Tumgik
obipebrian · 3 years
Text
Every man wants a son, but every man needs a daughter (The Rock)
0 notes
obipebrian · 3 years
Text
-Kita tidak akan tahu hari esok, jika kita berhenti hari ini-
0 notes
obipebrian · 4 years
Text
Tidak Jum'atan -8 Mei 20
Tadi sehabis shubuh, tidak seperti biasanya dimana saya tidur, saya mencuci motor dan mobil. Dilanjutkan menonton konser Indonesian Idol di Youtube yang baru saya tahu ternyata banyak yang bagus -minimal menurut saya sendiri. Ada Lyodra, Tiara dan Ziva. Bagian menariknya adalah ketika ada tayangan duet antara Tiara dan Dul. Saya yang dulu dikenalkan Dul yang urakan, kali ini agak kaget. Oh, Dul ternyata sudah sangat berubah. Menjadi lebih kalem dan berisi.
Jam 9an saya tidur, dan duar bangunnya pada jam setengah 1. Tidak Jum'atan. Sebenarnya ya udah beberapa kali juga kayak gitu. Dulu waktu di pondok, saya coba cari ta'bir kebolehan meninggalkan sholat Jum'at sebab ketiduran. Ketemu. Di Fatawi Imam Romli, kalimatnya eksplisit menyebut bahwa siapa yang meninggalkan sholat Jum'at karena tertidur maka tidak apa-apa selama tidurnya sebelum adzan Zhuhur.
Itulah contoh hamba yang untuk urusan kelalaian pribadinya malah cari dalil yang melegalkan. Ngamalno ilmu tapi ra nggone. Astaghfirulloh saya.
0 notes
obipebrian · 4 years
Text
Buah Traumatik -7 Mei 20
Dalam dunia pesantren, salah satu doktrin yang paling dikenal adalah ilmu tanpa amal bagaikan pohon tanpa buah (walaupun tak semua pohon dapat berbuah wkwk). Dulu mudah sekali dirapal dan diingat sehingga begitu menancap di pikiran. Semakin ke sini semakin ke sini, kok tiba-tiba terpikir bahwa ah masak to semua harus diamalkan?
Lahirlah kesimpulan saya waktu itu bahwa ilmu yang diamalkan maksudnya adalah ilmu yang menghantarkan takwa kepada Alloh. Misal: ketika kita mempelajari bab nikah bukan serta merta kita ambisius untuk mencari pasangan dengan dalih agar ilmu kita dapat diaplikasikan, atau juga seperti kita yang diajarkan bab haji, bukan kemudian kita berhutang untuk menyimpan setoran dua puluh juta sebagai ongkas naik haji.
Jadi ya mengalir saja belajar ilmu, rasakan sensasinya, lalu pelan-pelan lihatlah tingkah laku kita terutama kepada makhluk lain. Sudah baik belum? Kalau belum ya belum berbuah, kalau sudah ya alhamdulillah. Dan jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa buah kita jelek sehingga tidak bisa dinikmati khalayak. Diangan-angan saja kenapa kok buahnya jelek? Harusnya ada interopeksi intens agar timbul traumatik. Traumatik yang terus-menerus diperbaiki sehingga tidak timbul kegagalan lagi.
0 notes
obipebrian · 4 years
Text
Ambyar -5 Mei 20
Didi Kempot berpulang. Yang paling mengerti saat patah hati, sekarang membuat patah hati orang-orang.
0 notes
obipebrian · 4 years
Text
PROYEKSI PENULISAN PENGALAMAN MENGAJAR DI MMA -4 Mei 20
Pendahuluan
Pengalaman mengajar dalam proses kegiatan belajar mengajar di Madrasah Muallimin Muallimat Bahrul Ulum seharusnya bisa didokumentasikan dengan baik, agar pengalaman mengajar yang dilakukan oleh para guru, bisa dipelajari oleh semua guru di Madrasah Muallimin Muallimat Bahrul Ulum, atau guru yang mengajar di berbagai madrasah di luar Madrasah Muallimin Muallimat Bahrul Ulum, bahkan oleh guru itu sendiri, sehingga bisa mengembangkan proses mengajarnya. Dokumentasi ini penting dilakukan agar pengalaman mengajar yang dilakukan oleh seorang guru bisa menjadi legacy (warisan) bagi guru-guru pada masa selanjutnya, yang bisa dipelajari, sehingga cara, pendekatan atau metodenya bisa terus tersambung.
Dokumentasi yang dimaksud adalah dengan menuliskan pengalaman mengajar guru selama ini, dengan menuliskannya secara bebas. Bisa dimulai berdasarkan rentetan waktu selama satu tahun. Bisa juga menggunakan pendekatan secara tematik atau bahasan. Bisa juga menggunakan pendekatan berdasarkan batas capaian kitab yang dipelajari. Jadi, bebas saja. Yang penting guru bisa menuangkan apa yang menjadi pengalamannya, tanpa dibebani dengan metode penulisan. Yang penting dituliskan dulu apa saja yang dialami. Dengan seperti ini diharapkan setiap guru bisa menuangkan apa yang ada dalam pikiran secara mudah.
Kenapa proses mengajar di Madrasah Muallimin Muallimat Bahrul Ulum perlu didokumentasikan? Karena proses mengajar di Madrasah Muallimin Muallimat Bahrul Ulum merupakan proses yang unik. Berbeda dengan proses mengajar di sekolah atau madrasah lainnya. Banyak keunikan selama ini yang diceritakan dari mulut ke mulut, tetapi sampai saat ini belum terdokumentasikan dalam sebuah buku, yang tujuan utamanya seperti yang tertulis di atas.
Untuk itu, Pustaka MMA, sebagai satu Unit Penerbitan di Madrasah Muallimin Muallimat Bahrul Ulum menginisiasi pendokumentasian proses mengajar di Madrasah Muallimin Muallimat Bahrul Ulum ini.
Tujuan
Mendokumentasikan proses mengajar di Madrasah Muallimin Muallimat Bahrul Ulum
Indikator
Terbitnya buku tentang dokumentasi proses mengajar di Madrasah Muallimin Muallimat Bahrul Ulum
Waktu
Pelaksanaan penulisan diupayakan bisa seoptimal mungkin, sejak diterbitkannya surat ini, yakni tanggal 4 Mei 2020 sampai dengan 22 Juni 2020
Penulis
1. KH. Abdul Nashir Fattah (Tashawwuf/Pengantar Kepala MMA)
2. KH. Drs. Ach. Hasan, M.Pd.I. (Ilmu Tafsir)
3. Drs. H.M. Anshori Sehah, M.Pd.I. (Tauhid)
4. H. Abdul Rohim, SH, M.Si. (Qowaid Fiqhiyyah/Pengantar MA MMA)
5. Drs. H.M. Ishom Ahmadi (Ilmu Jiwa)
6. H. Mohamad Imron Rosyadi, S.Pd.I (Hadits/Pengantar MTs MMA)
7. Dra. Hj. Eni Rusydiyah, M.Pd.I (Sejarah)
8. Dra. Hj. Nur Azizah (Ilmu Pendidikan)
9. Moh. Ilyas, Lc., M.M.Pd (Bahasa Arab)
10. Dra. Hj. Badi'ah, M.Pd.I. (Nahwu)
11. Imroatul Muniroh, S.Pd. (PKn)
12. H. Imam Mustofa, SE. (Bahasa Inggris)
13. M. Tholib, S.Pd., M.Si (Matematika)
14. Rahmat Basuki, S.Pd.I. (IPS)
15. Sholihuddin Shofwan, S.Pd (Ushul Fiqh)
16. Drs. Marsikan Mansur, SH. (Manthiq)
17. Hidayatul Afidah, S.Ag. (Akhlak)
18. Abd. Jabbar Hubbi (Faroidh)
19. Ahmad Samsul Maarif, M.Pd.I (Ekonomi)
20. Abd. Rouf Hasbullah, M.Pd.I (Khath)
21. H. Abul Abbas Ubaidillah Azizie, Lc. (Tarikh Islam)
22. Moch. Wildan Habibi, S.Hum (Arudh)
23. H. Muhyiddin, Lc., MM (Ilmu Hadits)
24. H. Wahyuddin AG. (Tafsir)
25. Laiq Azharuddin, S.Pd (Tajwid)
26. Dhenok Rohmaniyah, S.Pd. (Bahasa Indonesia)
27. Robi Febrian, SE (Insya’)
28. Umi Hanik, M.Pd (Imla’)
29. Hj. Lum'atul Choirot, Lc (Balaghah)
30. Siti Nur Azizah (Tahajji)
31. H. Muslimin Abdillah, S.Ag (Fiqh)
32. Lutfi Fuadi, SHI., M.Si (Ilmu Falak)
33. Moh. Fathur Rohman, M.Pd (Antropologi)
34. Ahmad Hanafi, S.Hum (Tarikh Tasyri’)
35. Achmad Saifur Rijal, S.S (Pego)
36. Abdur Rohman, S.Pd (I’lal)
37. Muhammad Hibri Nasyith (Al Qur’an)
38. Hj. Rahmi Nur Azizah, S.Si (IPA)
39. Siti Maisaroh (Shorof)
Alur (Sistematika) Penulisan
Pertama, menuliskan konteks, atau kondisi yang ada di lingkungan mengajar. Bagaimana kondisi madrasah, bagaimana kondisi kelas dimana guru mengajar, atau bisa dituliskan bagaimana kondisi pondok pesantren Bahrul Ulum sehingga pelajaran tersebut diajarkan.
Kedua, menuliskan semua hal tentang pelajaran yang diajarkan, kitab yang digunakan, sejarahanya dan lain sebagainya
Ketiga, menuliskan proses mengajar: pendekatannya, caranya atau inovasi yang dilakukan. Bisa dimulai dengan tahapan waktu. Misalnya, dalam 3 bulan pertama, selama satu semester dan setelah satu tahun. Bisa juga dengan pendekatan tematik, sesuai dengan betasan pembelajaran selama satu semester dan selama satu tahun. Bisa juga dengan pendekatan-pendekatan yang lain.
Keempat, dituliskan tentang pelajaran yang bisa diambil dari proses pembelajaran yang dilakukan.
Penutup
Demikian pedoman penulisan proses mengajar di Madrasah Muallimin Muallimat Bahrul Ulum ini. Dengan pedoman singkat ini, agar bisa dimengerti dengan baik.
0 notes
obipebrian · 4 years
Text
7 Hari -2 Mei 20
Bulan April kemarin, tanggal berapa saya lupa adalah tepat satu tahun prosesi pindah rumah kami (saya dan istri). Prosesi? Yap hanya semacam upacara formalistik, substansinya lah yang penting. Jadi saat kami menikah tiga tahun yang lalu, rumah ini sudah dikerjakan sebagian dan sebenarnya diperuntukan untuk kakak istri saya sebagai anak pertama. Namun, karena satu dan lain hal, ayah dan ibu merubah pikirannya dan memutuskan kami sebagai keluarga pertama yang tinggal di luar rumah induk.
Saat keputusan itu didok, maka laku hidup kami berorientasi untuk semakin mencintai rumah ini. Berangkat shubuh untuk buka gerbang, nunggui tukang, mengisi perlengkapan dan ornamen rumah, membersihkan tempat tertentu, memasang foto-foto, memasang wifi, menata kitab, beli AC, cuci mobil-motor, kadang baca-baca doa juga. Apapun. Perjuangan mencintai yang menurut kami lumayan ini menghantarkan kami sampai pada satu hari di bulan April itu. Yang kami ingat prosesi sakral itu ditutup oleh pesan ayah bahwa mulai saat ini, kalian adalah keluarga yang sudah harus memutuskan semuanya sendiri. 🥺
Namun, praktik selalu memiliki kenyataan berbeda dengan teori. Istilah ilmiahnya, gap research. Kami lebih sering menginap di rumah induk, istri saya sering tak enak sendiri kalau tidak bantu-bantu ibu, saya yang sering dimintai bantuan oleh ayah. Buanyak hal yang membuat kami belum konsisten tinggal di rumah yang diperjuangkan oleh kami sendiri ini. Ternyata riwayat perjuangan cinta kami sebelumnya hanyalah cinta monyet. Sebentar-sebentar cinta, sebentar-sebentar tidak. Bergelayutan.
Hari ketiga puasa tahun ini kami mencoba memulai komitmen baru. Mencoba tinggal lagi di rumah dengan segala keterbatasan yang ada. Kalau menganut teori Pak Quraish bahwa kalau kita tak mampu mendatangi rumah kekasih, maka undanglah kekasih ke rumah kita, kami akan mencoba untuk mengahadirkan suasana orang-orang terkasih kami di rumah. Selanjutnya secara perlahan, seperti halnya ayah dan ibu, kami mampu bangun sahur tanpa alarm wkwk, mampu membereskan kabel-kabel, mengelap mobil sesudah hujan, menguras akuarium, mereview isi lemari untuk ditata kembali, bagi-bagi tugas belanja, menyapu, mengepel, (kadang) tak tidur habis sholat. Lumayan lah kalau dirasio, ya sekitar 5 dari 100 persen 😁. Semoga habis ini, kami juga mampu meniru ayah dan ibu dalam mengasihi anak-anaknya. Aamiin.
0 notes
obipebrian · 4 years
Text
Benteng Terakhir Pak Rozaq -30 April 20
Biasanya di madrasah, tempat paling disukai oleh para guru setelah kelas adalah ruang guru itu sendiri. Di madrasah sebelah barat ini, ruang gurunya ada dua, satu yang agak besar yang memang tempatnya dinamakan ruang guru. Dan satunya lagi di depan kantor-kantor para tenaga kependidikan, tempatnya lebih kecil dari ruang guru tadi.
Menariknya, di situ justru adalah tempat dimana suasana sosial lebih terasa karena yang dibicarakan adalah hal yang agak mendalam, tak tahu kenapa. Yang paling sering di kursi utama adalah orang-orang berpengaruh di madrasah. Guru yang ingin jadwalnya diganti juga lebih nyaman memintanya di situ. Saya sendiri seringkali membuang curahan hati dan kegalauan pada Pak Kasturi di situ.
Hari ini, kursi hanya diisi oleh saya dan Pak Rozaq. Pak Rozaq adalah contoh guru yang lebih suka menahan diri untuk membicarakan orang lain, misalkan keceplosan ghibah pun beliau tidak akan menyebutkan nama. Semacam benteng berlapis-lapis. Hal sulit, amat sulit. Hingga sekarang saya meyakini bahwa pekerjaan ghibah sepertinya mengeluarkan semacam senyawa kimia tertentu yang membuat si empunya ketagihan, semi-semi alkohol dan narkoba. Wkwk.
Di ruang guru kecil itu, Pak Rozaq tiba-tiba mengutip dawuhnya Yai Jamal yang mengatakan bahwa setiap kiai yang punya pondok di Jawa (atau Indonesia) pasti sedikit-banyak memiliki nasab yang bersambung pada nabi. Saya masih gak paham.
Beliau kemudian mengkerutkan kening pertanda geram pada orang-orang yang memaksakan diri mendirikan pondok, yang beliau yakini adalah setiap orang punya jalan ninjanya masing-masing. Eh dramatisasi wkwk.
Ibarat kata; "Banyak jalan menuju Roma". Kita tentu sudah paham kan kalau jalannya banyak wong emang begitu bunyi analoginya kok. Yang jarang kita paham, meniti jalan ke Roma itu ternyata juga banyak cara. Yang mampu naik pesawat silahkan, naik sepeda motor juga silahkan. Misalkan mampunya jalan kaki juga ndak papa asal sampai. Yang repot itu ketika tidak punya kemampuan naik pesawat eh memaksakan ke bandara, ya diusir lah sama security karena ndak punya tiket. Lebih repot lagi punya kemampuan naik pesawat malah jalan kaki, ngeneki biasane minta diliput wkwk. Enak yang tinggal di Roma, ia akan langsung tiba di tempat. Tapi ndak enak juga seh wong hidup itu keyakinan dan perjuangan kok hehe.
Tumblr media
0 notes
obipebrian · 4 years
Text
PSP -28 April 20
Tepat pukul 13.46, sebuah game portable mahakarya Sony Playstation yang diberi nama PSP itu datang. Seketika membuat dunia bergerak jauh ke belakang, belasan tahun silam.
Tumblr media
Saya dibesarkan biasa-biasa saja sebenarnya. Mendapatkan pendidikan baik di Sekolah Dasar (SD) sampai tamat dengan euforia bocah pada umumnya. Bermain dengan permainan jadul yang juga lumrah pada saat itu. Gerobak sodor, loncat karet, kelereng dan balapan tamiya adalah beberapa di antaranya. Namun ada beberapa permainan yang seolah berada pada dunia yang berbeda, dunia yang lain. Bahwa permainan tersebut merupakan sebuah alat adagung adiguna yang haram disentuh oleh sembarang orang. Contoh yang paling kentara adalah PSP.
PSP merupakan singkatan dari Play Station Portable, konsol yang berisi game-game menarik yang bisa dibawa kemana-mana, sederhananya begitu. Hanya orang dengan kemampuan lebih yang bisa memiliki PSP ini, orang biasa seperti saya tidak akan bisa. Saya dan orang-orang biasa lainnya bisanya hanya me-rental PS biasa selama 1-2 jam dengan tarif 2000-5000, kalau sudah khusyu', bahkan kami -orang-orang biasa ini- bisa berpatungan untuk main 5-6 jam sampai kadang bapak datang dengan sapu lidi-nya karena saya ketiduran di tempat rental PS 😁
Kebiasaan buang-buang waktu ini ternyata minimal menurut saya sendiri masih kurang kompeten sehingga perlu diasah lagi agar menjadi buang-buang waktu yang berkualitas. Di pondok, saya dan orang-orang biasa lainnya sering berangkat jam 11 malam ke pasar terdekat untuk mengasah kemampuan ini. Pulangnya menjelang shubuh melewati ndalem Kiai Sulthon yang sedang muthala'ah kitab. Eh sebelumnya itu, begitu sampai di Sariloyo, kami makan rawon favorit. Terakhir, sebagai penebus, saya ikut berjamaah di masjid berharap seakan-akan dosa melanggar aturan pondok telah terhapuskan oleh Allah Yang Maha Kasih. PSP masih belum terjangkau tangan. Lah masak mau setor nyawa ke keamanan pondok cuma buat kesenangan sesaat. Ciah ilah.
PSP seolah tidak akan pernah terjangkau padahal apabila dikalkulasi dengan matang dan perhitungan yang jelas bisa saja saya menabung dalam kurun waktu tertentu untuk membelinya. Tapi ya gitu, teori sekedar teori yang bertahan hingga bertahun-tahun, baru berbuah menjadi amal nyata sekarang ini. Syiir Abu Atahiyyah berbunyi: "Seandainya masa muda kembali suatu hari, akan kukabarkan padanya apa yang dilakukan orang yang telah menua." Sayangnya, seandainya tidak akan pernah ada.
0 notes
obipebrian · 4 years
Text
Rumah Mertua -27 April 20
Seperti biasa, tadi pagi saya menjalankan tugas sebagai pelaksana Pengajian Online yang diadakan di madrasah. Rutinitas konsumtifnya adalah sebagai berikut: datang, cuci tangan, pantau suara-gambar. Plong. Biasanya tidak urut begitu juga, ada selingan lain semisal pendaftaran siswa baru, penerimaan nilai kelas 5 dan menganggur 😬.
Saya meyakini bahwa sebenarnya menganggur adalah sebuah kemuhalan. Dalam vonis keilmuan teologi; pilihannya adalah diam atau bergerak, tidak mungkin bersamaan ataupun tidak keduanya. Yang menganggur pasti melakukan aktifitas sehingga predikat 'menganggur'-nya lepas. Saya ketika menganggur biasanya memilih diskusi, aih bukan, mungkin ngerumpi, karena tidak mengandung suatu yang ilmiah hehe. Atau juga kadang-kadang membaca, aih bukan juga, mungkin stalk, karena yang saya 'baca' adalah postingan yang ada di handphone.
To the point, pagi tadi rumpiannya dengan beberapa teman. Salah seorang dari mereka mengatakan bahwa tugasnya sebagai menantu yang baik adalah meneruskan apa yang sudah diberikan oleh mertuanya. Ia bercerita bahwa ia diberikan sekian meter persegi tanah oleh mertuanya dan ia merasa bahwa itu sudah lebih dari cukup untuk kemudian ia kembangkan menjadi rumah dari jerih payahnya sendiri. Suatu cerita yang sebenarnya menginspirasi bahwa hubungan menantu-mertua haruslah lebih dewasa dan gentle, apalagi kalau menyangkut tentang materiil. Namun, hal yang agak mengganjal adalah bahwa cerita inspirasi -sebagaimana cerita-cerita inspirasi lainnya- tersebut seakan-akan berdiri sendiri sebagai cerita mutlak yang harus dilakukan para menantu lainnya guna mendapatkan titel sebagai menantu idaman.
Saya juga termasuk orang yang mengganjal kok, karena mungkin di belahan dunia selatan, ada menantu yang sedang mencoba memberikan pengertian pada mertuanya agar ia lebih diberi ruang untuk memimpin keluarganya. Mungkin juga di belahan dunia utara, ada menantu yang berakhlak baik tanpa banyak pembuktian materiil ternyata telah begitu membanggakan mertuanya. Bisa jadi, di belahan dunia barat, ada menantu dan mertua yang berjuang bersama agar mendapatkan kebahagiaan yang juga ingin diraih bersama. Ternyata, di belahan dunia timur, ada menantu yang hanya bisa memanjatkan doa tulus pada mertuanya karena telah tiada. Oh ya, saya juga termasuk orang yang meyakini bahwa hubungan menantu-mertua wajib seperti hubungan anak-orang tua.
Seperti kata Yai Hasan, bahwa mendidik menantu akan lebih mudah daripada mendidik anak karena ia dipilih dari subejektifitas terbaik dari mertuanya. Dan subjektifitas semacam ini akan terus terjaga menurut ukuran masing-masing mertua. Dengan hal 'ini' seseorang bahagia dan belum tentu dengan 'ini' yang sama seseorang juga akan bahagia. Resep menikah sukses tidak akan pernah dibukukan karena penanya ada di tangan masing-masing.
1 note · View note