Semakin sedikitnya doa yang kita ucap, pertanda semakin sedikitnya pula kita bergantung pada Tuhan. Biasakan berdoa pada semua kebutuhan, agar Tuhan sayang dan cinta. Bukankah seseorang yang cinta dan sayang itu pasti akan memberikan segalanya untuk yang dicintai? Apalagi Tuhan, pemilik dunia dan isinya.
Sobat, satu hari selepas ritual ramah-tamah hari raya. Setelah terasa ‘kenyang’ mendapati pertanyaan ‘kapan’ dan tentu saja dibersamai dengan bisikkan doa-doa kebaikan juga. Maka, hari ini adalah langkah berikutnya.
Yang kebagian ditanya, 'kapan nikah?’ Kebagian doa, 'semoga segera ketemu jodoh’. Itu artinya selepas ini, ada azam yang lebih kuat dari sebelumnya. Lebih giat menabungnya, lebih giat ikhtiar menemukan jodohnya. Lebih giat memperbaiki kualitas dirinya. Lebih sungguh-sungguh untuk segera menghalalkannya. Ayo, lekas jangan ditunda lagi.
Pun demikian, yang kebagian ditanya, 'Udah isi belum?’ Kebagian doa, 'semoga segera punya momongan, ya’. Itu artinya selepas ini, harus lebih harmonis hubungan dengan pasangannya. Lebih saling mendukung dalam ikhtiarnya. Saling menguatkan satu sama lain. Lebih giat lagi nabung untuk masa depannya. Lebih giat memperbaiki kualitas diri untuk keduanya. Kualitas waktu luang. Kualitas perhatian dan kasih sayang. Kualitas kebersamaan.
Begitu juga yang kebagian ditanya, 'kapan wisuda?’ Dan kebagian doa 'semoga cepat lulus ya’ selepas ini, harus lebih giat lagi menyelesaikan skripsweetnya, lebih giat membaca dan mengumpulkan bahan-bahan pendukungnya. Lebih giat lagi bimbingan dengan dosennya. Lebih giat lagi menabung untuk biayanya. Lebih giat memperbaiki kualitas diri. Untuk lebih rajin. Lebih ulet. Pantang menyerah dan tidak mudah untuk mengeluh.
Dan begitu juga yang kebagian pertanyaan-pertanyaan lainnya. Baik yang serupa ataupun yang tak sama. Tentu saja selain lebih giat dari yang disebutkan di atas. Ada yang lebih penting lagi. Lebih giat memperbanyak doa. Dengan begitu semoga Allah mudahkan jalannya
Kenapa harus begitu?Sebab, apalah arti banyak 'menelan’ pertanyaan-pertanyaan itu. Apalah arti menampung banyak sekali doa-doa dari saudara, orang tua, sahabat-sahabat kita. Bila kita sendiri tidak lebih tergerak untuk merealisasikannya. Pertanyaan dan doa-doa itu hanya sekadar rutinitas ceremonial tahunan. Bila sedang bertemu dan berkumpul. Padahal jauh di lubuk hati kita, semua itu adalah yang paling kita harapkan. Yang sejauh ini sedang kita perjuangkan.
iya rid. waktu berjalan begitu cepat. mengubah segalanya.
masih jelas dalam ingatanku waktu di kampus seharian kita gak ketemu, sejak pagi buta sampai larut maghrib aku sama kamu disibukkan kegiatan masing-masing, menghadapi masalah masing-masing, berat banget rasanya kalau gak berbagi cerita tentang beban itu. tapi masalah berat waktu itu hanya sebatas rapat organisasi, agenda yang tabrakan, lelah fisik, atau merasa bersalah sama teman.
maghrib itu kita berpapasan di tangga masjid, masih ingat kah? kamu yang hendak turun karena baru selesai sholat, aku yang akan naik karena ada agenda rapat.
kita berpapasan.
cukup dengan saling tatap, kala itu dengan mudah kita bisa begitu jujur atas perasaan masing-masing. aku dan kamu bisa saling mengakui kalau diri ini sedang lelah, penat, kecamuk, menumpahkannya lewat air mata. tidak ada yang menyalahkan.
iya rid, aku amat menyadarinya sekarang. memiliki teman yang bisa bikin kita jadi diri sendiri, bisa jujur dengan keadaan diri, mengungkapkan apapun emosi kita, tanpa takut dihakimi, disudutkan, disalahkan... adalah hal yang istimewa. sangat berharga.
hari ini, dengan segala rasa "gak enak" kita, bikin kita jadi segan untuk sekadar curcol hal receh atau jujur dengan emosi sendiri. dan memilih untuk memendam semuanya sendirian.
selamat, ya.. aku sama kamu sedang proses mendewasa. hal-hal yang kamu lalui akhir-akhir ini -yang aku gak pernah tau-, akan mendewasakanmu biidznillaah.
terima kasih sudah hadir di dunia ini, kamu selalu berharga untuk orang-orang terdekatmu, tak terkecuali untuk aku.
bertahan ya. terus tersenyum. mari perpegangan tangan mengadu pada-Nya, memohon dan merayu untuk meminta pertolongan. bagaimanapun baiknya.
Barangkali satu-satunya peperangan hebat yang sering terjadi pada diri kita meski tersembunyi adalah peperangan antara kita dengan diri kita sendiri. Salah satunya, peperangan itu dapat terjadi ketika kita sekuat tenaga belajar untuk menjadi tuan atas perasaan kita sendiri. Di satu sisi, entah bagaimana perasaan-perasaan sangat mudah mendominasi, tapi di sisi lain, kita pun sadar diri bahwa kita harus memegang kendali.
Bukan hanya sedih, marah, kecewa, gusar, khawatir, dan segala turunannya, bahagia, cinta, dan suka cita pun tak jarang menjadi ujian tersendiri bagi kita untuk mengendalikannya. Meredakan perasaan tak jarang jadi sama tidak mudahnya dengan menghadapi perasaan itu sendiri. Kamu pernah merasakannya, bukan?
Sebagian orang cukup peka untuk menebak dan menamai apa-apa yang dirasakannya, “Oh, aku sedang sedih karena …” tapi sebagian yang lain justru sebaliknya: bingung atas perasaannya sendiri, “Perasaanku ini bagaimana? Aku ini kenapa?” dan seterusnya. Kamu tahu, kebingungan itulah yang tanpa disadari sering membuat keadaan menjadi lebih rumit lagi. Tak tahu sakitnya dimana dan apa yang menyebabkannya, hingga tak tahu pula bagaimana mengobatinya.
Hmm, benang-benang kusut ini rumit, ya! Tapi, ada informasi berharga di tengah-tengah kerumitan itu. Dengan cara-Nya yang tak terduga, kita sedang diperkenalkan dengan kelemahan-kelemahan kita. Kita sedang diberi-Nya satu lagi pengetahuan tentang diri kita sendiri, bahwa selemah itulah kita sebagai manusia. Tiada daya dan upaya tanpa pertolongan-Nya, termasuk dalam urusan-urusan mengendalikan perasaan. Informasi ini sekaligus juga mengabarkan sesuatu kepada kita bahwa Dialah yang Maha Besar, Maha Kuat, dan Maha Tidak Tergoyahkan, yang semoga membuat kita menjadi paham bahwa bersandar pada diri bukanlah pilihan.
Maka, sebelum menjadi tuan atas perasaan-perasaan kita, kiranya kita perlu merendahkan diri terlebih dahulu untuk mau menerima bahwa Allahlah yang menjadi tuan atas segala tuan, tempat kita menghamba dan mengembalikan segala yang tak tergenggam, termasuk perasaan.
Kau tahu, semua perasaan sifatnya sementara, sekarang sedih besok mungkin bahagia. Namun, ada yang tidak boleh sementara, yaitu terpautnya jiwa kepada-Nya.
___
Picture: Pinterest
382 notes ·
View notes
Statistics
We looked inside some of the posts by
puzzelll
and here's what we found interesting.
Average Info
Notes Per Post
2K
Likes Per Post
1K
Reblog Per Post
258
Reply Per Post
0
Time Between Posts
3 months
Number of Posts By Type
Text
17
Explore Tagged Posts
Fun Fact
The total number of visits Tumblr.com received during January 2021 is 327 million.