Tumgik
syarmaaa · 2 years
Text
karena aku sangat mudah untukmu
karena aku sangat mudah untukmu.
kamu tidak perlu lelah-lelah berjuang, sebab aku tidak mungkin sampai hati membiarkan orang yang ingin memperjuangkanku berjuang sendirian.
kamu tidak perlu repot-repot membuat dirimu diterima, sebab aku selalu bersedia mengambil tanggung jawab untuk lebih dari menerima–yaitu memaafkan, melupakan, bahkan melepaskan.
kamu tidak perlu pusing-pusing memikirkanku, sebab aku sungguh selesai dengan diriku sendiri. sebab masa depanku adalah rangkaian rencana yang bisa diganti. sebab ambisiku selalu (hanya) sekeras tangan yang menggenggam pasir, secukupnya mencukupkanku.
kamu tidak perlu khawatir tentang apapun, sebab aku bisa mengikutimu ke mana pun. aku bisa diajak berjalan, berlari, merangkak. aku bisa bertahan pada segala musim dan cuaca, bisa berteman dengan segala rasa dan nuansa.
karena aku sangat mudah untukmu, semoga kamu merasakannya: bahwa yang mudah didapatkan, belum tentu tak berharga.
semoga aku sangat berarti untukmu.
5K notes · View notes
syarmaaa · 2 years
Note
Sehubungan dengan postingan paling terbaru, mau tanya, gimana kalau lelahnya karena dosa? Lelah karena selalu kalah dari nafsu. Lelah karena selalu melihat diri yang lemah di hadapan dunia. Lelah karena selalu tidak bisa kuat menggapai akhirat yang abadi. Lelah karena terbebani oleh dosa-dosa. Itu, gimana?
Bismillah. Jangan pernah putus asa dari rahmat Allah. Terus berjuang buat lawan hawa nafsu, iri, dengki dan hal lainnya yang emang Allah gak suka. Kalau misal hari ini masih kalah gapapa, masih ada besok. Kalo besok masih kalah, gapapa masih ada hari selanjutnya. Yang penting kitanya terus berupaya buat terus bertaubat. Allah suka banget sama hamba-Nya yang bertaubat. Dan mohon doa kepada Allah untuk terus diluluhkan hatinya di atas jalan kebaikan. Jangan pernah lelah untuk terus berdoa :)
Kalau misalkan rasa "bosan" menghampiri atau saat kita merasa sudah mulai terbujuk rayuan dunia lawan juga sekuat tenaga, misal saat seharusnya bisa salat tepat waktu, tapi perasaan ingin menunda-nunda salat tiba-tiba muncul, maka kaka mungkin bisa coba ini: misal saat hendak mau menunda salat, kaka langsung bilang dalam hati "ya Allah aku lebih memilih Engkau dibanding hawa nafsuku. laa hawla wa laa quwwata illa billah (tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah)" resapi artinya dan langsung melakukan apa yang tadinya kita agak malas untuk melakukan. Lakukan terus itu setiap kita ada rasa malas mendera. Insya Allah yang asalnya berat jadi meringan.
Kita juga bisa ingat di padang mahsyar nanti kita gimana? Apa kira-kira kita bakal selamat? Dimana hari itu semua sibuk sama amalnya masing-masing. Ayah, ibu, bahkan pasangan kita gak akan bisa menyelamatkan kita. Semuanya sibuk sama amalnya masing-masing. Gak ada yang bisa nolongin kita kecuali amal kita sendiri.
Kita juga bisa analogiin ketika kita suka banget sama orang, pasti kita mau melakukan apapun yang orang itu minta ke kita. Kita bakal rela nunggu, kita bakal rela datang lebih dulu kalau misal janjian sama dia. Nah coba tumpahkan perasaan seperti itu ke Allah. Allah sukanya apa, Allah gak sukanya apa, pasti insya Allah kita dengan senang hati bakal ngelakuin itu. Gitu kak ehehe wallahualam bishawab :)🙏
O iya ini ada hadits yang barangkali bisa jadi booster ketika lagi futur🙏
Dari Anas bin Mâlik Radhiyallahu anhu ia berkata, “Aku mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Allâh Azza wa Jalla berfirman, ‘Hai anak Adam! Sesungguhnya selama engkau berdo’a dan berharap hanya kepada-Ku, niscaya Aku mengampuni dosa-dosa yang telah engkau lakukan dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam ! Seandainya dosa-dosamu setinggi langit, kemudian engkau minta ampunan kepada-Ku, niscaya Aku mengampunimu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam ! Jika engkau datang kepadaku dengan membawa dosa-dosa yang hampir memenuhi bumi kemudian engkau bertemu dengan-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun, niscaya Aku datang kepadamu dengan memberikan ampunan sepenuh bumi.”  (HR. at-Tirmidzi)
Wallahualam bishawab :)
80 notes · View notes
syarmaaa · 2 years
Text
Usia dan Pencapaian
Sebelum kematian hadir, usia dan waktu adalah kamerad yang berbisik-bisik setiap saat di telinga kita. Mereka selalu setia memberi data sok objektif bahwa kita telah gagal. "Lihat tuh, dia di usia seperti kamu, sudah membelikan jet pribadi untuk isterinya." "Dia di usianya yang jauh lebih muda, sudah memberikan sekian M untuk korban bencana." "Si anu, usianya belum juga genap tiga puluh, sudah jadi staf presiden." "Kamu ga ada apa-apanya, dia itu lulusan kampus nomor 1 di dunia, beasiswanya prestius lagi."
Beberapa orang menyerah dan mengafirmasi data dan serangkaian komparasi. Mereka menganggukan kepala, kemudian kepala itu terus tunduk dan tak ingin lagi melihat masa depan. Hidup adalah yang ada di dekat kaki, sudah baik kalau kaki masih berjalan dan napas masih berhembus. Beberapa lagi, tak punya waktu memikirkan perbandingan-perbandingan itu. Mereka sudah punya manifesto, yang sudah berada di tapak terdalam, tak akan bisa jatuh lebih dalam lagi.
Kisah penulis yang baru terkenal setelah berumur empat puluh tahun, cerita pendiri waralaba yang baru moncer setelah pensiun, dianggap hanyalah anekdot. Padahal data-data yang selama ini ia gunakan untuk menilai pencapaiannya, berbasis riset mendalam dari sosial media, juga adalah kasuistik. Nyaris tidak berbeda. Akan tetapi jika ini dikatakan kepada mereka, jawabannya mungkin "sudah, tidak usah terlampau banyak justifikasi, males mah males aja."
Pertanyaan sudah sejauh apa yang saya capai, sebenarnya adalah pertanyaan yang sejak awal sudah keliru. Pertanyaan yang semestinya perlu kita jawab terlebih dahulu adalah saya dengan segala potensi yang saya miliki, akan optimal memiliki tujuan ke arah mana. Kita fokus dengan jarak, tetapi lupa dengan arah.
Usia dan waktu yang kita kenal, memang hanya punya digit bernama durasi. Usia dan waktu yang kita kenal bukan sesuatu yang bisa kita belok-belokkan. Karena itu adalah kekeliruan sama sekali, jika variabel ini saja yang gunakan untuk mengukur pencapaian. Meski persis berada di khatulistiwa, kita seharusnya tahu bahwa waktu menuju titik nol Kutub Selatan dan Utara, bisa jadi berbeda. Perbedaan itu bisa ditimbulkan bahwa ke Utara kita butuh waktu banyak untuk mengurus banyak visa karena banyaknya negara yang perlu kita lewati, sementara menuju Selatan, lautan luas saja yang perlu diseberangi, walau belum tentu lebih mudah.
82 notes · View notes
syarmaaa · 2 years
Text
Kamu merasakan lelah. Sebab tujuan mu bukanlah surga. Namun, dunia. Dunia memang melelahkan sayang. Tidak ada penikmat dunia yang benar-benar merasakan kesenangannya yang abadi. Tidak ada.
Sebab dunia ini hanya sementara, dan akhirat selamanya. Itulah sebabnya engkau merasakan lelah yang begitu dalam. Sampai-sampai engkau ingin sekali merasakan cukup, dan menyerah saja.
Tidak ada yang mengejarmu, kamu berlari sebab kamu sendirilah yang merasa tertinggal jauh atas pencapaian orang-orang disekitarmu.
Saat engkau merasa tertinggal jauh, jauh sekali dari teman seusiamu. Selalu saja engkau menyalahkan dirimu sendiri dan keadaan yang tidak pernah berpihak baik kepadamu. Kamu selalu menyalahkan diri mu sendiri atas ketidakmampuan yang belum kamu miliki. Pada akhirnya hanya lelah yang kamu dapat. Pada akhirnya hanya sia-sia saja yang kau rasakan. Kosong, tak bernilai apapun.
Ada yang terlupa dari apa yang kau upayakan selama ini. Baik sangkamu kepada Allaah. Tak pernah kau sertakan dalam upayamu menggapai apa yang sedang kamu tuju. Perasaan mu tak pernah tulus mengantarkanmu pada setiap doa-doa yang kau panjatkan kepadaNya. Hatimu tidak pernah benar-benar hadir saat kau meminta.
Jangan demikian wahai diri. Jangan demikian. Tak pantas kau bersikap demikian. Tak akan merubah apapun. Sikapmu yang anggkuh, tak akan merubah keadaan menjadi lebih baik. Justru itu akan menjerumuskan mu pada semakin kerasnya hatimu. Yang mana akan membuatmu semakin jauh dan jauh dariNya.
Pertolongan Allaah itu dekat, namun kamu selalu membuat hal itu semakin jauh dari hidupmu. Sebab angkuh dan tak mengahambanya dirimu kepada Allaah. Melembutlah wahai diri, melembutlah. Kembalilah kepada fitrahmu, fitrah manusia yang sangat membutuhkan Rabbnya.
191 notes · View notes
syarmaaa · 2 years
Text
“Kelembutan dan sopan santun itu adalah bahasa yang dapat didengar oleh orang tuli dan dapat dibaca oleh orang buta. Mereka berdua jatuh cinta padamu bukan karena apa yang terlihat darimu, bukan juga dari kepemilikanmu. Tapi dari hati bersihmu yang tertuang dalam sikap dan etika.”
Jagalah sikapmu sebagaimana kamu juga menjaga lisan. Bukankah banyak gelas yang akhirnya pecah itu bermula karena salahnya sikap dan ucap? Meski akhirnya kamu kembali merekatkan tapi ia tetap tidak akan sesempurna seperti awal. Seringlah berbicara pada diri sendiri tentang akhlakmu. Itu saja.
@jndmmsyhd  
636 notes · View notes
syarmaaa · 3 years
Text
Tanda Allah Mencintai Seorang Hamba
Apabila Allah mencintai seorang hamba dan hendak memberikan kebaikan kepadanya. Maka Dia karuniakan hikmah kepada hamba tersebut.
Apa itu hikmah? Yaitu kemampuan untuk memahami kebaikan2 dibalik berbagai takdir yg terjadi.
Kenapa Allah sebut hikmah bukannya dunia? Karena kata Allah dunia dan seisinya hanyalah permainan dan kesenangan yang sangat sedikit. Meski dunia juga merupakan salah satu wujud kebaikanNya, namun itu bukan perkara yang utama bagi para kekasihNya. Sementara hikmah, "barangsiapa yang diberikan hikmah maka ia telah memperoleh kebaikan yang sangat banyak" (Al-Baqarah 269)
Perumpamaannya kita dapat membayangkan orang terkaya di dunia/ semisal para raja .... yang kita pandang bergelimang dengan nikmat dunia menurut Allah sungguh itu belum tentu sebanding dengan orang yang diberi hikmah.
Salah satu hamba biasa yang Dia karuniakan hikmah kepadanya hingga ia menjadi amat istimewa di sisiNya, termaktub kisahnya dalam Al l-quran ialah Luqman. Maka jadilah luqman hamba yang sangat beryukur... Apakah ia bersyukur karena diberi harta yang banyak? Sama sekali bukan ,nyatanya Lukman adalah seorang budak berkulit hitam dari Ethiopia, yang bahkan seorang budak itu tidak memiliki dirinya sendiri, isterinya, anaknya semua milik tuannya. Satu2nya yang dia miliki adalah hati. Dan Allah karuniakan hikmah ke dalam hatinya yang membuat imannya bertambah2 bersama iman yang telah ada. Maka jadilah ia insan yang sangat bahagia dalam hidupnya demikianpula keluarganya. Hingga ia dijuluki Luqman Al Hakim.
Luqman dikenal dengan wasiat2 terbaik kepada anaknya, bahwasanya yang ia pesankan bukanlah motivasi2 agar anaknya unggul dan sukses dalam dunia yang terpenting. Melainkan agar anaknya menjadi hamba yang bersyukur, bertauhid, berbakti kepada orang tua, mendirikan shalat, beramal maruf nahi mungkar dan bersabar. Bahkan perintah sabar diletakan setelah syukur...menunjukan betapa Luqman meski seorang budak yang kekurangan, tetap menyadari bahwa kebaikan yang Allah karuniakan selalu lebih besar perbandingannya daripada ujian yang diberikan. Sehingga syukur merupakan sesuatu yang lebih diutamakan.
Pada salah satu ayat, luqman berpesan kepada anaknya :
"(Luqman berkata), Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Maha Halus, Maha Mengetahui." (QS. Luqman 31: Ayat 16)
Sejalan dengan firman Allah dalam surat Al-zalzalah:
"Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya." (QS. Az-Zalzalah 99: Ayat 7)
Dengan demikian patutnya amal kebaikan dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, dan dalam kondisi apa saja. Karena balasannya akan tetap setimpal di sisi Allah sesuai kadar perjuangan dan pengorbanannya. Apabila kita merasa sangat terbatas, maka lakukanlah amalan apa saja yang pantas dengan kondisi kita dan mampu kita lakukan. Tanpa perlu menunggu saat yang tepat menurut anggapan kita, karena esok belum tentu ada waktu. Bahkan menurut Rasulullah jangan sepelekan amalan2 ringan, meski itu hanya sedekah sebuah senyuman , karena kelak di yaumil akhir akan ditunjukan betapa sering amalan kecil mengalakkan amalan besar, dan amalan yang sedikit mengalahkan amalan yang banyak. Satu dirham mengalahkan ratusan/ribuan dinar. Salah satu alasannya karena hal2 yang lebih terjaga keikhlasannya.
Orang yang dikaruniai hikmah didalam hatinya akan memiliki sudut pandang yang baik (husnudzhan) serta kemampuan bersikap adil dan bijaksana. Yakni memperlakukan sesuatu sesuai tempatnya. Demikian pula ia akan mengagungkan Allah sebagaimana seharusnya.
Sebaliknya lawan kata dari adil adalah dzholim, kedzhaliman bukan hanya yang kita kenal dengan berbagai tindak kejahatan dan kemaksiatan. Melainkan
"mereka yang tidak mengagungkan Allah sebagaimana mestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya...." (QS. Az-Zumar 39: Ayat 67)
Bagaimana tidak disebut dzhalim,manusia yang tidak memiliki sesuatu apapun dalam dirinya, bertindak membantah, mengadakan sekutu dan membangkang kepada Tuhan pemilik dirinya, pencipta dirinya yang dariNya segala karunia diberikan, dan hanya kepadaNya ia akan kembali untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah dititipkan dan,
"Dia membuat perumpamaan bagimu dari dirimu sendiri. Apakah (kamu rela jika) ada di antara hamba sahaya yang kamu miliki, menjadi sekutu bagimu dalam (memiliki) rezeki yang telah Kami berikan kepadamu, sehingga kamu menjadi setara dengan mereka dalam hal ini, lalu kamu takut kepada mereka sebagaimana kamu takut kepada sesamamu. Demikianlah Kami jelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengerti." (QS. Ar-Rum 30: Ayat 28
"kemudian kamu benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan di dunia." (QS. At-Takasur 102: Ayat 8)
Maka orang yang berbuat dHolim sejatinya sedang mendhalimi dirinya sendiri. Semoga kita bukan termasuk kedalam orang2 tersebut, dan sebaliknya semoga kita menjadi bagian dari orang2 yang selalu dikaruniai hikmah serta hidayah. Aamiin
80 notes · View notes
syarmaaa · 3 years
Text
Renungan Bagi Aktivis Dakwah
Seorang ustadz pernah menyampaikan,
"Bagi saya, seorang aktivis dakwah yang pandai berbicara, manajemen dakwah, analisis SWOT, maupun ilmu-ilmu yang lain tapi berturut-turut subuhnya masih kesiangan, itu adalah aktivis karbitan."
Kalimat yang menohok. Betapa banyak hari ini mungkin diantara kita para aktivis dakwah yang ternyata masih demikian(?). Syuro dari pagi hingga petang, dari petang sampai malam, ataupun "agenda" dakwah lain yang menuntut sampai lembur menjelang fajar, tapi urusan yang lebih asas (baca : sholat subuh) justru ternomorduakan.
Anehnya ketika ditanya, atau bermuhasabah diri kenapa demikian selalu berlindung dengan jubah "demi dakwah". Padahal, bukankah jika memang yang diniatkan adalah untuk menyeru kepada Rabb-Nya, justru semakin merekat hubungannya kepada Rabb-Nya?
Atau mungkin ingin berlindung sebagai bentuk dari "produktivitas dakwah"? Bukankah sejatinya produktivitas dakwah itu tidak diukur dari seberapa sibuk kita dengan dakwah, melainkan seberapa banyak dari aktivitas dakwah tersebut mampu meringankan beban dakwah? Jika dengan "lalainya" shubuh tadi menyebabkan hilangnya nilai kebarokahan dari dakwah itu sendiri, masihkah kita berani menyebut itu sebagai produktivitas dakwah?
Mari berbenah. Banyak diantara kita yang sebenarnya tahu bahwa satu perkara itu salah, tapi tidak mau jujur mengakui bahwa perkara itu salah, sehingga yang terjadi adalah penyangkalan yang berujung kepada ketidakmauan untuk berubah. Ini adalah penyakit, penyakit yang tidak boleh dibiarkan terus menjangkit. Harus segera diatasi.
Kuncinya adalah berani jujur mengaku bahwa yang salah adalah salah, sehingga muncul kemauan untuk berbenah.
60 notes · View notes
syarmaaa · 3 years
Text
Ubahlah Insecure menjadi Tafakur.
Akhir-akhir ini rasanya tiap kali membuka aplikasi obrolan atau beranda media sosial, tertulis kabar duka, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, telah meninggal dunia nenek, suami, om, kami bla bla bla.”, dan pasti suatu hari nanti akan tiba waktunya giliran nama diri sendirilah yang mereka kabarkan demikian. Di sisi lain banyak pula kesaksian atas kebaikan-kebaikan mereka yang telah meninggal dunia lebih dulu.
Lantas bagaimana dengan diri ini? Dalam kondisi seperti apa nantinya akhir usiaku? Kebaikan-kebaikan apa yang telah aku tinggalkan? Dan bagaimana kesaksian-kesaksian mereka terhadapku? Rasanya masih tertinggal jauh :(
Meskipun begitu, yang bisa dilakukan adalah senantiasa berupaya untuk memperbaiki diri.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)
Dalam tafsirnya, berdasarkan ayat ini Allah Subhanahu Wata’ala ingin mengingatkan bahwa mereka yang mengaku beriman hendaknya benar-benar bertakwa dan memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok yaitu dengan berbuat baik atas dasar iman, ditopang dengan ilmu dan hati yang ikhlas semata-mata mengharapkan rida-Nya sebab hidup di dunia memiliki batas waktu sedang di akhirat adalah sebenar-benarnya keabadian.
Bertakwalah kepada Allah Subhanahu Wata’ala dengan menjaga hubungan baik dengan-Nya, manusia dan alam. Sungguh Allah Mahateliti terhadap apa pun yang kamu perbuat dan seluruhnya berada dalam pengetahuan-Nya.
Sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu,
“Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, itu akan memudahkan hisab kalian kelak. Timbanglah amal kalian sebelum ditimbang kelak. Ingatlah keadaan yang genting pada hari Kiamat, “Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatu pun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah).” (QS. Al-Haqqah: 18). (Az-Zuhud li Ibnil Mubarak, hlm. 306. Lihat A’mal Al-Qulub, hlm. 371)
Dikatakan pula oleh Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah bahwa,
“Mukmin itu yang rajin menghisab dirinya dan ia mengetahui bahwa ia akan berada di hadapan Allah Subhanahu Wata’ala kelak. Sedangkan orang munafik adalah orang yang lalai terhadap dirinya sendiri (enggan mengoreksi diri, pen.). Semoga Allah Subhanahu Wata’ala merahmati seorang hamba yang terus mengoreksi dirinya sebelum datang malaikat maut menjemputnya.” (Tarikh Baghdad, 4: 148. Lihat A’mal Al-Qulub, hlm. 372) (Rumaysho)
Seyogianya kesadaran akan kekurangan yang ada pada diri itu baik manakala disikapi dengan muhasabah diri sebab sebuah kerugian ketika diri sudah banyak melakukan kelalaian namun tidak sadar untuk memperbaiki diri.
Mengutip kata-kata gsatriaandika حَفِظَهُ اللهُ,
Yang dikenal. “Ketika dikenal baik banyak orang, bukan karena ingin terkenal sehingga banyak yang mendoakan kebaikan, semoga menjadi wasilah doa ampunan saat menutup usia.” Yang tersembunyi. “Kalaupun tidak ada yang mengenal dirimu sekalipun, Allah Subhanahu Wata’ala dan para malaikat-Nya tidak buta terhadap para hamba yang beribadah di kala sunyi dan memberi manfaat serta beramal tanpa seorang pun tahu. Semoga keikhlasanmu karena-Nya, meninggikan derajatmu di sisi-Nya.”
Ust. Ammi Nur Baits حَفِظَهُ اللهُ dalam pemaparannya mengatakan bahwa pujian yang disampaikan langsung di hadapan seseorang sarat memiliki tendensi dan kepentingan namun ketika pujian tersebut disampaikan kepada seseorang yang telah meninggal dunia maka itulah pujian sebenarnya. Dan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam pun memohon pada-Nya sebagaimana termaktub dalam (QS. As-Syu’ara’: 84),
”Jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian,”
Nabi Ibrahim ‘alaihis salam memohon pada Allah Subhanahu Wata’ala agar diberikan taufik untuk menjadi sumber kebaikan, sumber keberkahan bagi masyarakat dan dunia, seyogianya hal ini menjadi doa yang dipanjatkan pula oleh diri agar diberikan taufik untuk menjadi sumber kebaikan dan keberkahan bagi orang lain.
Dikatakan pula oleh Ibnul Qayyim rahimahullah bahwa,
“Sungguh orang yang senantiasa berzikir ketika berada di jalan, di rumah, di saat mukim, di saat safar, atau di berbagai tempat, itu akan membuatnya mendapatkan banyak saksi di hari Kiamat. Karena tempat-tempat tadi, rumah, gunung dan tanah, akan menjadi saksi bagi seseorang di hari Kiamat.” (Al Wabilush Shoyyib, hal. 197)
Oleh sebab itu, banyak hal yang sebenarnya bisa diupayakan daripada dikhawatirkan, memohonlah pada-Nya sebab tidak ada daya kecuali dengan pertolongan Allah Subhanahu Wata’ala semata :)
Hadanallah waiyyakum ajma'in.
213 notes · View notes
syarmaaa · 3 years
Text
Cara Menjadi Versi Terbaik Diri Sendiri :
1. Menjaga niat karena Allah, mindfulness saat melakukan sesuatu, koneksikan hati selalu pada Allah.
2. Berani bermimpi besar. Berani melakukan sesuatu yang punya impact (pengaruh) yang besar untuk banyak orang.
3. Tidak berhenti belajar. Belajar lah sampai liang lahat. 
Harusnya semakin berilmu seseorang, semakin banyak manfaatnya. Inilah yang membuat derajat orang berilmu lebih tinggi di sisi Allah.
4. Selalu 100%. Sungguh-sungguh & profesional. Sikap seorang muslim adalah ihsan, mengerjakan dengan sebaik-baiknya. Tujuannya untuk Allah bukan manusia. Sebab Allah yang akan membalas dengan setimpal.
5. Ingat apresiasi dari Allah. Ini adalah apresiasi terbaik dan jauh lebih besar nilainya dari apresiasi manusia. 
6. Yakin ada jalan. Bersama kesulitan pasti ada kemudahan. Allah pasti akan memberikan jalan keluar dan pertolongan atas setiap masalah.
7. Produktif. Definisi produktif menurut Al-Quran adalah faidzaa farogta fanshob. “Maka jika kamu telah selesai suatu urusan, maka kerjakanlah sungguh-sungguh urusan yang lain”. 
Jadikan hidup kita adalah perpindahan amal baik satu ke amal baik berikutnya.
8. Tekad yang kuat. Ketika sudah berazzam, maka bertawakkal pada Allah setelah ikhtiar sungguh-sungguh dan maksimal.
9. Menejemen waktu yang baik dan disiplin. 
10. Dekat dengan Al-Quran. Al-Quran tidak sekedar dibaca saja tanpa dipahami maknanya.
Poin-poin ini diambil dari kajian youtube terbaru Teh Qoonit yang asa sayang banget kalau ga ditulis dan diamalkan. Lets be the best version of you!
30 Juli 2021
108 notes · View notes
syarmaaa · 3 years
Text
"Kitapun Pernah Berada Di Posisi Yang Sama"
Setiap kita pasti pernah berada di posisi jahil (bodoh dalam urusan agama), tidak mengetahui apa itu hukum-hukum syariat, dan tidak mengetahui hakikat tentang hidup, yaitu untuk beribadah kepada Allah Ta'ala. Sehingga ketidaktahuan ini menyebabkan kita lebih dekat pada perbuatan dosa. Dan Allah lah yang memberikan petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.
Sungguh kesyukuran yang paling tinggi didunia adalah ketika Allah Ta'ala memberikan rahmatNya dengan nikmat Iman dan nikmat Islam.
Dan hanya orang yang bersungguh-sungguh lah yang mendapatkan hidayah (petunjuk).
Allah Ta'ala berfirman,
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا
“Orang-orang yang bersungguh-sungguh (berjuang) di jalan Kami, sungguh akan Kami berikan petunjuk (hidayah) kepada mereka untuk istiqamah di jalan Kami. (QS. Al-Ankabut: 69).
Setiap orang yang berusaha meninggalkan perbuatan dosa menuju apa yang Allah cintai masih dikatakan dalam proses hijrah, selama kita masih hidup. Proses hijrah setiap kita berbeda-beda, dan kita diperintahkan untuk saling tolong menolong dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa (wata'aawanuu 'alal birri wattaqwa). Saling membantu dan saling dukung dalam proses hijrah masing-masing.
Ditengah kuatnya "serangan" pemahaman liberalisme, pluralisme, dan sekulerisme kepada generasi muda ummat, dimana pemahaman-pemahaman ini telah "meracuni" sebagian kita. Racun-racun pemikiran itu tidak menginginkan syariat Islam menjadi solusi atas segala permasalahan, bahkan agama saja sudah di karantina sebagai urusan privasi, yang tidak membiarkan Islam mengatur urusan publik, karena sudah pasti akan menggeser posisi ideologi mereka.
Amar ma'ruf nahi munkar adalah salah satu jenis ibadah yang pahalanya besar, yang merupakan kekhususan dan keistimewaan umat Islam yang akan mempengaruhi kemulian umat Islam. Sehingga Allah kedepankan penyebutannya dari iman dalam surah Ali Imran ayat 110.
Demikian pula, Allah membedakan kaum mukminin dari kaum munafikin dengan hal ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya):
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana“. (QS. At-Taubah:71)
Amar ma'ruf nahi munkar berkaitan dengan "mengurusi urusan orang lain", tapi syariat Islam memberikan kita batasan, apa yang perlu diurus dan apa yang tidak perlu kita urus, batasannya adalah jelas.. yaitu halal/haram.
Salah satu contohnya, ketika ada seorang muslimah muda yang baru dalam "proses hijrah" dari kehidupan lamanya yang sangat gaul dan hampir tidak kenal batas. Ia yang sekarang sudah belajar menutup auratnya dengan memakai kerudung yang menutupi rambut dan lehernya, memakai pakaian yang kadang masih cukup ketat, masih suka mempublish fofo selfienya yang membuat laki-laki terfitnah sehingga "membahayakan" dirinya, masih suka berbaur dan bercampur antara laki-laki dan perempuan yang hampir tak ada batasan, tetapi sudah sekaligus menggandrungi kajian-kajian Islam, terutama kajian-kajian ala anak muda.
Bagaimana menyikapi keadaannya yang seperti itu? Di satu sisi, ia masih jauh dari cara berpakaian dan bergaul secara Islami. Namun di sisi lain, keadaannya saat ini sudah jauh lebih baik dari keadaannya sebelumnya.
Ada dua sikap yang perlu kita tunjukkan pada kondisi seperti ini. Dan harus keduanya. Jika salah satu saja, dan menafikan sikap yang lain, maka kita akan terjatuh pada kesalahan.
Sikap pertama: Memberikan apresiasi diiringi doa keberkahan untuknya dan dukungan atas perubahannya yang sekarang, dari kondisi sebelum hijrah, menjadi lebih baik saat ini.
Sikap kedua: Memahamkan dengan adab yang baik (dilakukan empat mata oleh sesama muslimah), bahwa keadaannya sekarang belum ideal, dukunglah ia untuk terus berproses menjadi lebih baik dan lebih sesuai tuntunan syariat. Ajaklah untuk bersama-sama belajar menjadi lebih baik, diimbangi dengan belajar Islam kepada orang-orang yang tepat (lurus pemahamannya). Sehingga proses hijrahnya tidak sekadar tampilan luar, agar semakin menguatkan iman.
Jika hanya sikap pertama saja yang diambil, dan menafikan sikap kedua, dikhawatirkan yang terwujud malah sikap merasa puas dengan keadaannya saat ini, dan ia sudah mengangggap kondisinya sudah baik dan ideal, dan tak perlu ada yang diubah lagi. Sekaligus, bisa jadi ia akan bersikap defensif terhadap orang-orang yang memahamkan ekspresi keberislamannya yang masih jauh dari kondisi ideal.
Sebaliknya, jika sikap kedua yang diambil, dengan menafikan sikap pertama, maka bisa jadi itu membuatnya putus asa, merasa perjuangan beratnya selama ini tidak dianggap sama sekali, dan dikhawatirkan berujung, ia kembali ke kehidupan masa lalunya yang jauh lebih buruk.
Sikap yang benar tentu, kita memberikan apresiasi atas perjuangan berat yang telah ia lakukan. Anak gaul (bahkan hampir tanpa batas) berubah menjadi sedikit tertutup, bukan hal mudah. Ia harus mengalahkan hawa nafsunya, kekhawatirannya dijauhi orang-orang dekat, dicibir, dan semisalnya.
Apresiasi sewajarnya dan datang dari hati serta ilmu yang benar. Bahwa, berubahnya seseorang menjadi lebih baik, meski belum ideal, adalah kebaikan, sehingga perlu diapresiasi dan "dirangkul" bukan malah dimusuhi dan dicaci. Dan tanamkan ke diri sendiri, kitapun tengah sama-sama berjuang.
Sekaligus, kita berusaha bertanggung jawab, memahamkan bahwa proses yang ia lalui masih panjang, kitapun sama. Dalam "proses hijrah" ini, kita perlu belajar agama secara lebih serius. Kita harus mengubah dan/atau memperbaiki tauhidnya kita, cara berpakaian kita, sikap kita, amalan kita, memahami batasan pergaulan dan muamalah kita, cara pandang kita terhadap dunia, dan hal-hal penting lainnya.
Jangan sampai menjadi bagian dari orang-orang yang memiliki pemahaman bahwa menutup aurat adalah pilihan bukan kewajiban, ini jelas pemahaman yang keliru, bahkan bisa pada tahap menyesatkan jika ini di "kampanyekan", sehingga orang lain mengikuti pemahaman ini. Sungguh berat pertanggungjawabab di hadapan Allah Ta'ala nantinya.
Yang benar, menutup aurat adalah kewajiban, baik bagi muslim maupun muslimah. Dan bagi muslimah adalah dengan jilbab syar'i. Jangan sampai menjadi orang-orang yang secara tidak sadar menjalankan rencana-rencana busuk musuh-musuh Islam dan kaum munafiqin, mereka yang ingin menghancurkan syariat Islam dengan menjadikan Islam agama yang hanya sekadar mengatur persoalan ruhiyah, padahal Islam lebih daripada persoalan ritual, melainkan "way of life".  
Fenomena di akhir zaman ini, yang haq dan bathil akan terus saling bersinggungan. Bahkan kita bisa melihat bagaimana orang dengan mudahnya mentoleransi hal yang tidak seharusnya ditoleransi.
Laa hawla wala quwwata illa billah.
157 notes · View notes
syarmaaa · 3 years
Text
WP #37 Tadika Mesra
Tumblr media
“.. satu kesempatan, sekali lagi, yang sangat diinginkan ..”
Kesempatan adalah bagian dari harapan yang teramat dalam tapi kadang tampak mustahil untuk diwujudkan menjadi kenyataan. Namun jika kau miliki satu kesempatan sekali lagi, kira-kira kesempatan apa yang ingin kau tuliskan di sini?
---
Kalaupun diberi kesempatan, aku ingin sekali lagi mengulang foto KTP. Tidak lebih, tidak kurang.
Aku sendiri pun enggan melihat potret diriku dalam KTP sendiri. @worldofneptune
---
Kesempatan yang gugur, biasanya dihadapkan oleh pilihan-pilihan, dan kamu masih berpeluang besar untuk berhasil. @benkss
---
Semoga kita masih diberi kesempatan untuk hidup lebih lama agar dapat memperbaiki segala amal ibadah. Aamiin @sfwhkml9
---
Tak pernah bersua meski bersahabat sebab jarak yang menyekat. Tak kunjung berdekat meski rindu terlampau berat. Semoga masih ada sempat dan sehat, dipertemukan di saat yang tepat dengan sapa yang hangat, meski dalam waktu yang singkat.
@meremahrindu
---
Tiada yang perlu diputar kembali—bagaimanapun juga, Tuhan akan tetap menuliskan cerita yang berbeda dengan apa yang kusematkan di dalam doa.
@ariqyraihan
---
Aku tidak ingin meminta kesempatan untuk mengulangi yang telah lalu, sebab rasanya mustahil menawar takdir dan waktu. Aku hanya meminta kesempatan kepada diriku sendiri, beranilah mencintai sekali lagi. @kkiakia
---
Dan pertanyaan mengejutkan itu saya dapatkan dari teman saya ketika berada didepan teras rumahnya. Sepertinya dia sedang terbebani oleh banyak pikiran.
Kawan : Bolehkah saya bertanya sesuatu?
Saya : Boleh, apa itu?
Kawan : Setiap dari kita pasti memiliki kesalahan, bukan? Penyesalan yang memaksa kita selalu kepikiran dan mengingatnya. Nah, pertanyaannya jika kau diberikan kesempatan untuk menghilangkan kesalahan terbesarmu, kesalahan apa yg ingin kamu hilangkan?
Aku : Jika aku diberikan kesempatan itu mungkin. aku ingin belajar lebih giat lagi agar aku tidak menjadi bodoh seperti sekarang. Dan mungkin aku sudah berada di tempat yg aku inginkan.
Kalau kamu,kesalahan apa yg paling ingin kau hilangkan ?
Kawan : Kelahiranku ...
@rasyiddinalhafidz
---
Aku ingin meminta—tapi terlalu banyak keinginan. Adakah kesempatan kedua?
Namun, jangan banyak bermimpi. Yang selesai memang harus sudah usai, bukan untuk mengulangi kesalahan yang kedua kali.
Maka, terima kasih. Mungkin kesempatan memang belum tercipta untukku.Tetapi, terima kasih, untuk tidak terbuai oleh manisnya masa lalu.
Kesempatan akan selalu ada, tapi mungkin tidak kutemukan dalam dirimu. Mungkin. @asimetris
---
"Pesan Lelaki Yang Mencintai Bunga"
Ingatlah nak.
Tak ada yang namanya kesempatan. Yang ada hanyalah kepekaan, kejelian, kearifan, kebijaksanaan dalam merasakan, lalu menyadari tanda-tanda yang diberikan Tuhan berupa pilihan-pilihan. Kejelianmu menentukan mana di antara pilihan yang ada menjadi takdirmu yang digariskan sang penguasa semesta. Salah kau memilih, luka atau kecewa, gagal dan penyesalan harus kau alami sebelum kau memilih dengan tepat takdir hidupmu.
Maka ariflah dalam memilih, bijaklah dalam menimbang pilihan-pilihan yang ada. Pekalah pada apa yang ditetapkan Tuhan untukmu. Waktu dicipta untuk mematahkan setiap kebohongan yang ada. Sebab itu, ia tak kan pernah terulang atau kembali ke belakang. Semua kita dikaruniakan waktu sesuai ketentuan yang ditetapkan atas masing-masing kita. Maka cepat atau lambat kemajuan jalan hidupmu, bergantung pada pekamu, bergantung pada jelimu, bergantung pada arifmu, bergantung pada bijaksanamu dalam memilih mana di antara pilihan-pilihan yang ada, yang merupakan suratan takdirmu yang telah Allah gariskan.
Sebab di antara kita para manusia, seyogyanya memang harus berbeda. Seyogyanya dengan berbeda, kita dapat saling menjadi sebab musabab Tuhan melimpahkan karunia-Nya, atas apa yang telah ditetapkan atas diri kita. Dan kita telah menyanggupinya sebelum ruh kita ditiup ke bumi. Tuhan telah mengajarkan segala, lewat Qur'an kitab suci-Nya. @barakelana
---
Mustahil. Tapi aku ingin mengenalmu lebih cepat daripada sekarang, agar kau juga aku tidak perlu berlama-lama menjadi orang asing untuk satu sama lain. @langitawan
---
Kesempatan?
Aku tidak mungkin akan berandai, apalagi memutar waktu kembali seperti kala itu.
Namun, jika aku diberi dua pilihan. Menangis di hadapanmu bukanlah kesengajaan yang aku paksakan. Melainkan, kesempatan awal seharusnya aku tak boleh asal percaya; kamu. @rosdarodhiyana
---
Terkadang aku terlupa untuk menghargai apa yang dimiliki sekarang, termasuk bisa merasakan kebersamaan dengan keluarga. Semoga bisa memuliakan mereka selagi ada kesempatan. @zulzone
---
Kamu tau, kesempatan bertalian erat dengan penyesalan. Jika saja waktu dapat berulang kembali, jika saja Tuhan memberiku satu kesempatan lagi, jika saja saat itu aku tidak mengabaikannya. Demikianlah.
@manifestasi-rasa
---
Tetap mintalah kesempatan selagi masih terbuka pintu doa juga harapan. Karena penyesalan terbesar adalah tatkala setiap amal dimintai pertanggung jawaban dan tertutupnya semua kesempatan. @hafidhulhaqq
---
Selamat melangitkan kesempatan, sebagai doa-doa yang tidak menyerah.
Pojok Kelas Tadika Mesra, 13 Februari 2021.
139 notes · View notes
syarmaaa · 3 years
Text
Melembutkan Hati dengan Meredamkan Kemarahan
Tumblr media
Hari-hari ini, kita melihat semakin banyak perangai keburukan yang dilakukan manusia. Tak lain, salah satunya karena semakin banyaknya manusia yang tak lagi mengenal hatinya dan membiarkan hatinya dikendalikan oleh setan yang memunculkan amarah. Padahal hakikatnya, marah adalah nyala api yang tinggal di dalam hati. Jika nyala api dalam diri seseorang menyala, maka pertalian setan didalam dirinya akan menguat.
Rasulullah bersabda, “Marah akan merusak iman seperti pahitnya jadam merusak manisnya madu. Tiadalah seseorang marah melainkan ia mendekati Jahanam.” Seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah, “Apa sesuatu yang paling berat?” Rasulullah menjawab, “Kemarahan Allah.” Lelaki itu bertanya lagi, “Lalu apa yang bisa menjauhkan saya dari kemarahan Allah?” Rasulullah menjawab, “Jangan marah.”
Orang yang sedang marah akan memunculkan sikap-sikap berikut :
Wajahnya memerah padam, gemetar di sekujur tubuh, dan gerakannya berubah tidak beraturan.
Lisannya tak terkendali berisi umpatan, caci maki, sumpah serapah, dan kata-kata kotor.
Munculnya tindakan tubuh seperti memukul, membunuh, melukai diri sendiri dan orang lain.
Memenuhi kalbu dengan dendam dan dengki sehingga seseorang akan senang melihat orang lain sedih dan menderita atau sebaliknya.
Menurut Imam Al-Ghazali, ada 10 akhlak tercela yang bisa menyulut kemarahan yaitu kesombongan, bangga diri, keangkuhan, senda gurau, lawakan, mencemooh, caci maki dan celaan, aniaya, pengkhianatan atau ingkar janji, serta rakut terhadap harta dan jabatan. Seseorang tidak akan bisa membebaskan diri dari marah selama masih ada faktor penyulut marah tersebut.
Lantas, bagaimana melenyapkan kesepuluh faktor tersebut? Yaitu berlatih dan bersedia menanggung kesulitan untuk melawannya.
Kesombongan dilenyapkan dengan tawadhu. Bangga diri dilenyapkan dengan mawas diri (mengenali diri). Keangkuhan dilenyapkan dengan kesadaran akan banyaknya dosa yang dimiliki. Senda gurau dilenyapkan dengan menyibukkan diri menunaikan kewajiban-kewajiban yang bisa mengisi usia dan menjadikannya berharga. Lawakan dilenyapkan dengan kesungguhan melakukan berbagai keutamaan, akhlak yang baik, dan ilmu-ilmu agama.
Penghinaan dilenyapkan dengan menjauhkan diri dari tindakan menyakiti orang lain. Caci maki dilenyapkan dengan menjauhkan diri dari kata-kata buruk dan menjaga diri dari jawaban-jawaban pahit. Celaan dilenyapkan dengan meniadakan rasa diri terhormat dan menarik diri dari aib dan cacat orang lain. Aniaya dilenyapkan dengan merasa takut kepada Allah dan balasan hari akhirat. Ingkar janji dilenyapkan dengan bertekad memenuhi janji. Rakus harta dilenyapkan dengan qana'ah seperti sekadar memenuhi kebutuhan pokok dan mengangkat diri dari kehinaan meminta-minta.
Maka menjadi penting untuk kita selalu merenungkan faktor-faktor yang bisa menyebabkan diri kita melampiaskan kemarahan dan menahan marah, serta menyibukkan diri kita dengan ilmu dan amal. Saat menahan marah pun, kita harus menahannya karena Allah, bukan karena selain-Nya. Kemudian, setelah kita berhasil menjadi pribadi yang bisa menahan marah, kita belajar menjadi pribadi yang bisa memaafkan dan bersabar.
Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 134, “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”.
Frasa: Perempuan, Ilmu dan Rasa
94 notes · View notes
syarmaaa · 3 years
Text
rezeki itu nggak hanya yang datang kepada kita atau yang kita miliki. yang nggak datang kepada kita atau yang nggak kita miliki bisa jadi juga rezeki kita. kalau berdoa, boleh minta rezeki yang banyak. lebih boleh lagi minta rezeki yang baik. sebab yang banyak belum tentu baik. selalu pilih yang baik.
399 notes · View notes
syarmaaa · 3 years
Photo
Tumblr media
Antara Hujan dengan Ujian
Ialah hujan, salah satu rahmat Allah dari sekian banyak kenikmatan. Salah satu rahmat Allah yang menjadi sumber kehidupan. Menyuburkan tanaman serta sebagai turunnya harapan bagi makhluk-Nya yang kekeringan. 
“Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji.” (QS. Asy-Syuura : 28)
Ialah hujan perumpaan bagi sebuah ujian. Ibarat hujan yang turun dalam sebuah perjalanan, maka kita harus terus melewatinya agar sampai pada tujuan. Berbekal pelindung hujan dan percaya bahwa suatu saat hujan akan berhenti, walaupun entah kapan.
Begitu pula dengan ujian. Jika ada reda di setiap hujan, maka ada pula akhir di setiap ujian. Tinggal bagaimana diri kita menyiapkan perbekalan. Yang pasti harus dengan memperbanyak sabar dan menguatkan iman. Sehingga bagaimanapun ujiannya, kita percaya bahwa akan ada akhir baik yang Allah berikan.
“Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan bala’ untuk mereka. Barangsiapa yang ridha, maka ia akan meraih ridha Allah. Barangsiapa siapa yang marah pada Allah, maka Allah pun marah padanya.“ (HR. Ibnu Majah no. 4031)
Ialah hujan pula, yang menjadi ujian itu sendiri bagi kita. Bisa mengubah nikmat menjadi musibah. Salah satunya disebabkan oleh rusaknya alam pada pegunungan, bukit, dan sawah. Serta semakin banyaknya gedung, rumah, hingga villa yang mewah. Akibatnya kurangnya pohon yang menguatkan tanah dan sulitnya air yang meresap hingga bawah.
Sudah saatnya kita sadar akan lingkungan yang Allah berikan. Mulailah dari tidak membuang sampah sembarangan, hingga bersama-sama melestarikan hutan. Bonusnya, kita juga bisa sambil menabung amalan untuk di alam kehidupan yang akan datang.
"Muslim mana saja yang menanam sebuah pohon lalu ada orang atau hewan yang memakan dari pohon tersebut, niscaya akan dituliskan baginya sebagai pahala sedekah.” (HR. Bukhari)
Maka mau hujan yang manapun, semuanya ada hikmahnya. Sehingga jangan lagi kita mencela maupun berkata buruk tentangnya. Karena hujan adalah rahmat dari Ar-Rahman. Karena pada hujan, ada pelajaran tentang sebuah kepercayaan. Karena dengan hujan, kita menjadi lebih menghargai lingkungan. 
Semoga kita bisa lebih menghargai dan mengambil hikmah dari setiap hujan yang Allah berikan. Semoga kita semua dikuatkan dalam setiap ujian. Semoga kita menjadi pribadi yang lebih baik dengan setiap ujian yang datang. 
“Wahai anakku, ketahuilah bahwa emas dan perak diuji keampuhannya dengan api sedangkan seorang mukmin diuji dengan ditimpakan musibah.” (Luqman Al-Hakim)
264 notes · View notes
syarmaaa · 3 years
Text
Terus Beranjak: "Hati yang Beruntung"
Adalah hati yang paling beruntung ketika Allah mampukan ia memandang dunia tak lebih dari sekedar sehelai sayap nyamuk.
Adalah hati yang paling beruntung ketika Allah mampukan ia menerima segala bentuk takdir yang Allah beri meski sebenarnya begitu berat untuknya. Bukan tidak mau mengeluh, tapi hatinya tau kemana ia harus mencurahkan segala keluh kesah, khawatir, dan rasa gelisahnya.
Bukan tak menginginkan dunia, tapi ia tau ada yang lebih berharga dari dunia dan seisinya. Ia ingin pulang kepada Allah dengan membawa iman dan hati yang selamat suatu saat nanti.
Yang ia pinta hanya ingin dikuatkan dari segala bentuk ujian yang Allah berikan. Diberikan rasa syukur yang melimpah terhadap apapun yang Allah berikan. Meminta diberikan rasa cukup terhadap apapun rezeki yang Allah beri. Meminta agar dirinya senantiasa dipalingkan dari gemerlap dunia yang fana.
"O ya Allah berikan aku hati yang teguh di jalan-Mu hingga akhir dan berikan hamba wafat yang husnul khatimah" ucapnya di waktu-waktu rahasianya dengan Allah.
Makassar, 13 Februari 2021 | @terusberanjak
110 notes · View notes
syarmaaa · 3 years
Photo
Tumblr media
Hujan tidak pernah menyalahkan payung yang menghalangi untuk membasahimu, dia tau bahwa ia hanya akan membasahi pada semua yang sedang membutuhkannya.
Saat semua harapmu yang ternyata jatuh pada orang lain, sementara doamu dan keringatmu telah basah tersebab kamu menginginkannya, percayalah jika orang tersebut lebih membutuhkannya dibanding dirimu. Ada rahasia-rahasia langit yang tidak akan kamu ketahui, untuk semua kebaikanmu.
Hujan pun selalu berteman baik dengan petir, menjadikan setiap orang yang mendengarnya akan segera bergegas untuk berlindung. Setiap kegagalan dalam hidup ini, akan selalu berteman dengan ejekan atau gunjingan dari orang lain, bersabarlah dan biasakanlah. Jangan terlalu membencinya, karena darinya kamu akan semakin kuat untuk bangun dan terus bergerak menghampiri cerahnya masa depan. Bahkan untuk setiap petir dan hujan yang bergemuruh di langit, pasti akan segera menunjukkan awan mendung yang terbuka dan mulai masuknya cahaya mentari bukan ? terkadang pula berhiaskan pelangi bukan ?
Dan ingatlah, bahwa hujan menandakan terbukanya pintu langit. Berdoalah dan berharaplah, semoga hatimu selalu terpaut padaNya.
Untuk setiap rintik ini, semoga bisa menjadikan hati yang bersyukur dan merendah, atas semua doa yang terijabah dan kebaikan yang datang masih bisa kamu rasakan, meski dosamu terlalu banyak.
Melembutlah. @jndmmsyhd
549 notes · View notes
syarmaaa · 3 years
Photo
Tumblr media
Antara Hujan dengan Pelangi
Mengeluh. Bisa berbentuk ucapan ataupun perbuatan. Yang tanpa kita sadari sering lakukan. Yang hampir setiap hari kita ungkapkan.Tapi bukankah ini sia-sia kawan? Lebih baik untuk hal lain kita manfaatkan. Sia-sia karena tidak ada hal yang bisa didapatkan selain ketenangan yang hampa. Semu dan sementara. Padahal Allah akan menepati janjinya. Terutama bagi orang yang sabar dan percaya.
Keluhan. Hal yang sering kita ungkapkan ke orang lain maupun ke teman. Dan kadang kala kita merasa lega setelah melakukan. Walaupun tidak selalu memberikan jalan akan sebuah permasalahan. Namun bagaimana jika orang atau teman tersebut menghilang? Mau kemana keluhan ini dilepaskan? Maka luapkan keluhanmu kepada Allah semata. Ingatlah selalu, bahwa Dia akan datang. Menerima setiap keluhan yang kamu tumpahkan. Yang pasti akan memberikan jawaban. Tentu dengan cara-Nya yang tak disangka. Meskipun kita tidak tahu kapan waktu tepatnya. Namun,selalu ingat bahwa janji-Nya sungguh nyata. Seperti pada surat Al-Insyirah ayat 5 dan 6 yang artinya: (5) Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. (6) Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.
Hujan sering kali dilambangkan dengan kesedihan. Turunnya juga sering dianggap pertanda keburukan. Padahal di dalamnya banyak sekali kenikmatan dan keberkahan. Sedangkan pelangi sering kali dilambangkan dengan kebahagiaan. Karena yang ditampakkannya adalah sebuah keindahan. Membuat orang melihat dengan segala kekaguman. Itu semua adalah keagungan alam. Yang Allah SWT ciptakan agar kita ambil pelajaran.
Memang dalam kehidupan pasti kita melewati suatu cobaan maupun tantangan. Karena di dunia ini tidak ada yang kekal selain Allah Yang Maha Menciptakan. Yakinlah semua itu akan berlalu. Percayalah semuanya pasti ada jalan untuk terus maju. Seperti kita yang merindukan pelangi, namun hujan haruslah kita nikmati. Karena jika tidak ada hujan, maka tidak ada pelangi.
Allah mengetahui yang terbaik bagi kita, lantas mengapa harus mengeluhkan derita? Sering kali kita selalu menginginkan datangnya pelangi, tapi Dia tahu bahwa hujan harus turun tuk membasahi. Memang rencana-Nya sungguh lah indah untuk dinanti. Datang dengan cara yang tak terduga. Tiba di saat yang tak disangka. Cukuplah bagi kita untuk selalu percaya.
453 notes · View notes