Tumgik
legosekars · 8 days
Text
bayangkan
bayangkan sebuah pernikahan
yang masing-masingnya tidak perlu khawatir yang lainnya tidak setia. karena kuat agamanya, kokoh komitmennya.
bayangkan sebuah pernikahan
yang jarak separuh bumi pun tidak akan membuat jauh apalagi terpisah. karena rindunya diwujudkan dalam bentuk menjaga. karena hatinya sudah selalu bisa ditata.
bayangkan sebuah pernikahan
yang keduanya tidak perlu khawatir akan hari yang belum datang. karena kesadaran bahwa semuanya adalah titipan. karena keyakinan bahwa rezeki selalu tepat takaran. karena keimanan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.
bayangkan sebuah pernikahan
yang pasangannya tidak perlu khawatir menjadi tua, diuji kesehatannya, menjadi lupa, atau tidak lagi elok rupa. karena cintanya jauh lebih dalam dari yang terlihat, jauh lebih besar dari yang memikat.
bayangkan sebuah pernikahan
yang orang-orangnya hanya khawatir akan perpisahan. khawatir bilamana kehidupan yang selanjutnya tidak mempertemukan mereka. khawatir bilamana bekal mereka belum cukup. sehingga mereka pun berupaya bersama, mencukupkan semua perbekalan.
pernikahan itu bisa saja adalah pernikahan kita.
882 notes · View notes
legosekars · 5 months
Text
tentang berandai-andai
"nanti kalau anak kita mau jadi volunteer atau jurnalis di Gaza boleh ngga?"
"jangan dulu, utamakan yang di sekeliling kita aja dulu yang dapat manfaatnya."
"hmm kalau gitu nanti aku bisikin dia, 'gapapa nak berangkat aja, kalau perlu ibu yang anterin.' di sana tuh jarak ke Allahnya dekeeet banget mas, beruntung banget mereka-mereka yang terpilih buat ada di sana. aku sih yang sebenernya pengen."
"iya, tapi persiapannya juga ngga mudah."
"justru itu, karena persiapannya ngga mudah, jadi mulai dari kita. doa aku –cita-cita aku– biar anak-anak kita termasuk ke dalam barisan pejuangnya Allah. 'gapapa nak gapapa, insyaAllah ibu ridho hahaha.' ridho Allah kan bersama ridho ibu ya."
"curang, ridho orang tua dooong."
0 notes
legosekars · 5 months
Text
tentang doa.
"doa itu mahal atau murah, sih?"
"hmm, bukannya tinggal menengadahkan tangan, menundukkan kepala (dan hati), lalu berdoa?"
"tapi kan nggak semua hati Allah lembutkan untuk mengucap doa."
"iya juga ya. nggak semua hati Allah lapangkan untuk mudah berdoa."
"betul. kemarin ada temanku di kantor yang qadarullah lagi sempit hatinya karena pekerjaan, jadi seharian kerjanya mengeluh. aku sempat nyeletuk, 'doain aku aja ya, x. kan insyaAllah doamu lagi didengar.' terus dijawabnya malah, 'nggak nggak, aku mau doa buat anakku aja.' habis itu aku cuma meringis hehe. ternyata doa itu mahal, apalagi buat orang lain. padahal kan buat kita kayak cuma mendoakan gitu loo. nggak mau banget ya buat didoain balik sama malaikat."
"mungkin karena pikirannya lagi ruwet aja, jadi responnya begitu."
"mungkin, ya. ya jadi doa itu nggak hanya semudah menengadahkan tangan, menundukkan kepala (dan hati), lalu merapal doa. perlu hati yang lembut dan laaaaaapang. doa itu nggak murah."
"makanya mendoakan jadi mahal, kan imbalannya didoakan malaikat. jadi, doa itu nggak murah, tapi mudah."
"mudahnya?"
"ya itu, mudah secara teknis. tinggal menengadahkan tangan, menundukkan kepala (dan hati), lalu mengucap doa, kan? bahkan nggak ada syarat khusus atau waktu khusus buat kita boleh berdoa. Allah mudahkan kita berdoa di mana aja, kapan aja, dalam kondisi apa aja, kan? nah, semoga Allah lembutkan hati-hati kita untuk mudah berdoa dan mendoakan, ya."
"haha iya aamiin!"
lamongan, 20 november 2023
0 notes
legosekars · 5 months
Text
tentang palestina (2).
ceritanya lagi masak di dapur, sambil masukin bahan masakan satu per satu kepikiran,
"ibu-ibu di gaza sana sambil masak gini yang kedengeran di luar sana pasti bunyi dentuman bom ya, bukan shalawatan dari mushola kayak gini. eh, belum tentu mereka bisa masak, kan nggak ada apa-apa."
kok bisa ya iman mereka seteguh itu. iri banget liatnya. udah mah mereka syahid, hafidz pula. siapa yang ga iri?
tiap liat berita mereka-mereka yang syahid dalem hati selalu, "ya Allah aku mau juga. masyaAllah, Allahuakbar". abis itu refleksi diri, aduh ibadahku aja lo masih gini-gini aja minta syahid. masih jauh gooo. benerin diri sendiri dulu sana.
gitu juga tiap liat anak-anak yang jadi korban zionis, selalu berdoa, "ya Allah aku juga mau punya anak yang tauhidnya kayak mereka, keberaniannya kayak mereka, mampukan aku bisa melahirkan dan mendidik anak yang bisa jadi pejuang di jalan-Mu, penolong agama-Mu". tapi abis itu ngaca lagi, aduh ngedidik diri sendiri aja masih banyak celanya di sana sini. lagi-lagi, masih jauh gooo. belajar lagi aja sana.
mengutip ustadz felix siauw, yang lagi "perang" itu bukan di gaza sana, tapi di dalam pikiran kita aku.
lamongan, 19 november 2023.
4 notes · View notes
legosekars · 5 months
Text
Pembuka Generasi Pembebasan
Edgar Hamas, (@cerita.edgar) Founder Gen Saladin
Ketika akun IG saya disegel Meta, entah kenapa saya malah merasakan sesuatu; kelegaan. Lega, karena ternyata apa yang saya tulis dan sampaikan ternyata digelisahkan.
Lalu saya senyum sendiri, membatin, "akun IG tumbang, bisa buat lagi. Tapi nyawa di Gaza yang hilang, tidak."
Tumblr media
Edgar Hamas ini bukan nama pena. Ia nama asli saya sejak lahir. Ia menjadi satu kebanggaan tersendiri buat saya sampai sekarang. Bagi Syaikh Ahmad Yasin sendiri, lahirnya H@mæs adalah sebuah penanda terbitnya generasi baru setelah 40 tahun zionazi bercokol di Palestina.
Beliau bilang, bahwa 40 tahun adalah fase yang dibutuhkan untuk mengganti generasi satu ke generasi selanjutnya. Syaikh Yasin tadabburi itu dari perjalanan Bani Israil dalam Al Qur'an, kala dihukum oleh Allah di Padang Tiih 40 tahun lamanya.
Setelah 40 tahun, apa yang terjadi?
Muncul generasi baru yang berbeda cara pandang dari yang lalu.
Jika yang dulu adalah generasi pengecut yang takut untuk masuk ke Palestina, maka generasi baru yang dipimpin oleh Yusya bin Nuun ini memutus rantai kepengecutan itu. Mereka membuka lembaran keberanian dalam sejarah.
Itulah mengapa Syaikh Yasin menggambarkan bahwa generasi umat ini akan terbagi menjadi 3 kali 40 tahun. Yang gelombang pertama adalah generasi yang merasakan awal penjajahan. 40 tahun kedua adalah perlawanan, dan generasi 40 tahun ketiga adalah "tahrir", pembebasan.
Jadi, yang kamu lihat hari-hari ini, adalah mukadimah bagi lahirnya generasi pembebasan, insyaallah. Sebab banyak pula analis, jurnalis hingga sejarawan yang mengatakan,
"dunia akan sangat berbeda antara sebelum gerakan Thufanul Aqsha (Badai Al Aqsha) dan setelahnya."
Kamu pun, merasakannya...
Umat ini tidak akan tidur selamanya. Ada sunnatullah bahwa segala sesuatu itu terus bergulir, dan sejarah pun membekali kita dengan contoh-contoh yang nyata. Pasukan Crusader tumbang, Mongol runtuh, Buwaih luruh. Zionazi? Bahkan mereka pun tahu umur mereka menuju senjakala.
Saya sering menyampaikan bahwa kita adalah generasi yang ada di persimpangan sejarah. Kita akan lihat "shifting" yang banyak. Yang dulu kuat, mulai sekarat. Yang dulu adidaya, kini mulai meminta-minta. Dan kau tahu tanda sebuah peradaban akan hancur?
Kezalimannya menjadi-jadi.
317 notes · View notes
legosekars · 5 months
Text
Israel Uses Palestinians As Human Shileds, Not HAMAS
Tumblr media
"Muhammed Badwan was grabbed by officers & tied by an arm to the grille covering the windscreen of their security vehicle [...] to try to stop the demonstrators throwing stones"
2K notes · View notes
legosekars · 5 months
Text
Arti Menikah - Belajarlah tentang banyak hal.
Kata Bapak hafidzhahullah ta'ala, "jika cinta dan kasih sayang seorang laki-laki itu lebih besar dari pada cinta seorang perempuan, maka dia tidak akan pernah melepaskan perempuan itu darinya. ia akan tinggal lama dihatinya. dan untuk membuat seorang laki-laki demikian, dibutuhkan seorang perempuan yang sabar dan pengertian."
aku teringat obrolan santai dengan Bapak, sehari sebelum menjadi seorang istri. Kala semua orang sibuk menyiapkan banyak hal termasuk Ibu, Bapak justru mengajakku lebih banyak cerita dari kebiasaan Bapak yang tidak demikian. Saat itu aku bertanya bagaimana posisi Ibu dihati Bapak. Yang semakin banyak ku rinci, Bapak semakin banyak tersenyum seolah membenarkan.
Namun satu hal yang Bapak katakan membuatku tertarik untuk bertanya lebih lanjut. "Ibumu itu orang yang sabar dan pengertiannya begitu lapang. Ibumu itu keras terhadap pendirian dan pendapatnya, namun ketika keputusan Bapak tak selaras dengan Ibumu, ibumu meletakkan semua pendapatnya dan memilih pada keputusan Bapak. Ada banyak momen dimana Bapak tidak berkata sekalipun, Ibumu lebih peka perihal apa yang Bapak butuhkan. Tanpa bertanya banyak hal, Ibumu sudah menyiapkan semuanya dengan baik. Tanpa memberi tugas, Ibumu telah paham apa yang menjadi tugasnya. Beberapa hal bertanya tentang apa yang Bapak suka dan tidak, selebihnya tanpa Bapak kasih perintah, Ibumu telah lebih dulu mengerti.
Tak pernah bertanya kenapa begini, kenapa begitu sebab paham bahwa Ibumu tidak ingin memberikan banyak beban. Ibumu begitu totalitas menjalani perannya sebagai seorang istri. Tak pernah menuntut harus jalan-jalan setiap pekan, atau liburan setiap tahun, atau hal-hal yang dirasa bapak belum mampu untuk menyanggupinya kala itu. Tidak pernah merengek meminta waktu bapak atau menuntut untuk lebih romantis atau hal-hal yang dimana Bapak harus peka terhadap kondisi ibumu. Ibumu tidak pernah meminta akan hal itu. Kala sudah tenang semuanya, barulah ibumu sampaikan dengan bahwasanya yang dimana tanpa menggurui bapak akhirnya mengerti.
Pernah saat dimana belum ada HP dan saat itu posisi ibumu sedang mengandung kamu 6 bulan, belum ada telpon rumah juga. Saat itu bapak harus lembur dan tidak pulang karena memang harus menyelesaikan deadline, dimana besok pagi presiden pak Soeharto akan berkunjung. Bapak nggak bisa ngabari ibu, karena memang tidak bisa pulang. Kamu tahu apa yang ibumu lakukan? Ibumu jalan sama emak tetangga sebelah rumah mau pergi menyusul bapak dikantor. Sebelum sampai kantor ada pos marinir dan bertanya perihal ada perlu apa jam segini kok mau ke PT.Pal dari pos ke kesana masih sangat jauh sekali. Lalu ibumu bilang kalau suaminya dari kemarin belum pulang, ia khawatir takut terjadi apa-apa. Lalu seorang petugas meminta ibumu dan emak untuk menunggu di pos, salah satu petugas berangkat menanyakan hal tersebut ke kantor. Setelah memastikan nama dan divisi bapak. Petugas tersebut menyampaikan bahwa seluruh karyawan disivi tersebut memang harus lembur, karena besok pagi akan ada kunjungan presiden. Setelah tahu kabar itu, ibumu dan emak pulang kerumah. Dan setelah beres semuanya bapak pulang kerumah, sampai dirumah ibumu tetap menyambut bapak dengan baik. Tak bertanya ini itu dengan banyak pertanyaan atau memasang muka cemberut. Nggak, ibumu tidak demikian.
Ibumu tetap melayani bapak dengan baik dan membiarkan bapak beristirahat dengan nyaman. Tanpa bertanya kenapa ndak pulang, bapak lebih dulu menjelaskan perihal tersebut.
Sebetulnya diawal pernikahan laki-laki itu sudah siap untuk mengayomi, mendidik, dan siap untuk memenuhi semua kebutuhan istri dan anak-anaknya nanti. Terkadang yang membuat mereka berubah salah satunya dari pasangannya sendiri. Yang mungkin terlalu menuntut banyak hal dan tidak memberikan rasa tenang itu. Memang manusia tidak ada yang sempurna, demikian juga dengan Bapak ataupun ibumu ini. Namun ada banyak hal kebaikan ibumu yang tidak bisa bapak sebutkan satu persatu. Biarlah bapak banyak doakan untuknya, biar Allaah yang balas dengan banyak kebaikan untuknya. Sekali lagi pernikahan itu adalah salah satu karunia yang harus disyukuri selama perjalanannya. Ujar bapak mengakhiri ceritanya.
Lalu malam harinya aku memutuskan untuk tidur dengan ibu sebelum menjadi istri esok harinya. Sebelum tidur banyak hal yang aku tanyakan, aku tak pernah merasa benar-benar begitu sangat dekat ketika saat itu juga. Salah satunya aku bertanya perihal cerita bapak tadi sore itu, mengapa ibu bersikap demikian dan demikian.
Ibu menjelaskan dengan bahwasanya yang apa adanya, "ketika seorang wanita telah memutuskan untuk menikah, maka seharusnya ia sudah paham perihal hak dan kewajiban serta konsekuensinya. bagaimana jika nanti pasanganku seperti ini, bagaimana jika nanti masuk fase seperti itu. Apalagi ketika seorang perempuan telah menjadi istri maka ia sudah mengerti bagaimana seharusnya berkhidmat untuk suaminya. Jika sudah paham dan mengerti bagaimana seharusnya bersikap, maka sudah sepatutnya kita harus memberi banyak udzur kepada pasangan kita. Saat itu ibu mencoba untuk memberi banyak udzur kepada bapak.
Tidak ada seseorang yang melakukan tanpa ada alasan. Dan bapakmu pasti sedang dikondisi yang demikian. Ibu mencoba belajar untuk mengerti, terkadang tidak semua kondisi bisa berjalan dengan sebagaimana mestinya. Tidak semua kondisi bisa dijelaskan saat itu juga. Pernikahan itu ibadah terlama, dan dalam beribadah tidak semuanya berjalan menyenangkan sesuai dengan keinginan kita kan ya, nduk. Itulah mengapa sabar diperlukan untuk menjalani setiap prosesnya.
Intinya jangan pernah merasa paling capek, paling menderita, paling jenuh, atau paling sibuk. Jika nanti kamu menemukan kondisi yang demikian, cobalah kembalikan ke dirimu sendiri. Saat capek, jenuh dan kondisi tidak baik-baik saja, pasanganmu menuntut banyak hal darimu. Apakah kamu senang? Tentu tidak kan ya, maka diperlukan hati yang lapang untuk mengerti.
Jangan banyak menuntut hak sama manusia, sebab balasan terbaik adalah balasan dari Allaah. Karna kalau banyak menuntut dari manusia, kamu akan merasa capek sendiri dan tidak menemukan ketenangan nantinya. Serahkan semuanya sama Allaah, biar tenang.
Apa yang bisa kamu beri kepasanganmu nanti, berikanlah senampumu. Berkhidmatlah dengan totalitas untuknya, tidak akan sia-sia apa yang kamu berikan. Sebab sekecil apapun upayamu, Allaah melihatnya. Ketika sudah melakukan yang terbaik, jangan berkecil hati bila balasannya tidak sesuai apa yang kamu harapkan.
Berkhidmat itu yang menyenangkan hati suamimu, yang dimana suamimu betah dirumah sebab ia temukan ketenangan dalam rumahnya.
Empat tahun lalu nasihat ini aku simpan ditumblr, ku baca kembali. Dan aku menangis. Sebab memang benar, dalam sebuah pernikahan tidak hanya tentang aku saja melainkan dia juga yang menjadi kita.
Sebagaimana pengertiannya Ibunda Khadijah radhiyallaahu anha yang tanpa bertanya mengapa Rasulullaah Shallaahu alaihi wassalam tubuhnya gemetar dan meminta Ibunda Khadijah untuk menyelimuti Rasulullaah. Yang dengan totalitas berkhidmat dan menyerahkan seluruh harta, jiwa dan hidupnya kepada orang yang tercintanya. Itulah mengapa Ibunda Khadijah radhiyallaahu anha tinggal begitu lama dihati Rasulullaah Shallaahu alaihi wassalam.
Bukan perihal apa yang sudah pasangan berikan kepada kita, melainkan sudah sejauh dan semaksimal apa yang telah kamu lakukan untuknya karena Allaah. Maka mintalah kepada Allaah Ta'ala untuk menganugerahi rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warohmah. Sebab rumah tangga sakinah adalah karunia Allaah yang harus terus dipintakan hingga akhir hayat..
للَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا ، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا ، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ
"Ya Allaah, satukanlah hati kami. Perbaikilah keadaan kami jalan-jalan keselamatan (menuju surga)." - HR. Abu Daud, no 969, dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallaahu anhu.-
Pernikahan itu tidak tegak karena rupa yang elok atau harta, akan tetapi dia tegak dengan agama dan akhlak. (Syaikh Muhammad Mukhtar Asy Syinqithi rahimahullaah)
Akhlak, sabar dan saling mengerti masuk dalam kategori akhlak kan? Maka berakhlak dengan akhlak yang baik. Semoga Allaah menganugerahi kita semua pasangan yang menyejukkan mata dan hati. Yang menjadi penenangan dalam segala kondisi apapun. Allaah anugerahi kita rumah tangga sakinah, mawaddah, warahmah. Sehidup sesurga bersama.. aamiin..
Kontemplasi 9/11/19 - 9/11/23
783 notes · View notes
legosekars · 5 months
Text
tentang cinta.
"kata orang-orang (dari gadis kretek) laki-laki cuma bisa cinta sama satu orang, habis itu cuma melanjutkan hidup. gitu si raja, cuma melanjutkan hidup sama poerwanti setelah dasiyah (cintanya) ilang."
"itu cuma di film, di novel. fiksi."
"tapi banyak yang setuju nih aku liat di twitter."
"menurut mas, kayak yang dari awal dulu mas bilang, cinta itu tanggung jawab. bukan hanya tanggung jawab ke pasangan tapi juga tanggung jawab ke Allah. nggak ada ceritanya ke pasangan itu 'cuma' melanjutkan hidup."
"terus kalau di tengah jalan cintanya abis, gimana?"
"diupayakan, juga didoakan. semoga Allah yang Maha Menyayangi meridhoi."
"aamiin. hmm, terus kalau misal ada pasangan yang beneran kayak gitu gimana? dia nikah tapi nggak cinta karena cintanya udah habis untuk masa lalunya. gimana?"
"ini nih si suka berandai-andai. kalau ada, ya urusan dia sama tuhannya aja. secara dia udah berkomitmen untuk 'mengajak' orang lain membersamai dia di masa depan, nggak seharusnya dia seegois itu. ga laki banget sih."
"hmm, iya sih ga laki banget. kasian ya poerwanti. berarti kalau nikah mending sama yang mencintai ya daripada yang lebih dicintai, apalagi buat perempuan."
"kalau menurut mas, namanya nikah, ya harus saling. balik lagi ke tanggung jawab tadi. keduanya punya tanggung jawab untuk mengupayakan cintanya. begitu juga sebaliknya, keduanya berhak untuk merasa dikasihi-disayangi. insyaAllah Allah turunkan rahmah-Nya."
"hehe. hehe."
2 notes · View notes
legosekars · 6 months
Text
tentang palestina.
"aku sedih, frustasi liat berita. kita cuma bisa liat, nggak bisa ngapa-ngapain."
"iya sayang, kita emang menyedihkan. surga jadi sangat dekat di sana, sedangkan kita di sini masih mengais reruntuhan iman kita."
"kalau boleh aku pengen pilih dilahirin di sana aja. emang level iman aku nggak ada seujung kukunya mereka ya, mas. banyak-banyak istighfar ya kita."
"iya, mereka punya keimanan yang paling murni. semoga Allah mengampuni kita."
12 notes · View notes
legosekars · 6 months
Text
Kadang bingung sendiri. Untuk bisa bahagia, mengapa ya manusia memasang standar versinya?
Baru bisa bahagia karena sudah A. Baru bisa bahagia karena punya B. Baru bisa bahagia karena rekening sekian.
Etc.
Yang dibahagiakan itu jiwanya apa nafsunya?
33 notes · View notes
legosekars · 8 months
Text
Sayang, orang yang kau lihat keras karakternya.. Bisa jadi bukan karena ia tak baik.. Melainkan karena telah dilewatinya kepahitan demi kepahitan yang satupun tak pernah diceritakannya atau dikeluhkannya. Di balik suara tegasnya, keputusan tanggapnya, kejujurannya yang lugas, yang bisa jadi tak begitu disenangi semua orang, ada air mata yang telah lama kering, ada sayatan demi sayatan di hatinya yang tinggal bekasnya saja.. :)
225 notes · View notes
legosekars · 2 years
Text
tentang hutang.
beberapa hari lalu mamah telepon, cerita kalau malam-malam bapak suka galau. bapak keinget punya banyak hutang, katanya. begitu ditanya hutang apa, bapak jawab hutang ke Allah. bapak banyak hutang meminta ampunan-Nya, banyak hutang taubatnya.
bapak sama mamah baru kenal Islam menjelang usia sepuhnya. masa mudanya masih disibukkan dengan “memberi makan” anak-anaknya, karena sejak kecil untuk makan saja mereka harus bersusah payah. beberapa tahun ini, mereka mulai terpapar ajaran Islam yang benar, bukan lagi secara KTP. alhamdulillah. semakin mendengarkan kajian, sedikit demi sedikit mereka semakin terbuka dengan cara hidup Islam. nggak jarang, di sela-sela teleponnya bapak mamah bertanya soal pandangan Islam terhadap sesuatu urusan. riba, misalkan.
nggak terbayang buatku yang sejak kecil tinggal di lingkungan yang awam dengan Islam, sekarang lebih banyak diskusi tentang Islam di rumah. ternyata nikmat memiliki keluarga yang di hari-harinya terisi dengan mengingat Allah itu nggak terbayarkan, ya. Allah Maha Memberikan Hidayah-Nya. Allah masih kasih kesempatan kami buat mengenal Islam dengan sebenar-benarnya.
bukan hanya bapak pastinya yang punya “hutang” sedemikian banyak ke Allah. aku pun. betapa waktuku masih banyak terbuang untuk yang sia-sia. belum lagi ibadahku yang masih serupa ritual. beruntungnya bapak, Allah sisipkan rasa sesal di malam-malamnya yang sepi, di mana Allah sendiri yang mendengar permohonan ampunan bapak. 
semoga Allah limpahkan hidayah-Nya di hati kita semua.
11 notes · View notes
legosekars · 2 years
Text
tentang hujan.
entah sudah berapa kali aku menulis tentang hujan. sama halnya, sudah entah berapa kali aku menulis tentang sahabatku yang membuatku suka hujan. aku menyukai keduanya, karena Allah. Allah yang pertemukan kami dengan cara yang sangat aneh. kami berdua “salah jalan”, lalu malah dipertemukan dan menjadi dekat. tidak sampai satu tahun kami mengenal dan dekat secara jarak. setelah itu, kami selalu tinggal di pulau yang berbeda. jawa-kalimantan, sulawesi-jawa, sulawesi-sumatera. 
Alhamdulillah, Allah masih menjaga kedekatan kami. sampai sekarang, beliau lah salah satu pemandu jalanku. kalau ada yang bilang teman yang baik bukan yang membenarkanmu, tapi yang membuatmu menjadi benar, beliau lah teman itu. tiap aku bingung menghadapi masalah apapun, beliau ada dengan nasihatnya dari kisah Nabi Adam sampai penduduk langit lainnya.
nah kan, harusnya ini tulisan tentang hujan, bukan tentang temanku.
biasanya kalau hujan turun aku akan cari cara buat hujan-hujanan tanpa terlalu terlihat hujan-hujanan. aku masih belum mau dianggap gila juga. karena, entah kenapa, di sini kehidupan seolah berhenti setiap hujan turun. hampir tidak ada orang yang melintas di jalan. semua orang sepakat untuk tinggal di rumah, menunda aktivitas. seolah di dunia ini belum ada penemuan secanggih payung atau jas hujan. apa kata dunia lokal ini kalau aku hujan-hujanan?
dua hari ini, gerimis dan hujan ringan silih berganti turun di kota ini. adzan asar berkumandang, aku dan rekan kerjaku harus menuju mushola untuk sholat asar. mengeluh dan heboh lah rekan kerjaku demi melihat keluar gedung, “aduh, gerimis. bagaimana ini kita ke sana?” aku yang justru menunggu bisa terkena air hujan tentu refleks menjawab, “tinggal menyeberang, kak.” mengeluh lagi lah rekan kantorku ini.
aku bingung, ini “hanya” gerimis yang Allah turunkan bersama berkah-Nya. pun, kalau dipaksakan (menurut istilahnya) menerobos hujan saat itu, usai sholat kerudung kami sudah tidak bersisa bekas airnya. apakah harus mengeluh dan marah-marah hanya karena hujan yang Allah turunkan?
yah, mungkin aku hanya sedih karena orang lain terlalu mengeluhkan hal yang aku sangat sukai. semoga orang-orang berhenti ya, untuk mengeluhkan hujan yang turun. karena aku masih suka hujan-hujanan :)
2 notes · View notes
legosekars · 2 years
Text
tentang (rasa) aman.
tadi pagi, teman kosku mengetuk pintu kamarku. memberi tahu kalau air di kamar mandi kami habis. air pdam di daerah ini memang datang dan pergi begitu saja. maka, bapak kos menyediakan toren, penampung air cadangan kalau-kalau air pdam mati. tapi, beberapa hari ini kami salah perhitungan hingga habislah air di toren. setelah itu, kami harap-harap cemas menunggu air pdam menyala agar kami bisa menampung air untuk kebutuhan sehari-hari kami.
lucunya, setelah toren terisi sebagian, aku merasa lebih aman. tidak perlu bergantung ke air pdam hanya untuk cuci tangan. kenapa ya, hati itu merasa seolah lebih aman ketika “merasa” memiliki ‘cadangan’ atau ‘tabungan’. misal, air di toren tadi. padahal kan tidak harus seperti itu.
buatku yang harus memiliki suatu rencana, sangat sulit. aku masih perlu belajar untuk tidak terlalu memikirkan rencana demi rencana. untuk menghadapi sesuatu yang tidak pasti, aku harus melalui beberapa hari yang gelisah, berkutat dengan pikiranku sendiri. overthinking, kalau kata anak zaman sekarang. mungkin ini juga jawabannya kenapa aku tidak cocok untuk menjemput rezeki dengan berdagang.
“yakin aja sama Allah. namanya juga hidup, nggak ada yang stagnan. pasti dinamis, go. Nabi Musa mana tahu akan Allah bantu dengan cara apa ketika menuju ke laut dikejar firaun, kan? Nabi Ibrahim dengan sepenuh hati memasrahkan Ismail untuk disembelih, juga kemudian meninggalkan istrinya dan anaknya di tengah gurun pasir. mereka merasa aman karena yakin sama Allah sih, go,” begitu wejangan dari temanku. 
terlalu dunia standar amanku, sampai aku lupa mengembalikan urusan ke porsinya masing-masing. siapa yang bilang sih, kalau air di toren penuh lantas aku (dan teman kos) otomatis bisa menikmati? belum tentu, kalau belum rezekinya. sama juga dengan apa yang sudah dimiliki sekarang. kalau belum rezeki, pasti nggak akan bisa dinikmati juga. pernah dengar juga dari salah satu ustadz yang mengingatkan bahwa rezeki itu sesuatu yang bisa kita nikmati. selagi kita sudah bisa nikmati, berarti itulah rezeki kita. sedangkan uang, tabungan, yang belum dinikmati? belum tentu.
maka, rasa aman itu seharusnya ketika kita ingat bahwa kita hamba dari Zat Yang Maha Melindungi. Allah nggak akan membiarkan kita kesusahan sendiri.
9 notes · View notes
legosekars · 2 years
Text
tentang penyemangat.
salah seorang teman dekatku punya pesan penyemangat yang masih dia pegang hingga sekarang; “menjadi orang yang bermanfaat”. dia sangat terinspirasi dari hadis Rasulullah saw, sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya. aku masih ingat betul, aku dengar tentang pesan penyemangatnya itu ketika dia diberi amanah baru di organisasi kami. saat itu juga aku agak skeptis. kok basic banget, ya.
butuh waktu agak lama buat aku sadar, yang basic justru yang lebih dalam (maknanya). semakin dipikirkan, semakin terang jawabannya. bisa-bisanya aku pernah mikir kalau buat jadi manfaat itu basic. susah banget sih, go. belum lagi kalau Allah belum ridha buat kita jadi manfaat, duh. udah durhaka, nggak guna lagi jadi manusia, go.
Qadarullah, Allah kasih aku penempatan di pulau yang masyarakatnya homogen dan masih memegang adat setempat. beberapa tahun di sini, hanya beberapa kali aku melihat orang meminta-minta, pemulung, tunanetra yang mengamen di pasar. selain itu, Allah kirim teman sepenempatan yang luar biasa mandiri. saking mandirinya sampai kalau sakit lebih pilih berobat sendiri. mana kesempatanku buat jadi manfaat ya Allah?
teringat akhir tahun lalu, aku dapat kesempatan untuk belajar intensif ke salah satu asatidz yukngaji. Qadarullah, beliau terkena covid delta hingga kelas sempat ditunda beberapa pekan. setelah sembuh, di kelas daring tersebut beliau menyampaikan ibroh dari sakitnya. yang membuatku tertampar adalah beliau bercerita bahwa ketika sakit, yang beliau pikirkan hanya untuk sembuh agar Allah bisa “memakai” tubuhnya lagi untuk dakwah, untuk menolong agama-Nya. bahkan dengan saturasi oksigen di ambang 90 persen, beliau sudah memaksakan hadir di ruang daring. satu kelas tersedu, serasa langsung ditegur. akan sangat berbeda ceritanya kalau saja penyemangat beliau bukan Allah. 
aku lebih dari sadar untuk tahu bahwa tingkatanku berbeda dengan sang asatidz. yang aku baru tersadarkan, ternyata aku melihat terlalu jauh ke depan hingga yang lebih dekat kurang terlihat. ternyata, untuk menjadi manfaat tidak mengapa mendapat bagian yang kecil. dengan menyingkirkan batu di jalan, misal. membantu mengangkat jemuran ketika tiba-tiba hujan juga sudah cukup membantu. apalagi meminjamkan sandal di kantor untuk wudhu. 
tidak masalah skalanya menjadi mikro. sedikit asal terus menerus, kan? sepanjang alasannya masih Allah. yang penting, Allah ridha terhadap peran kita bagi sekeliling kita. yang paling penting, Allah ridha untuk “memakai” raga kita untuk-Nya.
“banyak yang memberi semangat, hanya satu yang menjadi semangat”
--mba @prawitamutia dalam Teman Imaji
3 notes · View notes
legosekars · 2 years
Text
Tumblr media
Have you thought about it?
Do you think they see you as a good parent? A mom that loves them or a father that cares about them?
Having kids, in reality, is a very big responsibility. In Islam, that responsibility starts way before the baby grows in the womb. It also starts from the moment you choose the spouse you want your future child to have as either a father or a mother.
In today’s world, divorces and failed marriages are rising up, let alone the haram relationships that bore children to this world - and this doesn’t stay outside the doors of Muslim families. No one can deny the fact that the number of divorces and illegitimate marriages are apparent in our midst but have you thought about who gets the last impact of these?
Yes, it's the children - the innocent souls.
However, we find people who are more than happy to try again. People who don’t lose hope in the Mercy of Allah and still believe in the concept of halal marriage. Hence, we find polygamous marriages, blended families (as they call it) or co-parenting surviving and actually are thriving.
And actually, it is not a new thing in Islam nor is it something that is disliked in Islam as long as proper handling of it is in place.
So today, let me share a small glimpse of it from the house of our beloved Prophet ﷺ.
______
When you read about the life of our Prophet ﷺ, you will find so many amusing things regarding him. He had stepchildren.
Khadijah Bint Khuwaylid Radiyallahu Anha had children from her previous marriages. One of which was named Hind Ibn Abi Halah Radiyallahu Anhu.
Hind was amongst those who embraced Islam and also participated in the Battle of Badr. He was a very eloquent person and whenever he speaks in public, people get mesmerized by him for he was a master in the Arabic language.
After the death of the Prophet ﷺ, his grandson - Hasan Ibn ‘Ali Radiyallahu Anhu, wanted to know more about him. So he approached Hind.
Hind Ibn Abi Halah’s description of the Prophet ﷺ is one of most comprehensive descriptions that were ever recorded. I would love to write about it in another article but you can find it in Imam At Tirmidhi’s Ash Shama’il An Nabawiyyah.
I want you to realize that one of the most comprehensive descriptions of our Prophet ﷺ came from a stepson of his. What does that show us.
It shows that Hind Radiyallahu Anhu had a beautiful relationship with his stepfather. If you read his description of the Prophet ﷺ you will know that he had deep love and respect towards his stepfather.
_______
My dear brothers and sisters in Islam, there are things in life that happen that we can’t control and we go through phases that we think we could not surpass or survive without forsaking our faith but those who hold on with that sees the light at the end of the tunnel.
If you are a person involved in a polygamous marriage, make sure that you treat your family well especially if there are kids involve - for this is the sunnah also of our Prophet ﷺ.
If you are a person who remarried a brother or sister with kids from his or her previous marriage, treat them well not only because it is a sunnah of our Prophet ﷺ but because it is a duty of a Muslim to treat others well too.
If you are in a situation where you are co-parenting, don’t let whatever has broken the bond between you and your previous spouse get in the way of taking care of your child for he or she is innocent of this.
Parenting by itself is not easy - truly, it is a hard thing. Sometimes, we find ourselves not knowing what to do when our kids do something wrong or throw a tantrum (especially for new parents). Hold on though, you will eventually figure it out as long as you keep yourself centered with your relationship with Allah as well as seeking His guidance in everything you do.
I do not have words to comfort those who are going through tragedy in their marriages, rather I pray the best for all of you and I ask Allah to protect the marriages of our brothers and sisters from falling apart.
However, know that every action of yours creates a great impact on your children. You are his or her first teacher, what he or she sees in you, he or she will eventually replicate.
So whatever decision you make in life, always consider your family - may it be your spouse or your children.
Just ask yourself, with the way  you are treating your kid or kids now - what do you think would they think about you?
Do you think they'll describe you the way Hind described his stepfather?
_______
May Allah make it easy for all of us.
Amin.
Zohayma
_______
Story was taken from:
• At Tirmidhi | Ash Shama’il Al Muhammadiyah wa Khasa’il Al Mustafawiyah, 8
39 notes · View notes
legosekars · 2 years
Text
tentang hamba dan Tuhannya.
catatan refleksi seorang hamba tentang hubungannya dengan Tuhannya. ditulis untuk mengingatkan dirinya sendiri, di kemudian hari.
berpuluh tahun ia hidup, belum seutuhnya ia mengenal Zat yang menciptakannya. nampaknya dunia terlalu luas untuk ia jelajahi, hingga waktunya banyak tersita untuk menikmatinya. ia merasa, waktunya di dunia masih panjang hingga ia lupa bahwa dunia bukanlah tempat berasal. terlupa ia, bahwa yang hidup suatu saat nanti akan mati. akan ada waktunya, bagi bunga yang sedang cantik merekah itu akan layu, lalu luruh ke bumi.
ia hanya manusia bodoh yang ketika membuka mata di pagi hari, yang terpikirkan ialah pekerjaannya hari itu. jangankan memikirkan perbuatan baik apa yang ia rencanakan hari itu, tidak terkejar-kejar pekerjaannya saja dia sudah bersyukur. waktunya penuh keterbalikan. ibadahnya ia lakukan di sela-sela waktunya untuk dunianya. lebih penting baginya, agar rantai ibadahnya tidak terputus. alih-alih memikirkan ibadahnya ialah haknya sebagai seorang hamba. bahwa ia yang membutuhkan ketenangan dan kedamaian dari kedalaman hubungannya dengan Tuhannya. apa boleh buat, mengingat Tuhannya pun hanya sekenanya.
berapa kali otaknya mengingatkan agar ibadahnya berhenti jadi transaksional. lagi-lagi, bibirnya menyuruhnya untuk meminta dunia selepas ibadahnya. doanya sudah menjadi rutinitas, hatinya lupa untuk mengambil bagian. jiwanya terlalu kotor, bahkan ketika beribadah pun pikirannya kacau. berlarian entah ke mana. 
ia lupa. Tuhannya ada sangat dekat dengannya. sekuat apapun ia berpaling dari Tuhannya, kepada Tuhannya ia akan pulang. sejauh apapun ia melangkah, pada akhirnya Tuhannya yang akan jadi tujuan.
bukankah luar biasa? betapa cinta Tuhannya pada hamba-Nya. ia hanya seorang hamba, tapi dengan langkah terseok ia ingin kembali, Tuhannya akan berlari menuju hamba-Nya. sehancur apapun hamba-Nya ketika kembali, Tuhannya akan selalu merengkuh hamba-Nya. sedangkan hamba-Nya ini sangat hina.
4 notes · View notes