Tumgik
thisisrizka-blog · 2 years
Text
Akhirnya aku hamil, Mas!
Judulnya drama abis! Wkwkwk. Padahal sebenernya, saya nggak pernah manggil suami pake "Mas".
Sejak menikah pada awal tahun 2016, suami dan saya nggak pernah menargetkan harus segera punya anak. Beruntungnya, suami saya adalah tipikal laki-laki yang membebaskan istri, mau kerja dulu kek, mau ngapain dulu kek, kalo belum siap punya anak, ya nggak papa. "Aku nikah sama kamu bukan melulu demi punya anak kok." Jadi, selama pernikahan kami, nggak sekalipun suami memaksa saya untuk program hamil. Alhamdulillah ;)
Saya pikir, namanya program hamil itu gampang. Jadilah pas 2017 saya dinyatakan hamil, saya sembrono aja. Saya pikir, "Orang-orang bisa kok hamil kebo, naik kereta, jalan-jalan, olahraga, janinnya tetap kuat. Jadi akupun pasti bisa!" Iya, eh ternyata saya tumbuh jadi ibu yang gampang over worried. Setelah hampir dua bulan saya mengandung baby, akhirnya saya harus mengalah pada keadaan. Saya terinfeksi flu singapur, dan saya harus merelakan baby saya gugur sebelum waktunya.
Setelah keguguran di 2017 itu, saya dan suami sibuk dengan kesibukan masing-masing. Kami backpacking berdua, nabung buat beli mobil (mobil bekas, tapi masih cukup cihuy lah buat kami berdua), nabung buat liburan sekeluarga, dan akhirnya nabung juga buat renovasi rumah. Iyaa, kami nggak menyisakan budget sama sekali buat promil. Karena emang nggak kepikiran buat punya baby dalam jangka waktu dekat. Setelah itu, saya takabur, karena selalu berpikir: "Ah dulu aku bisa hamil, sekarang juga bisa dong. Asalkan dibanyakin aja frekuensinya." Ternyata, tidak semudah itu Bambaaang...
Tumblr media
Setelah terdesak keadaan (dan terdesak sama pertanyaan ortu), akhirnya pada akhir tahun 2020, suami dan saya melangkahkan kaki ke RS Bunda Margonda untuk program hamil. Atas saran banyak orang dan hasil browsing, akhirnya kami memutuskan untuk konsultasi ke dokter Sp. Og, KFER. Buat kalian yang mau program hamil, baiknya memang langsung ke Sp. Og, KFER ya, karena dokter ini adalah dokter spesialis Obstetri Gynecology sub spesialis Konsultan Fertilitas Endokrinologi Reproduksi, bukan sekedar Obgyn biasa. Pilihan kami nggak salah, karena dari dokter inilah, ketahuan masalahnya di mana hahaha.
Setelah dirujuk kesana kemari, test darah, test sperma, dan istiqomah minum vitamin, akhirnya Juli 2021 saya ketahuan hamil, tapi di Juli 2021 itu juga saya musti keguguran lagi saat janin baru 5 minggu. Nggak lama, suami dan saya terpapar COVID varian delta. Jadilah kami isoman selama 2 minggu di rumah. Mantabs!
Setelah sembuh dari COVID, kami balik lagi ke dokter Sp.Og, KFER dan mencoba bangkit lagi tanpa inseminasi dan kawan-kawannya. Dokternya baik banget, Beliau percaya, saya masih bisa hamil lagi dan dicarilah penyebab kenapa janin saya kemarin nggak bertahan. Ternyata oh ternyata, setelah cek darah dan dirujuk ke RS Mayapada buat konsultasi, selama ini saya mencoba hidup sebagai perscatarian tanpa konsul ke nutritionist, saya jadi dibilang kurang gizi hahaha! Saya memang underweight btw.
Tumblr media
Tanpa babibu lagi, saya akhirnya berhenti jadi pescatarian dan mulai beralih jadi pemakan segala. Don't get me wrong, bagi kalian yang memang istiqomah jadi vegan/vegetarian, tidak masalah kok, asal konsultasi ke nutritionist. Kesalahan saya adalah: saya memutuskan jadi pescatarian karena emang males makan daging merah (saya mengidap colitis ulcerative, jadi memakan daging merah, makanan pedas, asam, dan sejenisnya membuat pencernaan saya kacau). Setelah itu, alhamdulillah di Oktober 2021, saya dinyatakan hamil (yang ketiga kalinya)!
Bagi temen-temen di sini yang mau coba program hamil di RS Bunda Margonda Depok, saya rekomendasikan Prof. Dr. dr. Assangga Guyansyah, Sp.OG, KFER, M.Kes. Sejak awal sampai sekarang, setiap kami konsul ke Beliau, Beliau sama sekali nggak pernah komersil dan mengharuskan kami konsumsi vitamin/obat merek tertentu (kalian pasti tau lah ya, ada beberapa dokter yang "bekerja sama" dengan detailer obat). Prof Assangga ini sama sekali nggak gitu lho! Bahkan kami pernah nggak bayar biaya konsultasi, dan disuruh langsung pulang tanpa ke kasir, karena menurut Beliau, kami cuman ngobrol-ngobrol/konsul biasa aja, nggak ada tindakan apapun, jadi konsultasinya free of charge! Pulang dari RS, saya langsung mewek terharu dong yaah :)) Secara, biaya sekali konsul dengan Beliau di atas 1 juta (Beliau bukan dokter BPJS, sayang sekali). Beliau memang nggak banyak ngobrol, jadi kita kudu proaktif siapin pertanyaan dari rumah (seru sih ya, berasa lagi ngobrol sama Prof di kampus, jadi jawabannya komprehensif tapi nggak nakut-nakutin, positive vibes banget). Bahkan saya pernah numpang ngecharge hape di ruangan Beliau! Sungguh vibe dokter senior yang humble!
Insyaallah jika nggak ada halangan, kami memutuskan untuk konsul dan tindakan persalinan di akhir Juli 2022 ini dengan Beliau. Doakan kami ya!
4 notes · View notes