Tumgik
lank-link-lunk · 5 years
Text
Nak, memandang wajahmu seperti memandang cermin dan wajah ibu mu bersamaan. Bagaimana bisa? Masya Allah.
4 notes · View notes
lank-link-lunk · 5 years
Text
Putri, melahirkan terang
Kemudian menjelma jadi semesta
Berputar berkilau gemilang
Jadi bukti tanda cinta
Untuk binar yang tak pernah redup
1 note · View note
lank-link-lunk · 5 years
Text
Aku menyukai setiap tawamu
Tapi, saat pagi tadi kau tertawa
Karena sadar telah memimik polahku
Di depan anak kita yang setengah tertidur
Ternyata Aku sangat menyukai tawamu itu
- pulang larut dalam kereta bersama Chris Martin berdendang Yellow
2 notes · View notes
lank-link-lunk · 5 years
Text
Tumblr media
Kalian adalah rumah bagiku. Dan kini aku ingin pulang.
0 notes
lank-link-lunk · 5 years
Text
Setiap perjalanan: menuntaskan sebuah rindu dan memulai rindu yang lainnya.
- KA Argo Parahyangan
0 notes
lank-link-lunk · 6 years
Text
Genggam jemariku, Sayang.
Jalin erat jangan kau lepas.
0 notes
lank-link-lunk · 6 years
Photo
Tumblr media
Hari kelima Ramadhan; berbuka dengan es buah buatan istri. Terima kasih istriku. 😊
0 notes
lank-link-lunk · 6 years
Text
Wajah malaikat akan selalu tampak teduh. Meskipun dalam tidur.
Dan ku kirim doa pada Yang Kuasa:
"Tuhan, ku rela ia yang tidur di hadapanku ini kelak masuk ke surga-Mu. Tempat asal dan semestinya ia kembali."
1 note · View note
lank-link-lunk · 6 years
Text
Di sini dingin.
Tanpa pelukanmu.
Ku rindu.
0 notes
lank-link-lunk · 6 years
Text
Satu minggu telah berlalu. Sebuah hari minggu basah nan syahdu. Hujan dan bubur sebagai sarapan. Kemudian engkau tertidur kembali. Aku merasa penuh dan teduh. Melihat engkau terbaring. Ya ini bukan lagi mimpi. Engkau nyata, Sayang, sebagai istri.
1 note · View note
lank-link-lunk · 6 years
Text
Putri dan Gilang
May this marriage be full of laughter, our every day a day in paradise.
May this marriage be a sign of compassion, a seal of happiness here and hereafter.
~ Jalaludin Rumi
Aku tidak tahun tanggal berapa dan hari apa waktu itu kita pertama kali bertemu. Hanya suatu siang di tengah persiapan kita menuju ujian tingkat 2. Aku tidak mengenalmu sampai satu tahun sejak hari itu. Tapi, selama itu pula hatiku bertanya-tanya siapa gerangan dirimu. Hingga Maret 2012, seorang kawan di antara kita memperkenalkan aku dan kamu.
Aku memang belum mengenal dirimu terlalu dekat saat itu. Entah apa yang membuatku jatuh cinta kepadamu. Sebagian orang mengatakan bahwa cinta pada pandangan pertama itu tidak mungkin. Mungkin aku adalah sebagian yang lainnya. Saat aku pertama melihatmu dulu, aku merasa seperti diselamatkan. Seperti kamu datang bak malaikat menyelamatkan aku dari sesuatu yang buruk yang akan menimpaku.
Putri. Ya itulah namamu. Kau sebut perlahan ketika jemari mungilmu menyambut uluran salam dari milikku. Meski aku sudah tahu siapa namamu, tetap rasa berdesir muncul ketika otakku merekam setiap frekuensi huruf yang kau sebutkan itu. Setelah perkenalan itu, tidak banyak hal yang kita lewati. Entah aku terlalu malu, atau kamu terlalu tertutup.
Media sosial dan teman-teman dekat di antara kita menjadi penghubung antara duniaku dan duniamu. Entah berapa banyak cerita milikmu yang ku dengarkan saat itu dari dua hal tersebut. Bahkan sesekali aku mencoba untuk bertanya padamu, semisal tentang film yang ternyata merupakan hobimu. 20th Century Boys ialah film yang dulu kamu rekomendasikan dan berhasil membuatku jatuh cinta pada cerita Naoki Urasawa dan juga jatuh cinta kepadamu. Masihkah kamu ingat ketika kita melewati malam panjang dari layar pesan Facebook? Aku selalu ingat malam itu.
Semuanya menjadi semakin tidak mungkin ketika kita terpisah. Praktek Kerja Lapangan saat itu membuat aku terpisah darimu. Hanya setoples kecil permen di saat ujian terakhir tingkat 3 kita waktu itu sebagai tanda bahwa aku menaruh perasaan padamu. Tidak banyak hal yang kita bagi saat itu hingga malam inagurasi kita. Malam itu, kita berbagi foto dalam satu frame. Setelahnya tidak pernah aku berjumpa dengan dirimu.
Aku tenggelam pada duniaku. Kamu pun tenggelam dengan duniamu. Satu tahun sejak perpisahan itu. Aku melihatmu di Kantor Pusat instansi kita akan mulai bekerja saat itu. Antara senang dan gelisah, takut ketika ku temui kenyataan bahwa tidak akan ada hal indah lain di antara kita. Pertemuan sepihak itu melahirkan pemikiran bahwa rindu itu berderet geometri: sekali melihat senyummu, rindu ini berlipat berpangkat hingga tak terhingga.
Kembali terpisah. Aku di Bandung. Kamu di Jakarta. Entah aku penasaran kenapa kamu tidak di Bogor? Pertanyaan itu tidak pernah terjawab. Media sosialmu hampir tidak pernah aktif. Aku masih tidak berani bertanya langsung. Sampai waktu itu, kamu menyapaku lewat obrolan Whatsapp. Kamu harus tahun itu adalah salah satu hari yang membahagiakan untukku. Aku harus berterima kasih pada John Green atas quote “Okay? Okay.”. Kamu menanyakan hal tersebut. Tak lama filmnya pun muncul di bioskop. Kita bertukar cerita lagi. Aku menghampiri kantormu. “Jangan gila. Disini banyak orang”, katamu saat aku memberikamu oleh-oleh setoples kecil permen yang sama waktu itu. Perasaan yang masih sama saat pertama memberikannya dulu. Tapi, lagi-lagi kenyataan memang tidak berada di pihakku. Hanya sebatas itu yang bisa kita lakukan.
Tak lama, kita berkumpul lagi bersama kawan-kawan kita. Dua kali: di Lido dan Jakarta. Dua tempat itu tidak memberikanku peluang apa-apa untuk dekat bersamamu. Malah setelahnya, mungkin aku merasa sangat jauh untuk menggapaimu. Seakan kamu adalah mimpi yang tidak pernah bisa terwujud bagiku. Sempat ada harapan ketika kita melewati Comic Con pertama kali di Indonesia. Entah angin apa yang membuatmu mengajakku saat itu. Momen bahagia lainnya di hidupku.
Awal tahun 2016, awal kedekatan kita yang sesungguhnya. Entah mengapa di saat aku ingin menyerah padamu, seakan-akan kamu selalu tahu itu dan tidak mengizinkannya terjadi. Saat itu, kita saling menyemangati untuk lulus seleksi tugas belajar. Aku merasa kamu sangat berharap aku untuk lolos. Dan ternyata, ya aku lulus tapi kamu tidak. Sedih sebenarnya tapi setidaknya jarak aku dan kamu terpotong. Konstanta 60 km menjadi tidak berlaku. Bukan jarak kota yang memisahkan kita kini, hanyalah antar kecamatan saja.
Setelah aku resmi pindah ke Jakarta, intensitas pertemuan kita meningkat. Terkadang kita pergi makan malam atau sekedar menonton di bioskop. Bahkan waktu kamu mengambil cuti waktu itu kamu jalan-jalan ke Bandung. Dan 4 Desember 2016, aku mengajakmu menikah. Memang kita tidak punya tanggal jadian kapan, tapi kita akan memiliki tanggal pernikahan.
Perjalanan menuju pernikahan tidaklah mulus. Ada saja kerikil-kerikil atau bahkan batu besar yang menghalangi. Pertengkaran kecil hingga besar telah kita lewati. Tangis, tawa, haru datang silih berganti. Aku yakin itulah cara Tuhan menguatkan kita menuju pernikahan kita. Selain menyiapkan pernikahan, kamu juga menyiapkan untuk ikut seleksi tugas belajar lagi. Dan kesibukan mulai melanda kita berdua.
Tanpa mengecilkan peran semua orang di sekitar kita, aku bangga kita dapat mempersiapkan pernikahan kita yang mayoritas dikerjakan berdua di tengah kesibukan kita. Aku yakin kita dapat menjadi partner yang mampu bekerja sama dan saling melindungi satu sama lain. Meski menjelang hari bahagia kita, selalu saja ada gangguan dan hambatan seperti perasaan ragu dan lain sebagainya. Tapi kita kuat dan saling menguatkan. Kita bisa sampai pada hari ini.
Hari ini adalah hari bahagia kita. Hari pernikahan kita. Hari dimana kita saling berjanji untuk saling melindungi dan menjaga. Hari cinta kita dirayakan dengan restu orang tua dan Tuhan. Hari dimana cerita baru akan dimulai. Untuk itu, mari genggam tanganku dan kita tulis cerita kita bersama. Aku mencintaimu, Putri.
Selamanya. Sampai kita tua. Sampai jadi debu. Kau di liang yang satu. Ku disebelahmu. ~ Banda Neira
0 notes
lank-link-lunk · 6 years
Text
Kata sebagian orang, malam sebelum pernikahan merupakan malam yang sulit untuk memejamkan mata. Alhasil banyak pengantin di keesokan harinya terkantuk-kantuk atau kurang segar wajahnya. Aku tidak ingin seperti itu bila menikah nanti. Aku ingin dapat tidur dengan nyenyak sehingga esok hari akan tampil segar bersanding dengan pujaan hati.
Namun, kata orang tersebut ternyata berlaku untukku malam ini. Perasaan campur aduk berlarian dan bermain dalam hati dan pikiran. Memikirkan hari bahagia aku dan ia esok hari. Aku yakin ia pun di sana sama demikian denganku kini. Kita mungkin sama-sama penasaran dengan tebak-tebakan mengenai esok hari. Seperti rakyat Palestina setiap hari menebak seperti apa nasibnya esok di tanah jajahan Israel tersebut.
0 notes
lank-link-lunk · 6 years
Text
Di pelaminan.
Merayakan cinta.
Bersamamu.
Awal perjalanan.
Merayakan hidup.
Aku dan kau.
0 notes
lank-link-lunk · 6 years
Text
Dunia Sunyi, Dunia Bunyi
Dua jam bersama sunyi. Tidak ada suara atau gumaman lagu-lagu. Hanya suara jam berdetak. Atau knalpot motor yang lewat depan rumah. Suara pengatur udara menandakan ia bekerja saat suhu meningkat. Degup jantung pun terasa meski perlahan. Bebunyian ketika kuku-kuku di jari tangan bersentuhan dengan rambut. Kucing liar yang kaget menjerit bertemu rivalnya. Bahkan bunyi ketukan pada layar telepon selular saat menulis tulisan ini. Gemerisik pintu pagar tetangga terbuka lalu tertutup tak lama. Klakson mobil kejauhan karena macet diiringi sirine ambulan membawa pasien gawat. Ku kira dunia ini pernah sunyi, nyatanya dunia tak pernah berhenti berbunyi.
0 notes
lank-link-lunk · 7 years
Text
Aku ingin terus tertidur Menganggap ini semua mimpi Meski pikiranku tak bisa istirahat darimu Hingga ketika ku bangun Yang kulihat senyummu di sisiku Tapi saat pagi ini ku terjaga Air mata meleleh hangat di pipi Mengingat terakhir kau melempar senyummu
0 notes
lank-link-lunk · 7 years
Text
Gerbong kereta berguncang-guncang. Tubuh ini ikut terguncang. Cahaya matahari dari barat menembus jendela. Hijau sawah di luar sana menyajikan semburat. Kereta meluncur ke depan. Pikiran meluncur ke belakang. Pada genggaman yang tak pernah lepas. Senyum hangat menggantung. Diikuti tawa renyah kita tentang apa saja. Aku tidak sempurna. Demikian juga kamu. Kita tidak sempurna. Tapi kita bahagia. Saat kamu di sisiku, 24 jam sehari 7 hari seminggu tidak pernah cukup. Dan waktu terkadang memberi jarak bagi rindu. Tapi kita bahagia. Televisi di atas, menggantung langit-langit gerbong. Film yang ratusan kali diputar dan tidak pernah ditonton. Teringat layar-layar lebar menyaksikan kita yang tak ingin melepas satu sama lain. Kapan terakhir kita melakukannya? Aku ingat saat pundakmu menjadi sandaran rasa kantukku. Dan kau menjadikan cahaya beku di sekitarku. Melewati barisan rel demi rel menuju ibu kota yang melupakan cinta. Kasihan bukan? Dan kita membawakan sang ibu sepotong cinta kita. Aku rindu ri. Rindu kamu. Rindu gerbong kereta. Rindu lagu dari splitter earphone. Rindu sandaran bahumu. Rindu mengisengimu tidur. Rindu pada cerita-cerita. Rindu mengulang rindu setelahnya.
0 notes
lank-link-lunk · 7 years
Text
Ku lemah terbaring lagi. Meratapi rasa sakit di bawah kelopak ini. Hanya ingin kau ada di samping saat ini. Hanya ingin menggenggam jemarimu yg hangat. Aku terlalu rindu padamu.
0 notes