Tumgik
pukaupakau · 7 years
Text
MELANKOLIA UNTUK SALLY
entah pada petikan keberapa kesedihan mulai merambat di udara
raung resonansi memecah hening kamar seperti bocah yang menangis sejadi-jadinya
di ruangan yang sudah nelangsa ini, Sally kau menambah panjang daftar kesedihan yang sudah ditata rapi, misalnya:
kalender yang bulan-bulannya pernah saling memangsa,
bingkai foto pernikahan yang pernah gagal bunuh diri,
juga jarum garamofon yang masih suka menusuk tubuhnya sendiri
tak ada lagu lain yang ingin ia dengar atau mainkan, Sally selain lagu itu, yang selalu menyebut-nyebut namamu
“So what’s the story, Sally?”
2017
27 notes · View notes
pukaupakau · 7 years
Quote
Hijab bukanlah tolak ukur pada sikap dan sifat seseorang. Baik tidaknya orang tersebut dalam bersikap bukan ditentukan oleh hijabnya.
(via ariniaris)
19 notes · View notes
pukaupakau · 7 years
Text
#sigh
Kepadamu
Pernahkah dalam satu waktu dalam hidupmu, kamu bertemu dengan orang baik. Kemudian jatuh cinta kepadanya? Tapi takdir hanya mengantarkanmu pada perasaan itu, tidak pernah lebih jauh lagi.
Percayalah, tidak pernah salah dalam mencintai orang baik. Paling tidak, kamu bisa mengetahui bahwa “selera”mu masih cukup baik. Paling tidak, kamu masih waras untuk mencari pasangan hidup seperti apa yang tepat. Paling tidak, kamu masih mengerti bahwa hidup tidak hanya sebatas tampilan fisik, melainkan hati. Paling tidak, kamu juga cukup sadar bahwa kelak akan menjadi orang tua dan anak-anak yang lahir darimu nanti berhak atas orang tua yang terbaik,
Meski pada akhirnya, orang baik yang kamu cintai itu tidak menjadi milikmu. Kamu menyadari semua hal di atas. Justru menjadi perkara bila yang terjadi dalam dirimu adalah hal-hal sebaliknya. Ketika kebaikan itu kamu abaikan dan kamu sibuk jatuh cinta pada kecantikan/ketampanan, harta, keturunan, dan hal-hal seperti itu.
Percayalah, tidak ada yang salah bila kamu mencintai orang baik. Sekalipun ia tidak menjadi pasanganmu nanti, tapi selalu ada kebaikan yang kamu bisa ambil darinya.
©kurniawangunadi | yogyakarta, 19 desember 2016
2K notes · View notes
pukaupakau · 7 years
Quote
Siapapun kita, nyatanya tak akan pernah lepas dari celaan.
NN orang baik akan dicela oleh orang buruk. dan orang buruk akan dicela oleh orang baik.
4 notes · View notes
pukaupakau · 7 years
Quote
Sebenarnya kita hanya terdiri dari sekumpulan kekufuran beserta keluhan dan umpatan.
4 notes · View notes
pukaupakau · 7 years
Quote
Apakah kita sebuah tragedi, komedi atau malah hanya permainan ilusi.
Tolong ingatkan
5 notes · View notes
pukaupakau · 8 years
Text
Jadi begini loh ya, waktu yang tepat setiap orang itu berbeda. Tidak bisa disamaratakan.
Pada umur sekian ia lulus kuliah. Setelah sekian hari wisuda seharusnya ia sudah memiliki pekerjaan, tidak lebih dari sekian tahun harusnya sudah menjadi pegawai tetap. Pada usia sekian ia menikah. Setelah sekian bulan menikah ia harusnya sudah memilki anak. Di usia pernikahan sekian tahun seharusnya ia sudah memiliki rumah layak huni beserta dengan kendaraan minimal roda empat. Tidak bisa dipeta-petakan demikian, karena seperti kalimat pertama saya tadi; waktu yang tepat setiap orang itu berbeda. 
Okelah di usia sekian kamu sudah lulus kuliah, esoknya setelah wisuda langsung mendapatkan pekerjaan, dua tahun bekerja sudah diangkat menjadi pegawai tetap, tidak lama dari itu kamu sudah bisa menikah, beberapa bulan kemudian kamu memilki anak, rezekimu lancar hingga kemapaman sudah kamu punya. Namun sayang, tidak semua orang waktu yang tepatnya sama dengan kamu. Bisa saja waktu tepatnya sedikit terlambat dibandingkan kamu, tetapi baginya tetap saja tepat karena ada beberapa hal yang harus ia bereskan terlebih dahulu sebelum ia mengambil suatu keputusan dan baru terselesaikan di usia sekian–mungkin saat kamu sudah memiliki anak yang sangat lucu.
Itu satu yang harus kamu ketahui.
Yang kedua, menyuruh atau saya perhalus mengiming-imingi–atau apa ya bagusnya (saya bingung sendiri)–orang lain untuk segera mengikuti jejakmu, saya rasa tidaklah perlu berlebihan. Maksudmu mungkin mengingatkan. Tapi mengingatkan mana yang seolah memojokkan? 
Kamu tidak tahu saja banyak sekali kendala atau halangan yang harus orang lain damaikan sebelum ia bisa mengikuti jejakmu. Mungkin saja ia terbentur masalah sehingga perkuliahannya sedikit molor, mungkin ia harus berkompromi dengan rasa percaya diri agar ia bisa lolos di setiap interview pekerjaan, mungkin ia belum bertemu dengan jodohnya, mungkin ia sudah menemukan seseorang yang ‘klik’ namun belum kunjung mendapat restu kedua orang tuanya, mungkin ia terlalu diforsir dalam bekerja sehingga ia terhambat dalam mendapatkan keturunan, dan yang pasti, mungkin memang belum waktunya. 
Sudahkah kamu cari tahu mengenai latar belakangnya mengapa ia tidak bisa semudah jalanmu mendapatkan sesuatu? Sudahkah kamu melapangkan kepekaanmu untuk itu semua? Sudahkah kamu cek bagaimana caramu beretenggangrasa dengan sesama?
Saya rasa, tidak perlu mendorong-dorong seseorang untuk menyegerakan apa yang baik–sedangkan ia belum berdamai dengan diri dan segala urusan di belakangnya. Karena seperti yang saya bahas pertama, waktu yang tepat setiap orang itu berbeda. Jika kamu beres dengan segalanya di usia sekian, selamat. Jika ia belum beres dengan segala yang harus ia selesaikan terlebih dahulu sebelum mengambil suatu keputusan, ya jangan dikucilkan, jangan dipojokkan. Jika kamu mengatakan dirimu teman, maka berlakulah selayaknya teman. 
252 notes · View notes
pukaupakau · 8 years
Text
Kita tak akan pernah kehabisan waktu
“Anda siapa?”, tanyamu seperti biasa.
“Anda tak mengingat saya?”
Aku selalu suka raut wajahmu ketika sedang berpikir keras.
Sejenak kau mencoba mengingatnya lagi, kedua alismu tertekuk sempurna, ada dua kerutan yang terbentuk di keningmu ketika kau memaksakan diri berpikir.
Kau menggeleng lemah. Tak mengapa, harapku tak akan pernah hilang.
Aku mengingatmu.
Namamu Roekmana, suamimu Dipta. Ukuran sepatumu nomor 38. Kau lahir tanggal 7 Juni 1955. Kau menyukai semua jenis makanan, kecuali brokoli, paprika dan susu rasa strawberry. Kau menyukai warna biru, katamu itu membuat mu tenang. Kau suka sekali membaca buku di bawah pohon sawo yang ku tanam belasan tahun silam di pekarangan depan rumah kita. Setiap pagi kau akan duduk di atas kursi gantung taman yang ku buat dengan tanganku sendiri. Meski tak sempurna-sebab salah satu kaki penyangganya terlalu pendek beberapa senti- tapi aku masih ingat dengan jelas wajah bahagiamu ketika melihatnya.
Kau sangat menyukai tanaman hias. Kau sangat menyukai ketika semua benda dalam keadaan bersih dan tertata rapi, sebab kau alergi debu. Kau sangat keras kepala tapi kau akan langsung menangis ketika aku berbicara padamu dengan suara tinggi. Kau sangat menyukai lagu The Carpenters-Close to You, kau akan mendengarkannya satu kali di pagi hari dan dua kali sebelum tidur malam.
“Pohon sawo dan kursi ini adalah tempat favoritku.”, kau pernah berkata seperti itu, aku ingat betul.
Dan tempat favoritku adalah dimana kau berada.
Subuh ini seperti biasa aku menolongmu ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan berwudhu.
“Anda siapa? Apakah saya mengenal anda?”, tanyamu lagi yang ku jawab dengan senyuman.
Aku pernah hidup di dalam hatimu. Tidak tidak tidak, aku yakin sampai sekarang pun aku masih ada di sana, hanya saja sekarang kau tengah lupa siapa aku, siapa kita.
Aku masih mengingatnya. Aku masih mengingat kita.
Kita menikah 23 Mei 1970.
Kau melahirkan anak pertama kita pada tahun 1973, setelah penantian yang cukup panjang akhirnya Tuhan mempercayakan seorang anak kepada kita berdua. Tapi kita harus merelakan kepergiannya sebab ia terserang demam berdarah dan tak tertolong lagi. Kita kehilangan malaikat kecil kita ketika ia baru berumur delapan bulan. Dan kau tak kalah terpukulnya.
Kemudian Tuhan memberikan kesempatan kedua kepada kita untuk memiliki malaikat kecil lainnya. Tapi sayangnya kau divonis memiliki kanker rahim yang akan membahayakan nyawamu jika bayi itu tetap dipertahankan.
Aku masih bisa mengingat dengan sangat jelas, bagaimana malam itu kau berlutut memohon padaku agar aku mengijinkanmu untuk tetap mempertahankan bayi kita. Rasanya baru kemarin saja. Aku mengingat dengan jelas bagaimana airmatamu jatuh. Aku lemah dengan semua tentangmu. Kau memelukku seketika, menghadiahiku dengan ratusan kecupan di mukaku ketika aku mengijinkanmu.
Lima bulan setelahnya kau mengalami pendarahan hebat, sehingga bayi kita harus dilahirkan prematur. Aku masih mengingat bagaimana raut kekhawatiran di wajah dokter Budiman ketika ia menyampaikan padaku bahwa kau dan bayi kita dalam kondisi kritis.
Aku harus memilih di antara dua, kau atau bayi kita. Atau aku akan kehilangan kalian berdua.
Maafkan bapak nak, bapak merelakanmu demi ibumu. Ku harap kau mengerti nak.
Masih jelas dalam ingatanku betapa marahnya kau kepadaku saat mengetahui bahwa kita kehilangan bayi kedua kita berikut dengan rahimmu. Kau memukulku, sama sekali tak kuat tapi itu cukup menyakiti hatiku hanya melihatmu menangis pasrah di bahuku. Meremas kuat kemeja biruku, warna kesukaanmu.
“Apakah kita akan maraton lagi pagi ini?”, tanyamu antusias.
Aku mengangguk pelan. Tak ada yang lebih bahagia dari pada melihatmu tersenyum. Aku rela kehilangan apapun asalkan senyum itu masih setia menempel di wajah persegimu. Terdengar konyol memang, tapi aku akan melakukan apapun untukmu.
“Oh aku ingat taman ini. Aku dulu senang sekali bermain layangan di sini. Dulu, ketika aku masih kecil dulu. Dan aku punya seekor anjing kecil yang ku beri nama Semesta sebab mata sebelah kirinya cacat tapi seakan kau bisa melihat semesta di dalam manik hitam itu. Akan kau temukan ratusan bintik putih bak bintang di sana.”
Kau sangat suka bercerita. Kau akan bercerita ketika kau marah, sedih dan bahagia. Tanpa aku minta sekalipun, dengan sukarela kau akan menceritakan apapun yang ada di dalam kepala kecilmu itu. Dan aku tak pernah bosan menjadi pendengarmu, meski sebagian ceritamu adalah cerita yang sudah pernah kau ceritakan padaku.
Kita pindah ke kota asalmu, tempat dimana pertama kali kita bertemu. Di taman ini, kita bertemu ketika kau sedang mengajak Semesta jalan sore dan aku merintang keponakanku yang tak henti menangis karena ia tak kunjung bertemu dengan orang tuanya, mereka meninggal karena kecelakaan kereta.
Aku memutuskan pindah kembali ke kota ini berharap itu bisa membantumu mengingat semuanya, satu persatu.
“Apakah nanti sore kita akan jalan-jalan seperti biasanya?”
Mana bisa aku melupakan salah satu dari ratusan kesenanganmu. Aku mengangguk mengiyakan.
Aku masih mengingatnya. Kau akan membuka kaca jendela mobil, membiarkan rambutmu di sapu angin sore. Aku dengan sengaja melambatkan laju mobil kita dan kau akan mengeluarkan tanganmu, membentangkannya. Matamu akan kau pejamkan, menghapal bagaimana cara angin melewati celah di antara jemarimu. Kemudian kau akan bersenandung kecil.
Dan perjalanan akan berakhir di sebuah dermaga kecil. Dimana kau akan duduk di atas kap mobil sedan kita, melepas hari yang dijemput senja pulang ke peraduan malam.
Kau akan menunjukkan padaku bintang mana yang pertama kali muncul setelah tenggelamnya matahari. Kau akan bercerita sedikit mengenai bintang, nebula, galaksi dan semua yang kau tau.
Begitu cintanya kau kepada semesta!
Sore ini aku sengaja memutar lagu kesukaanmu. Selalu ada was-was di dadaku, berharap kau mengingatku.
Kau mengingat keseluruhan lirik lagu ini. Kau terdiam cukup lama hingga akhirnya kau membalikkan badanmu, menatapku yang memperhatikanmu tak pernah ada habisnya.
“Apakah saya mengenal anda? Maafkan saya, saya memiliki penyakit yang membuat saya melupakan semua hal. Tapi saya yakin saya pernah mengenal anda.”
Tidak, senyumku tidak pernah memudar walau penyakit Alzheimermu tak mengijinkanmu mengingatku. Dari semua hal yang kau ingat, kenapa penyakitmu itu tak pernah mengijinkanmu untuk mengingatku?
Mengingat tentang kita.
Tak apa. Kau sedang lupa, hanya itu. Dan itu semua karena penyakitmu, bukan kehendakmu yang ingin melupakanku.
Ada aku di sini yang tak pernah bosan membantumu mengingat semuanya kembali.
Tak apa, akan ku coba besok dan jika kau masih belum bisa mengingat kita, maka masih ada besok-besok yang lainnya.
Tenang saja. Kita tak akan pernah kehabisan waktu.
8 notes · View notes
pukaupakau · 8 years
Photo
Tumblr media
1K notes · View notes
pukaupakau · 8 years
Quote
Padma, inget. Setelah orangtua lo, gue orang pertama yang gila kalo elo sampe kenapa-napa.
Rasyid-Padma
9 notes · View notes
pukaupakau · 8 years
Quote
Lo bisa ngga pinter dikit? Bedain, mana lakik yang baik mana yang cuma mainin doang. Lo itu cewe, bisa rusak kalo tetep bodoh kaya gini.
Rasyid-Padma
5 notes · View notes
pukaupakau · 8 years
Quote
Kalau sudah tulus sama orang, kamu ngga akan peduli mau mereka bales kamu atau engga. Iya kan?
Jadi, sudah tulus belum? Bukan 'Pamit' ya.
14 notes · View notes
pukaupakau · 8 years
Quote
Jangan terlalu dalam kalau jatuh, nanti sakit.
Udah itu aja. Selamat tidur. Jangan lupa waras, hati kalau diturutin terus bisa jadi gila.
10 notes · View notes
pukaupakau · 8 years
Text
Tapi sayangnya ka, emang itu yang sudah, sedang dan mungkin akan terjadi lagi. Bersyukurlah kaka yang dibukakan pintu hatinya dari dulu, dari pada aku sadarnya pas tahun tiga di perkuliahan. Dengan pemikiran bahwa aku ngga mau anak-anak aku kelak makan dari uang haram, sebab ijazah aku dipenuhi dengan nilai-nilai haram. Tapi setidaknya kita semua diberi Tuhan kesempatan untuk berubah menjadi baik. Buruk dahulu baik kemudian tak apa lah ya kak, dari pada baik dahulu buruk kemudian. Istilah kecenya, lebih baik jadi mantan preman dari pada mantan ustadz. Cause that's how life goes, right? Grusgot!
Bantu teman-temannya, ya
Aink denger statement bernada persuasif itu ketika SMP, menjelang ujian nasional, ujian matematika kalo ga salah. Sebagai anak yang emang suka dateng pagi ketika sekolah, otomatis aink juga dateng pagi ketika UN (ga penting banget yah infonya?). Pagi itu, aink lewat ke ruang guru karena emang kelas tempat aink ujian mesti ngelewat kesana. Engga, aink ga caper kok. Aink bukan tipe anak yang disenangi banyak guru. Cuman buat hari itu pengecualian. Beberapa guru ngedadak caper
Beberapa guru yang papasan ama aink pada ngedoain aink dan ngasi semangat. Semoga aink dapet nilai sempura,, semoga lancar dan doa-doa standar lainnya. Lalu diakhir ada pesan sponsor.
“bantu teman-temannya ya”
Aink waktu smp, yang namanya bocah kali yak. Digituin kan seneng. Berasa diandelin, berasa nasib banyak orang ada di pundak aink dan memang kayak gitulah kondisinya ketika ujian. Sebelum ujian mulai aink uda nyiapin beberapa trik kode supaya lancar dalam ngasi tau jawaban ujian. Alhamdulillah sekali, ga sedikit ucapan terima kasih yang aink terima pasca UN, dari guru dan dari teman sekelas.
Aink waktu smp merasa bangga. Dalam beberapa hari, aink uda menyelamatkan banyak orang. Termasuk memenuhi amanah dari para guru. Aink awesome.
Otak aink kayaknya telat berkembang. Aink baru mulai banyak mikir ketika SMA. Iya sih aink jadi makin nakal. Tapi aink mulai mempertanyakan banyak hal. Salah satunya adalah mengenai mencontek dan memberi contekan.
“Did I really save them when I gave them the answer???”
Aink mulai bertanya-tanya, bener ga sih yang aink lakuin? Etapi kalo aink ga ngasi contekan di pelajaran anu dan anu, ntar dipelajaran anu, si anu ga akan ngasi contekan. Trus kalo anu aink jadi jelek gimana? Kan ga lucu kalo anu yang ini bagus tapi anu yang itu jelek. Masa anunya aink lebih kecil dari anunya mereka. Ga mau ah.
Ada bagusnya juga ego aink memuncak ketika sma. Perihal mencontek aink dulu ga mikir halal haram. Sabodo teuing sih. Cuman, aink jadi mikir, kok aink mau sih dapet nilai karena dibantu orang lain. Well, betul aink bego di beberapa pelajaran, tapi masa aink rela sih dapet nilai bukan karena usaha sendiri. Ketika itu, ketakutan dapet nilai kecil kalah ama ego. Jir, aink ga sudi dapet nilai bagus kalo bukan dari kemampuan sendiri. Menjelang kelas tiga, aink ga nyontek lagi dan berhenti ngasi contekan.
Belakangan, aink baru nyadar kalo ngasi contekan itu salah. Apapun alasannya, ngasi contekan itu ga bisa dibenarkan. Iya sih banyak temen-temen yang kecewa. But, bodo amat. Beruntunglah aink egonya lagi tinggi. Aink emang terkenal ngehe dan sangat egois. Jadi perilaku aink yang uda ga ngasi contekan lagi, ga ngubah banyak hal dalam kehidupan aink selama sma. At least ampe UN tiba.
Aink sempet kesel. Masih kesel sih. Kesel dan kecewa ama guru-guru yang menyarankan aink bekerja sama dalam UN. Ngeri ga? Orang yang kerja keras ngajarin mata pelajaran selama masa-masa sekolah, ketika UN tiba nyuruh muridnya buat curang. Cari aman. Biar semuanya lulus. Kebersamaan. Demi mengharumkan nama sekolah. Taiiik!!!
Menjelang UN, ampir tiap kelas ngadain meeting. Bahas strategi untuk mendistribusikan jawaban, memperbesar peluang untuk saling membantu satu sama lain ketika ujian. Kompak. Salut sih emang, semuanya sepakat buat saling bantu. Terharulah aink ama kekompakan temen-temen. Tapi aink ga suka. Gimana dong?
Sebelum meeting yang dipimpin ketua kelas dimulai, aink angkat tangan. Aink ngajuin diri buat keluar dari meeting. Aink ga akan ikut kerja sama, terserah mereka punya metode apa, ato punya kunci selengkap apa, aink ga akan ikutan. Hal yang patut disyukuri adalah kelas aink demokratis. Mayoritas, termasuk ketua kelasnya ngijinin aink keluar, menghormati apa yang aink pilih. karena bagaimana pun aink bagian dari kelas dan aink punya hak bersuara.
Aink bilang mayoritas, karena setelah meeting berakhir ada anak yang ngajak aink ngobrol empat mata dan ‘memohon’ agar aink mau kerja sama. Aink lupa dia nawarin apa waktu itu, tapi aink tolak. Dia kesel, aink ga peduli. I love me!!!
Dan sma kayak smp, di sma pun, sebagian gurunya kayak gitu. Menyarankan supaya aink bekerja sama. Mencoreng rasa hormat aink ke mereka lah itu mah. Saking takutnya ada yang ga lulus, mereka ampe kayak gitu. Come on, kalo ga lulus mah ya ga lulus weh. Berarti ada yang salah ama metode pengajarannya, ato emang muridnya yang ga layak lulus. Kalo pada akhirnya murid harus bekerja sama ato malah make kunci jawaban, ngapain susah-susah sekolah tiga tahun?? Aink ga bisa terima logika mereka.
Aink nulis gini karena liat di acara ‘Ros*’ di Tv. Bahasannya tentang korupsi dan salah satu aspeknya adalah soal kecurangan ketika UN. Beberapa tamu undangannya adalah murid dan orang tua murid yang melaporkan kecurangan UN dan mendapat perlakuan tidak enak dari lingkungannya. Goblok banget, orang jujur malah dikucilkan. Segitu bobrok mental orang-orang di sekitar mereka. Aink sih termasuk beruntung, ketika aink menolak kerja sama, mayoritas teman-teman aink ngerti dan menghormati keputusan aink. Tapi orang-orang yang di tv kayaknya kasian banget.
Sepenting itukah ijasah? Nilainya? cap lulusnya?
Aink gagal paham dengan standar keberhasilan siswa yang cuma menggunakan selembar kertas
22 notes · View notes
pukaupakau · 8 years
Quote
Kamu duduk diam pun, ada yang benci.
"Eh, akhir-akhir ini aku postingannya nyampah banget di tumblr", ujarku sambil memutar badan menghadapmu. 
“Maksudnya?”, tanyamu balik.
“Ya, biasanya tidak semenyampah ini. Tapi akhir-akhir ini kayanya aku tulisannya annoying banget, kek curcol ngga jelas.”
“Ya udah sih, Sa. Selagi kamu ngga ganggu orang dan kamu ngga buat salah, why not? Kamu punya hak kan buat tulis di tumblr mu sendiri? Kalau mereka suka, ya di like, kalo ngga suka ya di unfollow juga ngga apa. Aku sih gitu, masa bodo sama yang lain. Kamu teralu memikirkan pendapat orang lain, boleh sih, tapi ngga selalu kamu harus kaya gitu.”, nasehatmu panjang.
“Kamu diam pun, sekarang ini mungkin ada yang benci. Kamu mau ngelakuin apapun, keputusan apapun pasti ada yang suka dan ngga suka. Meskipun sekarang ini, misalnya, kamu orang yang sangat berpegang teguh pada Al-quran, pasti tidak semua orang akan suka, pasti mereka selalu berusaha mencari dan menemukan salahmu.”, lanjutmu lagi.
“Iya ya! Tuhan aja yang sudah sempurna kaya gitu, masih ada yang benci. Apa lagi aku ya?”, sore ini aku banyak mendapat pelajaran darimu.
“Kok aku seneng ya cerita sama kamu sore ini?”, sambungku sambil tersenyum?
“Serius? Syukurlah kalau begitu.”, balasmu sambil memakai lipstick merahmu.
Dang! Those red colour! Hahahha
4 notes · View notes
pukaupakau · 8 years
Photo
Kok sedih
Tumblr media
451 notes · View notes
pukaupakau · 8 years
Video
Can't wait!
youtube
This is what i’ve been waiting for!!! 
17 notes · View notes