Kupikir aku sudah selesai. Namun ternyata ada yg terlewat utk diselesaikan.
Tak cukupkah 12 tahun utk melupakan? Kita tidak pernah memulai, kenangan kita hanya sebuah kenangan receh, tapi kenapa sosokmu begitu kuat di dalam memori?
Saat ini aku bisa dengan lantang mengatakan bahwa aku siap menjadi seorang istri. Namun ketika ditanya apakah aku siap jadi orang tua? Jujurnya, aku merasa belum.
Ku pulang dalam balutan kebaya. Berjalan tanpa alas, membawa toga, dan menenteng hadiah pemberian. Hari itu, hari yang kubayangkan akan menyenangkan, ternyata berubah menjadi sebalikny. Ada kesal, namun tak bisa diungkapkan. Mencoba utk menerima keadaan, namun yg bisa hanya sebuah pengalihan.
"Kita gabisa lama-lama, krn hrs ke Jkt"
"Trs ade gimana?"
"Kamu kn bisa minta jemput kaka, ato naik taksi online"
"Gakan foto gtu?"
"Bisa nanti lg. Kita kn mau nemenin uwa yg suaminy di operasi. Kasian uwa"
"Yaa"
Dan hari itu berakhir dengan kesunyian.
Hari istimewa bagiku, belum tentu menjadi hari istimewa baginya
Ketika ada banyak hal yang sebenernya bisa membuat dia bahagia namun dia tak menyadari itu. Aku pertama kali pulang naik busway aja girangnya udh kek anak kecil dikasih permen