Tumgik
rekaluang · 10 months
Text
Menerka Gerimis
Menerka berarti mengamati, menyelidiki, atau sedekit berimajinasi. Sedang gerimis dan segala
3 notes · View notes
rekaluang · 1 year
Text
LGBTQ+ = Kemanusiaan
Suatu hari ada orang yang berjasa sekali dalam kerja-kerja kemanusiaan maupun kebudayaan. Seorang guru bangsa sekaligus kawan dekat setiap orang. Ia menjadi kawan, bapak, maupun mbah dari banyak sekali orang. Punggung dan hatinya diserahi tanggung jawab untuk nyengkuyung atau menggendong masalah hati banyak orang; tempat untuk bersandar, maupun tempat untuk mengadu keresahan.
Semuanya dilakukan bertahun-tahun oleh beliau, hampir tiap malam, hampir tiada pernah berhenti. Semua kalangan diterima, hatinya begitu lapang dan tenaganya begitu besar. Seorang guru yang patut sekali untuk dijunjung dan ditiru.
Tapi kemudian ketika sedang marak perdebatan tentang LGBT, beliau diminta untuk menulis dan memberikan keberpihakan. Beliau menolak dan tidak bersepakat dengan konsep itu. Meskipun juga beliau selalu membantu dan menemani banyak banci juga pekerja-pekerja seks komersial untuk mendapatkan hajat hidupnya agar lebih baik.
Kemudian apa yang terjadi atas posisi keberpihakan itu? Beliau dianggap anti kemanusiaan. Tidak adil terhadap manusia yang memiliki pilihan berbeda. Tidak sepakat dengan konsep LGBT = Anti kemanusiaan.
Banyak sekali orang yang mendapat predikat yang sama, tidak sepakat, maka tidak sejalan dengan misi kemanusiaan. Seolah ini adalah kebenaran objectif dan kita semua disuruh menerimanya sebagai nalar wajar.
Hal ini membuat kita berpikir ulang definisi kemanusiaan dan kebenaran objektif. Bagaimana mungkin perbedaan pandangan menegasikan seluruh hal baik yang dilakukan seseorang. Mana mungkin juga atas dasar kebenaran objektif, kita memberi label anti kemanusiaan terhadap orang yang seluruh hidupnya berjalan pada ranah itu. Anomali nilai dan labeling yang keblinger.
Lalu bagaimana posisi saya dalam melihat LGBTQ+?
Kalau kita berbicara dari kacamata kebebasan, hak memilih, sains agama dan psikologi, kita akan bertengkar begitu lama, debat kusir yang tidak akan pernah ada habisnya. Tapi ada pengalaman empiris yang membuat saya yakin atas jalan yang dipilih.
Saya memiliki teman yang punya pengalaman homoseksual, 3 orang. 2 diantaranya sangat dekat sehingga saya diceritakan apa dan bagaimana pengalaman hidupnya menjalani hal tersebut. Sebuah perjalanan panjang yang melelahkan.
2 orang tersebut bercerita mengenai bagaimana komunitas itu berjalan, bagaimana mencari teman kencan, bagaimana proses jalannya, apa saja yang dilakukan, kode-kode yang mereka gunakan untuk mendapat pasangan, semuanya dijelaskan ke saya. Kemudian mereka berkata “saya tidak setuju dengan kampanye LGBT!”
Mereka juga bercerita kalau itu adalah lingkungan yang sangat tidak sehat, mereka ingin keluar dan mendapatkan kesadaran. Mereka merasa salah akan hal itu, dan rata-rata mereka selalu memiliki kans untuk berubah. Dan 3 teman saya itu, akhirnya memilih untuk keluar dari semua itu dan memilih menjalani hidup dengan kelur dari pakem yang selama ini mereka lakukan.
Nah, dari banyak diskusi dari pengalaman-pengalaman diskusi dengan orang yang terlibat di sana itu, saya dapat mengambil keberpihakan: saya tidak sepakat dengan kampanye LGBTQ+, jika mereka saja ingin keluar dari lingkungan yang mereka anggap itu begitu kotor, kenapa saya perlu membelanya?
Saya tetap berteman dengan mereka, tidak menganggapnya kurang atau manusia dengan entitas yang lain, tidak menganggapnya setengah manusia atau apapun yang buruk-buruk. Saya tetap menganggap mereka teman yang sama dengan semua teman saya. Hanya saja, saya tidak sepakat dengan pilihan orientasi seksualnya saja.
Kemudian kita akan dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan yang mengundang perdebatan terkait soal consent, hak untuk memilih orientasi seks, atau segala bentuk normalisasi dengan dalih “ini kan urusan pribadi, tidak ada urusan atau merugikan orang lain”. Dan dari situ, semua yang tidak sepakat dianggap berpikiran sempit, anti kemanusiaan, dan dicancel dalam lingkungan sosial (media) atau masyarakat intelektual.
Sebuah pandangan yang naif, apapun pilihan probadi dan dianggap tidak merugikan orang lain, artinya tidak apa-apa? Pilihan pribadi, jika dilakukan secara kolektif dan dikampanyekan secara masif, ya bakal tetap jadi masalah sosial. Soal consent, kita secara sadar memakai narkoba, atas pilihan pribadi. Tapi tetap ditangkap polisi, kenapa? Kan pilihan pribadi? Ya karena dampak sosialnya juga tinggi.
Teman saya juga menjelaskan, sekali ada yang kena penyakit menular atau pms, apalagi HIV maka akan dijauhi dan dikeluarkan dari komunitas. Urusan pribadi tapi dampaknya tetap akan masuk dalam urusan sosial. Sama halnya seperti swinger, one night stand atau fwban, celup sana-sini, three/foursome, dan lain sebagainya. Tentu kita tidak bisa mengurus urusan ranjang seseorang, tapi bukan berarti penyelewengan-penyelewengan itu diglorifikasi atas dasar pilihan pribadi dan kebebasan individu, diperbolehkn dan dikampanyekan secara masive. Hati kita tahu bahwa itu salah kok, jadi ya memilih tidak sepakat dengan penyelewengan-penyelewengan seksual itu juga tidak ada salahnya.
Kemudian terakhir, kita terbiasa untuk mendikotomisasi, menilai semuanya dengan patokan hitam putih, kalau nggak a ya b, begitu sebaliknya. Contoh tidak setuju dengan konsep LGBTQ+, wah langsung dianggap islam garis keras, close minded, anti misi kemanusiaan, menghalangi kebebasan, dan lain-lain. Muantab ya kan? Kita sulit menerima kebijaksanaan atas pilihan yang lain.
Coba pertanyakan lagi, dari serangkaian kampanye massive LGBTQ+ ini, apa yang dikejar? Kalian ingin membangun masyrakat yang seperti apa? Trash Liberalism’s ini ngapain dipaksakan ke semua orang? Tidak perlu takut dianggap tidak edgy atau apapun itu, tidak sepakat dengan konsep LGBTQ+ juga tidak masalah dan tidak apa-apa.
12 Desember 2022
6 notes · View notes
rekaluang · 2 years
Text
Tomorrow is the DAY!!
Sekian banyaknya persimpangan hidup, sejauh yang aku rasakan, pernikahan adalah belokan tercuram dan masuk pada daerah yang benar-benar baru. Sebuah keadaan yang diliputi ketakutan, tapi juga tantangan. keresahan, tapi juga kedamaian. Dan kegalauan, tapi juga harapan.
Hari ini, hari terakhir saya membujang, di usia ke 26 ini akhirnya memutuskan menikah. Besok adalah harinya, Akad dengan Lia di Masjid Nurul Huda Ngampelsari, Candi. Momentum yang teramat mahal, saya tadinya takut menikah, setelah ketemu Lia ketakutan itu berubah “Takut menikah kalau tidak sama Lia”, dan hari ini, skenario Tuhan begitu indah, Ijabnya dengan Lia.
Throwback jaman muda paling muda dahulu, usia baru 14, polos-polosnya masuk SMA. Kenal orang yang nantinya akan menemani seumur hidup, Lia. Begitu mudah menyayanginya, sebuah perpaduan sosok dengan keteguhan yang bisa diadu dengan seluruh maskulinitas di dunia ini, di lain sisi menyimpan keanggunan dan kemanjaan yang manusiawi. Bersama Lia, hidup tetap berat dan sulit, hanya saja tumbuh energi untuk tidak berhenti meraih.
Saya berusaha membayangkan apabila tidak mengenal Lia waktu itu, yang mengajari tentang manner, cara bersikap, memilih keberpihakan dan keteguhan atas beratnya hidup. Dalam bayangan itu gelap, saya tidak melihat diri saya saat ini tanpa pertemuan dan perkenalan itu.
Mudah sekali bahagia ketika bersama Lia, memperhatikan kekonyolannya, melihat tingkah bodohnya, tapi juga tidak jarang kagum atas kejeniusannya. Lia adalah perpaduan tepat Tuhan menciptakan manusia, yang dulu saya berdoa untuk dijodohkan dengannya, eh besok menikah. hehehe
Kami pernah berpisah, dia kuliah di Surabaya, saya di Malang. Rasanya jauh sekali saya dengan dia, kami hanya beberapa kali saling mengirim pesan singkat, menelpon lebih jarang lagi, pertemuan lebih jarang lagi. Kami hanya tahu bahwa kami sama-sama berproses, mencoba belajar lebih dewasa dan keluar tumbuh liar. Dulu berpikir hanya saya yang rindu, ternyata perasaan rindu Lia lebih memburu. Dia sampai pergi ke Malang berkali-kali untuk memenuhi perasaan kalut akibat rindu. Yaa, kami memang dari dulu sudah saling mencintai, cuman begitu bodoh untuk menemukan cara menghilangkan kecanggungan untuk saling jujur. itu saja.
Dan cerita ini akhirnya menemukan momentum untuk bertemu di persimpangan yang baru; menikah. kisah ini seperti tulisan Perahu Kertasnya Dee. Kami pernah berpisah dan ujung-ujungnya tetap berlabuh, dengan perasaan yang sama namun kedewasaan dan kematangan yang berbeda. Perasaan ditambah kematangan adalah perpaduan yang tepat untuk memulai cerita. Cinta. Menikah.
Tulisan Dee tersebut kemudian juga diadaptasi menjadi lagu.
kubahagia kau telah terlahir di dunia dan kau ada di antara milyaran manusia dan kubisa dengan radarku menemukanmu -Dee
Dan cerita dalam lagu itu adalah  saya dan Lia. ketika kasmaran setiap lagu cinta adalah saya. titik.
Selamat Menikah buat saya dan Lia. Mari tidak capek untuk berproses dan melakukan banyak hal. sampai jumpa besok :)
2 notes · View notes
rekaluang · 2 years
Text
Selamat Idul Fitri
Rasa sakit terdalam adalah ketika kita tidak ada kesempatan untuk pulang. Di situ ada diri yang terpisah dari jati, ada bunyi nyaring yang memekakkan di tengah kekosongan. Dan sepi itu, adalah semacam senjata paling ampuh untuk membunuh.
Maka pulang adalah jawaban. Di tengah kesuksesan yang menyilaukan, atau kebobrokkan keadaan nun jauh di rantauan, kita perlu momentum untuk pulang. Untuk kembali menghirup bau tanah kampung halaman, berjalan seksama menuju masjid masa kecil dulu.
Mudik bukan cuma macet dan debu jalanan, atau aktivitas merepotkan yang perlu dilarang. Mudik adalah aktivitas spiritual, lebih dari itu, mudik adalah perjalanan Firman Tuhan.
"Kun Fayakun" dari Tuhan kembali ke Tuhan.
Mudik adalah gambaran tentang pulang, kembali ke kampung halaman. Sebuah perjalanan yang berangkat dari kerinduan, dengan segenap daya upaya menyusur jalanan, untuk sampai pada tempat asal.
Mudik adalah gambaran tentang perjalanan kembali pada Tuhan, yang Maha Tempat Pulang. Kita rela meyerahkan segala bekal, untuk diserahkan kepada pemilik Maha Kasih Sayang.
Selamat Idul Fitri kawan-kawan semua, selamat bagi yang mampu kembali ke kampung halaman. Mohon maaf lahir dan batin.
2022
2 notes · View notes
rekaluang · 2 years
Text
Malmingan, H-1
Karena menceritakan soal kerjaan kemarin, lupa update kalau baju lamaran saya sudah jadi sejak kemarin. Lumayan, fit di badan dan menurut saya bagus sekali. Bu Lek penjahit ini terbaik, hasilnya sip. semakin pede saja untuk hari H.
Pagi sabtu ini saya masih sempet bantuin siswa angkatan 57 di sekolah saya untuk merekam video cinematic. Menceritakan tentang saya yang mengajar di kelas. Sebuah kehormatan buat saya karena lagi-lagi dipercaya oleh meraka untuk menjadi guru yang mewakili angkatan mereka.
Karena saya bilang ke ketua BTSnya untuk tidak terlalu lama, akhirnya pengambilan gambar selesai tidak terlalu lama. Setengah 11 saya sudah balik dan kembali ke rumah.
Juga karena kebanyakan menceritakan soal kesibukan kerjaan, saya lupa menceritakan terkait cincin yang sudah beli juga kemarin. Sepulang mengajar, ada waktu beberapa saat sebelum masuk waktu Jumatan. Saya dan Ibuk langsung menuju toko mas di jalan Gajah Mada-Sidoarjo. Prosesnya lumayan cepat karena langsung menemukan model cincin yang bagus dan sesuai dengan selera saya dan Ibu, tentu saja dengan bayangan akan selera dari Lia.
Malamnya saya dan Lia mencari celana, sudah kesana-sini tidak ketemu akhirnya pulang dari toko baju dengan tangan yang tidak hampa. Karena lebih baik gabeli daripada yang gacocok diambil, ya kan. Tangannya diisi oleh pertimbangan dewasa. anjiir asik!
Akhirnya lanjut ke Suncity untuk nyari cincin Imitasi buat saya. Ibu Lia ingin memakaikan saya cincin juga, jadi ya kan mending imitasi 35k hehehe. 
Hari ini panjang tapi seru, diiringi hujan dan kita yang tetap lanjut sampai tujuan. BESOK HARI H!!!!
85/365-2022
26 Maret 2022
#Jurnal365
0 notes
rekaluang · 2 years
Text
Hectic Kerjaan
Jum’at ini Hectic kerjaan. Pulang mengajar tidak terlalu siang, Jumatan, dan usai ke makamnya Mbah Kung Sidoarjo, saya langsung dihadapkan pada banyaknya kerjaan hari ini.
Sepulang dari Makam, Langsung menghubungi mas untuk langsung ke Surabaya. Buru-buru menuju ke sana untuk mengambil hasil cetakan, orderan dari desa untuk keperluan Pilkades. Mood lumayan baik, karena di makan siomay di samping jalan. Lumayaan.
Belum selesai di situ, saya masih ada orderan dari Bapak untuk membuat Laporan+Jilid sebanyak 65 Buku. Ini bukan lumayan banyak, tapi banyak banget. Di tengah persiapan untuk lamaran, saya mengerjakan orderan-orderan ini.
Sampai-sampai, ketika sore hari saya main ke Lia, sambil menunggu orang memasang backdrop foto Lamaran, saya mengerjakan orderan dari bapak ini. selesai dari situ, menuju rumah kakaknya Lia untuk mencetak dan lanjut ke Yoga untuk mengcopy hasil cetakan tersebut. Selesainya pukul 12 Malam. Astagaa
Mayaannn Pegele
84/365-2022
25 Maret 2022
#Jurnal365
0 notes
rekaluang · 2 years
Text
Kamis Pandan #4
Kamis Pandan is Back, Lia sudah sembuh dan dia bilang harus pamitan ke Mbah Putri dan Mbah Kung sebelum hari minggu kita lamaran. Kamis pandan kali ini agak mendung dan cuaca terlihat buruk. Siang hari hujan deras dan mulai sore sebelum berangkat udah reda sampai pulang dari sana aman tidak kehujanan dan kekurangan satu apapun.
Kamis Pandan harus terus ada. Begitu Juga Jum’at paska pulang Jumatan ke Makam Mbah Kung, Yai dan Mbok di Sidoarjo. Mereka ini memang seharusnya selalu dijenguk dan didoakan, sebab tanpa mereka kami-kami ini tidak ada dan tidak banyak punya kenangan indah seperti saat bersama mereka, sebab tanpa mereka.. wah banyak lah. Mereka ada dan selalu ada!
Dari semua blio-blio ini, saya hanya menyesalkan satu hal, kenapa dulu tidak pernah diberi kesempatan mengenal Mbah Kung atau bertemu Mbah Kung Pandan. Tapi tidak masalah, tanpa melihat dan memegang wujud, kita masih bisa mencintai! (Semoga juga bisa dicintai).
Kamis Pandan ini spesial karena selain kita membacakan Doa untuk mereka, kita juga meminta restu. Semoga jalan saya dan Lia selalu dalam Restu Blio-Blio ini, Amiinnn.
83/365-2022
24 Maret 2022
#Jurnal365
0 notes
rekaluang · 2 years
Text
4 Hari Menuju Lamaran
Hari selasa kemarin membantu siswa angkatan 57 untuk foto angkatan. Agak rumit, ngumpulin kursi dan meja sangat banyak sekali dan ditambah air Tuhan turun. Wanjir, maksude udan. iku mau bahasae Fourtwnty
Agenda hari ini adalah MGMP, Musyawarah Guru satu mapel. meninggalkan satu kelas Sejarah yang sudah lama tidak saya ajar secara langsung. Lumayan sedih karena tidak enak sama meraka, meninggalkan kelas demi kegiatan yang lumayan tidak penting. Kurang sopan untuk mengatakan ini, hanya saja setelah hampir 3 tahun mengikuti MGMP, setahun yang dibicarain cuma itu-itu saja dan ya... begitulah.
Hari ini harus ikut karena Bu Tri sendirian, Pak Cip sedang ada kegiatan di luar sekolah. Biar Bu Tri tidak sendirian, saya membatalkan izin saya untuk tidak mengikuti kegiatan ini hari ini.
Dan yaa.. hari ini semakin dekat, Lia dan saya sering saling sindir di WA bahwa Pertunangan kita makin hari makin dekat. ada beberapa hal yang harus diselesaikan, salah satunya beli cincin dari ibu saya buat Lia. Baju juga belum selesai, tapi hari Kamis besok sudah.
Besok Kamis Pandan!
82/365-2022
23 Maret 2022
#Jurnal365
0 notes
rekaluang · 2 years
Text
To Day is The Day!
Happy engagement untuk saya, juga untuk Lia. Seharusnya orang lain yang mengatakan, tapi demi keberlangsungan hidup saya dan Lia juga nantinya, saya memang seharusnya berkewajiban menyelamatkan.
Perjalanan panjang untuk sampai di titik ini. 11 tahunan yang lalu pertama kali mengenal Lia. Anugerah terbesar di hidup saya dipertemukan Tuhan dengan dia. Hadirnya Lia menyelamatkan, juga membawa tingkatan taraf hidup yang lebih baik untuk saya. Sudah kayak BLT. Wkwkwk
Mengenal dia juga membawa satu rangkaian panjang cerita hidup saya. Lia adalah satu-satunya orang yang saya ingin bagikan cerita, tentang segala hal di hidup saya. Orang sekarang menyebutnya Human Diary or whatever. Wkwk
Seharusnya ini jauh lebih panjang, tapi rasa kantuk sudah tidak tertahan. Besok saya lanjutkan!
27 Maret 2022
1 note · View note
rekaluang · 2 years
Text
Angakatan 57
Saya mengajar di sekolah tempat saya mengajar ini sejak angkatan 54. Tiap tahun, saya terus mendapat penguatan untuk terus mencintai sekolah ini. Mereka menyelamatkan masa-masa pasca kuliah saya, dan harus jujur di tahun ketiga ini saya sangat-sangat menyayangi sekolah ini.
Mereka memberi saya teramat banyak kesempatan untuk berkembang, untuk menjadi berarti, dan memiliki kawan baru lagi.
Kadang kala saya sedih, ketika mereka harus lulus dan dan lanjut ke jenjang berikutnya. Saya sulit dan tidak bisa mengatakan langsung, tetapi saya benar-benar rindu mengajar mereka. Ada ketakutan bahwa silaturahmi itu putus.
Saya rindu sekali keusilan mereka, tingkah konyol mereka, jawaban ngawur mereka, juga usaha-usaha belajar yang mereka lakukan. Dalam bayangan saya dahulu, mengajar tidak pernah seindah ini.
Saya sangat merasa diterima oleh mereka di sekolah ini. Itu sungguh berarti.
Pernah dua kali saya maju ke depan lapangan saat upacara. Pasca mengantarkan siswa memenangkan lomba, dan foto bareng pasca mengadakan Aksi bersama. Semuanya ada di tahun 2019, wuh, sudah dua tahun yang lalu.
Dan keduanya saat saya maju, tepuk tangan diberikan oleh mereka dengan sangat meriah, dari penjuru ke penjuru. Jujur sekali, itu menyentuh saya. Tidak pernah sebelumnya saya mendapat apresiasi dari banyak orang semeriah itu. Sebuah pengalaman luar biasa yang baru saya dapatkan seumur hidup.
Tapi toh memang mereka harus lulus, bergerak menuju arti-arti yang lain. Terus berjalan hingga menemukan keberartian mereka masing-masing. Saya akan selalu menjadi orang paling bahagia, melihat perkembangan mereka di instastorynya, atau kabar dari mereka di postingan sosmednya.
Juga akan siap mendengarkan keluh-kesah mereka, apabila hidup menemui masalah. kita selalu ingin hidup dengan bahagia, hanya saja hidup seringkali tidak hanya berisi kebahagiaan, tetapi juga memiliki potensi menemui keterpurukan. Jika ada yang mendapat itu, saya selalu siap menjadi teman baik yang mendengarkan dan membantu semaksimal mungkin untuk mencarikan jalan penyelesaian.
Yang susah dari orang yang memiliki masalah dan tidak bersinar adalah, malu karena merasa dirinya lebih rendah, tidak membanggakan, tidak memiliki perkembangan. Padahal kemampuan bertahan atas keterpurukan adalah perkembangan yang membanggakan.
Saya ingin ngomong ke mereka, bahwa mereka semua hebat dengan apapun jalannya. Kuliah di kampus negeri terbaik atau kedinasan itu keren, tetapi kalian memulai buka usaha dengan jualan tidak kalah keren, kalian gap year untuk mencari uang dulu juga tidak kalah keren.
Hari ini angkatan 57 melaksanakan foto angkatan buku tahunan, lagi-lagi saya diminta mereka untuk menjadi wakil guru untuk angkatan mereka. Sebuah kehormatan tertinggi, saya sangat bahagia mendapat peran itu.
Ada perasaan unik, seperti ketika dulu melakukan kepanitiaan di kampus. Ada perasaan bahagia meskipun lelah.
Kalian semua hebat. Saya banyak hutang rasa.
81/365-2022
22 Maret 2022
#Jurnal365
1 note · View note
rekaluang · 2 years
Text
Projek dari Desa
Tahun ini, tepatnya bulan Juni nanti desa saya akan melaksanakan pemilihan lurah. Pemilu di Bulan Juni. Begitu kiranya jika menjadi puisi.
Atas agenda itu, saya dapat order cetak surat suara dan cetak banyak form lain yang digunakan untuk pemilu. Karena cetaknya sampai puluhan ribu lembar, saya mencari offset di Surabaya yang bisa cocok harganya dengan budget yang diberikan panitia.
Akhirnya ketemu, nama percetakannya Jaya Madina. Kalau melihat hasil dari yang mereka kerjakan, kualitas bagus banget dan harganya murah. Yang tidak kalah penting, pelayanannya ramah.
Surat suara besok, yang jumlahnya 10ribu itu, akan saya cetakkan juga ke sana jika ini hasilnya memuaskan.
Senang mendapat tempat untuk melempar order cetakan, ditambah mas-mas yang melayani sangat ramah.
80/365-2022
21 Maret 2022
#Jurnal365
0 notes
rekaluang · 2 years
Text
Lagi-Lagi Mengenal Diri
Ada banyak laku yang dulu dilakukan oleh orang-orang besar untuk menempa diri dan pengambilan keputusan besar. Agar hidup lebih kuat dan kokoh, agar pengambilan keputusan tidak dilaksanakan dengan sembrono.
Dari banyak hal itu, yang sering dilakukan adalah melakukan meditasi atau bertapa. Ingat ceritanya Sunan Kalijaga dan Walisongo yang lain, atau Brawijaya 5 beserta keturunan-keturunan beliau, atau banyak sekali yang lain.
Contoh yang paling agung adalah Nabi Muhammad, yang menyendiri, menepi dari keramaian dan pergi ke Goa Hiro. Di tengah percakapannya dengan diri sendiri itu, turunlah Wahyu yang dibawa oleh malaikat Jibril.
Meditasi atau melakukan pertapaan ini kita perlu besepakat tidak dikaitkan dengan klenik atau melakukan persembahan ibadah selain ke Tuhan.
Sebenernya tulisan kali ini sulit untuk saya lanjutkan. Ada banyak hal yang belum saya pelajari lebih lanjut. Hari ini melihat channel youtubenya Bumi Manusia, yang menceritakan tokoh-tokoh besar jaman lampau yang menjalani banyak hal untuk menempa diri.
79/365-2022
20 Maret 2022
#Jurnal365
0 notes
rekaluang · 2 years
Text
Membayar Hutang Tulisan
Ada sekira seminggu saya tidak menulis, hanya menulis dan mengingat di notes tentang apa yang terjadi beberapa terakhir ini. Entah kenapa, beberapa hari ini rasanya tidak sempat menulis, mungkin saya sedang capek.
Saya seringnya merasa tidak capek, fisik syukurlah kuat dan siap untuk diajak melakukan apa saja. Hanya saja kadang saya lupa, bahwa bukan hanya fisik yang bisa capek, tapi juga pikiran. Saya sering luput untuk menangani masalah satu ini.
Pikiran yang berat, juga adalah penyebab capek dan meminta kita beristirahat. Kadang kala berpikir, jamgan-jangan saya juga butuh personal space, waktu dan kondisi yang jauh dari semua yang lain, butuh jarak, selain untuk mendengarkan diri sendiri, juga untuk melihat permasalahan di luar saya dengan lebih jelas dan bijak.
Kadang juga butuh keluar dari sosmed. Sebuah tempat penuh hingar bingar yang melenakan, scroll dan swipe apa saja yang membunuh waktu demi sesuatu yang tidak sepadan. Ini ujian yang lebih berat, sekarang bangun tidur saja hal pertama yang harus dibuka hape.
Meditasi yuk.
78/365-2022
19 Maret 2022
#Jurnal365
0 notes
rekaluang · 2 years
Text
Nyetir Mobil
Jum'at, pasca mengajar dan sedikit badminton, saya pulang pukul setengah 4 dan siap-siap menjemput Lia. Kali ini untuk membeli batik dan Rok untuk lamaran.
Lia sedang sakit, sekalian saya mau beli kertas 19 rim, akhirnya mau tidak mau harus membawa mobil. Wehehee sudah bisa jemput Lia naik mobil, setelah perjalanan panjang belajar yang melelahkan. Wkwk
Sebenernya nyetir itu mudah, yang sulit adala relax dan santainya. Sekarang saya sudah bisa. Yuhu
Kata Lia nyetirku enak, save, dan nyaman kalau sedang sakit seperti ini. Mayan lah ya. Semoga skill baru ini jadi tambahan daya buat berbuat sesuatu selanjutnya.
Habis maghrib pasca sholat kangsung berangkat menuju Indah Bordir, karena sejalur, di tengah perjalanan beli kertas terlebih dahulu di pelangi.
Selepas dari pelangi dan lanjut ke tempat beli baju, akhirnya dapat semua kebutuhan kostum buat lamaran, one step closer, closer lagi. Kemarin fotografer juga sudah deal dan backdrop juga aman.
Semoga lancar seminggu lagi :)
77/365-2022
18 Maret 2022
#Jurnal365
0 notes
rekaluang · 2 years
Text
Kamis Nisfu Syaban
Kamis ini kagi-lagi saya dan Lia belum bisa ke Pandan, Lia masih sakit. Tapi di rumah Lia ada acara, baca Yasin 3x dan tahlilan untuk merayakan malam nisfu syaban. Saya harus ke sana nanti malam.
Pagi ini menunggu ujian sekolah, seperti biasa, pulang dan tidur sebentar. Bangun-bangun mengajak sepedaan ponakan-ponakan dan mempersiapkan diri menuju rumah Lia.
Akhirnya setelah solat maghrib secepatnya berangkat ke Lia, langsung ikut ngaji dan solat Isya'.
Sepulangnya lagi-lagi beli Nasi Bebek, minggu ini penuh bebek hmm :') lak wenaakk.
Seneng bisa diterima dengan baik di keluarga Lia.
Alhamdulillaahh
76/365-2022
17 Maret 2022
#Jurnal365
0 notes
rekaluang · 2 years
Text
Lia Copot Infus
Meskipun infus sudah dicopot, dengan parade tangisan dan kengeriannya, Lia masih lemas. Tipes memang sesakit itu, saya pernah dan itu luar biasa sakitnya. Sakit kepala terasa di dalam kepala, buat tidur tidak enak, buat bangun apalagi. Hmm mbok yo ojok loro-loro nemen, Gustiii.
Udah mulai merencanakan segera beli-beli perintilan baju buat lamaran, tapi kan masih sakit. Tapi gapapa, naik mobil asik. Wkwkwk
Tapi ya nggak rabu ini juga, besok lah 2 harian lagi. Biar kondisi lebih enak, orang mau jalan saja masih susah, kayak mbah-mbah.
Trus Lia cerita kalau beberapa hari ini mimpi aneh, digigit ular cobra di kaki. Ya semoga gaada apa-apa.
Yuk lah lamaran kitaa!!
75/365-2022
16 Maret 2022
#Jurnal365
0 notes
rekaluang · 2 years
Text
Selasa Lia
Hari ini Lia masih diinfus. Infus water. Disuruh dokter makan nasi bebek. Hmm enak sekali ya kan, tapi sayangnya Lidah Lia belum bisa merasakan kenikmatan itu. Kasian tapi gapapa, dia makan lumayan banyak daripada sehari sebelumnya.
Ngomong-ngomong soal nasi bebek, kayaknya ini adalah makanan favorit saya dan Lia, lidah kami bersepakat untuk saling menyetujui. Tapi Lia selalu memastikan ke saya bahwa tidak semua bebek Capur (Cabang Purnami) itu sama. Ada yang mrmabg daoet bebek gede, ada yang secuprit asal kerasa gurihnya.
Tapi ya terus gimana, masak saya harus memastikan ke penjualnya, ini capur yang bebeknya kecil apa besar, kan tidak bisa, ya g bisa dilakukan hanyalah qanaah, sambil bayangin kulit bebeknya yang gurih tiada bandingnya.
Tapi ada satu hal yang membuat saya sadar bahwa saya sebenernya tidak sepenting itu buat Lia di hadapan Capur. Saya rela memberikan apasaja buat Lia, tapi kukit bebek capur Lia tidak mau diberikan ke saya :(
Tau lah saya sekarang, diatas saya ada bebek capur. Urip kadang gak sesuai ekspektasi lur.
Ndang waras liyuukkk!!
74/365-2022
15 Maret 2022
#Jurnal365
0 notes