah diduga, tidak pernah punya 'kuasa' sepenuhnya atas respon diri. Jatuh...begitu saja.
Padanya aku jatuh. Soal merawat perasaan cinta, lain cerita. Tak ada kata sederhana, tapi disitu seninya :)
371 notes · View notes