Tumgik
trianagita · 3 months
Text
Perjalanan Mencari Kesempatan Sekolah Lagi
Mundur agak jauh, setelah defense pertama saat master, 2013, di bawah blauer turm, saya bicara pada diri sendiri “ga mau lagi kaya gini -sekolah, nulis riset, sidang-“ karena ini sangat stressful.
Setelah beberapa tahun bekerja, saya malah menyadari bahwa sekolah adalah masa-masa yang menyenangkan. Kemudian saya rindu dan kembali mencari kesempatan sekolah. Namun perjalanan saya mencari kesempatan ini tidak mudah. Lalu, saya menyesali perkataan saya terdahulu.
Sejak 2018, saya mencoba apply PhD vacancy. 1-2 vacancy per tahun hingga total sekitar 7-8 aplikasi.
2018: gagal
2019: gagal, gagal
2020: gagal
Untuk saya apply 1 vacancy itu ga mudah. Saya harus pelajari riset yang ditawarkan, baca beberapa paper sesuai isu penelitian, buat motivation letter, buat mini proposal/PPT, sampai diskusi dengan orang-orang terkait penelitian tersebut. Dan Ketika ditolak, sakitnya tuh disini, beberapa hari bisa sedih dulu.
Suatu hari, randomly saya WA teman saya, “Teh sampai kapan ya aku tuh harus berjuang untuk apply sekolah di LN? sebenernya kalau Allah takdirkan ga, ya ga apa-apa, ikhlas, karena aku tahu itu yang terbaik, tapi apa harus berhenti atau masih lanjut?” it is such a mysterious question ya kan.
2021: masuk tahap wawancara, gagal
2022: masuk tahap wawancara, gagal
Disini mulai merasa, iya sih gagal tapi aku maju loh, udah sampai wawancara.
Fyi, kenapa saya applynya vacancy sih? Karena vacancy memberikan kesempatan S3 dan mendapatkan salary sehingga saya tidak perlu apply beasiswa secara terpisah. Selain itu, setelah kembali ke Indonesia dan menjadi English passive user, nilai toefl Bahasa inggris saya menurun. Umumnya vacancy/kampus tidak mensyaratkan bukti Bahasa inggris karena saya lulusan LN. sedangkan jika mendaftar beasiswa, kebanyakan beasiswa meminta IELTS. Dimana saya sangat takut test tersebut.
Di pertengahan 2022, saya dipertemukan dengan Prof. Henk dari Wageningen University and Research (WUR) yang sedang mengisi summer course di Bogor. Kemudian saya temui dan kami diskusi “mini wawancara”. Alhamdulillah approved untuk masuk chair groupnya dan ikut project penelitiannya, tapi sayangnya saya harus cari beasiswa sendiri dan kesempatan beasiswa terbesar adalah LPDP karena tidak ada beasiswa dari Belanda untuk mahasiswa S3.
Deg…berarti harus dapat skor IELTS 7. Sebenarnya, test ini sudah bertahun-tahun saya hindari makanya saya tidak pernah mencoba untuk apply LPDP. Mental blok saya adalah “IELTS itu susah dan mahal”. But there is no choice
2022 Oktober: Test IELTS saya belum berhasil dengan skor 6. Saya targetkan untuk belajar kembali dan mengambil test IELTS sebelum pembukaan LPDP awal tahun berikutnya. Kalau tidak sampai, maka saya akan ambil kembali test tersebut 2 minggu selanjutnya. Namun, karena terlalaikan dengan pekerjaan dan aktivitas lain, maka saya hanya punya waktu 1 bulan untuk persiapan. Dari yang saya pelajari, untuk menaikan 1 skor IELTS, perlu 200 jam belajar atau sekitar 6 jam belajar waktu per hari dalam 30 hari. Namun lagi-lagi, pada kenyataannya saya tidak bisa memenuhi jam tersebut.
Tiba-tiba, saya dengan kabar bahwa pembukaan LPDP satu bulan lebih cepat dari biasanya. Artinya saya hanya punya kesempatan 1 kali test IELTS dan harus memenuhi syarat.
Yang bisa saya lakukan adalah menggunakan waktu yang tersisa sebaik-baiknya.
2023 Februari: Test IELTS saya sukses dengan skor 7. Alhamdulillah
2023 Februari: apply LPDP
2023 Juni: one shot LPDP. Alhamdulillah
Pelajarannya adalah "ga ada yang ga mungkin, selama itu baik, selama kita berusaha dan Allah ridhoi, pasti terjadi" tapi "jangan terlalu overvalue pada diri sendiri, karena kesuksesan bukan hanya karena kita berusaha, tapi karna Allah memudahkan"
Wageningen, 10.02.2024
Triana
1 note · View note
trianagita · 3 years
Text
Siapa yang diberi panggung?
Setiap orang punya :
Si pengkritik
Si adult
Si anak yang rebel
Si anak yang fun
Nah kalau di saya ternyata si pengkritik ini yang sering dikasih panggung, harusnya munculkan juga sosok lainnya, beri panggung. 
0 notes
trianagita · 3 years
Text
Kebutuhan anak
Dilihat
Didengar
Dicintai tanpa syarat >> bilang saat hanya berdua
Lakukan:
Quality time: misal bacakan 1 buku, perhatian harus penuh. Makan eskrim berdua
Apresiasi: terimakasih ya kak sudang bantu, terimakasih ya kak sudah temani adek
Layanan: misal suatu hari "hari ini mama mau mandikan kakak ya” padahal si kakak sudah biasa mandi sendiri.
Sentuhan: sering sentuh, cium anak. misal 4x sehari
Hadiah: “ini hadian buat kakak” sudah cukup jangan ditambah “karena kakak baik”
Bogor, Maret 2021
0 notes
trianagita · 3 years
Text
Anak-anak vs Alarm diri
Lanjutan ngobrol dengan Teh Wiwik ya...
Jadi anak-anak itu seperti diciptakan untuk memencet alarm si ibu. Lalu apa yang harus dilakukan saat alarm dibunyikan anak?
Aware: sadar bahwa alarm diri saya berbunyi
Accept: terima emosi “oh saya merasa marah nih”. Manusia memiliki amygdala yang disebut otak reptil. Bagian otak ini yang biasanya memberi respon untuk menyerang saat itu juga, hal tersebut terjadi di reptil. Tapi manusia punya jeda saat sadar dan merespon, maka gunakan jeda tersebut untuk menerima 
Allow: marah itu energinya besar. Energi tidak bisa dimusnahkan tapi dialihkan. Caranya bisa teriak di kamar, sikat WC, gebuk kasur, robek-robek kertas 
Prinsipnya: 
Tidak menyakiti diri sendiri
Tidak menyakiti orang lain
Tidak merusak barang/lingkungan 
Saat tenang, tanya:
Apa yang aku fikirkan?
Apa yang aku rasakan?
Apa yang aku ingin lakukan
Apa yang aku butuhkan? misal butuh istirahat, butuh dihargai, dll. Kenali kebutuhan diri. Misal: “Yah mau dong dibilang cantik 10x”
4. Away: emosi akan pergi dengan sendirinya. Jika pesan tidak diperoleh, maka akan muncul berulang. “pesan” ada yang perlu diselesaikan. 
Nah selalu Apresiasi usaha-usaha kita melakukan hal tersebut. Misal dari 10 kejadian, 2 sukses, 8 kelepasan; atau 8 sukses, 2 kelepasan; atau 10 sukses semua. 
bersambung lagi yaaaa...
Bogor, Maret 2021
0 notes
trianagita · 3 years
Text
Catatan ngobrol dengan teh Wiwiek
Tanggal 11 Maret 2021, saya akhirnya ketemu private dengan teh Wiwiek, salah seorang ibu yang saya sukaaa sekali baca story IGnya. masyaAllah begitu bermanfaat apa yang disampaikan pada sebuah media sosial yang saya pun sering mikir, gimana caranya supaya apa yang saya posting menjadi bermanfaat dan menjadi pahala.
Ok. tulisannya kali ini belum bahas soal ini ya.
Singkat cerita, teh wiwik ini adalah ibu RT yang mendalami Self emotional healing karena pernah mengalami dan sekarang jadi konselor. keren. Dan hari ini saya punya kesempatan untuk ngobrol secara personal. Berikut beberapa catatan saya ya.
Saya sejak 2 tahun lalu mengikuti dan mempelajari SEH, tapi kok masih sering emosi, masih sering kelepasan?
“Tentu saja, karena SEH bukan akhir dari perjalanan, melainkan proses seumur hidup”
Kalau difikir-fikir benar juga ya, karna apa yang kita alami semasa kecil hingga dewasa, yang dari kejadian-kejadian itu menghasilkan emosi negatif yang terpendam, terjadi bertahun-tahun, maka prosesnya pun tidak sebentar, bahkan bertahun-tahun.
Consious mind seperti gunung yang terletak di atas dan terlihat. Tidak mampu menampung semua emosi yang muncul, maka emosi-emosi banyak terpendam dalam unconsious mind. Nah emosi di unconsious mind ini yang harus dikorek, dilepaskan, agar tidak muncul sewaktu-waktu.
Emosi muncul sebagai
Alarm: Kenali diri sendiri, pada saat kapan emosi yang tidak diinginkan muncul, misal kesal kalau kelelahan, kelaparan, kehausan. Badan orang berbeda-beda ya. Maka jangan samakan kemampuan kita dengan orang lain
Fikiran: kita sering emosi negatif juga jika terlalu overthinking. Melihat anak main hp, wah khawatir addict, wah khawatir melihat yang tidak baik, dll. Kadang saya membiarkan fikiran saya “sok atuh ngomong”. Nah ini harus diSTOP ini kebiasaan tidak baik. Jika sudah begitu, maka kita perlu menstop fikiran kita dengan baik-baik. Jangan kasar. Caranya: fikiran tersebut disadari, diterima tapi tidak harus dipercaya dengan berkata pada diri sendiri “ini fikirannya kepanjangan, nanti badan saya capek, bukan kuasa saya juga, apa yang perlu saya lakukan saat ini?”. Overthinking disebabkan oleh rasa cemas, rasa cemas diredakan dengan memberikan ia rasa tenang, caranya dengan mencari data bahwa internet tidak semengerikan yang difikirkan.   
Ekspektasi: boleh punya ekspektasi, namun bandingkan dengan realita saat ini seperti apa. Jika terlalu tinggi, maka turunkan. 
Teh saya mau ikut acara Forgiveness-nya teteh, tapi saya berfikir, saya harus memaafkan siapa ya?
“Kayanya ada deh”
“Apa saya perlu memaafkan diri saya sendiri”
“Nah...”
Seketika saya diam menahan tangis, lalu healing dipandu oleh Teh Wiwik. Healing selama 20 menit itu rasanya kesel, sedih, kecewa dengan diri sendiri. Banyaaaakkk sekali kekecewaan, kadang kaya debat dengan diri sendiri. 
Orang pertama yang harus dimaafkan adalah diri sendiri, kita tidak bisa memberi apa yang tidak kita miliki, maka kita harus punya maaf untuk diri sendiri, baru bisa memberi maaf untuk orang lain. 
Jika ada penolakan, di saya, beberapa kali terdengar “ga mau, ga mau maafin, banyak banget dia ngecewain saya” --> dengarkan, lalu tanya “memangnya berat banget?” --> diingat satu-satu kesalahan diri apa yang buat kecewa? lalu healing
Buat catatan sebagai ....
ibu terhadap anak pertama, apa kesalahan saya
ibu terhadap anak kedua, apa kesalahan saya
istri apa kesalahan saya
anak apa kesalahan saya
lalu healing dan maafkan 
bersambung yaaaa.....
Bogor, Maret 2021
0 notes
trianagita · 3 years
Text
Menulis lagi
Kemampuan menulis itu sama seperti otot. Kalau ga diajak olah raga, ototnya jadi lemah, sulit berkembang, diajak lari dikit langsung nyeri-nyeri. Nah sama kan dengan kemampuan menulis. Kalau ga pernah nulis, buat caption IG aja sampai setengah jam, belum lagi akhirnya ga jadi dipost :D. Apalagi mau nulis paper, bagian pendahuluan aja ga selesai-selesai. 
Bulan lalu, setelah menamatkan 2 buku student travellernya Annisa Potter, teman semasa di Jerman dulu, saya kembali menyadari bahwa menulis itu lebih menyimpan memori dibandingkan memposting foto. Akhirnya saya buka kembalilah gembok tumblr yang sejak 3 tahun lalu terlupakan dengan sebelumnya mengaktifkan email yahoo.co.id (ketahuan kan zamannya...haha...). 
Beberapa kali saya ngobrol dengan suami,
“X ini keren ya, kalau posting gambar di IG bagus-bagus dan nempel image-nya bagaimana, ade mah suka-suka”
“Iya, abang heran kok Ade ga begitu, lihat Y, dia juga tuh postingan terpilih sesuai branding diri. penting loh membranding diri sendiri”
“Ga tau ya, cuma ngerasa kalau posting karna mau dianggap begini-begitu kok ya merasa pamrih aja sama potingan tersebut dan berharap penilaian orang. Menurut Ade biar orang saja menilai apa adanya"
Nah setelah buka-buka tumblr ini lagi, sepertinya ini jadi tempat yang cocok. saya lebih suka bercerita lewat tulisan, tidak saya sync dengan akun sosmed lainnya (duuuhhh introvert banget memang) sehingga saya tidak mengharapkan penilaian apa-apa setelah menulis, sekalian juga jadi ajang peregangan otot-otot menulis. Oh iya, ini juga salah satu resolusi saya di awal 2021 yaitu mempost tulisan 1 minggu sekali. Let’s see X)
Bogor, 25 Februari 2021
0 notes
trianagita · 3 years
Text
Awal November dengan Covid-19
Awal November, hari sabtu, waktu mengganti popok Adek, saya merasa aneh karena tidak bisa mencium bau apa-apa. Langsung cemas karna tahu itu salah satu ciri khas Covid, padahal kondisi badan saat itu sehat. Sedangkan Suami dari 2 hari yang lalu memang demam berat tapi di hari tersebut sudah turun demamnya.
Hari itu rencananya bapak saya dan keluarga teteh dari Cimahi mau datang dan menginap. MasyAllah ya, Allah itu kasih sinyalnya pas banget, setelah itu saya minta bapak dan teteh tidak datang ke rumah dengan alasan suami sedang demam. Setelah itu saya langsung ke klinik untuk rapid test. Hasilnya non reaktif. Alhamdulillah. Tapi karena sering mendengar kalau rapid itu tidak akurat (ini karna pengetahuan saya yang masih minim. Cek penjelasan saya berikutnya), maka tetap swab test hari minggu di RS. Dan di hari itu, suami juga rapid test. Hasilnya sama, non reaktif. Sama seperti saya, esoknya suami juga swab test. Nah dari hari minggu sampai rabu saya sudah isolasi mandiri di kamar belakang karena yang suspect kuatnya adalah saya. Anak-anak lebih banyak dijaga suami. Hasil swab test kami berdua baru keluar hari rabu siang. Ternyata kami berdua sama-sama positif.
* waktu itu belum tahu bahwa rapid test itu membaca antibody yang baru akan terbentuk sekitar 14 hari setelah terinfeksi, maka sudah ada virus pun bisa jadi masih non reaktif
Anak-anak bagaimana?
Langsung terfikir untuk mengungsikan anak-anak ke rumah teteh di Cimahi. Tapi sebelum itu harus dipastikan bahwa anak-anak negatif. Hari itu langsung cari lab swab test yang bisa dipanggil kerumah dan hasilnya 24 jam, biar anak-anak tidak terlalu lama berinteraksi dengan kami. Tapi tidak ada pilihan kecuali Lab kimia farma yang hasilnya 3 hari. Lalu anak-anak pun esoknya di swab. Alhamdulillah dua-duanya lancar di swab, hanya Maysa yang menangis, tidak terlalu lama, namun tetap membuat saya sedih karena tahu bagaimana tidak nyamannya diswab.
Di hari saat dapat hasil swab kami, saya dan suami langsung lapor ke kampus, kantor dan RW. Jadi sudah langsung isoman di rumah. Makanan di supply oleh tetangga-tetangga yang baik hati. Banyak sekali yang kasih doa dan support, banyak yang kirim makanan, madu, jamu dan masyaAllah baik-baik banget semua teman-teman.
Saya sudah merencanakan bagaimana anak-anak dijemput, bahkan baju-baju sudah akan dibeli online dan kirim ke Purwakarta langsung, supaya tidak banyak barang yang dibawa dari rumah. 3 hari kemudian, hasil swab anak-anak keluar. Qadarullah, Kakak positif.
Nah disitu bingung sekali, karena sedih juga mengungsikan Adek sendiri. Lagi pula selama 5 hari sejak saya isoman, anak-anak nempel banget, banyak main berdua, mandi dan tidur berdua. Tidak tahu apakah ada penularan dari Kakak ke Adek atau tidak. Tapi mempertahankan Adek di rumah juga waswas, khawatir yang tadinya negatif jadi positif.
Awal diskusi dengan suami, kami sama-sama stuck tidak tahu harus bagaimana. Keluarga di Purwakarta dan Cimahi sudah siap-siap mau jemput. Lalu saya ingat hadist yang suami sering ceritakan di awal masa pandemi: "Rasulullah pernah bersabda: Wabah thaun adalah kotoran yang dikirimkan oleh Allah terhadap sebagian kalangan bani Israil dan juga orang-orang sebelum kalian. Kalau kalian mendengar ada wabah thaun di suatu negeri, janganlah kalian memasuki negeri tersebut. Namun, bila wabah thaun itu menyebar di negeri kalian, janganlah kalian keluar dari negeri kalian menghindar dari penyakit itu." (HR Bukhari-Muslim). Jadi kami ambil keputusan berdasarkan hadist itu, Adek tetap di rumah. Bismillah.
Gejalannya gimana?
Yang saya sadari saat itu, gejala saya hanya anosmia (tidak bisa mencium bau), 3 hari setelah hasil swab test, penciuman saya sudah mulai membaik. Sisanya tidak merasakan apa-apa. Alhamdulillah. Tapiiii setelah diingat-ingat, 5 hari sebelum swab test saya sakit gigi, sempat demam dan sulit menelan. 2 hari setelahnya badan masih hangat dan sakit-sakit badan. Nah wallahu’alam apakah itu efek covid atau gigi.
Gejala suami lebih berat, tapi masih termasuk gejala covid ringan. Demam, anosmia dan batuk yang kemudian diobati dengan obat batuk ber-antibiotik, hasil konsul dengan dokter di halo doc. Tapi ini adalah obat Pereda sakit biasa, bukan khusus covid.
Kakak malah tidak bergejala sama sekali, sempat 1 malam badannya hangat (tidak sampai demam), yang sebelumnya didahului dengan sakit telinga. Wallahu’alam karena covid atau sakit telinganya.
Tracingnya seperti apa?
Yang paling berat dari pengalaman covid adalah perasaan bersalah. Kenanya kapan? sudah menularkan ke siapa saja? 16 hari sebelumnya, saya mengisi pelatihan, saya yang menghubungi narsum dan peserta, sempat pergi ke mall 1 jam, jalan-jalan ke taman bunga dan ke rumah nenek. Pas weekend sebelumnya adalah long weekend. Itu adalah weekend paling “nakal” selama covid. Karena sebelumnya, kami benar-benar tidak pernah pergi untuk jalan selama covid. Sangat sedih dan bingung saat itu. Dan banyak menyalahkan diri sendiri.
Nah karena hasil rapid kami itu negatif dan swab positif artinya tertularnya masih baru, kurang dari 7 hari sehingga antibody (yang melawan virus) belum terbaca. Lalu tracing ke keluarga yang di hari ke-7 yang lalu kami kunjungi. Ternyata disana juga Kesehatan penghuninya (keluarga 1, keluarga 2, keluarga 3) sedang drop, ada yang demam, batuk, bahkan anosmia. Setelah kami infokan, esoknya keluarga disana melakukan rapid test. Hasilnya, keluarga 2 dan 3 non reaktif, keluarga 1 reaktif. Nah connecting the dot, keluarga 1 yang duluan terkena covid. Karena antibodinya sudah ada, artinya sudah lebih lama. Lalu keluarga disana pun isoman. Alhamdulillah beberapa hari kemudian sudah membaik keaadannya.
Selanjutnya saya menghubungi beberapa orang yang saya temui di 7 hari sebelum swab test. Tapi karena saya juga di minggu tersebut banyak pekerjaan dan sakit pula, jadi memang tidak banyak bertemu orang. Alhamdulillah.
Btw setelah tahu itu dari keluarga, saya lebih lega. Tidak menyalahkan diri sendiri karena prokes yang kami terapkan di luar Alhamdulillah masih aman. Tapi itulah lemahnya ya, yang namanya di rumah keluarga, jadi percaya bahwa semuanya sehat. Meskipun keluarga 1 waktu itu sudah batuk-batuk, kami tidak curiga kalau itu covid. Tapi kami waswas juga karena di rumah tersebut orang-orangnya lebih tua dari kami sehingga mungkin lebih lemah kondisi kesehatannya.
Obatnya apa aja?
Untuk saya, tidak ada obat sama sekali. Hanya vitamin saja, dari edaran di WA dan konsul dengan sepupu apoteker yang pernah covid, dapat saran untuk minum vit. B compleks (saya: pharmaton), vit. c 1000 mg, vit D, vit E 2x sehari. Banyak minum air putih, banyak menghirup minyak kayu putih. Dan juga beberapa produk Nuskin sebagai tambahan.
Anak-anak diberi vitamin anak-anak biasa sesuai dosis. Sedangkan suami, selain vitamin juga obat batuk.
Oh iya saya dan suami juga sempat minum Lianhua. Obat cina yang katanya obat covid, sebenarnya lian hua ini meringankan gejala covid seperti batuk demam dan lainnya, namun karena kami tidak banyak bergejala, maka kami pun hanya mengkonsumsi beberapa kali.
Lainnya, kami senam sebagai olah raga dan berjemur di halaman belakang.
Kapan dinyatakan sembuh?
Untuk kasus OTG, jika hari ke-14 sudah tidak ada gejala, maka kami sudah bisa mengakhiri isoman tanpa test swab ke-2. Saya tanya ke teman yang bekerja di Puskesmas pun mengatakan hal yang sama karena setelah 14 hari virusnya tidak menular lagi. Dokter dari kampus tempat saya bekerja juga menyatakan bahwa jika sejak 3 hari sebelum hari ke 10 sudah tidak ada gejala, maka sudah dianggap sehat tanpa swab test kedua. Nah Suami juga menemukan artikel dari pusat riset virus di US yang menyatakan bahwa setelah 14 hari, virus itu sudah tidak lagi menular (nanti dicarikan artikelnya ya).
Tapiiii demi kenyamanan semua, kami bertiga tetap swab mandiri. 3 hari kemudian hasilnya saya dan kakak negatif, suami masih positif tapi dengan nilai RNA yang sudah tinggi (2 poin lagi menjelang negatif). Kami tetap isoman meskipun bu RW sudah mengumumkan kalau kami sudah sehat dan boleh beraktivitas seperti biasa.  5 hari kemudian suami swab lagi dan hasilnya negatif.
Alhamdulillah. Dengan segala kemudahan yang Allah berikan, semua bisa terlewati dengan baik. Dan seperti firman Allah “Bersama kesulitan ada kemudahan. Bersama kesulitan ada kemudahan” bersama loh bukan setelah. MasyaAllah
0 notes
trianagita · 7 years
Text
ADAB MENUNTUT ILMU NWH#1
 1. Tentukan satu jurusan ilmu yang akan anda tekuni di universitas kehidupan ini.
Tumblr media
Teringat caption saya dalam sebuah sosial media.
Orasi ilmiah guru besar Hari ini Alhamdulillah dpt kesempatan hadir di orasi ilmiah guru besar. Kalau kata org sih puncak karir seorang profesor. Dari awal prosesi udah merinding lihat para Dewan Guru Besar dan pejabat lainnya, masuk ke orasi angguk-angguk, keren bgt riwayat penelitiannya, pas bagian akhir ada slide show perjalanan hidup, mulai deh netesin air mata terharu biru. Perjalanan hidup dan pengalaman org lain kok bisa hebat sekali ya? The main reason is education. Teringat petikan obrolan saya dan abang, "ayo sekolah lagi, kita sekolah bukan karna mau jadi dosen, bukan mau pekerjaan yg mapan, bukan mau pendapatan yg tinggi, kita sekolah krn kita pecinta ilmu" 😘   Allah meninggikan derajat orang-orang yg berilmu, bukankah begitu?
 Dari banyak pembicaraan dan diskusi, sekarang saya sadar, ilmu yang perlu dipelajari bukan saja datang dan ditujukan untuk institusi formal. Maksudnya? Iya maksudnya bisa saja berilmu itu tidak dibuktikan dengan ijazah atau untuk menjadi dosen. Ilmu yang lebih penting dan kompleks datang dari kehidupan dan untuk kehidupan. Kehidupan kita sendiri sebenarnya adalah universitas yang luas dengan banyak sekali..sekali..sekali jurusan. Dalam universitas yang sama kita harus mengamalkan ilmu yang kita miliki.
Lalu saya harus belajar jurusan apa dalam universitas kehidupan? Ahhh…sulit dijawab. Salah satu ilmu yang ingin saya pelajari saat ini terutama setelah menjadi seorang istri dan ibu adalah MANAJEMEN EMOSI.
 2.     Alasan terkuat apa yang anda miliki sehingga ingin menekuni ilmu tersebut.
 Setiap orang pasti memiliki emosi baik emosi negatif maupun positif. Kalau emosi positif yang muncul sih sah-sah saja tapi kalau emosi negatif? Ya sah juga asal sesuai tempatnya. Emosi negatif seperti sedih, tegang, marah, bosan, iri memang perlu ditampilkan secara hati-hati.
Marah misalnya, saya tahu marah pada anak akan berakibat pada rusaknya struktur otak anak yang sedang berkembang. Namun, lagi-lagi saya tidak bisa menahan diri untuk tidak marah ketika ia melakukan kesalahan (menurut saya) padahal bisa jadi yang sebenarnya ia lakukan adalah ingin membantu atau sekedar ingin tahu. Setelahnya saya akan menyesal dan merasa seharusnya saya tidak perlu marah. Sayangnya otak anak sudah merekam apa yang kita lakukan. Contoh lain adalah iri. Terkadang melalui media sosial, saya dapat dengan mudah melihat bagaimana kehidupan orang lain padahal yang ditampilkan adalah permukaannya saja yang tenang dan terlihat indah. Hal ini yang terkadang memunculkan rasa iri dan kecil hati. Membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Pekerjaan jadi terbengkalai, tidak bersyukur, tidak fokus, jadi malah merembet kemana-mana. Ahhh…. “jangan mengukur kaki kita di sepatu orang lain”. Maka perlu sekali rasanya saya memiliki manajemen emosi yang baik. Setidaknya ketika emosi negatif tersebut muncul, dampak buruknya dapat diminimalisir.
3.     Bagaimana strategi menuntut ilmu yang akan anda rencanakan di bidang tersebut?
Manajemen emosi erat kaitannya dengan psikologi. Untuk sekolah formal mengenai psikologi sepertinya sulit terlaksana. Namun tentu saja manajemen emosi ini dapat dipelajari melalui banyak media. Beberapa media yang dapat saya gunakan antara lain:
a.     Buku. Sudah banyak buku yang membahas mengenai manajemen emosi, meskipun tidak selalu dengan judul yang sama bahkan bisa dalam bentuk novel. Buku jenis inilah yang saya sukai, belajar dari kehidupan orang lain. Bagaimana harus bertindak dan berperilaku ketika emosi negatif datang.
b.     Artikel-artikel online. Sumber jenis ini sangat mudah ditemui di era digital seperti saat ini. Bacaannya singkat dan mudah dipahami namun tentu saja perlu disaring karena belum tentu yang kita baca adalah hal yang benar. Ambil yang baiknya sebagai ilmu, buang yang buruknya.
c.     Forum diskusi. Buku dan artikel online tidak memberi ruang saya untuk bertanya, maka perlu rasanya bergabung dalam forum diskusi. Apalagi sekarang forum seperti ini sudah difasilitasi dengan media sosial sehingga diskusi bisa berjalan sepanjang waktu. Forum diskusi dengan orang-orang sevisi lebih menyenangkan lagi, karena bisa saling mengoreksi, mensupport dan melengkapi.
d.     Kehidupan sehari-hari. Kehidupan sehari-hari merupakan contoh nyata bagaimana emosi diluapkan. Ketika saya melihat contoh buruk dan efeknya pun buruk, maka jangan lakukan. Ketika saya melihat contoh yang baik dan efeknya pun baik maka harus diterapakan.
Sumber-sumber ilmu tersebut saling melengkapi. Untuk mempelajari manajemen emosi, saya memerlukan semua sumber. Strategi yang diperlukan antara lain:
a.     Membuat target 1 buku per bulan untuk dibaca, bisa pinjam atau membeli. Bukunya tidak harus khusus mengenai emosi karena menurut saya buku yang baik dengan tema apapun mampu memberi masukan untuk memperbaiki sikap.
b.     Membuat target 1 jam  per minggu membaca artikel online. Sama seperti buku, temanya bisa beragam.
c.     Hadir aktif pada forum diskusi pada jam yang fleksibel agar tidak mengganggu kegiatan lain.
d.     Menulis 1 artikel per dua minggu yang merangkum ilmu yang saya baca, diskusikan, dengar dan lihat. Temanya pun bisa beragam dengan menyisipkan manajemen emosi di dalamnya.
 4.     Berkaitan dengan adab menuntut ilmu, perubahan sikap apa saja yang anda perbaiki dalam proses mencari ilmu tersebut.
Saya baru mengetahui bahwa ilmu adalah cahaya Allah. Cahaya Allah tidak akan datang pada pada pelaku maksiat. Ahhh….malu sekali rasanya ketika menuliskan hal ini. Saya sering bertanya “saya sudah banyak membaca, mengikuti forum diskusi dan pelatihan, namun mengapa rasanya masih saja kosong”. Barulah saya mengerti, masih banyak kesahalan, dosa atau pun maksiat yang saya lakukan, sehingga ilmu yang saya dapatkan tidak menjadi cahaya bagi saya.  
Maka dari itu, yang pertama kali harus saya lakukan adalah memperbaiki diri, meminimalisir kesalahan yang menjerumuskan pada dosa dan maksiat. Salah satunya adalah kesombongan. Maka dari itu, beberapa hal yang perlu harus saya perbaiki antara lain:
a.     Ikhlas dalam mencari ilmu, bukan karena ingin dipandang lebih pintar atau lebih hebat.
b.     Selalu aktif dalam majelis ilmu.
c.     Menghilangkan rasa sombong bahwa “saya sudah tahu”
d.     Membuat catatan dan fokus pada suatu ilmu secara rapi dan terdokumentasi dengan baik.
e.     Menghormati penyampai ilmu termasuk ketika akan menyebarkan ilmu yang diajarkan pada orang lain.
f.      Menghargai dan merawat buku sebagai salah satu sumber ilmu.
g.     Berfikir kritis terhadap ilmu yang diperoleh dan selalu mencantumkan sumber referensi. (sumber: Materi IIP, 2017 yang disesuaikan)
0 notes
trianagita · 8 years
Photo
Tumblr media
Home made playdough pertamanya Yumna. . . . Suka bingung main apalagi ya sama yumna, mainan apa ya yg bikin yumna duduk tenang (krn mamanya jadi jompo kalau yumna manjat2 atau main keran air di kamar mandi :D), mainan apa yg berbeda? Nah akhirnya bikin playdough dr bahan seadanya. Meskipun ga ngikutin resep banget tp Alhamdulillah jadiiii. Maaf ya foto playdoughnya aja, mamanya keasikan main jd lupa foto Yumna yg lg main. Ahaha...yap yg heboh main mah mama, Yumnanya baru comot2, angkat2, masukin piring dan colok2 pakai sendok. Blm terlalu antusias. Krn ini edible jd agak tenang kl ada yg melipir ke mulut Yumna... hehe
0 notes
trianagita · 8 years
Photo
Tumblr media
Mainstream photo after Eid prayers. One became two, two became three. How about next year? :D
0 notes
trianagita · 8 years
Photo
Tumblr media
Giving big smile in the middle of traffic jam Bandung-Cipanas . . . Macet mulu ya ceritanya. Hehe.... Namanya juga lg edisi mudik. Perjalanan yg hrsnya bs ditempuh dlm 2.5 jam melar hingga 6 jam. Alhasil 1.5 jam terakhir Yumna Cranky banget di dlm mobil. Laper, ngantuk, bosen dan pegel jadi satu
0 notes
trianagita · 8 years
Photo
Tumblr media
In reference to never using the word ‘very’ when writing, Mark Twain said, “Substitute ‘damn’ every time you’re inclined to write ‘very’; Your editor will delete it and the writing will be just as it should be.” Source
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
64K notes · View notes
trianagita · 8 years
Photo
Tumblr media
She was really happy to find this grass field when we traped in the traffic jam puncak-bogor
0 notes
trianagita · 8 years
Conversation
Ikhlas berbuat baik
Setelah kemarin ga jadi jenguk mas Agus. Triana, Hera dan Mas Hamid pun ngobrol kemudian.
Me: Eh jadi gimana nih jenguk mas Agusnya??
Hera: Iya bisanya sore
Me: Ga apa-apalah yaaa. kan udah niat, pasti dihitung pahalanya *mata berbinar-binar*
Mas Hamid: Iya, apalagi gw kan udah sampe rumah sakit
Me: stop...stop...*sambil 2 tangan ke depan kaya lagi nyetop mobil :D * ga usah bilang-bilang entar ilang pahalanya
Mas Hamid: Ahhh kamu sih mancing-mancing... HAHAHA
Me & Hera: HAHAHAHA....iya juga ya
Pelajarannya adalah jangan mancing-mancing orang lain buat nyeritain kebaikan yang sudah dilakukan biar org lain bisa menjaga keikhlasannya \=D/
0 notes
trianagita · 8 years
Conversation
Konsisten berbuat baik
Ceritanya adalah di hari pertama puasa, saya dapat kabar kalau salah satu staf kantor masuk RS karena DBD.
Me: Hera jenguk mas Agus yuuukk. Kan menjenguk org banyak pahalanya. *sambil senyum semangat*
Hera: Ayok Kak Na
Me: Mas Hamid jenguk mas Agus yuuukk. Ayo berlomba-lomba dalam kebaikan *senyum semangat makin lebar*
Mas Hamid:Iya, udah niat jenguk.
Sorenya, saya dan Hera pergi duluan karna ingin membeli buah tangan untuk mas Agus sekalian berbelanja keperluan Rumah. Setelah mampir sana-sini, ternyata bawaan kita jadi seabreg. Hera yang sebelumnya hanya membawa 1 tas ransel sekarang menenteng ecobag berisi 3 Kg beras, sedangkan saya yang sebelumnya membawa tas tangan dan tentengan laptop (sebenernya ini bisa jadi 1 dalam tas ransel tapi karna ceritanya mau ngampus cantik jadi aja makin riweuh >.
0 notes
trianagita · 8 years
Photo
Tumblr media
Translate sambil Sedekah? Bisa dong
Dimulai dari sebuah pertemuan “tidak sengaja” di sebuah kafe roti di lingkungan kampus tercinta, saat ini Saya adalah salah seorang translator di Translate Sedekah.
Awalnya Saya kurang tertarik dan kurang pede. Lalu Saya ingat kata-kata Master Shifu, “If you only do what you can do, you’ll never be more than you are now”. Ditambah lagi, ada yang beda di Translate Sedekah ini. Ternyata eh ternyata, sebagian penerimaan dari jasa translate akan disedekahkan. Jadi secara ga langsung, baik pengirim maupun penerjemah naskah ikut bersedekah. Wow…Wow…Wow…
Satu bulan berjalan, dan Saya belum tidak menyesal dengan keputusan Saya. Meskipun beberapa kali Kami diterjang berbagai deadline naskah dengan bermacam tema, dari ikan makarel hingga demam berdarah, dari kutu rambut hingga bawang merah. Selain itu, karena Kami bukan penerjemah tersumpah, kadang Saya berharap kalau hasil translasi Kami tidak dijadikan acuan utama. Intinya, keberadaan Translate Sedekah tidak menjadi alasan bagi penulis naskah untuk tidak mencoba menulis dalam bahasa non-Indonesia (Bahasa Inggris maksudnyah), semangat °\(^▿^)/°
Maa naqoshot shodaqotun min maalin-Tidaklah sedekah mengurangi harta. Translate sambil sedekah, ide sederhana dengan manfaat yang luar biasa, setidaknya itu menurut Saya, :)
Bogor, 06.06.2016
4 notes · View notes
trianagita · 10 years
Photo
Tumblr media
Different season!!
1 note · View note