Hitungan Tanpa Angka
kepada hitam yang sering kukenakan
walaupun sama dengan telanjang
kepada hitam yang sering kupercayakan
dan kumpulan cerita yang terbuang
hitam kini, nanti...
kita ada
kita nyata
di kepala saya.
kita akan selalu dihitung sebagai angka
kucuran keringat yang hanya memberi makan siang
tidak bisa memberikan sepersen
angka kebanggan bagi pemiliki nomor nomor merah
tentang indeks indeks yang tak akan pernah kita mengerti
kita akan selalu dihitung sebagai angka
karena setelah jari kita akan selalu menjadi ungu
kepada hati hari rabu yang dungu
mereka akan menandatangani
perjanjian bagi mereka sendiri
sedangkan kita
akan tetap lapar
0 notes
Belajar; mempelajari
Persetan jika terlalu gelap
Doa sudah dirapal dengan pulas
Duduk juga sudah diambang haru
“Hai, kamu lagi kenapa?”
Mereka umat kerja
Mereka mengeja mesin
Mereka merapikan gawai
Mereka tidak didengar
Mereka yang ternyata kita.
Udah gapapa,
Malam memang tak selalu menyenangkan
Mengingis, mewarnai tangis
Masa lalu tersimpan rapi dalam botol bir
tubuh dan bibir
”Tapi aku tetap saja kata imajinatifmu kan?”
Mereka bersama hati ibu
Mereka menenteng jantung bapak
Mereka digerogoti sepi
Mereka yang murung
Mereka yang ternyata kita.
Matimuda atau hidup nelangsa
0 notes
Perintah di Barat Desa Barukan
Tolong bacakan aku buku!
Di sudut bangku taman minggu pagi
Yang makin rapuh dan renta dimakan mimpi
Keringat kita tetap deras
Tapi kenapa pesan dan invoice mu semakin memelas?
Tolong nyanyikan aku lagu!
Di ujung ekor mata yang mulai menutup tirai nya
Jejali aku dengan cerita kepulangan
Tentang seorang prajurit muda
Yang beringas di sebuah medan perang:
Yang tak pernah dimenangkan.
Tolong tampar dan remas jantungku!
Di akhir pertunjukan mu yang menyedihkan itu
Seni memang harus ironi
Post-modernism juga sudah hampir mati
Tapi, kau memang layak untuk diakui bahwa
Kau aktor yang lebih pandai dari seorang maestro yang mencipta sepi.
0 notes
Nama(nya); Hidup-
Soe Hok Gie, isi kepala mu adalah peta
Tubuhmu penuh kelokan dan persimpangan
Tidak ada yang lebih indah dari mati muda
Alangkah sesaknya,jika tiap senin kita lahir di jalanan Jakarta
Dan matahari tak lagi mengenang kita
Apakah sekarang birokrasi juga sudah sederhana?
Laut, media di kota ini kian buruk
Untuk kita yang menjadikan gawai sebagai Tuhan
Kita hanya butuh angka
Lapar bukan perkara sederhana
Oh, mesin stensil dan mesin ketik
Kanan atau kiri, mana yang lebih ber etik?
Marsinah, kita adalah perlawanan
Tangan kiri mu mengepal, kemaluanmu disumpal
Jalan mulai sesak pagi ini
Dan sudah tidak ada bunyi jam klasik
Kau sudah tak perlu menyingkir
Tubuhmu terus menggigil
Akibat gerakanmu dicungkil
Setidaknya di kuartal ke-empat
Taman eden sudah selesai direnovasi
Sampai di sini, kita akan tetap bersama
Kita tidak perlu repot, Sayang
Filsafat sudah bisa dipelajari di Twitter
Tapi moral pembatas sudah amblas, Sayang
Tak apa, kecemasan tak akan melahapmu perlahan.
Barukan, Sembilan Pagi
1 note
·
View note