Tumgik
tentang-rasa-2021 · 2 years
Text
Anak piara
Namanya Natan. Bapaknya tak kuasa melihat dia ketika baru dilahirkan karena sejak Ibunya mengandung, dia sudah diminta oleh istri kepala sekolah yang juga sekaligus sebagai atasan Bapak yang sehari-hari bekerja sebagai guru honor sekolah. Hanya ada dua kemungkinan, tak berani menolak atau karena memang keluarganya sedang butuh uang sehingga berani menyerahkanku untuk dipiara oleh Mama lain yang lebih membutuhkan kehadirannya.
Natan kecil tinggal bersebelahan dengan keluarga aslinya. Tak banyak yang disayangkan sebab mama punya beberapa orang anak, sangat berbeda dengan istri kepala sekolah yang merasa sunyi sebelum Natan dilahirkan.
0 notes
tentang-rasa-2021 · 2 years
Text
Mama, Bawa Aku Kemanapun Kau Pergi
Ibu dengan dua orang anak yang beranjak pindah ke kampung pelosok di Papua Barat. Sejak disahkan sebagai PNS guru, ibu ini memutuskan untuk berpisah dengan suaminya, ia tinggal di kampung tempat tugasnya bersama Angkasa anak keduanya, sedangkan suaminya tinggal di daerah yang dekat dengan kota bersama anak pertamanya, Awan.
0 notes
tentang-rasa-2021 · 2 years
Text
Angan Palsu
Perempuan dengan tipikal mudah jatuh hati, tapi sulit melupakan. Terlalu beresiko untuk menjatuhkan pilihan, sebab jika patah maka akan sulit untuk tumbuh kembali.
Itulah aku.
Aku yang dikira orang keras tapi sebenarnya memiliki perasaan yang mudah diadu, terombang-ambing apalagi jika berada pada fase meniadakan masa lalu dengan ceritanya yang begitu indah, sangat sulit dilupakan.
Proses mengenal seseorang memberikan pelajaran bahwa tidak semuanya perlu diberikan, termasuk ungkapan rasa sayang dan segera memiliki yang terlalu berlebihan.
Lalu?
Apalagi jika si dia hanya menanggapi dengan candaan. Acapkali dimintai alasan mengapa menaruh hati tapi justru yang dibalasnya hanyalah ketidakpastian, yah udahlah.
Sepertinya kamu harus melanjutkan perjalananmu. Ini bukan tempat persinggahan yang kau tuju. Di depan sana masih berjejer tangan terbuka untuk menyambutmu.
Cukup bersiaplah🙂
Bergegas dengan kehadiran dirimu yang utuh, terlepas dari keadaan yang menguraikan kamu menjadi kepingan, kau pikir itu akan hancur dulu.
TIDAAAAK.
Ini adalah fase kamu menyelami dirimu hingga ke bagian terdalam, meneropong sampai jauh target yang kamu cita-citakan.
Kata Asma Nadia dalam bukunya "Love Notes", kepedulian adalah tanda kasih. Itu hal mutlak ketika kamu ingin menilai seseorang.
Jika dia tidak mempedulikanmu, apalagi susah memberikan kabar karena kesibukannya, apa yang harus dipertahankan?
Cukuup ah, bosan terus menguras tenaga karena memikirkan orang lain yang belum tentu menyimpan kontakmu di hpnya. Eh. Hahaha
Perasaan dan apa yang kamu pikirkan, itulah yang kenyataannya bisa kamu kontrol. Pikiran dan cara orang lain bersikap kepada kita yang jauh dari pengontrolan kita.
Jadi?
Menata hati dan pikiran bisa dimulai dari dirimu sendiri. Bersiaplah untuk menemukan dirimu yang utuh, selesaikanlah problematika dengan masa lalu yang seenaknya datang menghantui. Kamu berhak memerdekakan diri, termasuk menentukan arah yang ingin kamu tuju.
Yuk belajar dan menggali ilmu agama, sebab tidak semua hal bisa diselesaikan dengan logika matematika atau prosedural saintifik.
Banyak hal yang bisa dipahami dengan bimbingan guru yang mengerti agama.
Bismillahirrahmanirrahim ...
0 notes
tentang-rasa-2021 · 2 years
Text
Menjadi Mama-able
Istilah "able" disadur dari bahasa inggris, artinya mampu atau dapat. Penggunaannya biasa berkaitan dengan sifat kata benda yang dipadankan. Mama-able yang saya maksud yaitu karakter keibuan yang kuat pada diri seseorang, khususnya yang sudah menjadi Mama bagi anak-anaknya.
Mama Lajame, begitu saya dan teman-teman Pengajar Muda (PM) memanggilnya. Salah satu guru honor daerah yang mengabdi di Kampung Undurara, daerah penempatan PM yang belum tersentuh oleh jaringan. Beliau juga ikut dalam rombongan guru dan kepala sekolah ketika saya bersama 3 orang PM lainnya diajak mengunjungi kampung penempatan Kak Suci yang berada di daerah pegunungan Papua Barat. Sebelum keberangkatan menggunakan mobil Hilux yang memuat sekitar 5 orang di dalam mobil dan 8 orang yang bertumpuk di bagian belakang, saya sempat ragu karena membayangkan perjalanan yang menantang dan sebenarnya ketakutan terbesar saya adalah mabuk perjalanan. Ternyata benar 100%. Saya menahan mual selama berada di mobil dan untungnya bisa dikeluarkan ketika sudah tiba di tempat tujuan, dua kali saya mengalaminya yakni ketika sampai di Undurara dan juga sewaktu pulang ke Wasior. Mama Lajame yang memberikan banyak wejangan selama berada di penempatan, itulah yang kembali menguatkan saya.
Ketika mobil mengantarkan kami ke kampung, jam sudah menunjukkan pukul 18.35 WIT. Hari sudah gelap dan sunyi karena kita tinggal di kopel guru yang letaknya agak jauh dari kampung masyarakat. Hanya ada tiga rumah yang berjejer tepat depan sekolah yaitu dua kopel guru dan satu rumah Pak Mantri yang biasa disingkat jadi Paman di ujung jalan masuk ke halaman sekolah.
Papan nama sekolah bertuliskan SD Undurara yang biasa saya lihat dari telepon genggam Kak Suci, akhirnya bisa saya lihat secara langsung.
"Yeayy, senang sekali", gumamku.
Perjalanan berdurasi 4-4,5 jam itu melewati bukit, aliran sungai yang berada di atas jalan, jembatan kayu ala kadarnya, sebagian jalan belum beraspal yang tertimbun banyak bebatuan, dan tentunya jurang yang tepat berada di sisi jalan karena daerah yang akan kami datangi masih dikelilingi oleh hutan yang pohonnya lebat dan menjulang tinggi, ditambah dengan pemandangan burung elang yang menari bebas di hamparan langit yang memesona itu.
Segar, asri dan tentunya alam yang masih kuat.
Mama Lajame seolah menjadi tameng bagi kami. Sesampainya di kopel guru, kami langsung disambut dengan teh hangat dan roti yang dibawa dari kota untuk melawan dinginnya udara Undurara di malam hari.
"Berrr, dingin euy", kataku.
Mama bilang, justru malam itu tidak terlalu dingin. Mungkin karena kami berkumpul dalam satu rumah, lumayan ramai saat itu karena ada 7 guru perempuan yang tinggal di kopel guru.
Kehangatan Beliau sangat terasa selama berada dalam satu atap, ditambah lagi dengan cerita perjuangan menjadi guru di tempat itu ketika belum ada jalan beraspal sehingga harus berjalan kaki beratus-ratus KM untuk sampai di tempat tugas. Untungnya, listrik sudah bisa dirasakan di kampung ini. Itupun baru dirasakan sepanjang tahun 2022 karena ada bantuan APDAL dari kominfo Teluk Wondama yang menyasar daerah terpencil seperti Undurara ini.
Meskipun termasuk daerah terluar, Undurara menyimpan keindahan alam yang asri. Udara yang sejuk, keanekaragaman hayati yang terhampar luas dan tentunya senyum manis Orang Asli Papua (OAP) yang bermukim di tempat ini. Pengaruh alam yang masih kuat inilah yang mengatur banyak sendi kehidupan bermasyarakat, terutama banyaknya larangan bagi pendatang.
Mama sering bilang, suara tidak boleh terlalu keras. Termasuk ketika tertawa, volumenya perlu diperkecil.
"Wuahahaha, buarrr, tawaku pecah pagi itu", tak tertahan lagi karena ulah Intania, salah satu PM yang punya keunikan.
Mama langsung bangun di hari Senin pagi itu, beliau sontak bertanya, siapa yang ketawanya besar sekali? Teman-teman menjawab, maaf mama itu ketawanya Sakina.
"Selama di sini, ketawa dan suara itu diperkecil yah Kina", begitu Beliau menasehatiku di pagi hari ketika aktivitas sudah dimulai.
Kebutuhan air dipenuhi dari penampungan air hujan yang dibuat manual dari seng dan wadah plastik besar, dipasang dan disimpan depan rumah.
Lalu, bagaimana jika hujan tak turun?
Jerigen akan dibawa ke aliran air yang jaraknya beberapa meter dari kopel guru. Bukan sungai yang mengalir, tapi hanya genangan air yang sengaja dibuatkan semacam parit untuk dilalui air. Sedangkan tempat untuk Buang Air Besar (BAB) tepat berada di sisi jalan, dinding kayu dilengkapi dengan pintu seng dan beratapkan langit.
Betul-betul WC darurat. Sengaja dibangun di situ karena di bawahnya ada aliran air kecil yang setidaknya bisa mendorong kotoran yang terbuang. Air ditampung di jerigen, lalu dibawa ke WC darurat tadi.
Kebiasaanku BAB di pagi hari pecah tak terhankan. Saya membawa satu jerigen berisi air hujan yang diisi di depan rumah, membawa ember dan timba kecil ke arah WC darutan ini. Tentunya ditemani oleh Mama. Saya masuk menuang air di ember kecil, sedangkan mama menunggu di luar sambil memegang jerigen.
Sesekali Mama membunyikan jerigen sambil bernyanyi, sedangkan saya masih bergelut dengan diri sendiri di dalam gubuk darurat itu.
Banyak lebah bertebaran. Juga ada ulat bulu yang melekat pada kayu yang sudah mulai lapuk.
Untung saja langit dan pepohonan menjadi atap yang memberikan pemandangan asri. Walaupun lama berada di gubuk ini, hati tetap senang. Tapi tetap was-was juga sih. Hahaha.
Takut ada mobil yang tbtb datang, jadi mama tak hentinya melantunkan nyanyian sebagai pertanda masih ada Beliau di luar sana menungguku.
Tujuan utama kami datang ke kampung ini yaitu mengumumkan kelulusan kelas VI. Saat semua sudah siap dalam ruangan, lima guru Undurara termasuk PM duduk di depan kelas, kepala sekolah duduk terpisah agak di pojokan, PM disediakan tempat duduk di sisi kelas yang berhadapan dengan perwakilan jemaat dari gereja, orang tua dan murid kelas VI berada di pososi depan yang langsung berhadapan dengan dewan guru, dan dibelakangnya juga duduk gabungan murid kelas I-V yang jumlahnya hanya beberapa saja.
"Buarrr", kehangatan suasana pengumuman itu sangat terasa. Apalagi di bagian menyanyikan lagu "Indonesia Raya" dan "Tanah Papua" secara bersama-sama. Suasana khidmat sesekali menjadi sendu ketika mendengar salah satu orang tua murid kelas VI yang mencoba melafalkan lirik lagu kebangsaan. Dia mencoba, meskipun belum hafal. Orang tua lainnya yang tepat berada di sampingnya, justru sama sekali tidak membuka mulut.
Entah mereka hapal atau tidak, atau justru mereka tak bisa berbahasa Indonesia?
Orang tua yang mendampingi kelulusan anaknya hanya tiga orang. Memang yang diluluskan tahun ini jumlahnya hanya begitu.
Ketika proses pengumuman ini berlangsung, saya melihat mata Mama mulai berair. Sesekali Beliau menyeka pelupuk matanya yang mulai basah. Ditambah lagi ketika berdiri, bernyanyi lagu "Tanah Papua". Tubuhku merinding, mendengarkan lirik lagu ini lamat-lamat seolah menyadarkanku tentang keindahan Papua Barat yang sekarang ini saya jelajahi bersama teman-teman di Teluk Wondama.
Mama Lajame sekaligus jemaat gereja yang selalu mengiringi kami dalam doa, Beliau menunjukkan kasih sayang begitu mendalam. Darinya saya banyak belajar tentang penerimaan, arti sabar dan tentunya semangat juang tiada balas. Hanya Tuhan yang selalu membersamai🙂.
Terimakasih Mama sudah menjaga kami, seperti penjagaanmu kepada anak kandung sendiri🥰.
Cerita Undurara, 19-20 Juni 2022
#ExperienceUnduraraMemangMantap
1 note · View note
tentang-rasa-2021 · 2 years
Text
Kebebasanku Ternyata Terbatas
Perjalanan siang terik itu mengisahkan catatan, keramaian di kampung baru seolah memanggilku tuk mengunjungi tempat ini. Lalu, pergilah aku bersama anak-anak dengan berjalan kaki.
"Ibu, bisakah lewat?" Suara anak² lirih, silih berganti selama perjalanan menuju pemekaran kampung. Setelah berunding sebelum berangkat mengenai jalur yang akan dituju, lewat pinggir laut atau tengah hutan. Tak ada orang dewasa yang ikut, akhirnya laut adalah jalur terbaik untuk dipilih.
Serrr,
Aww,
Tolong ibu,
Ternyata batu karangnya tajam dan runcing. Aku yang pakai alas kaki saja merasa sakit, bagaimana dengan mereka yang tanpa alas kaki?
Tangan mereka ulurkan untuk membantu, "Ibu, lewat sini. Ini jalannya bagus, tidak licin", sorak mereka secara bergantian sebagai pemandu jalan.
Jalan bahkan lari tanpa alas melewati batu karang, angkat tombak ikan, juga barang bawaan seperti persediaan makanan.
Aku melihat kebebasan yang selama ini terkungkung. Ahh, anak-anakku membukakan tabir itu.
Aku lalu bergumam, malah sering menertawakan diri sendiri.
"Terimakasih yah nak, sudah menunjukkan jiwamu yang bergerak bebas tanpa ada kekang. Meskipun ibu tahu, kalian ditempa sangat keras di tanah ini", pikirku.
Tak hanya itu nak, kebebasanmu terbentang jauh seperti kail pancing dan jaring yang dibuang di laut
Tiap pagi ketika masuk kelas, Ibu tak luput menanyakan makanan apa yang kalian santap sebelum ke sekolah
"Ibu, saya makan nasi kosong campur teh", teriakmu begitu penuh semangat.
"Kalo saya Ibu, makan biskuit saja".
"Saya Bu, selalu makan ikan yang dipancing belakang rumah".
"Mama di rumah putar teh saja Bu tadi pagi, kalo kebetulan daun teh masih ada".
Mereka sahut-sahutan memenuhi ruang kelas. Riuh dengan antusias yang menjalar ke diri tiap anak.
Mungkin bagi kebanyakan orang di luar sana termasuk aku, adalah orang yang sering mengeluhkan makanan. Selalu saja perasaan marah mencuat bila mama di rumah tak menyiapkan makanan, apalagi kalo sampai berhari-hari makanan yang tersedia hanyalah lauk pauk yang dibeli karena tak sempat memasak.
Tunggu saja, hanya keluhan dan perasaan menggurutu seharian. Itulah Ibu nak, seusia kalian dulu.
Kalian selalu punya cara untuk eksplorasi diri nak,
Terlalu banyak cara untuk membunuh rasa bosan kalian, mendayung walau harus meminjam perahu, memancing meski bermodalkan kail tanpa umpan, memanjat pohon pinang untuk menerima upah, memunguti kelapa kering sepanjang perjalanan menyusuri jalan hutan, atau bahkan menghabiskan waktu di daratan untuk bermain voli, kelereng, atau sekadar lari-larian mengejar bola kaki plastik.
Ibu melihat lamat-lamat perjalanan mu nak ketika malam hari harus membantu Bapak mencari ikan untuk makan besok paginya, atau pasang jaring untuk budidaya teripang agar bisa dijual nak, sedangkan paginya kembali ke sekolah dengan mata merah dan melawan rasa kantuk.
Tak hanya kalian yang belajar di sekolah,
Ibu juga sedang belajar dengan sungguh dari setiap kejadian, nak.
Sebab aku tersadar bahwa batasan yang kubuat perlu dibentangkan lebih luas lagi.
Yomakan, 11 Juni 2022
0 notes
tentang-rasa-2021 · 2 years
Text
Air Laut yang Pasang
Juni datang dengan serbuan kabar yang menggemparkan dari alam. Tiga purnama di penempatan seolah menjadi catatan sebagai bahan refleksi yang patut dirayakan. Bulan pertama berada di daerah asing dengan ratusan wajah berpaling. Seolah mempertanyakan keberadaan orang baru tanpa marga di belakang namanya. Bulan kedua menjalani ibadah puasa dengan bekal suara azan dari aplikasi di telepon genggam sebagai pengingat. Belum terbiasa tapi begitu lekat dengan kehangatan toleransi. Dibawakan kelapa, kepiting, ikan, lobster, katanya untuk Ibu buka puasa. Memasuki purnama ketiga yang datang penuh gundah. Perasaan marah, sedih, apalagi sakit saat tak ada orang lain bisa membantu. Aku banyak terlena dengan waktu. Aku merasa masih sibuk dengan dunia yang kugenggam dari balik layar telepon genggam. Berselancar seenaknya, apalagi jaringan sangat mendukung. Aku marah pada diriku yang kadang berada di luar kendali. Terlalu lama menghabiskan waktu sendiri.
Akhir-akhir ini, emosiku mudah meluap. Aku gampang marah depan anak-anak. Masa bodoh dengan orang lain, bahkan aku sering abai pada urusan makan. Padahal tubuhku bekerja tanpa kenal jeda. Berpikir, bergerak, bahkan menyelesaikan tugas yang masih bisa aku kerjakan.
Kekesalanku akan melebur ketika aku membasahi tubuhku di air laut. Meskipun dingin, tapi emosi yang aku terima bisa hanyut dibawa gelombang.
Air pasang, badai di laut, hujan tiada henti, dan kabar kesakitan lainnya semoga menuju muaranya. Reda dan berbaurlah, sebab tak ada sakit yang mengenakkan tubuh.
Maka bersegeralah...
Masih banyak yang bisa dieksplorasi selama semangat masih melekat di pundak dan senyuman senantiasa merekah.
Anak-anak menunggumu di ujung jalan, lalu memanggil nama Ibu...
Dekat dan merapatlah. Mereka butuh uluran tanganmu yang hangat merapikan barisan huruf yang masih mereka rangkai.
Berlanjut ...
0 notes
tentang-rasa-2021 · 2 years
Text
Ternyata kita tak berjodoh
Sudah hitungan tahun rasa sakit yang ia pendam, seorang ibu rumah tangga yang sudah mengantongi surat perceraian. Beberapa kali menerima undangan dari pengadilan, tapi nihil. Tak satupun undangan itu dipenuhinya. Katanya, tak ada gunanya anak dari tiga orang anak ini datang membela diri, toh Ia pun sudah menerima takdir yang dituliskan untuknya.
Perceraian dalam rumah tangganya tak pernah ia sangka akan terjadi. Tidak ada perkelahian, kasus perselingkuhan atau bahkan KDRT yang biasa terjadi. Alasannya bukan itu semua. Hanya saja perselisihan pandangan mengenai tanah warisan dari ibunya. Tak terbendung lagi amarahnya, ternyata sosok Almarhumah dari IRT ini begitu membekas, ada senggolan sedikit saja tentang wakaf tanah yang dititipkan untuknya. Buarrr... semuanya pecah. Ibu ini sudah mutlak memihak kepada Almarhumah ibunya, sedangkan suaminya tak bergeming. Semuanya diam tanpa kata.
Hening...
Daerah tempat ibu bertugas sebagai guru ternyata cukup jauh dari daerah kerja suaminya. Yah mungkin wajar saja jika keharmonisan dalam berumah tangga menjadi tantangan bagi kehidupan keduanya.
Berperangi seperti tak pernah terjadi apapun. Sedih, bahkan marah adalah perasaan yang kian tumbuh subur, sampai pada akhirnya ibu ini tak bisa membendung tangis.
Ah pecah sudah...
Satu ruangan keluarga tbtb menjadi dingin ketika ibu ini membuka pembicaraan pada saat prosesi sungkeman kepada orang tua di hari Raya Idul Fitri tahun ini. Semuanya saling memaafkan, kecuali mantan suaminya yang turut hadir di rumah. Ia berusaha meminta maaf dan menatap mata mantan istrinya lagi.
"Tak ada hak kau sentuh tubuhku lagi, aku bukanlah istri yang harus menghormatimu sebagai suamiku lagi. Cukup kita menjadi saudara seagama saja", tutupnya tanpa jeda pada langit² rumah yang dipandangnya.
Cinta akan menemui muaranya sendiri. Sebab cinta tak harus bersama, apalagi jika kita sudah berada pada fase genting pernikahan.
Bagaimana mungkin perasaan Ibu yang memiliki anak ini bisa tenang saja?
Anaknya yang paling bungsu sering melontarkan tanda tanya besar kepada ibunya
Dari Ibu, yang masih belajar membaca siklus kehidupan nyatanya yang begitu padat, semoga senantiasa menjaga kepedulian pada privasi hidupnya sendiri.
Pada kenyataannya, roda kehidupan akan terus bergerak pada porosnya.
"Sabar yah, kamu berjodoh dengannya hanya sampai umur pernikahan ini, Bunda", kata Kakaknya yang selalu menguatkan.
0 notes
tentang-rasa-2021 · 2 years
Text
Berjuang dengan Diri Sendiri
Jika kau bertanya arti perjuangan, aku akan menjawab semua hal tentang kesabaran.
Setiap orang memiliki ambisi untuk meraih mimpi dan membahagiakan orang di sekitarnya, begitupun dengan aku, segudang mimpi dengan banyak keterbatasan.
Aku menyadari bahwa menjadi perempuan yang memutuskan untuk merantau bukanlah hal mudah, mereka harus melewati sekelumit persoalan diantaranya meminta izin kepada orang tua, tabungan untuk biaya sehari-hari, juga kesiapan mental bertemu dengan orang dan suasana baru di kampung orang.
Banyak pembelajaran yang bisa kita petik, diantaranya keluar dari zona nyaman adalah cara terbaik untuk mengenali diri dan bagian dari cerita perjalanan panjang kedepannya.
Setiap tahun, aku membuat capaian jangka panjang yang ingin diwujudkan di tahun itu, nah kebetulan tahun 2021 adalah waktu untuk aku melakukan self-improvement, sebuah cara yang bisa aku lakukan untuk mengenali potensi dan mengembangkan minat pada hal yang disukai.
Jatuh,
Gagal,
Bangkit,
Jatuh lagi,
Tapi kuputuskan untuk bangkit lagi
Berat rasanya, gagal padahal sudah berusaha.
Tapi, bukankah itu bagian dari refleksi?
Katanya, tidak boleh menyalahkan diri atas kegagalan yang dicapai, cukup refleksi dan evaluasi. Sepertinya, kita hanya butuh waktu yang berbeda untuk mewujudkan itu semua.
Di saat kamu berjuang, banyak perbandingan yang mungkin akan kau temui, misalnya teman yang sudah bekerja, berkeluarga atau mereka yang sudah dikaruniai anak-anak mungil di kehidupan rumah tangganya.
Stooop.
Hentikan semua itu.
Itu hanya akan berdampak buruk bagi kehidupan yang sedang kau jalani. Peganglah satu prinsip, bahwa yang bisa mengontrol pikiranmu, adalah dirimu sendiri. Teruslah berusaha, panjatkan doa, minta doa restu orang tua, dan berserah dirilah pada Sang Pemilik Hati, Allah SWT.
pada langit yang masih mendung,
kutitipkan salam pada angin yang menghembuskan kabar,
ada aku yang masih sabar untuk berjuang🙂
Pare, 19 November 2021
1 note · View note
tentang-rasa-2021 · 3 years
Text
Setiap kejadian yang mengundang tanya,
kemana hati dan pikiran akan berpihak?
Sebelum Rania berangkat ke kota, ia menyempatkan untuk mengunjungi kuburan kedua orang tuanya. Sudah sejak lama telah direncanakan, tapi baru kali ini ia berpamitan sebelum berangkat mengejar mimpi di tanah rantau. Orang tuanya meninggal karena kasus kecelakaan 6 tahun silam, ketika Rania sengaja dijemput dari tempat tes masuk Perguruan Tinggi Negeri yang ia cita-citakan. Naas, kejadian itu membawa kabar duka setelah mobil yang dikendarainya menabrak truk beroda 12 di simpang lima jalan utama di kota Jakarta. Kecelakaan itu menewaskan kedua orangtuanya, sedangkan Rania dibawa ke Rumah Sakit terdekat. Beruntung, nyawanya masih bisa diselamatkan.
Mimpi masuk PTN impian kini telah terbayar. Rania mengunjungi tempat peristirahatan orangtuanya untuk memperlihatkan kesuksesannya memakai pakaian dinas serba putih dengan papan nama bertuliskan dr. di depan namanya, dr. Rania Salman.
Perjuangan memperoleh gelar yang diimpikan ternyata belum selesai, ia ditempatkan di desa kecil yang jauh dari pusat kota. Kehidupannya di tanah rantau kini harus dijalaninya lagi.
Katanya, abdi negara berarti siap ditempatkan dimana saja.
Menjadi perempuan yang mengedepankan perasaan itu penting, sebab bisa merangsang kepekaan sosial. Juga, logika harus tetap berjalan agar pengambilan keputusan didasari pada realitas yang terjadi. Prinsip yang ditancapkan dalam kehidupannya hingga saat ini.
bersambung...(dilanjutkan pada cerita Rania selanjutnya)
Teruntuk hati dan pikiran yang kadang bertentangan, menyendiri bisa jadi obat penenang untuk diri yang merasa terbelenggu. Jadilah kuat, sebab hidupmu juga tentang membahagiakan orang di sekitarmu.
cerita hanya karangan belaka
selingan di tengah riuh yang yang masih mengundang tanya (?)
0 notes
tentang-rasa-2021 · 3 years
Text
Hati yang bertaut
Kepada hati yang merindukan serpihan lain untuk saling terikat, kuucapkan selamat datang di ruang peraduan.
kau yang sekarang adalah bentukan dari cerita masa lalu,
entah kau menganggapnya sebagai masa yang kelabu atau ukiran cerita yang masih berkesinambungan,
hanya kau yang bisa menjawabnya.
Pikiranmu mungkin merontah,
hatimu bergelayut sepi, rindu juga takut,
menyerah pada keadaan adalah hal konyol,
apalagi harus berterus terang, itu hanya akan menambah masalah.
Satu persatu, katamu.
"ku tak cukup dana,
tabunganku belum cukup membiayai,
ilmu agamaku masih dangkal,
hobiku masih berkeliaran,
pendapatanku belum pasti tiap bulan,
lantas apa yang akan kujanjikan pada orang tuamu nanti?", Katamu menutup malam yang semakin memekik.
Pertautan antara mimpi, hobi dan kita.
hal dilematis yang membuat orang skeptis,
ini bukan tentang siapa yang akan menghidupi siapa, tapi lebih bertanggung jawab pada peran setiap insan yang memiliki rasa.
Selamat bertarung melawan perasaanmu sendiri. Semua akan menemui temu (*)
0 notes
tentang-rasa-2021 · 3 years
Text
PELAN-PERLAHAN-BERSEARAH
Cerita tentang perjalanan,
Akan ada temu dan pisah
Menuai suka jua duka
Rindu juga kenangan
Sebab, akan selalu ada ruang untuk orang terkasih
Semua orang yang baru singgah akan merasa asing, tapi rasa nyaman bisa dibangun. Katamu, menjadi yang tak ternilai itu penting di awal temu, sebab ia akan menjadi pengingat dalam perjalanan menemukan.
Tak mudah menetapkan hati agar ia hanya terpaut pada satu rumah, tempat teduh yang memiliki rupa bergantung siapa pemiliknya. Komitmen yang BERSEARAH, menjadi kunci untuk mengetuk ruang kecil itu.
Perjalanan membulatkan tekad tidak melulu tentang materi dan rupa,
caranya memintamu pada orang tua menjadi pertanda mutlak bahwa perjuangannya untuk bergandeng tangan denganmu telah dimulai,
prosesnya yang tak biasa,
jalannya yang penuh liku,
Bismillahirrahmanirrahim,
PERLAHAN yang disegerakan.
Katamu lagi, mencintai bukanlah penghalang untuk tidak menjawab "iya" pada proses jumpa, sebab hadirnya bisa dibangun dengan hati yang lapang. Sederhana saja, cukup luangkan waktu memikirkan usahanya memperjuangkanmu, maka perasaan suka terbesit. PELAN-pelan saja. Ahh, rupanya cinta akan menemukan koridornya sendiri.
Kita akhirnya tahu, berjuang bersama jauh lebih baik jika sudah terikat oleh janji sakral.
Teruntuk pikiran yang seirama dengan perkataan hati, semoga selamanya akan menuai temu pada hal baik.
Jika itu baik, kenapa tidak bersegera?
Selamat mengarungi cerita rumah tangga, Kakakku, Kak April. Semoga pilihan untuk memberikan percaya pada seseorang bisa mengantarkan ke Jannah-Nya. Sekali lagi, kuucapkan, "selamat bertarung bersama🙂".
dengan penuh cinta,
dari Sakina, adik kecilmu yang selalu merindu💝
Pare, 31 Juli 2020
1 note · View note