Tumgik
rumpikupi · 7 years
Text
RK02: #coffeeoutside di Taman Lalu Lintas, Kota Bekasi
Setelah sekian lama bubar absen, akhirnya perhelatan akbar komunitas pesepeda pencinta kopi di Bekasi kembali digelar. Apa lagi kalau bukan Rumpikupi (RK)?
RK edisi dua ini memilih konsep #coffeeoutside, karena kedai kopi yang ingin dikunjungi tutup, haha. Alasan yang sangat masuk akal, bukan? Tetapi, konsep ngopi di ruang terbuka publik ini menyenangkan juga kok. Para peserta yang membeludak, sekitar 237 orang (dikurang 230) sangat menikmati seduhan kopi dari barista dadakan RK, yang dipaksa bawa-bawa kompor dan perabotan di rumahnya untuk event bergengsi ini.
Tumblr media
Banyak pertanyaan soal teknik menyajikan kopi yang bagi sebagian peserta cukup aneh, misalnya “kenapa mesti ditimbang, kenapa mesti diukur suhunya, kenapa begini, kenapa begitu?” Tetapi, semua pertanyaan dijawab dengan sabar oleh barista RK. 
Bahkan, beberapa rekan komunitas akhirnya menyebut event ini #ngupiribet karena “mau ngopi aja ribet amat, pake sasetan juga kelar,” begitulah komentar dari mereka yang tidak suka akan keberadaan kita.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Terlepas dari berbagai komentar miring—kayak nonton video Ariel—setidaknya tujuan RK sudah tercapai, yakni menjaga kebersamaan, tertawa bersama, bersantai menikmati pagi, serta mempromosikan tempat-tempat yang menyenangkan di Bekasi.
Penulis sendiri baru tahu kalau di Bekasi ada Taman Lalu Lintas, wekekek...
Seperti biasa, para peserta RK berkumpul di area car free day (CFD) Kota Bekasi, yang pagi itu terlihat ramai (ya eyalaaaah). Satu per satu peserta datang, dan langsung melebur tertawa bersama, seperti kawan dekat yang lama tak bersua.
Uniknya RK02, rute ditetapkan saat itu juga agar peserta ikut degdegan (padahal mah emang planningnya kacrut, hahaha). Akhirnya diputuskan untuk ke Taman Lalu Lintas di kawasan Alun-Alun Kota Bekasi. 
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Tidak terlalu lama menggowes dari area CFD, akhirnya para peserta tiba. Motto utama RK memang “sedikit gowes, banyak ngopi”. Kalau terlalu banyak gowes ya namanya Tour de France, dong. Satu per satu peserta (cuma satu sih) mengeluarkan perabotan ngopinya. Lainnya hanya bermodalkan cangkir atau gelas (termasuk penulis hihihi).
Bercangkir-cangkir kopi pun ludes dalam hitungan, mmm, lama juga sih. Yang jelas, pagi itu kawan-kawan merasa bahagia bisa berkumpul dan berbagi cerita bersama. Acara ditutup dengan wisata ruhani ke Rodalink Kalimalang (numpang ngadem, nggak ada yang beli).
Tumblr media
Lantaran kesuksesan RK02, kemungkinan besar RK-RK selanjutnya akan kembali mengambil konsep #coffeeoutside ini. Bagi kawan-kawan yang memahami pelosok-pelosok daerah Bekasi yang enak (teduh) buat ngopi, jangan sungkan untuk menginfokannya kepada kami.
Nantikan cerita Rumpikupi selanjutnya!
1 note · View note
rumpikupi · 7 years
Text
RK01: Elrumi Kopi (Warkop Priangan), Harapan Indah
Tumblr media
Berawal dari sebuah obrolan iseng-iseng soal event sepedaan, tercetus sebuah ide (yang nggak brilian-brilian amat): gimana kalau goweser Bekasi bikin acara ringan-ringan aja, gowes nggak perlu jauh-jauh, yang penting guyub dan bisa jadi momen untuk saling ketemuan?
Berhubung banyak dari kita yang suka ngopi, akhirnya diputuskan, eventnya harus melibatkan kopi. Jadi, gowes-ngobrol-ngopi. Akhirnya, tercetuslah tajuk “Rumpikupi”, atau “Rumpi Kupi” (RK).
Kupi itu sebutan orang Betawi/Bekasi untuk kopi, sebagaimana mereka bilang “ruti” untuk “roti”. Kalau “dodol” jadi “dudul” dong ya? Kosong jadi kusung? Burung kuntul nama aslinya apa dong ya? Hmm...
Jadi, intinya, event Rumpikupi adalah acara gowes menyambangi kedai-kedai kopi di seputaran Bekasi. Selain memuaskan hasrat ngopi, acara ini juga menjadi upaya kami, sebagai bagian dari warga Bekasi, untuk mengidentifikasi spot-spot ngopi yang recommended. Jadi, bantu-bantu wisata kuliner kota tercinta, gitu, ceritanya.
Lokasi untuk event RK perdana pun didiskusikan, hingga akhirnya muncul nama Elrumi Kopi di daerah Harapan Indah (ya, keindahannya hanya berupa harapan, aslinya daerah gersang dan macet, wkwkwk).
Tumblr media Tumblr media
Elrumi Kopi mempunyai dua kedai yang letaknya agak berdekatan. Keduanya berbeda jam buka dan berbeda nama. Kedai Elrumi adalah nama untuk yang buka malam. Sementara untuk kedai pagi, mereka menggunakan nama Warkop Priangan.
Kebetulan, di event perdana ini kami memilih Warkop Priangan yang buka pagi. Ya, kedai kopi buka pagi. Aneh, bukan? Kalo nggak aneh bukan RK namanya.
Event perdana yang kami namakan RK01 ini diikuti oleh banyak goweser, nggak kalah jumlahnya sama demo 212. Nggak lah. Tetapi, jujur saja, untuk sebuah event iseng-iseng, kami cukup senang dengan antusiasme temen-temen goweser. Dengan tikum klasik, di halte “Robek” dalam ajang CFD, kami pun berangkat menuju Warkop Priangan dengan penuh canda tawa riang bahagia.
Warkop Priangan kecil saja. Area utamanya hanya sekitar 5x10 meter, namun bagian belakangnya justru lebih besar. Suasananya tidak homy-homy amat dan tanpa penataan ruang yang luar biasa. Hanya ada ornamen sebuah motor tua sebagai pemanis interior. Di dekat meja bartender ada rak-rak dengan sampel biji kopi, dan kopi-kopi kemasan yang siap dijual.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Setelah melihat-lihat, kami kemudian disambit disambut oleh sang kuncen, eh maksudnya pengelola warkop ini. Namanya Fani Nurfalah. Dengan malu-malu, pria berusia 31 tahun ini mempersilakan kami melihat-lihat aktivitas di bagian belakang kedainya. Dua orang perempuan muda sedang serius menyortir biji kopi. Fani kemudian menunjukkan mana biji kopi yang bagus dan mana yang kurang bagus. Setelah itu, Fani memperlihatkan kami—yang masih planga-plongo melihat gadis-gadis muda—bagaimana cara menyangrai (roasting) biji kopi. Saking asyiknya mendengar penjelasan Fani, kami sampai lupa memesan! Akhirnya, kami pun melakukan pemesanan, sampai sang barista asisten Fani kebingungan dan terlihat panik. Sambil meracik pesanan kami, Fani kembali bercerita. Sebelum mengelola kedai sederhana ini, ia telah bergelut di dunia perkopian sejak tahun 2007. Pada 2009, ia mendapat kehormatan menjadi Ambassador Starbucks Indonesia, titel yang cukup bergengsi. Ia juga menjadi anggota Asosiasi Kopi Spesial Indonesia.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Saat ini, passion-nya sudah “bergeser”. “Saya lagi menikmati aktivitas berkebun,” katanya sambil tersenyum tipis. Kebun kopi, tentu saja, masa kebun binatang? Ia memiliki kebun kopi seluas 1,7 hektare di sekitar area Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan di Sindangkerta, Bandung Barat. “Sebagian besar kopi yang saya jual di sini berasal dari dua kebun itu,” tambahnya. Baginya, berkebun jauh lebih kompleks daripada sekadar mengelola kedai. Fani menjelaskan kenapa ia merasa perlu membuka kedai versi pagi seperti Warkop Priangan ini. “Kopi itu kan biasanya diminum sore atau malam hari. Saya ingin mengampanyekan gerakan ngopi pagi, karena bangun pagi itu bagus untuk produktivitas. Dan, ngopi pagi itu bisa sebagai mood booster,” jelasnya.
Tumblr media Tumblr media
Ada satu lagi konsep kedai ini yang unik. Fani tidak menyediakan koneksi WiFi untuk pengunjung. “Sengaja, agar pengunjung tidak sibuk masing-masing dengan gadgetnya, tetapi saling berinteraksi sambil menikmati kopi,” katanya.
Sambil menikmati kopi, kami juga mendapat paparan mengenai industri kopi, baik domestik maupun global, seperti fenomena “third wave” dan “fourth wave” dalam dunia perkopian, serta bagaimana kopi kian membudaya. Ia juga menjelaskan bagaimana saat ini terjadi krisis suplai di tingkat lokal.
“Pertumbuhan konsumsi domestik 30%, sementara pertumbuhan kebun hanya 5%,” ia menjelaskan.Fani juga melayani pertanyaan-pertanyaan para goweser dengan sabar. Ada yang secara iseng mengajukan pertanyaan cemen, seperti, apa perbedaan kopi arabika dengan robusta? Namun, Fani tetap menjelaskannya dengan jernih.
Alhasil, di Warkop Priangan kami bukan hanya mendapat secangkir kopi dengan rasa dan aroma yang nikmat, melainkan juga selaksa wawasan dan kenangan. “Kapan-kapan kita main ke kebun di Halimun, ya!” kata Fani saat memutus perjumpaan ini.
Nantikan cerita Rumpikupi selanjutnya!
1 note · View note