Tumgik
littlethingsaround · 3 months
Text
Where is Sunny?
Days passed like a flash. Another Monday night, to Monday night. One class to another. The piles of to do's and so on.
Sunny was busy preparing the laptop when Zen and Worm, those who knew her so well came in. She then introduced them and having a quite fun class on Sunday. The children was excited, and things went well.
In the midst of it all, when they were busy chatting and having a break, Zen asked, "So, how's life? what do you like to do nowadays.." Worm then replied, "playing pokemons? hearing podcast? watching movies?" laughing, "those that I used to like doing of course! haha. Eventho office thing was not quite good.." sighing. Zen smiled, replied. "Well, journaling and roller blading is my nowadays thing. Soo much fun!" his eyes was shining soo brightly.
Sunny smiled, holding a doughnut in her hand. Has no appetite to continue chewing. They then looked at her, asked. "So, how about sunny?" She paused a bit, "I... I don't know.." said it simply. Her best friend was confusing, asked again. "What thing that you like to create these days?" choked a bit, "I don't know.." she whispered.
"Well then.." Worm was so awkward to continue.
Sunny drawn into her thoughts. "When was the last time she did things that she likes? When was the last time she was really into her favourite thing? Even her yesterday shoot was gone by without she ever enjoyed.
"I was busy training myself become a person I have to become, I guess. A grown-up woman that has her to-do things, responsibilities, priorities.. an adult, in essence..?" she silently answer.
"A grown up, that you want become? Is she one that you will happy to become?" asked Zen.
Sunny stopped a while. Asking herself if she really likes to be someone she pushed to become. Someone that gone too far from that -cute little sunny swirling inside her random things'. "I don't know if I enjoy this process of becoming a better self I am pushing to become.. now that you asked, I started to don't know whether I will love myself or no if I keep going on this way.."
Her mind wandering to day by day that unconciously gone by. Sunny felt like she started to loose herself in day to day routine. To the priorities that her innerself asked her to finish. To the "have to's" that make her has no time on doing her 'random favourite thing'.
She barely forgot when was the last time she took a mindful photograph, listening to her favourite music, watching her favourite movies, having her hands dancing her fav colors on her fav canvas, spending times with any furry animals, spending time to just be in the nature, hugging her childrens with all the love that she had.. singing while doing the sink. All things that makes her eyes sparks. All the activity that makes her heart whole.
Zen started to pick on new topics when he realized sunny's eyes were really teary. Both men were having a fun chat and let their little buddy having a break for herself.
Sunny took a picture of herself. Forcing a smile, putting a really good filter. She took five pictures before checking on them. Starring at each pictures then asked. "Gosh, where is sunny all this time?" A jolt of realization then runs inside her.
Her friends then looked at her, said simply. "Do things that you like, one at a time. An activity in a day or two. Doing things that you like give you sparks to do other things with a full presence. Doing things that you like means you fulfilled your right as a human. And that's not sinning.. anyway, when did the las time you take a break, really?" they laugh.
Sunny laughed too, half crying. "Where have I been? Do I enjoy the process of being someone while started to loose myself? Of course not! hahah.." glad that she said it loudly. "Sunny is just sunny at the end. Split that pressure of becoming the best version of woman ever, into becoming the best sunny ever!" worm cheered her.
Sunny sighed a long one. "Thankyou." said it warmly.
A question of her slumbering days, answered.
1 note · View note
littlethingsaround · 3 months
Text
Takut yang sesuai.
Sebagai manusia yang tumbuh dan berkembang dengan pengalaman, tentu ada masa pertamakali merasakan kepahitan. Kegagalan, kerugian, sakit hati, trauma. Hal hal yang membentuk diri membangun sebuah filter sebelum melakukan segala sesuatu. Filter, yang ada di pikiran atau bahkan reflek ke tubuh. Hal hal yang tumbuh dengan pertanyaan, "bagaimana jika .." dan segala skenario terburuk pun terbayangkan dengan gamblang. "Jika A maka B, jika C maka D." Hal hal tersebut manusiawi sekali, bahkan dalam penelitian psikologis pun dikenal sebagai sebutan self-defense mechanism.
Contoh ringannya, saat seorang anak pernah melihat anak lain jatuh dari sepeda atau orangtuanya bilang "hati hati nanti jatoh" sebelum dia naik sepeda. Jangankan pernah jatuh, anak tersebut akan berhati hati dan menghindari jatuh. Atau orang yang pernah digigit anjing jadi takut sama anjing takut digigit lagi. Atau orang yang pernah patah hati jadi takut jatuh cinta karena takut patah hati lagi. Hal hal semacam itu.
Dan itu, kadang adalah lingkaran gelap sekali. Karena kepahitan hidup selama ini memang sudah menyapa diri membarengi rasa manis lainnya. Dari hal kecil sampai besar, sehingga diri secara sadar atau tidak membayangkan kemungkinan terburuk setiap kejadian, dari yang kecil maupun besar. Ini, salah satu alasan kenapa overthinking hadir. Dan di malam malam tertentu melahap habis jam jam dimana tubuh seharusnya mendapatkan hak untuk beristirahat.
Padahal, hal yang ingin dilakukan itu baanyak sekali. Hal hal sederhana, hingga hal hal yang menurut diri sangat signifikan. Dari memasak, bagaimana kalau adik adik tidak suka? menumbuhkan tanaman, bagaimana kalau nanti layu? hingga hal hal penting lainnya. Seperti memperbaiki hubungan persaudaraan dan pertemanan yang sudah lama alot, namun Allah meminta dihubungkan dengan baik. Atau mengerjakan project kerjaan yang besar besar. Atau sesederhana mendesain sesuatu, bagaimana jika gagal dan hasilnya buruk?
Sedari pagi. Melek bangun, berusaha, dan kembali beristirahat. Bagaimana jika bagaimana jika yang kita tahu tak perlu namun entah kenapa selalu terbisik secara otomatis ini membumbui laku sehari hari. Membumbui setiapkali kita ingin berbuat baik. Membumbui setiapkali kita ingin melakukan sesuatu beresiko. Membumbui di beberapa hal, dan menghantui di beberapa yang terpenting. Bukan sekedar bumbu, tapi juga gentayangan dikepala sehingga action action tertentu meski kita tahu baik namun rasanya menakutkan.
Kemarin diajak main ke taman kota. Ngga ada rasa takut apa apa, di hati cuma bilang "kalau sama dia aku ingat Allah, aku lebih dekat sama Allah.." sehingga perjalanan di kereta rasanya melihat langit dambil ingat ingat Allah terus entah kenapa. Dan ternyata di taman main berdua, ngobrol dan lebih banyak main airnya, lebih banyak main sama daun gugurnya, sama bantu2 bapak sapu sapu dan bapak yang menjaring daun di kolam. Qaadarullah, rasa tenangnya terasa sampai sekarang. Video2 yang diambil bikin senyum senyum bahkan sampai sekarang.
Kembali dari taman, rasanya bumi seperti biasa. Dan bisikan bumbu bumbu itu muncul lagi. Lupa trigger awalnya apa, tiba tiba terfikir : takutku ini, tepat nggak ya? Pikiran kaya gini itu apakah sudah tepat?
Lalu kayanya dari kemarin itu yang dibahas di kelas melulu mengenai menerima takdir Allah. Dari kisah nabi musa, sampai ke tema yang tadi sore disampaikan guru.
Dan malam ini, sampailah kepada kesimpulan. Kesimpulan yang menenangkan. Kenapa kita geer sekali kalau takdir terbaik itu terletak pada sesuai atau tidaknya hasil ini dengan ekspektasi kita? dengan berhasil versi kita dan gagal versi kita? dengan bahagia versi kita atau bersedih versi kita? bukankah kedua duanya akan dipergilirkan, bukankah kedua duanya adalah kepastian dalam menjadi manusia? Yang berhasil terus, bahagia terus, mudah terus itu kan di surga, dan gagal terus, sedih terus, dan sulit terus itu di neraka...
Jangan jangan, tempatku meletakkan takut selama ini salah. Takdir terbaik adalah, bagaimanapun hasilnya-- proses kita mengikhtiarkannya, dan kondisi kita saat menerima hasil yang sudah ditetapkan itu dibersamai dengan kehadiran Allah. Dibersamai dengan kondisi kati yang dekat sama Allah.
Sedari kita meniatkan, mengusakahan tiap stepnya, hingga kita menerima hasilnya. Hati kita terpaut, dan disanalah kita menjemput takdir terbaik. Karena titik usaha itu adalah yang paaling Allah suka : minta tolong terus menerus, minta dibersamai, dalam keadaan hati yang tenang lagi niat yang lurus.
Takdir terbaik itu, saat ternyata terasa pahit-- hal itu mendekatkan kita ke Allah dan membuat kita rendah hati sama pengetahuanNya. Saat ternyata terasa manis-- hal itu mendekatkan kita ke Allah dan membuat kita rendah hati sama kekuasaanNya :) Dan langkah kita disini menuju hasil2 itu, menuju checklist dari tasklist itu, menuju setiap kebaikan yang sekarang kita sedang ikhtiarkan, kesalahan yang sekaarang kita sedang perbaiki-- qadha terbaik yang bisa kita lakukan adalah usaha dengan sadar akan posisi kita dan Allah. Dengan sadar akan diri yang terus menerus lemah sehingga terus menerus butuh.
Jadi, takutlah jika. Bagaimanapun proses dan hasilnya, Allah tidak kita hadirkan, tidak kita mintai tolong, tidak menjadi tuju, tidak menjadi landasan memulai. Takutlah sama hati yang jauh dariNya, takutlah sama hati yang akan putus asa saat hasil ga sesuai karena selama ini jauh, takutlah sama hati yang akan lalai saat hasil sesuai karena selama ini jauh.
Bagaimana jika langkah langkah ini digerakkan oleh hati yang jauh dari Allah? Apakah Allah akan meridhai hasilnya nanti?
Itu, adalah ketakutan prioritas utama, paling mendasar dan paling awal sebelum semua ketakutan lainnya hadir. Namun saat kita benar benar maknai, saat sudah takut sama ketidak ridhaan Allah dan kemurkaanNya-- sisanya tidak akan berarti apa apa. Bukan karena tak penting, namun karena sisanya sudah benar benar terjamin dalam genggamanNya. Tidak ada satu nafas, gerak dan rasa pun yang meleset dan tertukar.
Maka ketakutan itu, mari ikhtiarkan. Dengan sepenuh jiwa, dengan mengupayakan modal utamanya dulu. Lagi, dan tak akan habis diperjuangkan : kedekatan dengan Allah, keyakinan akan kuasaNya :")
3 notes · View notes
littlethingsaround · 4 months
Text
Waktu itu mau ngaji. Habis itu kutanya ke anakku, "Nak nanti sore ngaji ya.. Ngaji sama siapa nantii? "
Biasanya dia akan jawab "Nenek." Karena berangkatnya naik motor dibonceng Nenek tetangga. Atau "Bapak", maksudnya Pak Ustadz.
Terus tetiba anak kecil shalih menjawab "Allah.. "
Tersedak dalam hati, kaget. "Nanti ngajinya sama Allah di masjid?" Sambil mainin kakinya di tembok, ia menjawab polos, "iya"
Ya Allah nak, Allah gerakkan kamu. Allah tahu mungkin ngaji -ngaji nya umma akhir akhir ini cuma sekedar berangkat ngaji mingguan aja :( allahummaghfirlii
Ya Allah jagakan keluargaku dalam cahaya hidayah dan taufikMu. Dekatkan kami padaMu selalu🥺💖
0 notes
littlethingsaround · 8 months
Text
And at the end of this life tunnel, yang terbaik yang bisa dibilang dengan jujur oleh hati jiwa raga mu adalah "Ya Allah, I'm trying my best and I did that only for You.. "
Jadi, luruskan niat dan lakukan yg terbaik yg bisa di squeeze sm jiwa raga mu, ma. Yakin ngga akan nyesel. Dan ngga ada kata terlambat. Yu bisa yu bu.
Kutau PRmu yg menanti lebih gede dr gunung tp kamu selalu punya Allah🤍
2 notes · View notes
littlethingsaround · 9 months
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
by Jason Parker
Devils Spring System, Florida
319K notes · View notes
littlethingsaround · 9 months
Text
Allah tidak memanggil mereka yang siap, tapi Allah akan menyiapkan mereka yang terpanggil.. "
Kamu akan makin ada jika kamu mengadakan Allah dalam jiwamu, dan kamu akan meniada jika kamu meniadakan Allah dalam jiwamu.. "
🥺🧡
1 note · View note
littlethingsaround · 9 months
Text
Slowly.. Slowly :)
Ada banyak hal yang numpuk di kepala tapi rasanya sayang kalau ngga dituangin. Hal hal yang ngga baru tapi menjadi sangat fresh buat aku Ibu yang kebingungan masuk ke dunia yang serba semua harus bisa sendiri padahal kaga pernah diajarin. Dimana tsunami informasi luarbiasa dan aku secara mental belum siap dan belum punya filter yang aku yakini tepat. Allahummahdinii fii man haadaiit🥺🤲🏻
Sebelum semuanya, keteguhan dan kesabaran adalah dua hal yang penting dalam menuntut ilmu. Yg akhir akhir ini dirasakan lebih ke kesabaran sama diri sendiri ;' kadang ekspektasi tinggi banget jadi pas ngamalin ilmu terus masih jauh gitu pengen stop aja. Padahal misal, hari ini mentoknya bisa tuh 0,5%..its okay, sabar.. Besok kita coba lebih baik. Toh stengah persen sehari dalam waktu 160 hari bisa jadi 80% kan. Segala di bumi butuh waktu untuk tumbuh.. seperti bayimu, dan kamu juga :)
Okay bismillah
Takeout pertama, dari mbak ita.
((Baiknya Allah, Allah tuh ngga pernah jelasin teori parenting yang kudu A kudu B kudu C. Bahkan keseharian rasul membesarkan anaknya aja ga sebegitu terbuka dan banyak hadits yang jelasin secara rincinya.. Karena islam itu untuk semua masa dan syumul, untuk semua kalangan. Jadi ngga dirincikan karena khawatir dianggap sebuah hukum yang nantinya bisa memberatkan beberapa kalangan :"") Yang jelas dalam Al-Qur'an udah ada semua caranya, dan satu referensi itu cukup. Tambahan tambahannya adalah how to yang mendukung hal hal yang wajib dan mendasar (mengajarkan anak laa tusyrik billah, menjadikan anak khalifah di muka bumi dst dst.. Jangan sampai how ini yang banyak bgt versinya dari versi barat dan buku kece sampai versi selebgram yg punya anak cepet jalan di IG, malah lebih penting dan jadi prioritas yg kalo engga bikin kita insekyur sendiri.. Tapi yg fundamental kita lupakan. Jangan salah prioritas, mana yg pondasi mana yang cara. (Ini PR juga cari cara BLW yang minim mubadzir))
Takeout kedua, dari Bunda Ambar
((Kita seringnya di rumah jadi human doing atau human being bu? Kalau ngerawat ngedidik manusia itu human doing atau human being? Seringkali Ibu rumah tangga terlalu sibuk sama urusan rumah tangga sampai lupa jadi Ibu. Lupa hadir buat anak. Yang penting dapur bersih rumah rapih, anak dan tangisannya hanya selingan. Naudzubillah. Kalau multitask coba perhatikan fokus utama dan fokus secondary kita. Pastikan fokus utama kita anak dan sambilan kita adalah secondary nya. Jangan terbalik ya, Ibu. Kasian anak kita dibesarkan sama robot yang ngga mentransfer emosi dan empati yang dibutuhkannya utk mendidik nuraninya. :""" )))
Takeout ketiga, dr Ust. Harry
((Bu, dalam doa untuk orangtua diksinya adalah 'rabbayaani shagiira' yaitu mendidik/mentarbiyah/mensuburkan kesadaran keimanan kita di waktu kecil. Jadi cara menyayangi anak adalah dengan membuat mereka berkesadaran dengan islamnya dan juga menularkan adab (ta'dib')
Menyusui adalah tugas langit. Jangan disambi.. Proses tersebut adalah proses pengenalan anak tentang image Allah baginya kelak. Anak saat lahir menangis mencari rabb yang di alam ruh dilihatnya. "Ayna rabbi..ayna rabbi.." Ibu menjadi perantaraNya yang Maha Memberi Rezeki, Maha pemelihara. (Dalam paper nya yaqeen juga anak yang diberi didikan keras maka image Tuhan Maha menghukum lebih melekat dibanding anak yang diberi didikan yang lembut yang lebih mudah menerima dengan nurani sifat sifat sayangnya Allah)
Fitrah terbagi dua. Ada fitrah ghalizah (yg ditanamkan dalam diri manusia dan alam) ada fitrah munazalaah (yg diturunkan dr langit berupa Al Qur'an, wahyu ke Nabi SAW berupa sunnah dan hadits hadits. Keduanya harus sejalan dan saling menyala, melengkapi. Kalau tidak maka akan ada krisis manusia, juga krisis alam. (Fitrah manusia suka berkembang dan belajar juga ya.. Makanya kalau umma mager males belajar jadi krisis diri deh soalnya ga sesuai sm fitrahnya. Yuk mangats umma..) Ke Qur'an lagi, ke Qur'an dulu. Ada semua mua :)
Takeout keempat, dari Pak Dodik (sungkem! Makasi banyak pak sudah menyederhanakan arti sukses dan berkembang :"")
((Dalam membuat kurikulum belajar, buat yang belum biasa istiqomah belajar, buatlah note yang sederhana, mudah dipahami, dan menggerakkan. Sederhana woi :"") Kadang pengen idealnya gitu kan, semua muanya ditulis pengen dibenerin pengen dipelajarin ujung ujungnya terhenti karena dirasa gamungkin ah males itu kebanyakan bgt ga mungkin (sambil liat kerjaan rumah wk). Tapii kapan sih kita punya waktu ideal? Disederhanakan. Belajar 15 menit sehari. Baca buku 10 menit sehari. Videonya dipotong2 jadi 18 menit setiap malam atau pas anak bobo. It's okay. Pelan tapi memaknai. Pelan tapi di praktekkan. Sedikit tapi berkah (berkah tidak selalu tentang kuantitas yang banyak, tp yg sedikit namun mengisi jiwa dan membawa perbaikan itu cukup). Kalau perkembangan mikro kita apresiasi, perkembangan mikro anak juga kita akan notice dan jadi berharga sekali :"
Last, Ust. Aad (dari mendengar kelasnya suami pas bolak balik ruang depan. Sedikit tp jlebb)
- Apapun cara mendidik yang saudara yakini, jalani dengan kesadaran
- Musuh terbesar parenting adalah ketidaksabaran
- Parenting itu mendidik pada waktunya, bukan lebih cepat lebih baik. Jangan sampai keburu buru, tapi karena latah sama zaman sekarang dan ngga berkesadaran
- Kuantitas itu penting. Kadang kita sering denger yang penting kualitas yang penting kualitas. Kuantitas itu penting, repetisi itu penting. Sekarang anak banyak yang masih kecil udah harus bisa ini itu sendiri.. Padahal ada sentuhan, kepedulian, cinta pada tangan Ibu yang dibutuhkan untuk membangun pondasi nuraninya. Tangan yang menyuapi, tangan yang mengelus sebelum tidur, tangan yang memandikan, tangan yang memakaikan baju, tangan yang menggendong. Sering sering, bu. Cuma sampai 7 tahun..
🥲
Tinggal pengamalannya nih. Tolong ya Allah🥺🤲🏻
0 notes
littlethingsaround · 9 months
Text
Tumblr media
Last night was something.
Anakku bangun tiap 40 menit sekali karena merasa tidak nyaman dengan perutnya, sedang demam 38 derajat, tumbuh gigi yang membuatnya tidak mau menyusu hingga lemas kelaparan dan bentol flu singapura yang membuatnya gatal gatal di sekujur tubuhnya. Tidur setengah jam, menangis kencang kencang. Begitu terus dari jam 7 hingga jam 5 pagi..
Di tengah tengah malam, pada jam 12, usai aku menidurkannya yang kesekian belas kali, anakku terbangun lagi. Meronta ronta. Aku merasa tidak enak dengan tetangga. Lebih lagi dengan diriku yang tertrigger daritadi karena blm tidur juga, dan merespon dari tempat yang jauh dari kesabaran. Gigiku kugertak menahan diri ingin kesal dan marah. Beberapa kali mengungkapkannya pada udara dihadapanku karena rasanya kesal sekali
Tepat tengah malam, saat persediaan energiku sudah habis dan tanganku lunglai menggendongnya yang tidak mau tidur sambil nen.. Tiba tiba sepintas bisik baik lewat.. "What if.. All these condition is clearly designed for you on purpose?" Personal sekali bukan, Allah.. Dimana ada banyak dosa seorang perempuan yang tak mungkin bisa dihapuskan kecuali dengan sabar mendidik anak? Personal sekali bukan, didikanNya.. Setiap waktu kesabaran kita ditempa, momen demi momen kegigihan kita dilatih, pengorbanan kita diukur, ketulusan kita ditilik, lillah kita dimintai pembuktiannya. Yaa rabb, kondisi ini personal sekali, dan Engkau telah membuatnya khusus untukku.. Untuk terus menerus meluaskan zona nyaman jihad lewat peran ibu ini.. Dan ranahku, lagi lagi adalah mempersembahkan respon tercantik atas segala yang Kau tuliskan untukku jalani 🥺🥲
Aku terdiam. Melihatnya yang menggeliat kesakitan, kegatalan, ngantuk sekali namun lapar sekali, belum tahu harus apa, belum tahu harus bilang apa, hanya bisa menangis sambil berharap pada sosok yang bisa diandalkannya. Setidaknya, sosok yang ia tahu Allah kirimkan untuk memberi kenyamanan pada bulan bulan awalnya menginjakkan bumi yang asing ini. Ia kebingungan, dan ia bergantung padaku. Pada empati dan kasih sayangku, pada kesabaran dan kelapanganku. Pada kekuatan dan relanya diriku berkorban. Yaa rabb..
Setelah bertahun, akhirnya metode SEFT kugunakan lagi. Merapal mantra meminta ikhlas, menohok titik titik saraf melepas emosi. Berlatih ridha. Berusaha tenang dan fokus di tengah tengah tangis yang pecah. Hamba ridha.. Gak papa kalau nggak tidur, hamba ridha.. Temani hamba.. Engkau makin sayang kan?
😭😭😭
Saat pada akhirnya anakku tertidur di kali kesekian puluh, aku menunduk. Betapa selama ini responku terhadap didikanNya masih denial sekali dan jauh, jauh dari teladan Rasul. Betapa anak tulus ini bersabar sekali dengan proses ibunya, proses ibunya memparenting diri sendiri. Betapa setiap pagi ia bangun dengan binar dan senyum menawan yang melipur kelelahan dan lara, memaafkan apa apa yang kemarin belum dimaksimalkan. Memaafkan apa apa yang kemarin terlalaikan. Maafkan hambaMu ya Allah.. Maafkan umma ya, nak :"(
Baru sebiji jagung, kecil sekali ujian ujian ini namun mudah sekali diri ini tergelincir lagi. Laa hawlaa wa laa quwwata illaa billaah. Bahkan buku buku parenting, teori dan video itu tidak mampu menjadi teman setia yang menentramkan bagi hamba memijaki kehidupan menjadi orangtua ini yaa rabbi. Hamba butuh Engkau, Engkau, hidayah, taufik dan kehadiranMu di hati. Penjagaan, bimbingan, pengetahuan, kekuatan dan rahmahMu yang tiada tara..
Bimbing kami.. Kami para orangtua yang berharap satu di akhir hari, "jadikan hamba ibu yang jauh lebih baik lagi dari hari ini... "
🤲🏻🤍
3 notes · View notes
littlethingsaround · 9 months
Text
Tumblr media
Di dunia yang serba cepat, kadang kita lupa berharganya melakukan sesuatu dengan perlahan lahan. Di masa yang berlomba lomba banyak banyakan tilawah, banyak banyakan hafalan, kadang kita lupa kalau tingginya surga sesuai dengan huruf terakhir tartilnya bacaan Al-Qur'an kita.
Perlahan lahan itu, berharga. Bersahaja. Perlahan lahan itu, membentuk dengan penuh makna. Perlahan lahan itu, mau percaya dan kuat kuatan diri menjalani proses demi proses. Pelahan lahan itu, mau melihat lebih dekat hal hal yang terlewat saat sedang cepat cepat. Mau merasakan lebih dalam hal hal yang terasa biasa saja sambil lalu.
Ada kejujuran yang diuji, ketahanan yang dibentur bentur, kesungguhan yang harus selalu didorong, ada ketidak sempurnaan dari tahap demi tahap. Tapi kita tetap menjalaninya, pelan.. Pelan.. Sakit ya, rasanya berjuang :) masih di tahap belum merasakan manisnya, apalagi liat kanan kiri yang cepet banget udah ini itu. MasyaAllah MasyaAllah
Ngga nyangka ada di episode kehidupan yang begini. Yang mengajari perlahan lahan, yang menikmati ketidaksempurnaan proses. Yang mau belajar dan menyerap banyak dari yang sebentar atau yang sedikit. Yang lagi berusaha berlembut, berempati. Yang lagi mencari kejujuran dalam diri, yang semoga melahirkan kesungguhan yang harus selalu diperjuangkan. Ah :")
Nak.. Terimakasih sudah selalu mencoba duduk sambil putar putar meski sudah kejeledak puluhan kali. Terimakasih sudah mengajarkan umma untuk selalu cari cara sampai ketemu. Untuk mencoba lagi setelah menangis dan menjeda. Untuk mencoba berbagai macam cara dengan wajah geregetan tapi ceria. Terimakasih sudah mengajarkan bahwa, fitrahnya setiap insan itu gemar berjuang :"")
Semoga berjuangnya kita penuh dengan dzikir padaNya, pemaknaan akanNya, dan dilakukan karena sedang mencari jalan menujuNya🥺
0 notes
littlethingsaround · 10 months
Text
Tumblr media
Tonight, I'm gonna give myself a good sleep. Tonight, I'm not gonna sleep late. I let the sink full of dirty plates. I let the toys spread all over the floor. I let some raw food prepared in the frigde and cook it tomorrow. But not today, not tonight.
This body had work hard these days. Thankyou for keeping things up, ma. Mau nulis banyak tp sepertinya tubuh punya haknya yang lebih prioritas. Makasi mas udh suru aku bobo cepat.. Besok nulis lagi yuk :) ada banyak yang mau dituangkan🩷
Till then, sleep tight🫶
0 notes
littlethingsaround · 1 year
Text
"Kalau kita baca Al Qur'an tp anak kita nangis karena itu (kurang perhatian, ingin ditemani atau main bersama) dan kita tetap memaksakan, Al-Qur'annya juga ikut nangis." (Pak Lukman)
Gimana cara mendidik anak yg baik pak, yang ditekankan apa? "Gausah wes, didik diri sendiri dulu. Didik terus diri... Anak ngga akan jauh dr itu. Yang gerakkin anak buat taat itu Allah.."
"Doa banyak banyak nduk, lumuri anak dengan doa mu terus. Saat pegang kakinya, badannya kepalanya.. Jangan sampai ngga dibasuhi doa.. "
Maturnuwun ami, umma..
3 notes · View notes
littlethingsaround · 1 year
Text
For I have nothing to hold onto, except for Your Mercy, Yaa Rabb.
Ketika tak ada lagi bagian diri yang mampu diandalkan, yang mampu dijadikan pegangan, yang mampu setidaknya memiliki daya untuk melangkahpun tak apa. Kita selemah lemahnya makhluk. Tetap berharap, tetap berbaik sangka. Kamu punya rahmat Allah untuk diharapkan sebesar besar tulus pengharapan. Kamu punya Allah yang pasukannya menyesaki langit dan bumi....
1 note · View note
littlethingsaround · 2 years
Text
Awal awal nikah aku pernah bilang ke suami, "Maaf ya kalau aku belum cinta sama kamu sedalam itu", karena punya referensi mencintai yg dalam sampai ke sanubari *hueks. Terus di bales santai, " Emang kenapa harus sedalem itu?" Aku bingung mau jawab apa, mas udh lanjutin "Kalau ternyata hanya bikin kita saling bergantung satu sama lain dan terlalu dibutakan cinta hingga lupa kalau Allah selalu ada diantara kita, untuk digantungkan sepenuh daya dan dicintai lebih dari apapun.. "
0 notes
littlethingsaround · 2 years
Text
Bidadari Surga.
Minggu kemarin zi menikah. Istrinya cantiik sekali. Mengingatkan pada selebgram selebgram yang cantik yang bersemayam di dunia maya.. Dulu aku adalah seseorang yang akan membanding bandingkan orang cantik dengan diriku sendiri.
Saat melihat paras cantik itu, entah kenapa hatiku berdesir.. "Ya Allah, jadikan aku bidadari surga kelak." Random ya? Wkwk ngga random sih. Krn tau yang sekarang ada di badan itu udh given dan terbaik dari Allah.
Tapi di insight dive in akhir2 ini dibahas kalau alam akhirat tuh beda, disana badan kita akan beda dari fungsi maupun tampilan. Akan next level. Terus segala di akhirat itu berkali kali lipat hebatnya dibanding di dunia. Seee indah indahnya di dunia ini cuma bagian dari rahmat Allah yang 1 persen, dan 99 persennya disimpen buat dibagi bagikan untuk mereka yang di dunia berjuang untuk akhirat. Jadi kayak kalau ada yg gabisa kuubah di bumi, auto minta sama Yang Punya Langit buat dikasih hal tsb di surga. Pasti dikasih yang berkali lipat lebih baik :"
Tetep sih ya, bisa doa kayak gini tuh langka buat seorang aku. Tapi semoga malaikat, alam raya dan seisinya mengaminkan. Aku sungguh, sungguh ingin jadi salah satu bidadari surga yang paling bersinar karena kejernihannya :") aamiin yaa rabb
0 notes
littlethingsaround · 2 years
Text
Nak, mbah ummi pernah bilang ke umma. Kalau di mata Allah, yang paling penting adalah memaksimalkan se gitu gitunya kita dikasih rupa terbaik dariNya untuk kebermanfaatan dan keberkahan yang semurni murninya, seluas luasnya :")
Jadi bagaimanapun fisik terbaik yang diberiNya padamu.. semoga Allah karuniakan bibir mu keindahan tutur dan hindarkan dari menyakiti orang lain. Semoga Allah karuniakan matamu kejernihan melihat hikmah hikmahNya dan dihindari dari melihat yang diharamkanNya. Semoga Allah karuniakan badan yang tinggi itu untuk membela agamaNya di garda terdepan, kuat membantu mereka yang membutuhkan, tegar memudahkan urusan mereka yang kesulitan. Semoga Allah jauhkan kulit matangmu dari api neraka dan Allah cerahkan wajahmu dengan nuur Nya : cahaya KalamNya, Sunnah rasul dan ilmuNya. Dan seperti kata abba, bagaimanapun rupa seorang hamba.. yang terpenting adalah hatinya, nak. Hati yang bersih, lurus, tulus, lapang.
Nak, kamu masih bayi udh banyak dengar parameter yang manusia buat untuk mengukur indah fisik ya.. Masya Allah Allah sayaang sekali sama kamu. Yakin ya, nak.. Seindah indah parameter itu punyanya Allah. Jadi jangan salah ambil penggaris, ya. Karena hidup cuma sekali, sayang kalau pake penggaris bumi yang ga nentu ukuran dan takarannya :") Apapun yang Allah beri, pasti karena sayang. Kalau Allah ngga beri, justru karena lebih sayang. Semoga Allah jadikan kamu anak yang senantiasa bersyukur dan berlapang hati💓
0 notes
littlethingsaround · 2 years
Text
You can't tell how capable you are. Untill Allah stretches you from west to east for you to realize that you are capable of all things, only when you rely on Him.
0 notes
littlethingsaround · 2 years
Text
Terimakasih ya, ma. Terimakasih untuk 14 hari ini. Waktu cepat sekali berlalunya, jangan lupa dinikmati sembari minta tolong Allah terus ya.. Meski ada peran jadi ibu, istri, anak, saudara, tetangga-- kamu tetaplah utamanya seorang hamba. Jadi menghamba lah seiring dengan melakukan segala amanah. Menghambalah, agar nikmat lelah Allah anugerahi berkah.
0 notes