semoga kalian tetap gemoy, sehat, dan ceria selalu.
Ku ingin seperti biasa, meneruskan kebiasaan lama yang menurutku baik sekali untuk dilakukan. Aku selalu ingin berterima kasih setulusnya pada kalian berdua! Nyiahaha
Jadi inget Ayah. Beberapa kali Ayah cerita kalau masa mudanya unik. Bapaknya tutup usia saat dia masih belasan tahun dan setelahnya dia harus urus Ibu dan adik-adiknya yang jauh lebih kecil.
Otomatis mimpinya untuk lanjut sekolah ndak bisa terwujud (juga pasti banyak mimpi lainnya) dan Ayah jadi pengembara. Kerja dari satu jenis pekerjaan ke pekerjaan lain, dari satu tempat ke tempat lain. Apa saja asal bisa hidupi diri sendiri dan keluarga.
Ayah bilang, di beberapa saat dia ndak lagi tahu makna rumah. Kebayang, anak kesayangan tiba-tiba hilang arah, blingsatan dipukul kenyataan. Kadang dia sedih kadang dia merasa bebas. Heu. Lagu ini rasanya dekat sekaligus menyedihkan. You're a real Tonto.
Ha, kalau bisa ketemu Ayah pas masih muda pengen sekali jajanin dia mie ayam paling enak sehabis nonton Persib. Pasti dia senang.
pagi ini ku bayangkan kita berdiri berdampingan di satu ujung subuh yang dingin namun tak jadi masalah karena hati kita tetap hangat dan akrab seperti biasa sempurna didekap kidung-kidung melagu.
Mogalah satu saat nanti misal Imas hamil, Tio ndak perlu berhadapan sama edisi ngidam yang terlampau pelik macam “mau” batagor Ansan yang ada di Semenanjung Kroyaa atawa “pengen” Teh Giju Botol yang dingin alami gara-gara Mak Uum warungnya dari dari dinding bambu jadi udara Cilimus menembus botol-botol kaca.
Aku tidak begitu yakin apakah aku masih punya cukup kata-kata pula keberanian untuk membesarkan hatimu-hatiku seperti biasa. Jarak ini benar-benar menyedihkan. Aku mau melantur.
Aku jadi kepikiran kata-kata si Jadel.
“Mampus kau kita dikoyak-koyak sepi”.
Aish.
Sayangku, mogalah kali ini kita tak lama-lama meleleh. Kau sering ingatkan, “sedih boleh tapi jangan terlalu lama.”
Kemon kita sinau terus supaya lulus walaupun angel. Aish. Maafkan malah nanti aku merengek sedih lagi. Hua.