Tumgik
sparklingatom · 2 years
Text
(Tidak) Seharusnya Saya Menulis Ini Untukmu.
Halo,
Saya janji, ini terakhir kalinya saya menghubungi kamu (berlaku setelah UAS selesai, kita masih punya tugas kelompok 'kan? Meski kamupun nyaris tidak pernah bergabung) dan peringatan, surat ini akan penuh dengan tulisan yang membuat kamu jijik setengah mati.
Sebelumnya, selamat ulang tahun yang ke-21. Saya tidak berani mengirim chat, karena tidak sanggup mendapat respon dingin darimu. Lalu saya teringat omonganmu yang masih ingin makan masakan saya (entah itu sekadar basa-basi karena kamu kasihan dengan saya yang kesepian tanpa teman mengobrol atau benar-benar serius), tapi saya gunakan itu sebagai media pengantar surat ini. Sekalian juga sebagai hadiah terakhir dari saya. Silakan kamu buang atau berikan ke orang lain, jika tidak mau memakannya. Tidak apa. Lebih baik seperti ini karena saya tidak tahu apa yang akan kamu lakukan kepada bingkisan ini, daripada saya ketar-ketir menanti balasan chat yang hanya berisi terima kasih bernada dingin.
Saya tidak bisa banyak bicara. Tapi saya sanggup menulis banyak kata. Jadi, surat ini mungkin akan sangat-sangat-sangat panjang. Tapi kamu tidak akan sampai paragraf ini jika tidak ingin membacanya. Saya harap kamu mau membacanya sampai selesai.
Saya lebih suka kalau kamu memutuskan untuk berhenti menghubungi saya karena kamu muak dengan saya. Atau karena kamu sudah menemukan orang lain yang lebih layak dijadikan tempat bersandar. Atau karena kesalahan saya yang membuatmu memupuk emosi negatif. Atau karena saya sudah tidak secantik ketika kamu mendekati saya dahulu. Bukan dengan perbincangan di motor ataupun pesan di Instagram yang intinya kamu menyalahkan dirimu sendiri tentang masa depan saya.
Jangan buat saya menyesal menjadi orang yang pernah dekat dengan kamu. Jangan buat saya menyesal karena pernah menerima kamu. Kalau saya tahu ujungnya kamu berhenti karena saya, lebih baik saya menjauh sejak kamu mulai mendekat dulu. Lebih baik saya biarkan perasaan saya tenggelam dan mati perlahan seperti yang sebelumnya. Saya tidak ingin menyesal karena sudah kenal denganmu.
Akan lebih baik, kalau kamu membenci saya.
Maaf. Tidak seharusnya surat ini tentang saya. Ini adalah harimu, 'kan? Biar saya jelaskan bagaimana kamu di mata saya selama ini.
Kamu itu sudah seperti ayah, kakak, dan pacar saya dalam satu paket. Laki-laki yang paling tidak egois yang pernah saya kenal. Laki-laki yang tak banyak bicara, tapi menunjukkan cintanya dengan cara lain. Laki-laki yang mencintai keluarga, biarpun nampak dingin dari luar. Laki-laki yang tahu nilai dirinya sendiri. Laki-laki yang tahu apa yang ingin dia lakukan, meskipun kadang banyak menunda.
Kamu selalu mengingat janji, setidaknya janjimu kepada orang lain, seperti ketika kamu berjanji akan mentraktir adik kelasmu dengan gelato jika ia masuk perguruan tinggi incarannya. Saya tidak tahu, apakah kamu mengingat janji-janjimu dengan saya? Kamu banyak berjanji kepada saya, tapi saya tidak mau menagihnya karena saya tidak berekspetasi kalau kamu akan menepatinya. Ini menunjukkan sifat bagusmu yang berikutnya, kamu tahu prioritas. Kamu akan fokus ke tujuan utamamu dan mengesampingkan hal lain yang kamu rasa tidak terlalu penting. Bahkan tugas kuliah sekalipun bisa saja kamu tinggalkan.
Bukan, itu bukan sarkas. Saya suka sikap itu. Memang prioritas kita saja yang berbeda.
Kamu itu laki-laki yang sangat baik. Kamu tahu bagaimana memperlakukan perempuan. Kamu mau membantu orang yang memang butuh bantuanmu. Kamu bisa menjadi pendengar dan mentor yang baik. Kamu cerdas. Kamu tidak ingin membebani orang lain dengan masalahmu, tapi ingin meringankan beban mereka. Saya tegaskan lagi, di mata saya, kamu itu laki-laki yang paling tidak egois, setelah ayah saya.
Kamu tampan. Ya. Kamu bisa enak dipandang hanya dengan mengenakan kaos oblong dan celana jeans, sementara saya seperti jamet-jamet pemain tiktok. Kamu hangat. Sikap dan tubuhnya. Saya suka ketika kamu menggenggam tangan saya, rasanya hangat. Meskipun menjijikkan untukmu karena tangan saya tak berhenti berkeringat. Kamu menyenangkan. Selalu saja ada hal-hal sederhana yang bisa kamu jadikan mainan, dan sering sekali membuat saya merasa terhibur. Tingkah-tingkah random yang sering membuat saya heran juga terasa menyenangkan kalau diingat-ingat.
Sialnya, saya tak sempat mengafirmasikan ini semua kepada kamu secara langsung. Saya lebih banyak mengapresiasimu dalam diam. Mengucap syukur karena bisa mengenalmu dalam diam. Kamu juga berharga. Kamu juga pantas mendapatkan semua yang lebih baik. Berhentilah mengutuk dan menyalahkan dirimu sendiri.
Terima kasih sudah mau repot-repot memikirkan masa depan saya. Sekarang, kamu tidak perlu mengkhawatirkan itu. Atau mungkin kamu memang sudah tidak khawatir lagi? Lebih bagus. Bagus kalau kamu tidak peduli dengan saya lagi. Fokuslah dengan tujuanmu.
Saya minta maaf karena sudah marah ketika kamu bersikap dingin kepada saya. Saya merasa bersalah karena kamu harus menderita dengan saya yang menjadi alasannya. Sekarang, saya senang karena kamu bisa kembali ke jalur hidupmu yang seharusnya. Menjadi orang hebat.
Dan saya akan kembali seperti dulu. Menjadi perempuan canggung yang tidak bisa akrab dengan perempuan di kelas dan terus mengekori kalian meskipun diabaikan. Sebatas kenalan.
Saya doakan, di usiamu yang ke-21 ini kamu diberkahi rezeki yang melimpah. Kesehatan yang optimal. Kebahagiaan. Rasa cinta terhadap diri sendiri. Mental yang semakin kuat dalam menghadapi tantangan. Dianugerahi banyak kesempatan dan diiringi rasa tanggung jawab yang semakin besar pula. Kesembuhan hati. Harapan yang terwujudkan. Semakin dekat menuju cita-cita. Kedamaian jasmani maupun rohani.
Kalau kamu sudah membaca doa saya, saya ucapkan selamat. Kamu sudah sampai di penghujung. Saya harap, kamu lebih menghargai dirimu sendiri, memberanikan diri berbagi cerita dengan orang lain, dan berani bilang tidak. Maaf karena suratnya terlalu panjang dan terima kasih sudah bersedia membaca. Sekali lagi, selamat ulang tahun yang ke-21.
1 note · View note
sparklingatom · 2 years
Text
Kepala Idiot Ini Bukan Untukmu.
Saya akan kembali ke kesimpulan; sayalah yang menyakiti kamu.
Saya dan kepala idiot ini terus berfikir bahwa kamu sama seperti laki-laki lain di luar sana. Saya sudah menilai kamu serendah itu, hanya demi menenangkan hati saya. Agar kepala idiot ini bisa memaklumi ketika saya merasa tersakiti. Misalnya, ingat ketika kamu mengunggah story bersama perempuan lain? Hati saya mendramatisir, merasa kamu tidak pernah melakukan hal itu ketika bersama saya, tapi kepala idiot ini memaklumi.
Kepala idiot ini berpikir, "ah, sudah saya duga dari waktu saya melihat nama gadis itu di aplikasi mengobrol. Mungkin salah saya juga, saya tidak semenyenangkan ketika kamu pertama kali mendekati saya. Juga tidak secantik dulu. Mungkin saya juga tidak memberinya kenyamanan yang kamu inginkan. Wajar kamu berpaling dari saya."
Lantas dengan perkataan kepala idiot ini, meredalah badai yang mengamuk di dalam dada saya. Tapi tidak meredakan nyerinya. Percaya atau tidak, nyeri itu belum bisa hilang sampai sekarang. Mungkin saja, ketika kamu membaca ini, saya sedang mencoba mengatur napas untuk mengurangi sesak karena badai yang belum reda.
Sejak dulu, banyak sekali omongan si kepala idiot ini.
Hanya karena suara kepala idiot saya ini sejak dulu, kamu perlahan kehilangan dirimu sendiri. Saya minta maaf. Tentu saja kamu layak mendapatkan yang lebih baik. Kamu layak bersama gadis yang memiliki kepala cantik, juga cuaca hati yang sangat baik. Tidak seharusnya saya berada di radarmu.
Tidak seharusnya kamu mengorbankan diri untuk kepala idiot ini. Keputusan kepala idiot ini, biarlah saya yang menanggungnya. Jangan kamu gunakan alasan demi kebaikan saya dan kepala idiot inilah kamu memutuskan pergi. Saya lebih senang kalau kamu memilih untuk pergi karena ingin bahagia, menemukan yang lebih baik, atau alasan lain yang bagimu membuatmu seperti orang egois, percayalah, itu lebih baik.
Kepala idiot dan hati bercuaca muram ini akan lebih mudah menerimanya.
Tapi bukan waktunya saya membahas itu. Saya menulis ini untuk meminta maaf karena kesalahan yang dibuat oleh kepala idiot saya. Maaf sudah membuatmu terjebak oleh kutukan. Maaf sudah membuatmu nyaris kehilangan dirimu. Maaf sudah menjadi penyebab semua kemalangan ini.
Saya berterima kasih karena tanganmu yang besar dan hangat sudah mau menggenggam tangan keriting saya.
Saya berterima kasih karena tubuhmu yang hangat dan nyaman sudah mau memeluk saya.
Saya juga mau mengucapkan terima kasih kepada kau dan kuda hitammu yang sudah bersedia membawa tubuh tak berlekuk ini kemanapun.
Satu hal yang pasti dan tak pernah menghilang dari kamu. Kamu adalah laki-laki yang baik. Terlampau baik. Saya dan kepala idiot ini harusnya tidak layak untuk bersamamu.
Oleh karena itu, saya sangat menghargai tiap detik ketika saya bersamamu. Ketika kamu menggenggam tangan ini, ketika kamu tersenyum kepada saya, ketika kamu memeluk saya.
Sekarang saya bahkan tidak berani menatapmu dan berbicara langsung denganmu. Sudah terlalu banyak kesalahan saya kepadamu. Jadi saya dan kepala idiot ini memutuskan untuk menulis ini dan mencoba mengirimkannya kepadamu.
Kepala idiot ini masih saja senang berandai-andai. Andai saja kepala ini tidak memutuskan untuk masuk universitas ini, mungkin kamu akan mendapatkan yang lebih baik. Dan salah saya juga, harapan itu tidak tercapai.
Dan begitulah. Terima kasih dan maaf untuk semuanya
Tumblr media
0 notes
sparklingatom · 2 years
Text
Entah apa maumu, yang pasti rencanamu berhasil.
Saya tidak akan memintamu untuk mengantar saya, silakan pulang duluan.
Tidak usah menunggu saya.
Daripada kamu harus mengantar saya dengan terpaksa.
0 notes
sparklingatom · 2 years
Text
Masih sakit.
Malam ini, saya bermimpi kamu sudah bersama dia.
Nampak bahagia, saling jatuh cinta.
Sementara saya hanya bisa tersenyum, dengan hati yang merana.
Bahkan lewat mimpipun saya tidak siap untuk melihat kamu bersama yang lain.
Saya terbangun, dengan nyeri tak wajar di dada kiri.
Masih sakit. Sangat.
0 notes
sparklingatom · 2 years
Text
Pergi saja.
Salah saya tidak siap dengan segala kemungkinan.
Saya senang, kamu bisa tertawa selepas itu, lagi.
Saya sedih, karena alasan tawamu itu bukan saya.
Saya merasa bersalah, tidak bisa membuatmu tertawa selepas itu.
Dan maaf, ternyata saya masih tidak bisa turut senang ketika melihatmu tertawa dan alasannya bukan karena saya.
Saya tahu, ini egois. Tapi saya tidak akan meminta kamu untuk tinggal. Biar saya sendiri yang mengatasi ini.
0 notes
sparklingatom · 2 years
Text
... Kamu tahu adab bertamu?
Pamit ketika hendak pergi.
Bukannya bilang,
"Saya pulang diam-diam karena kasihan denganmu yang repot-repot harus mengantar saya pergi." Lewat telepon ketika kamu sudah sampai rumah.
Saya bisa membayangkan, betapa paniknya sang pemilik rumah ketika kamu tiba-tiba hilang dari ruangan ketika dia baru selesai membuatkan jamuan untukmu.
Pemilik rumah bertanya-tanya. Kenapa kamu pergi tiba-tiba? Apakah dirinya sudah membuat kesalahan yang fatal? Apakah kamu tidak nyaman dengan rumahnya? Dan sederet pertanyaan lainnya.
Belum lagi sajian yang ia siapkan, terbuang sia-sia.
Kalau tidak bisa menunggu, setidaknya pamitlah dulu.
0 notes
sparklingatom · 2 years
Text
Pusat gravitasi orbit saya menghilang.
Saya tahu itu, tapi semesta tetap berjalan sebagaimana mestinya. Entah salah satu bintangnya menghilang karena meledak, atau tersedot lubang hitam. Semesta masih memiliki banyak bintang lain.
Tapi tidak dengan planet, ketika satu bintang menghilang, kacaulah orbitnya. Tidak menyenggol planet di sistem tata surya saja sudah syukur. Yang planet tahu, ia harus terus bergerak agar tak menyenggol dan mengganggu pergerakan planet lain.
Ada kemungkinan sebuah planet tertarik ke pusat gravitasi lainnya.
Tapi entah berapa juta tahun cahaya untuk menemukannya.
Sebelum itu, bisa saja ia meledak menjadi jutaan nebula, tersedot ke lubang hitam, atau bertabrakan dengan planet lain.
0 notes
sparklingatom · 2 years
Text
Serangan Malam Hari.
Harimu sangat panjang. Kau terbangun, melakukan rutinitas pagi harimu. Belajar, bekerja, sibuk dengan semua kegiatan yang produktif. Sesekali memeriksa sosial media untuk memantau berita terkini. Sempat pula tertidur sejenak di tengah hari.
Namun suasana berubah ketika malam datang. Kau terbaring menatap langit-langit, memikirkan segala keputusan yang kau ambil di masa lalu. Bertanya-tanya, jika kau tidak mengambil suatu keputusan itu, akankah kau berakhir menjadi kesepian seperti ini?
Akankah kau ditemani sakit kepala tak berujung seperti sekarang?
Akankah kau menjadi sesedih sekarang?
Tentu aku merasakannya. Perasaan tertinggal ketika orang lain sudah jauh bergerak maju, hanya karena keputusanku untuk menjalani semuanya dengan lebih tenang. Membayangkan diriku jika berani mengambil risiko, maka mungkin aku tidak akan seperti ini sekarang. Semua penyesalan terkait keputusan ini, menyerang kepalaku bertubi-tubi.
Kubiarkan saja semua serangan di malam hari ini. Besok, hidupku akan berlanjut. Bahkan ketika aku tak adapun, dunia tetap terus berputar.
0 notes
sparklingatom · 2 years
Text
Tahun Baru
"New year, new me." Kata mereka.
"New year, new problem." Kalau kata saya.
Masalah-masalah yang tidak selesai di tahun lalu tidak serta merta selesai pula ketika tahun berakhir. Malah semua masalah itu ikut menumpuk bersama masalah baru kedepannya.
Penghujung tahun saya habiskan dengan kelelahan; berbanding terbalik dengan badan yang beristirahat, kepala saya terasa seperti mau meledak. Semua rasa sedih, kecewa, bosan, kesal, dan khawatir semua bercampur menjadi satu. Badan saya beristirahat, tapi jiwa dan pikiran saya tidak.
Sepertinya saya sedang mengalami krisis. Kekhawatiran mengenai masa depan, rasa sakit karena perlakuan orang kepada saya, luka hati yang menyayat perlahan namun pasti, tidak ingin hidup namun takut mati, dan ketakutan akan mengecewakan orang lain semuanya berputar seperti pusaran air. Semua pemikiran positif saya terseret kedalam arus ini dan membuat kepala sakit tak tertolong.
Kalau boleh, saya ingin hidup tanpa harus melakukan apapun. Sehingga saya tidak perlu merasakan patah hati separah ini. Tapi itu tak mungkin.
Jadi, saya hanya minta untuk diberikan kapasitas hati yang lebih besar dan kuat lagi untuk menahan semua rasa sakit yang akan datang. Agar saya tidak memproyeksikan semuanya ke orang-orang yang saya sayang.
0 notes
sparklingatom · 2 years
Text
Sebuah Klarifikasi
"Aku tahu ini sudah basi. Berbuat salah, viral, lalu klarifikasi dan meminta maaf. Tapi apa salahnya kita membantu dia menyelesaikan semuanya?"
Sang produser memandangi seluruh kru produksi dengan senyum lebar yang dipaksakan.Hening tanpa tanggapan, beberapa kru juga turut memaksakan senyum, ada juga yang bolak-balik menatap sang produser dan rekan kerjanya. Produser menarik napas dalam dan menepuk tangannya.
“Oke, ayo kita mulai. Naskah ada di atas mejaku. Kita tanpa sutradara ya, karena gak perlu arahan artistik yang aneh-aneh.”
Set dibuat sesederhana mungkin hanya dengan latar belakang berwarna putih dan sebuah kursi yang sebenarnya tidak akan masuk ke bingkai kamera. Seorang perempuan berwajah pucat duduk dan memandang kamera dengan sayu. Senyumnya tipis.
“Make up looks good in camera. Cukup tatap satu kamera yang ada di depan mu ini ya,” perintah sang produser hanya ditanggapi dengan anggukan, “Kameramen, OK? Semua OK?” tanyanya untuk terakhir kali. Semua kru mengangkat jempol mereka sebagai jawaban.
“Action!”
***
Aktris: (Berjalan masuk frame dan langsung duduk di kursi) halo. Ini saya. Saya tidak akan bertanya bagaimana kabarmu. Karena saya tahu, kamu jauh lebih baik sekarang.
Soundtrack
Aktris: (mengambil nafas dalam-dalam dan kembali mengembuskannya) Saya cuma mau bilang kalau saya menyesal sudah ketemu dengan kamu. Seandainya kita gak ketemu, mungkin semuanya gak akan jadi separah ini. Seandainya kita gak nekat memulai hubungan ini, mungkin hidupmu bakal lebih baik sekarang.
Iya hidup kamu. Bukan saya. Satu-satunya penyesalan saya ketika menjalin hubungan dengan kamu adalah saya yang malah menambah masalah ke dalam hidupmu. Video ini saya buat karena saya mau minta maaf ke kamu.
Pertama, seperti yang telah saya katakan di pembukaan. Saya minta maaf sudah memintamu untuk menjalin hubungan dengan saya.
Kedua, saya minta maaf tidak bisa menjadi pacar yang baik. 
Malah membebanimu dengan segala ke-clingy-an saya.
Membatasi aktivitasmu karena ajakan-ajakan saya untuk menemani. 
Tidak bisa menjadi tempatmu bersandar ketika kamu butuh. 
Membuatmu harus mendengar (atau lebih tepatnya membaca?) semua curhatan saya yang tak begitu penting untukmu.
Menguji kesabaranmu ketika emosi saya sedang labil-labilnya karena siklus bulanan.
Membuatmu menghadapi segala sesuatu yang saya pikirkan secara berlebihan.
Tidak bisa membantu sama sekali ketika kamu menghadapi masalah.
Tidak bisa mendengarkan nasihatmu, dan malah membuatmu merasa bersalah karena saya yang menangis.
Tidak pernah merawatmu seperti perempuan lain kepada pacar mereka.
Membuatmu jadi jarang berkumpul dengan teman-temanmu.
Intinya, selama pacaran, saya adalah beban untukmu.
Saya minta maaf karena meskipun sudah berpisah sejak lama, saya masih menginginkan kamu menjadi orang yang mendengar semua cerita tak penting saya. Menemani saya. Menggenggam tangan saya, juga memeluk saya dengan kedua lengan dan badan yang terasa hangat itu. Tidak seharusnya saya begitu.
Kalau bisa, semua kalimat tadi diawali dengan kata maaf. Saya hanya ingin membuatnya menjadi efektif. Seperti kalimat dalam pelajaran Bahasa Indonesia.
Ketiga, saya ingin berterima kasih kepada kamu.
Terima kasih sudah mau menjadi sandaran saya ketika saya down biarpun hanya karena hal terkecil.
Terima kasih sudah bersabar dengan segala tingkah saya yang tak ada habisnya merepotkanmu.
Terima kasih atas segala pelukan yang sudah kamu berikan ketika saya menangis. Semuanya terasa sangat hangat, bahkan saat inipun saya sangat merindukannya.
Terima kasih sudah menghibur saya dengan repot-repot mengirimkan video-video kucing dari internet.
Terima kasih sudah banyak membantu saya ketika melakukan sesuatu. meski kesannya saya menjadikanmu sebagai ojek, kuli panggul, tukang laundry, terapis,  dan sahabat dalam satu paket (yah, saya harusnya minta maaf juga untuk ini).
Terima kasih sudah rela menanggung beban selama setahun ini. Jujur, saya tidak yakin bisa bertemu orang sepertimu lagi kedepannya. Saya tahu setiap individu itu berbeda, justru itulah istimewanya; Kamu ya kamu. Tak ada yang mampu menggantikan.
Terima kasih sudah mau menjadi kawan terdekat saya selama saya di perantauan. Sebelum jadi pasangan, kita adalah kawan. Hanya dengan menjadi kawan saya, kamu sudah masuk ke daftar orang spesial untuk saya. Kamu tak perlu khawatir jika saya akan mendepakmu dari daftar itu. Kamu masih kawan saya, dan masih menajdi orang spesial untuk saya.
Masih banyak terima kasih yang mau saya sebutkan, tapi saya tidak yakin memori kamera ini akan cukup untuk menampungnya.
Keempat, saya bersyukur ketika berpisah denganmu, kamu nampak jauh lebih bahagia. Keputusanmu untuk berpisah dari saya itu tepat; kamu sudah mengurangi sepuluh persen bebanmu. Saya harap kamu jadi lebih bahagia sekarang.
Terakhir, meskipun saya terdengar munafik. Tapi saya harus memberitahu ini ke kamu. Saya kecewa kepada kamu; karena kamulah yang bilang masih sayang saya, tapi kamulah yang perlahan memudar dan menghilang dari jalur orbit saya. Saya seperti sistem tata surya yang kehilangan pusat gravitasinya. Bergerak tanpa tahu harus bagaimana.
Tapi satu kekecewaan ini tidak akan menutupi semua rasa syukur dan terima kasih saya karena sudah diizinkan untuk mengenal dan menjalin hubungan denganmu.
Aktris: (mengambil nafas dalam-dalam, mengembuskannya, kemudian tersenyum dan mengangguk pelan)
***
“CUT!” Teriak produser ketika aktris berjalan keluar dari bingkai kamera. Buru-buru ia menghampiri sang aktris yang baru hendak menenggak minumannya.
“Aktingmu bagus sekali, feelnya lebih ngena daripada di naskah.” Produser menodongkan jempol ke arah aktris. Senyumnya lebar sekali, seperti akan sobek dari telinga ke telinga.
Aktris hanya tersenyum, “Itu bukan akting. Aku akan meminta kalian mengirimkan hasilnya ke alamat email yang sudah kutulis di naskah.”
Aktris lantas meninggalkan lokasi, tanpa menunggu reaksi produser.
1 note · View note