Tumgik
ilmalerina · 5 years
Text
Mylog : Other than the Sex, Everything else about marriage is a trap
Bagi sebagian orang, menikah adalah sebuah tahapan hidup yang ingin sesegera mungkin untuk dilaksanakan. Di mata orang yang kepengen, yang nikah tuh hidupnya tampak bahagia sekali. Buat orang yang uda kebelet baper, ga nikah-nikah tuh nyesek. Padahal mah, yah..
Nikah itu ibarat naik perahu dan berlayar di lautan lepas. Buat orang yang ada di dermaga mungkin kelihatannya seru, ngambang di lautan, megang kemudi trus haha hihi di atas perahu. Padahal mah, yah,..
ITU CUMA KELIHATANNYA SAJA.
  Aslina.
Ibarat berlayar di lautan lepas. Kadang ga ada angin, jadi berasa ga gerak si perahunya. Kadang ombaknya menggila, ampe perahunya serasa uda mau ngebalik. Kadang ada yang bocor hingga nyaris tenggelam. Ga gampang cuy. Yang menyatakan kehidupan pernikahan adalah 100% bahagia adalah fitnah.
Kalo kata Mark Manson, (ada yang uda baca bukunya?) hidup tuh cuma ganti-ganti masalah doang. Masalah yang satu beres, ntar muncul lagi yang baru. Cuma paling banter kadar masalahnya dibedain antara tiap orang sesuai kesanggupannya.
Ada yang masalahnya berupa ga laku di pasaran, ato sering ditinggal nikah, ato uda nikah tapi ekonominya memburuk. Ada yang uda nikah jadi makin tajir trus pasangannya jelalatan sama orang ketiga. Baik orang yang ada di dermaga atau pun yang sedang haha hihi di atas perahu punya masalah masing-masing.
Kalo sekiranya ada perasaan bete ngeliat feed instagram orang yang isinya foto keluarga bahagia ato jalan-jalan mulu, percayalah dibalik itu semua mereka juga punya masalah. Sama seperti jomblo yang mempermasalahkan ke-jomblo-annya, orang yang uda menikah pun ga jarang ada yang mempermasalahkan bahtera rumah tangganya.
Impian vs Realita
Jangankan yang punya impian duniawi setelah menikah, punya impian yang bersifat ibadah pun kadang realisasinya ga gampang. Kan kayak yang keren gitu yah, kalo punya impian pasca menikah seperti jadi ada yang nemenin puasa bareng, bisa ada tahajud bareng, saling pegangan tangan berpahala, saling tatap penuh cinta pun berpahala. Termasuk nge-sex pun berpahala.
Tapi, percayalah,.
Ga semudah itu Ferguso.
Pernikahan itu ga selalu berisi tatapan mesra, ga selalu perbincangan itu menyenangkan. Ada loh masa-masanya saling tatap aja males. Apa lagi buat ngobrol. Hih. That kind of situation will eventually happen.
Happily ever after is just a myth.
Jangan salah paham, aink nulis kayak gini bukan buat nakut-nakutin tapi untuk ngasi insight kalo pernikahan tuh ga harus selalu saklek sesuai yang kita inginkan. Ga jarang biang ributnya suatu rumah tangga adalah karena adanya ekspektasi yang ga kecapai.
Susah emang, karena ketika ngebet nikah, masing-masing pasti punya ekspektasi sendiri, punya targetan sendiri.  Padahal yah, ketika layar pernikahan terkembang, ga ada seorang pun yang tahu kondisi lautan seperti apa yang menunggu di depan.
Be flexible. Pada situasi. Pada pasangan. Pada keluarga. Pada takdir.
Pernikahan tuh banyak jebakan Batmannya. Persiapan sebelum nikah pun bisa jadi jebakan. Persiapan tuh wajib, baik mental atau finansial. Tapi jangan jadikan persiapan sebagai jaminan. Gampang buat Allah mengambil apa-apa yang kita anggap sebagai persiapan. Gampang banget takdir berubah. Yang pas-pasan modal nikahnya jadi kaya. Yang punya segalanya bisa tiba-tiba hilang ga bersisa.
Kerasa kok. Sebaik-baik penjamin tuh Allah. Bukan apa-apa yang diusahain. Bukan siapa-siapa yang dinikahin. Bukan apa-apa yang kita anggap sebagai sumber kebahagiaan.
Jangan terikat dengan ekspektasi. Be flexible. Karena segala sesuatu selain Allah dan kenikmatan di pulau kapuk sejatinya hanyalah jebakan dalam bahtera pernikahan.
989 notes · View notes
ilmalerina · 6 years
Text
Menyembunyikanmu dari hiruk pikuk dunia.
Kecantikanmu itu berbeda. Aku melihatnya setiap hari dengan mata kepalaku. Cantikmu itu mengalir dalam sifat, seperti ketaatan, keikhlasan, kesabaran, dan hal-hal yang membuatku merasa tentram.
Aku sengaja menyembunyikanmu dari hiruk pikuk dunia. Sebab, dunia kita adalah dunia yang kita bangun dengan kepercayaan bahwa yang kita lihat dengan mata ini adalah fana. Semuanya akan berakhir, cantik akan menua, kekayaan takkan dibawa mati, dan hal-hal lain yang akan berakhir.
Aku menyembunyikanmu dari hiruk pikuk dunia, biar orang melihat dan merasakan kecantikanmu dari akhlakmu. Bukan dari hasil riasan berjam-jam dan baju kekinian yang kemudian kamu pajang di halaman media sosialmu. Orang akan mengenalmu dari kebaikan budi, kebermanfaatan, peran, pemikiran, kecerdasan, sumbangsihmu pada umat, dan hal-hal lain yang jauh lebih bermakna dari pakaian dan riasan.
Aku akan menyembunyikanmu dari hiruk pikuk dunia. Agar kamu bisa menjadi dunia yang terbaik bagi anak-anak kecil yang lahir di rumah tangga kita. Menjadi dunia yang layak untuk tumbuh besar mereka. Dunia yang akan mengajarkan mereka dan membuat mereka tumbuh menjadi manusia yang lebih baik.
Biar dunia kita ini sunyi, sepi.
Kita tidak harus dikenal banyak orang untuk bisa menjadi lebih bermanfaat, untuk memiliki nilai lebih sebagai manusia. Kita hanya perlu menjadi orang baik, berbuat baik, membantu banyak orang, berkata-kata yang baik, lemah lembut terhadap semua makhluk, bekerja dengan ikhlas, berbakti kepada orang tua, berbuat baik pada tetangga, menyanyangi anak-anak, dan semua kebaikan lain yang bisa kita lakukan tanpa harus berdandan terlebih dahulu, tanpa harus memiliki kuota internet untuk memuatnya dalam live video.
Kita tidak perlu mencatatnya, dua malaikat kecil di sisi kita sudah melakukannya untuk kita. Setiap hari, tanpa lelah.
Untuk itu, izinkan aku untuk menyembunyikanmu dari hiruk pikuk dunia, istriku :)
Yogyakarta, 7 November 2017 | ©kurniawangunadi
3K notes · View notes
ilmalerina · 6 years
Text
RTM : Fase-fase dalam Pernikahan
Pagi ini saya menghadiri sebuah kajian Ustadz Cahyadi Takariawan di Jogja, mungkin bagi yang mengikuti buku-bukunya, beliau memang concern dalam topik-topik terkait pernikahan. Di kajian ini hampir seluruh pesertanya adalah ibu-ibu, utamanya yang memang lebih tua daripada saya, karena memang ini pengajian keluarga. Tapi rasanya, saya juga banyak mendapat ilmu dari kajian ini dan masih harus banyak belajar. 
Supaya temen-temen juga bisa dapat ilmunya, ini saya resume kan isi kajian tadi hehe. Semoga bermanfaat yaa, tentu sudah saya edit dikit-dikit dengan bahasa saya, semoga nggak merubah maknanya. 
Ustadz Cahyadi menyampaikan bahwa ada beberapa fase dalam pernikahan.
Romantic Love : fase ini adalah  tahun-tahun pertama pernikahan (3-5 th) biasanya. Di fase ini masih terasa sekali manis-manisnya pasangan. Yaaa, bisa dibilang anget-angetnya lah ya :D
Disappointment/Distract :setelah fase romantis, akan ada berbagai penurunan dalam kualitas hubungan karena adanya beberapa missed. Nah fase ini bisa menjadi lama bisa juga menjadi singkat, tergantung bagaimana usaha pasangan untuk meredam konflik. Karena di fase-fase ini yang tadinya berbagai kesalahan bisa ditolerir, bisa berada di titik jenuh dan menjadi gampang tersulut. 
Knowledge & awareness : di fase ini, pasangan yang dengan cermat dan ingin segera lepas dari fase sebelumnya, akan mencoba untuk meredam konflik-konflik yang ada dengan niteni, mengamati, dan mengenali lebih detail kondisi pasangan dan hubungan mereka. Di fase ini, kedua belah pihak baiknya sama-sama berjuang dengan semangat positif agar lebih memahami lapis-lapis kepribadian dan bahasa cinta pasangannya
Transformation : Fase ini adalah fase yang penuh dengan penerimaan, penerimaan yang jauh lebih luas dibanding di awal pernikahan. Di fase ini tiap-tiap pasangan mulai bisa berdamai dengan keadaan bahkan mensyukuri kekurangan yang ada dalam diri pasangannya. 
Real Love : ini adalah fase puncak, fase paling dewasa dari mencintai. Pasangan bukan hanya sekedar suami istri, tapi juga sudah sejiwa. Cinta dalam fase ini tidak lagi menggebu-gebu seperti anak muda, justru sangat mendalam. Memang eskpresi fisik makin berkurang, tetapi ikatan emosional satu dengan yang lainnya makin bertambah. 
Saya mengamati sekaligus belajar, bahwa apa yang terjadi pada hubungan saya dan suami masih sangat-sangat awal dan perjalanannya masih membutuhkan nafas panjang. Masih jauuuuuuhhhh syekaliiiiii. Mungkin kami masih berada di tahap romantic love, pun teman-teman yang ada di sosial media. Rata-rata yang mengunggah manisnya kisah mereka, mungkin adalah mereka-mereka yang sedang di fase yang sama seperti saya. Nggak papa, semoga menjadi catatan perjalanan dan pengingat bahwa kita pernah ada di fase ini dan segera bertumbuh ke fase-fase selanjutnya. 
Saya jadi disentil, betapa masih banyak sekali yang harus saya pelajari dan pelan-pelan saya lakukan untuk menyeimbangkan hubungan saya dan suami. Masih banyak bahasa-bahasa cinta #tsah, yang perlu saya mengerti. 
Dan di luar sana, mungkin banyak yang perlu dipahamkan, bahwa pernikahan bukan hanya soal bahagia-bahagia aja. Karena kalau itu yang dicari, nihil, pernikahan model apapun nggak ada yang lepas dari masalah dan konflik. Tapi, menurut saya pribadi, kalaulah yang kita cari itu ketaatan dan ketakwaan kepadaNya dalam pernikahan, kita bisa membuat hubungan ini jauhhhh lebih manis dari apa yang kita pikirkan. Asheeeqqqq wkwkk. 
Semoga ini menjadi catatan buat saya pribadi untuk lebih semangat lagi belajar. Karena dalam hidup berumahtangga, tiap harinya kita mendapat hal baru yang harus kita pelajari. 
948 notes · View notes
ilmalerina · 6 years
Text
RTM : Membangun “Value”
Beberapa diksi dalam bahasa tertentu memang sulit diterjemahkan dengan baik ke bahasa lain secara utuh, pasti ada makna-makna yang terasa kurang. Termasuk diksi “value” ini karena kalau diterjemahkan menjadi “nilai”, tetap saja rasanya mengganjal. Untuk itu, izinkan saya untuk tetap menggunakan bahasa aslinya.
Semasa dulu, sering saya melihat keluarga teman-teman saya yang lain. Dari yang mulai brokenhome sampai yang keluarga superteam. Saya mempelajari apa-apa yang terjadi dalam keluarganya, bagaimana didikannya, bagaimana interaksinya, hingga semua yang terjadi dalam keluarga tersebut menjadi value yang dipegang oleh teman-teman saya. 
Dulu, saya sering membanding-bandingkan keluargaku dengan keluarga teman-temanku yang lain. Keluarga yang openminded, yang terbuka, yang hangat, segala macam hal yang begitu kuinginkan ada dalam keluargaku, ada pada mereka. 
Hari ini, setelah hampir dua tahun membangun keluarga sendiri. Saya paham, saya menjadi mengerti bahwa untuk mewujudkan semua itu, tidaklah sesederhana kelihatannya.
Ini tentang membangun value dalam keluarga. Keluarga kecil yang sedang aku mulai sekarang pun demikian, kami sedikit-demi-sedikit membangun value-value yang akan kami wujudkan dalam keluarga ini. Sesederhana, di keluarga kecil kami. Kami tidak ingin memandang uang sebagai sesuatu yang berlebihan, menjadikannya sewajarnya. Biar terasa ringan ketika mendapatkannya, terasa ringan pula ketika tidak memilikinya. Terasa ringan pula jika harus memberikannya kepada orang lain yang lebih membutuhkan. Secara tertulis, terlihat mudah. Praktiknya, kami berjibaku untuk membangun mindset itu setahap demi setahap. 
Di keluarga kecilku, kami berusaha untuk menjaga privasi seoptimal mungkin. Sesederhana, kami tidak memuat foto/video anak perempuan kami di media sosial. Itu adalah awal dari value besar yang ingin kami wujudkan dalam keluarga ini. Dan seringkali menjadi pertanyaan orang lain, “kok foto Shabira tidak pernah kelihatan”. Ya, tidak masalah. Karena ini adalah keluarga kami, dan kami sedang membangun value-value dalam keluarga ini melalui tindakan-tindakan sederhana, bertahap, dan kami ingin mengajarkan pada anak-anak kami, membangun value itu tidak semudah menulis mimpi di atas kertas. Dan ujian untuk membangunnya, pasti tidak mudah.
Keluarga kami, keluarga yang aku bangun ini adalah tanggungjawabku, sebagai kepala keluarga. Ke mana keluarga ini akan bergerak, value-value apa yang akan menjadi pegangan dalam keluarga ini, semuanya sedang dibangun pondasinya. Bertahun mendatang, semoga apa yang aku bangun saat ini mulai kelihatan bentuknya. 
Anak-anak tumbuh menjadi anak-anak yang lembut hatinya sekaligus kuat. Memiliki daya juang sekaligus keikhlasan pada hasil. Mereka bisa melihat dunia dengan lebih bijak. Mereka bisa menilai benar dan salah dengan tepat. Mereka tidak menjadikan dunia (harta, popularitas, dan lain-lain) sebagai tujuan, apalagi alasan kebahagiaan. 
Saya memahami bahwa membangun value dalam keluarga ini adalah sebuah proses panjang. Sejak awal membangun keluarga ini, saya mengerti bahwa masing-masing keluarga yang dibangun pasti punya valuenya masing-masing. Apa yang kami yakini dan kami bangun, mungkin berbeda dengan apa yang sedang dibangun oleh teman-teman kami yang lain. Untuk itu pula, saya tidak akan sibuk bertanya kepada mereka mengapa begini dan begitu, sebab saya mengerti bahwa membangun keluarga itu tidak mudah.  Menjaga value dalam keluarga, juga tidak mudah. Apalagi jika kita menjadi generasi pertama, generasi yang akan mengganti banyak sekali value-value dalam keluarga kita sebelumnya. Yogyakarta, 13 Mei 2018 | ©kurniawangunadi
380 notes · View notes
ilmalerina · 6 years
Photo
Tumblr media
www.islamic-quotes.com
354 notes · View notes
ilmalerina · 6 years
Text
The 7 Best Doctors
1. Fresh air
2. Sunshine
3. Exercise
4. Rest, and getting a good night’s sleep
5. Loving and affirming relationships
6. Taking control of your thought life
7. Investing in self care
1K notes · View notes
ilmalerina · 6 years
Text
“The woman who doesn’t need validation from anyone is the most feared individual on the planet.”
— Mohadesa Najumi
3K notes · View notes
ilmalerina · 6 years
Text
“The most beautiful people I have ever met are the ones who always see life in full colour. They are the ones who have been through hell and back and still stop to savour the parts of life that many seldom pay attention to … These are the people I admire most because no matter how much they have suffered, they will always find a reason to make the best of this imperfect world.”
— Karen A. Baquiran
4K notes · View notes
ilmalerina · 6 years
Text
Tulisan : Perempuan Setelah Menikah
Barangkali dulu, ketika masih gadis. Di usianya yang telah memasuki kepala dua dan usia pernikahan, salah satu kekhawatirannya adalah tentang pasangan hidup. Entah bentuk khawatir seperti; apakah ada laki-laki yang mau menikahinya? atau apakah ia cukup siap untuk menjadi seorang istri? dan lain sebagainya. Dan kekhawatiran itu pun tumbuh subur seiring usianya yang merangkak naik, seiring banyaknya laki-laki yang datang silih berganti tapi tak satupun menarik hatinya.
Di bayangnya, kehidupan pasca menikah, apalagi menikah dengan laki-laki yang dicintainya adalah kehidupan yang segalanya indah. Padahal tidak demikian. Kata siapa bahwa selepas menikah, kekhawatiran perempuan akan sirna begitu saja? Justru sebaliknya, kekhawatiranya bertambah, semakin banyak. Dan ini menjadi sesuatu yang mungkin tidak akan pernah terbayangkan sebelumnya.
Khawatir ketika sudah menikah tapi belum juga hamil. Apalagi ketika melihat teman-temannya yang lain memperbarui halaman sosial medianya dengan berita kehamilan atau kelahiran. Lebih khawatir ketika ditanya oleh keluarga. Dan ini menjadi pembelajaran berharga bagi siapapun, bahwa barangkali ungkapan kebahagiaan kita di sosial media bisa menjadi sebab ketidakbersyukuran seseorang yang melihatnya. Juga ini akan menjadi pelajaran berharga bagi semua perempuan yang menikah nantinya dan belum segera dikaruniai anak, ia akan menjadi lebih memahami dan lebih empati kepada perempuan yang lainnya.
Kekhawatiran ketika suami atau anaknya sakit. Apalagi ketika melihat mereka tidak bisa tidur tenang, tidak bisa makan masakan yang dibuatnya dengan susah payah.
Kekhawatiran ketika belum bisa memasak. Meski kita tahu bahwa memasak bukanlah sebuah hal paling penting dari kesiapan menikah seorang perempuan. Tapi bagi perempuan itu sendiri, memasak untuk keluarga, apalagi melihat keluarganya memakan apa yang ia buat dengan susah payah adalah kebahagiaan yang entah bagaimana menjelaskannya. Khawatir ketika suami tidak mau memakan masakannya, khawatir kalau masakannya tidak enak. Meski, sang suami berusaha untuk menganggapnya bukan sesuatu yang penting. Tapi tetap saja itu penting bagi istrinya.
Kekhawatiran tentang bagaimana ia bisa berbaur dan bergaul dengan keluarga suami. Entah tentang bagaimana ia bisa membuka pembicaraan dan mertua. Bagaimana ia bisa menjadi menyenangkan untuk saudara-saudara suami. Dan memang selama ini tidak ada panduan tentang bagaimana membangun hubungan antara istri dan mertuanya. Dan itu selalu menjadi kekhawatiran tersendiri bagi perempuan yang akan dan baru menikah.
Ada begitu banyak kekhawatiran yang semakin hari semakin bertambah. Dan perempuan yang perasa, membuat kekhawatiran itu kadang tumbuh tak terkendali. Dan tugas laki-laki yang menjadi seorang suaminya nanti sebenarnya sederhana yaitu; jangan menambah kekhawatirannya. Jadilah laki-laki yang baik.
©kurniawangunadi | 10 Februari 2017
4K notes · View notes
ilmalerina · 6 years
Text
Tumblr media
"Love You Longer"
You came into my life unexpectedly
You saw my imperfections
And you saw who I am
Through all my insecurities
You stood by me
So I love you for the peace that you bring to my soul
High and low I've searched
You're the only one for me
You're my person in my home
You are real you're my earth
You're a million dollar things
That you don't even know
You're my sun you're my rain
You're the twinkle in my eye
Oh I wish I found you sooner
So that I, I can love you longer
You told me how to feel so beautiful
To forgive all my faults, to accept all my flaws
Through all my insanities
You love and feel so I love you for all rightness you bring to my soul
High and low I've searched
You're the only one for me.
0 notes
ilmalerina · 6 years
Text
Cari
X : Kamu boleh aja cari yang lebih baik dari aku, masih ada banyak kesempatan. Aku tak akan menahan kalau kamu mau pergi.
Y : Kamu boleh aja bilang gitu, tapi kamu harus tau aku selalu berdoa yang terbaik buatku tetap kamu, mau hari ini atau besok. Jadi jangan suruh aku cari yang lebih baik lagi ya.
164 notes · View notes
ilmalerina · 6 years
Text
Penerimaan.
20.29
Akan ada saatnya kita menerima seseorang yang tadinya entah siapa itu untuk menjadi teman perjalanan dalam hidup kita. Mungkin kita akan bertanya-tanya, apakah dia bisa kita terima dalah hidup kita, begitu pula sebaliknya. Bisakah kita menerimanya dengan sepenuhnya menerima?
Penerimaan terhadap seseorang tersebut, bukan hanya penerimaan bahwa kita merasa nyaman bersama dirinya, bukan hanya karena kita dengan begitu mudahnya jatuh cinta pada warna bola matanya, bukan hanya karena kita merasa begitu cepat sekali rindu pada senyumannya, bukan hanya tentang itu.
Penerimaan adalah jauh lebih dari itu, menerima seseorang dalam hidup kita juga berarti kita menerima dia dan segala takdir yang telah Tuhan gariskan pada dia, takdir yang membuat kau bahagia atau membuat kau bersedih. Dan kau bersedia menerima keduanya dalam hidupmu, bukan hanya salah satunya.
Maka semoga kita dapat menerima dengan segala iman dalam hati kita, sehingga Tuhan selalu melapangkan hati kita terhadapt takdir yang dibawa seseorang itu.
421 notes · View notes
ilmalerina · 6 years
Text
Menerima.
20.33
Bila suatu hari nanti telah datang padamu orang yang meyakinimu bahwa kau lah yang terbaik untuknya. Dia dengan segala kerendahan hatinya mengharapkanmu ada pada hidupnya. Engkau tak pernah tau apa yang membuatnya yakin. Namun begitu kata hatinya, menuntunmy bahwa kau adalah orangnya.
Bila hari itu tiba padamu, sungguh bersyukurlah pada Tuhanmu. Bahwa penantianmu telah berakhir, bahwa segala doamu telah terjawab, dan bersiaplah untuk menyempurnakan ibadah-ibadahmu dengannya. Walau mungkin ia yang datang bukanlah orang yang kau doakan datang, namun yakinlah Tuhan Maha Baik.
Bila hari itu datang, sayang. Jangan lewatkan ia bila baik segala apa yang ada padanya, jangan biarkan berlalu bila dia dapat menghormatimu sebagaimana yang diajarkan Tuhan. Sungguh, terimalah ia dengan penuh suka cita, dengan senyum dan penuh harap.
Sungguh, kau tak akan pernah tau apakah di depan sana ada yang lebih baik atau malah kau melewatkan yang paling baik.
430 notes · View notes
ilmalerina · 6 years
Text
How to be an Awesome Partner
1. Don’t just take your partner for granted
2. Show affection, and express your love
3. Say what you appreciate about your partner
4. Be thoughtful; make that extra effort
5. Be careful with your words
6. Apologize
7. Don’t bear grudges
8. Take care of your own emotional needs
9. Try to understand your partner’s point of view
10. Believe in them, and want the best for them.
3K notes · View notes
ilmalerina · 6 years
Text
How to Fight Perfectionism
1. Delete “ought”, “must” and “should” from your vocabulary.
2. Get rid of all unrealistic goals, and replace them with realistic, achievable goals.
3. Accept and love yourself unconditionally.
4. Recognize that NOBODY is perfect – despite what the media, or other people, say.
5. Love your quirks and value your uniqueness.
6. See mistakes as lessons on the road to success.
7. Notice all the positives, and small accomplishments.
8. Enjoy, and be thankful for, the good things in your life.
4K notes · View notes
ilmalerina · 6 years
Text
Makeup.
Di suatu malam.. ketika aku otw pulang dan diantar sm mas, paginya baru pulang dari IFW jadi agak make-up dikit, daily make-up biasa cuma bedanya aku pake eyeshadow shimmer aja.
X : "dee itu kalo kata aku eyeshadow agak medok deh"
Y :"ih ini ngga ada apa-apanya dibanding yg lain yg td ke IFW uuuw menor semua mas'
"...."
X : "emang kamu ngga suka? ah kalo ada cewe cantik pake makeup jg kamu nengok huuuh"
Y: "nah itu tau... berarti itu jelek kan? aku ngga mau kamu diliat-liat sama cowo lain, jd pusat perhatian"
"....."
0 notes
ilmalerina · 6 years
Text
7 Words and Phrases that can Change your Life
1. love you.
2. “I’ll be here if you need me”
3. “Me too”
4. “I’m sorry”
5. “It was my fault”
6. “Forget it. It’s no big deal”
7. “No.”
1K notes · View notes