Tumgik
kawannyalebah · 8 months
Text
Jodoh yang berkah itu adalah saat kita terlahir di dunia dan kemudian jiwa berkeinginan menetap di surga. Lalu diri bertanya kepada manusia-manusia disekitarnya, "Adakah yang mau membersamaiku ke sana?." dan diantara milyaran jiwa di sekeliling kita, satu jiwa bergegas menggandeng tangan kita untuk menuju ke sana.
Ustadz Rahmat Idris
117 notes · View notes
kawannyalebah · 8 months
Text
Kembali..
Allaah, aku kembali lagi. Dengan segala keluh dan peluhku. Semuanya ku utarakan kepadaMu dalam tangisan. Lidahku terlalu keluh untuk mengutarakan semua kelelahan yang sedang aku alami. aku, hanya bisa menangis dan terus menangis saja.
Barangkali yang bisa ku lakukan hanyalah dengan menangis. Rasanya tenang setelah itu. Hatiku merasa damai sebab aku mengikhlaskan sesuatu yang memang bukan milikku dan memang sesuatu yang harus pergi.
Benarlah, jalan terbaik dalam mengembalikkan segala rasa kesedihan dan kelelahan adalah dengan mengikhlaskan semuanya. Tidak memaksakan semuanya, meletakkan sesuai tempatnya.
Kembali menujuMu bukan dengan segala kesiapanku. Melainkan dengan segala kurangku dan lunglainya aku dalam melalui hari-hari ini. Malu sekali rasanya. Namun, tiada tempat yang bisa menampung diri ini kecuali Engkau yang Maha Pengasih. Tidak ada yang bisa mendengarkan segala keluh dan peluhku kecuali Engkau yang Maha Mendengar.
aku yang tak pernah memahami diriku, mencoba kembali dengan sisa-sisa upaya yang bisa ku upayakan. Maafkan diri ini, hatiku tak terlalu lembut untuk memahami betapa Maha Baiknya Engkau kepada diriku ini.
aku ingin kembali, Allaah. Dalam lamanya sujud-sujudku dengan banyak menangis sebab mengetahui betapa banyaknya dosa yang telah ku lakukan. Namun Engkau Maha Penyayang, sehingga Engkau masih menutupi aib-aib itu.
aku ingin kembali dengan perasaan tenang dan bahagia. Bahwasanya sejauh apapun aku menjauh dari jalan yang haq ini. Tempat terbaik untuk kembali hanyalah kepadaMu.
Allaah, jika nanti waktuku sudah selesai di dunia ini. aku hanya ingin kembali dalam keadaan selamat, dalam keadaan ridho. Engkau ridha kepadaku, dan aku ridho kembali kepadaMu.
Segala puji bagi Engkau ya Allaah, lembutkanlah hati ini, lembutkanlah..
413 notes · View notes
kawannyalebah · 9 months
Text
Meluaskan syukur.
Kita belajar dari luka yang terjadi dihidup kita; belajar melapangkan hati, meluaskan cara berpikir, melebarkan ruang maaf. Kita seringkali menemui berbagai rasa pahit, letih, sehingga menimbulkan luka dalam diri kita. Keadaan membuat rasa dalam diri kita kadang marah, sedih dan berbagai perasaan lainnya. Babak belur, lebam sering kita rasakan saat menjalaninya.
Hidup rasanya seperti mempermainkan kita, apalagi kalau sudah diposisi-posisi terendah dalam hidup kita.
Kita juga sering menanyakan ada apa dengan diri kita, sehingga harus mengalami hal-hal ini. Mengapa jalannya harus seberliku ini, mengapa hal-hal sulit itu menyapa kita.
Kita lemah, sangat lemah. Sampai tak bisa merasakan kenikmatan yang ada diperjalanan kita; kenikmatan bersyukur menyebut namaNya, setelah selama ini barangkali kita melupakanNya, tak menyebut namaNya sesering dulu.
Luka-luka yang timbul selama diperjalanan membuat kita lupa kebaikan-kebaikan yang tersimpan. Ada kebaikan-kebaikan yang diberikan kepada kita.
Saat ini kita masih sering marah, sering mamaki jalan hidup yang kita jalani. Padahal kalau bersedia melihat lebih dalam, kita memahami bahwa apa yang terjadi dihidup kita, tak lain agar selalu terhubung denganNya.
Semoga jalan-jalan yang dilalui memudahkan kita untuk selalu menemukan rasa syukur, rasa sabar rasa lapang. Dalam keadaan apapun semoga kita selalu menemukan rasa-rasa seperti itu, sehingga tumbuhlah rasa menerima. :)
@menyapamakna1
168 notes · View notes
kawannyalebah · 1 year
Text
“Kemudian, apa alasamu untuk menikahi anak puteriku Nak?”
Tiba-tiba pertanyaan itu terlontar dari laki-laki paruh baya yang berada didepanku. Disampingnya, duduk seorang gadis teduh berdandan sederhana, ditemani oleh ibunya yang juga berpakaian rapi ketika itu.
Aku yang sudah sedari tadi berbicara panjang lebar basa basi dengan dua orang paruh baya ini mulai memutar otak untuk menjawab pertanyaan ini dengan baik, tertata dan mengena.
Aku menegakkan punggungku, menghirup nafas dengan rileks, dan merapikan sedikit bajuku yang sudah cukup lusuh karena tebaran angin sore itu.
⚠⚠ Oke, aku jelaskan dahulu, aku belum pernah menghadapi situasi ini. Ini bukan kisah nyataku sebagai Rido. Aku, hanya membayangkan, jika situasi ini betul terjadi, jika pertanyaan ini betul terlontar, apa yang akan aku jawab? Hitung-hitung ini juga caraku melatih menulis ala-ala novel dengan style Habiburrahman, hehe. Clear ya? ⚠⚠
Baik kita lanjutkan.
Disituasi itu, apa yang harus aku lakukan? Kamu sebagai pembaca, apa hal yang bakal kamu lakukan jika kamu berada disituasi itu? Kalau aku, mungkin, aku akan cukup bingung menjawabnya.
Karena, kadang, apa yang kita lakukan sering kali tanpa alasan. Tentang makanan yang kita makan, apakah kita betul memikirkan nutrisinya? Tentang kebiasaan scrolling social media yang kita lakukan setiap hari, apakah kita membatasinya? Tentang mengerjakan tugas sekarang atau nanti, apakah kita memang sudah menghitungnya betul-betul? Sepertinya banyak hal didalam hidup kita yang dilakukan secara otomatis, tanpa sadar.
Tapi untuk ini, aku tak bisa melakukan secara otomatis, aku harus mempunyai alasan. Tapi apa. Aku masih mencarinya.
Aku berhenti sejenak, menghidup nafas cukup dalam dan melepaskannya dengan perlahan. Pikiranku menelusuri ruang perasaan didalam hati, berharap aku bisa menemukan jawaban itu. Aku menyelam kedalam diriku dengan serius, ada hal yang harus aku jawab. Ada seseorang yang membutuhkan jawabannya. Kenapa ya aku memilih dia? Apakah karena cantik? Sepertinya bukan itu poin utamanya. Apakah karena dia pendengar? Iya memang, tapi hatiku berkata bahwa aku mempunyai alasan yang lebih tinggi daripada itu. Apakah karena pekerjaannya? Sebentar-sebentar, sepertinya aku tahu. Oke, aku menemukan alasannya!
“Saya ingin menyelamatkan diriku dan anak keturunanku, Ayah.” Kataku
Sejenak ruangan tamu rumah ini menjadi hening. Suara detikan jam dinding terdengar lebih keras dari sebelumnya. Suara angin dari sebuah kipas di pojok ruangan juga menjadi terdengar lebih kencang. Waktu seperti berhenti ketika itu. Dan nampaknya perempuan itu juga tidak paham dengan apa yang baru saja aku sampaikan.
“Aku kurang paham dengan jawabanmu, bisa tolong jelaskan lebih lanjut?” Kata pria paruh baya itu
Baik, aku menghela nafas lebih dalam, mengatur intonasi dan ritme paragraf-paragraf panjang yang akan aku keluarkan. Tak lupa, aku juga membaca doa untuk memperlancar lisanku, yaitu doa yang sama ketika Nabi Musa diperintah oleh Allah untuk menghadap penguasa Mesir ketika itu .
“Robbis rohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul 'uqdatam mil lisaani yafqohu qoulii.”
Paragraf pertama aku buka dengan sebuah teori psikologi
Jadi maksud saya seperti ini, Ayah. Saya selalu percaya, bahwa baik buruknya seseorang sangat bergantung pada lingkungannya. Orang akan menjadi baik jika dia berkumpul dengan orang baik. Dan juga sebaliknya, orang akan menjadi “jahat” jika dia berkumpul dengan orang yang kurang baik. Iman juga seperti itu. Bahkan Rasulullah pun pernah bersabda, bahwa hati manusia itu sangat lemah. Dia harus terus diikat dengan pertemanan yang baik.
Saat ini, dunia sudah tidak seaman dahulu. Banyak orang menganggap bahwa berpacaran adalah hal yang lumrah. Menonton tayangan tidak senonoh juga sepertinya sudah menjadi bagian hidup bagi beberapa orang diluar sana. Bahkan, beberapa waktu yang lalu, banyak anak SMP dan SMA di suatu kabupaten mengajukan pernikahan dini. Bukan karena memang sudah siap menikah, tetapi mereka telah hamil diluar nikah.
Kejadian seperti ini yang membuat saya takut. Bagaimana jika anak saya juga seperti itu. Bagaimana jika pada suatu saat nanti anak saya merengek untuk pergi satu malam bersama pacarnya. Apa jadinya jika dia pergi bersama pacarnya kemudian dengan rela pahanya dipegang-pegang oleh pacarnya dan dia tidak merasa risih sedikitpun. Mungkin terlihat klise, tapi saya benar-benar pernah melihatnya di jalan, dengan kedua mata kepala saya.
Disisi lain, orangtua juga tak kalah berzinanya. Ada isteri yang selingkuh dengan rekan sekantornya karena dia lebih mendengarkan dan menerima apa adanya daripada suaminya. Ada juga suami yang mempunyai hubungan asmara lain dengan asistennya, yang lebih muda, yang lebih cantik, dan yang lebih sering bertemu dikantornya. Bahkan ada juga orang yang sampai sengaja check in di hotel bersama teman sekantor atau asistennya untuk melakukan hubungan haram itu.
Saya takut jika itu akan terjadi di keluarga saya. Saya boleh menerima cobaan apapun, asal jangan cobaan dalam keluarga dan agama. Karena konon itu adalah cobaan yang paling berat di dunia dan jarang ada orang yang bisa melewatinya dengan baik.
Oleh karena itu, saya harus memilih pasangan yang salihah. Orang yang telah menjaga dirinya. Perempuan yang juga telah berkomitmen lama untuk menjaga hawa nafsunya dengan tidak bermesraan dengan seseorang jika belum sah. Dan, aku melihat, bahwa puteri bapak adalah muslimah yang taat.
Saya pernah mendengar dari sahabatnya bahwa dia selalu shalat hajat sebelum tidur, menjaga shalat tahajjudnya seperti dia menjaga barang yang dicintainya, bahkan sahabatnya juga pernah melihat dia tak sengaja tertidur diatas sajadahnya dengan memeluk mushafnya akibat lelah menuntaskan target bacaan hariannya.
Saya mempercayakan hidupku untuk dilengkapi oleh dia.
Saya sangat selektif dalam memilih teman, maka saya juga berhak selektif dalam memilih pasangan.
Orang yang membeli sepatu mungkin hanya menyesal satu atau dua minggu ketika dia memilih barang yang salah. Orang hanya akan kesal selama satu atau dua tahun jika salah memilih pekerjaan. Tapi, soal pasangan, akan seberapa menyesal jika orang telah salah memilih pasangan?
Saya ingin menyelamatkan diri dari lingkungan yang tidak sehat. Saya ingin menyelamatkan anak dan isteriku dari zina yang telah dihiasi sedemikian rupa. Aku, juga ingin memilihkan ibu yang cerdas dan salihah untuk anakku nanti. Itulah satu alasanku untuk memilih dia sebagai pasangan saya.
Satu paragraf gagasanku telah terucap dengan lancar. Aku melihat orang tuanya mengangguk-angguk setuju dengan jawabanku. Hope it will be. Aku menghela nafas sejenak, menyadari ternyata keren juga ya aku bisa mempunyai gagasan yang kuat seperti itu. Ternyata berdebat di kelas tentang teori psikologi ketika S1 ada gunanya juga hari ini.
173 notes · View notes
kawannyalebah · 1 year
Text
Beberapa hal yang kamu hindari saat ini akan menjadi yang paling kamu rindukan suatu hari nanti.
Begitulah seringnya kita manusia, merindukan hal hal yang telah hilang dan yang tak mampu dijaganya saat kesempatan masih berpihak padanya.
11 notes · View notes
kawannyalebah · 1 year
Text
Menunggu
Tumblr media
"Bila bandara adalah pintu jumpa dan pisah, jangan lupa di sana ada ruang tunggu"
aku mencintaimu sejak saat angin membawamu padaku.
tapi ternyata angin tak mengizinkan aku berlama-lama dalam dekapanmu.
ia ingin cepat-cepat membawamu pergi untuk sementara waktu.
dan aku ingin sekali menahan laju itu.
tapi menahan laju itu sama saja aku tidak mendukungmu.
sebab kamu ingin memintal mimpimu, dan mimpi-mimpimu kini sudah menjadi bagian dari mimpiku.
aku merelakan kepergianmu walau konsekuensinya aku harus menanggung rindu.
namun katamu aku pun akan menanggung itu, sebab aku mencintaimu jauh sebelum kamu. jaga dirimu, jaga dirimu, jaga dirimu.
baiklah, selamat berjalan maju.
semoga kita berpadu setelah sekian lama saling menunggu.
161 notes · View notes
kawannyalebah · 1 year
Text
"Sumber ketenangan itu dekat, bahkan lebih dekat dari seurat nadi, juga bisa dirasakan oleh hati. Tapi kita yang mencarinya di tempat-tempat yang jauh"
@menyapamakna1
379 notes · View notes
kawannyalebah · 1 year
Text
Berbeda
Tumblr media
Oleh @langitawaan x @yhharahap
Aku enggan menyusuri jalanan yang kebanyakan orang pilih. Menyukai sesuatu dengan alasan banyak orang yang menyukainya juga adalah tabu. Merayakan hal-hal yang tak perlu juga merisaukan hal-hal yang pasti tiba.
Aku enggan mengikuti gegap-gempita kebanyakan. Biarkan mulut mereka mencibir. Biarkan banyak pasang mata memandang dengan sinis. Biarkan berita tak sedap atas pilihan hidup yang kujalani terus bersenandung pagi ke petang, petang hingga malam melenggang.
Jalan yang kutiti adalah keselamatan yang kupilih. Hal-hal baik yang ku tahu membawaku pada rasa aman dan nyaman. Bahwa aku tidak perlu berlomba dengan sesuatu yang menurut orang sebagai keharusan.
Meski mereka di luar sana berceloteh panjang. Menilai, berkomentar bahkan mendadak jadi hakim kehidupan. Biarlah aku masih dengan langkah-langkah kecil yang kupastikan menyenangkan.
Kata mereka, aku tak perduli.
—Duo Sumatera, 18 Februari 2023.
169 notes · View notes
kawannyalebah · 1 year
Text
Jours #2 : Ruang
Menuju satu semester usia pernikahan ternyata telah memberimu banyak sekali hadiah dan pelajaran.
Awalnya kukira aku sudah khatam dengan teori-teori kelas pra-nikah yang aku ikuti kala itu. Ternyata mengalaminya sendiri membuatku (sedikit) paham. Mengapa banyak orang tua mendoakan, semoga menjadi keluarga yang sakiinah, mawaddah, warahmah. Keluarga yang penuh rasa cinta, kasih sayang, dan ketenangan. Bukan hanya romantic love, cinta yang menggebu-gebu. Tetapi everlasting love / deep love, cinta dalam jangka waktu yang lama hingga ke surga. Cinta yang membuatmu saling memuliakan, juga saling menghormati.
Menuju satu semester usia pernikahan, telah memberimu salahsatu pelajaran berharga tentang Ruang.
Selalu sediakan ruang di hatimu tentang segala perasaan yang hadir. Entah itu cinta, bahagia, atau saat terluka. Agar perasaan bahagia ataupun kecewa tidak terlalu memenuhi ruang hatimu, dan masih ada ruang disana.
Ketika kamu memiliki harapan dan ekspetasi tentang pasanganmu, maka sampaikan. Atau bagaikan buku baru yang akan kamu warnai bersama dengannya (kamu tidak memiliki ekspetasi apapun terhadapnya), karena kamu pun baru mengenalnya. Keduanya tetap membutuhkan adaptasi satu sama lain, terutama saat menemukan perbedaan. Maka mulailah untuk selalu kompromi dengan segala perbedaan yang kamu temukan, lalu pada tingkat lebih tinggi kamu sudah dapat bersikap penuh toleransi kepada pasanganmu. Selama hal-hal tersebut bukan sesuatu hal yang prinsipal, Inilah yang bisa saling mendewasakan satu sama lain, hingga saling menguatkan.
Karena kini, kamu bersama seseorang yang juga bagian dari hidupmu. Saling melengkapi - saling mengisi - saling mencintai.
Jakarta, 5 Januari 2023
40 notes · View notes
kawannyalebah · 1 year
Text
Semudah itu Allah mengatur setiap takdir manusia, ada yang hari ini menangis karena kehilangan dan ada pula yang hari ini bahagia tersebab pertemuan. Yang kita perlukan hari ini adalah kelapangan hati, bukan? Untuk menerima setiap ketentuan juga pilihan-Nya.
Tahun ini akan segera berganti, menandakan usia kita sebenarnya selalu berkurang setiap detik dan harinya.
Ada banyak kegundahan dan kegelisahan yang kita dapati di tahun 2022, tentang apa yang akan kita lakukan di tahun depan, apa kejadian yang akan kita alami, barangkali hal-hal itu yang menjadikan kekhawatiran kita hari ini.
Pada akhirnya, semua akan terjawab dengan kelapangan hati. Sebab mereka yang hatinya lapang, akan menerima setiap apa yang Allah berikan. Apapun bentuknya.
Selamat mengistirahatkan hati, pikiran dan raga.
— Jundi Imam Syuhada
449 notes · View notes
kawannyalebah · 1 year
Text
Dunia ini berputar, tidak mungkin setiap hari kita senang, dan tidak mungkin pula setiap hari kita sengsara. Keduanya akan selalu dipergantikan layaknya siang dan malam.
Jangan sombong saat bahagia, dan jangan merasa paling sengsara saat bersedih. Sebab keduanya tidaklah lama.
@jndmmsyhd
491 notes · View notes
kawannyalebah · 1 year
Text
102.
Kalau aku seringkali menuliskan banyak koma dalam setiap perjalananku maka kamulah titiknya. Kecil, sering terabaikan namun memiliki makna yang sangat berarti.
Aku tidak meminta yang bagaimana-bagaimana lagi. Aku tidak mendikte Tuhan agar memberi apa yang aku mau dan semua yang aku inginkan.
Begitu pula terhadap perasaan tidak puas akan segala pencapaian duniawi yang tiba-tiba menguap berganti dengan keinginan bahwa aku hanya ingin hidup tenang dalam dekapan ridho-Nya.
Prasangka buruk yang selama ini sering membayangi berubah menjadi sudut pandang positif sejak koma demi koma itu bertemu titik.
Aku seperti menemukan kompas ketika tengah tersesat. Aku seperti menemukan rumah ketika rindu dengan nuansa pulang. Aku seperti menemukan diriku yang lain dalam versi lebih baik kala melihatmu.
Hebatnya lagi, denganmu aku rasa apapun kesulitannya aku bisa menghadapi. Haruskah aku mengakui ini semua di hadapanmu dengan pipi yang memerah? Haruskah, aku?
Kalabiru, 18.27 | 27 Desember 2022.
112 notes · View notes
kawannyalebah · 1 year
Text
Tumblr media
instagram | notesfromroosterchapel
403 notes · View notes
kawannyalebah · 1 year
Text
Di perjalanan nan melelahkan ini, izinkan aku ya Rabb untuk tetap dibersamai oleh orang-orang baik. Orang-orang yang tidak akan pernah berhenti menepuk-nepuk pundak ku di saat sedih. Orang-orang yang akan menegurku bila aku keliru. Orang-orang yang sentiasa memperhatikan ku walau dari jauh, lalu bersiap menarik ku jika aku ada di jalan yang salah. Orang-orang yang selalu mensyukuri kehadiran ku di tengah-tengah mereka. Ya Rabb, atas ketidakberdayaan ku sebagai seorang hamba, aku mohon temani aku dengan bersamai selalu aku dengan orang baik.
Bandung, 26 Desember 2022
505 notes · View notes
kawannyalebah · 1 year
Text
100.
Tumblr media
Suatu hari, akan ku ceritakan dengan sangat panjang bagaimana kisahmu dan kisahku bermula.
Tentang bgaimana bisa kamu jatuh cintaku kepadaku lalu mempertahankan semua perasaan itu sampai hitungan tahun yang sudah lebih dari sepuluh jemari?
Tahun ini, di antara rentetan jatuh bangunku, bertemu denganmu (lagi) adalah salah satu kebahagiaan yang mampu menutup semua sedihku.
Terima kasih, sudah menjadi tokoh manis yang tidak pernah ku duga kehadirannya. Tetap sederhana dan menyenangkan sampai akhir waktu, ya.
Jarak, 19.12 | 22 Desember 2022.
141 notes · View notes
kawannyalebah · 1 year
Text
Sejatinya tidak ada yang benar-benar mau menjadi beban atas masalah kita, mereka mendengarkan hanya sekedar formalitas sebagai sesama manusia. Tidak ada yang benar-benar mau mendengarkan rengekan dan tangisan kita, mereka bahkan sesekali muak dengan suara itu. Manusia tidak benar-benar punya rumah, karena dunia ini memang bukan rumah.
Jadi jangan pernah bermanja-manja lagi, di pendam dan hadapi sendiri. Jangan pernah mencari rumah bahkan kita sendiri tidak punya rumah.
Tapi, ini bukan tentang rumah.
153 notes · View notes
kawannyalebah · 1 year
Text
Diuji
Yang sudah belajar aqidah dengan benar, bisa diuji dengan akhlak buruk dan penyakit hati. Yang sungguh-sungguh ibadahnya, bisa diuji dengan aqidah yang menyimpang. Yang baik dan santun akhlaknya, bisa diuji dengan meremehkan perintah dan kewajiban agama
Semoga kita ini lebih mawas pada diri sendiri; lebih banyak mengintrospeksi diri. Apabila kita mendapat ujian, bisa jadi Allah sedang menegur kita juga
Semoga Allah karuniakan hati kita ini hati yang bersih, mudah melihat aib dan kesalahan sendiri, mudah menerima, mudah berbaiksangka, dan mudah memaafkan orang lain
Allahummaghfirlanaa dzunuubanaa..
Pena Imaji
149 notes · View notes