Tumgik
dinaest · 6 days
Text
Roma 7:5-6
Melayani dalam Kebenaran
Anugerah yang mahal adalah Injil yang harus dicari berulang kali, anugerah yang harus diminta, pintu yang harus diketuk oleh manusia. Kasih karunia seperti itu mahal karena memanggil kita untuk mengikuti, dan itu adalah kasih karunia karena memanggil kita untuk mengikuti Yesus Kristus. Hal ini mahal karena mengorbankan nyawanya, dan merupakan anugerah karena memberikan satu-satunya kehidupan sejati kepada manusia. Kasih karunia itu mahal karena mengutuk dosa, dan kasih karunia karena membenarkan orang berdosa. Yang terpenting, hal ini sangat mahal karena Allah harus mengorbankan nyawa Putra-Nya: 'Kamu telah dibeli dan telah lunas dibayar', dan apa yang telah mengorbankan banyak hal kepada Allah tidaklah murah bagi kita. Yang terpenting, ini adalah kasih karunia karena Allah tidak menganggap Anak-Nya terlalu mahal untuk membayar nyawa kita, namun menyerahkan Dia bagi kita. Kasih karunia yang mahal adalah Inkarnasi Tuhan.
Demikian kata pendeta dan teolog Jerman Dietrich Boenhoffer. Pada Perang Dunia II Bonhoeffer memainkan peranan penting dalam memimpin Gereja yang Mengaku yang menentang kebijakan-kebijakan anti-Semitik Adolf Hitler. Bonhoeffer adalah salah seorang yang menyerukan perlawanan gereja yang lebih luas terhadap perlakuan Hitler terhadap orang-orang Yahudi. Sementara Gereja yang Mengaku tidak besar, Gereja ini merupakan sumber perlawanan Kristus utama terhadap pemerintahan Nazi di Jerman.
Ia dipindahkan ke serangkaian penjara dan kamp konsentrasi dan berakhir di Flossenburg. Di sini, ia dihukum mati dengan digantung pada fajar tanggal 9 April 1945 hanya tiga minggu sebelum pembebasan kota itu.
Sebuah perlawanan besar diberikan Boenhoffer akibat pemahamannya akan anugerah Allah. Justru krn diberi anugerah, maka jangan lagi jadi hamba dosa. Demikianlah Boenhoffer melayani Roh Allah dalam dirinya.
Seseorang yang memberi dirinya melayani Allah dikuasai Roh Allah. Dan logika ini ditekankan Paulus dalam surat Roma, surat yang kuat bicara soal penghambaan atau pemilikan dan penyembahan. Jemaat Roma jelas sangat mengenal masyarakat yang memuja dewa. Tapi fakta aneh, mrk memakai dewa dewa itu untuk memuasakan hawa nafsu.
Tidak demikian jika kamu menjadi Kristen. Menjadi Kristen berarti menjadi satu dalam kematian, kebangkitan, kehendak dan rohNya. Artinya kita dibawa masuk dalam hubungan yang baru yang dilandasi syukur. Kita dikuduskan. Kita dibersihkan terus. Kita berusaha taat karena kita gak lagi mau bermusuhan dengan Allah.
Paulus memperlawankan kasih karunia ini dengan hukum Taurat yang malah mendekatkan manusia pada sosok Adam yang melawan Allah sehingga terusir dari Eden. Adam dulu adl manusia yang gak paham Allah dan gak mengasihi Allah. Manusia yang tanpa anugerah.
Anugerah yang mahal inilah yang mengarahkan kita berbuat benar. Lebih dari barang mahal yang anda punya. Lebih dari apa pun, ini adalah Pribadi yang bersedia membela kita sehingga luput dari maut kekal. Kristus. Tak ada yang bisa membela kita di akhir zaman, hanya Sang Kudus yang bisa, dan Kristus sendiri membela kita dan berkorban bagi kita.
Jadi, apakah kita masih ingin hidup dalam dosa? Apakah kita mau diganggu Kristus? Apakah seperti Dia membiarkan salah satu dari dua penjahat menoleh kepadaNya, kita kita juga mau menoleh padaNya?
Dengan menghayati kasih karunia dan anugerah dalam salib dan kebangkitan, kiranya roh kita terus berjuang dengan segala senjata untuk melawan daging. Tuhan memampukan kita menjadi alat kebenaran.
1 note · View note
dinaest · 14 days
Text
Doa Yesus buat Kita
Pada suatu hari, saya baru pulang dari pastori, ibu saya menelepon saya dan bertanya, apakah keadaan saya baik-baik saja? Saya berkata, bahwa sebenarnya badan saya agak sakit. Saya bingung kenapa mama bisa tahu? Mungkin ada ikatan bathin yang kuat antara orang tua dan anak. Maka ada pepatah, kasih anak sepanjang galah, kasih ibu sepanjang jalan.
Kalau kita dan orang tua saja bisa memiliki hubungan yang begitu kuat, apalagi antara Yesus dan kita para murid-Nya. Yohanes 17:6-19 bukan hanya bicara soal murid-murid pada waktu itu. Tapi juga berelevansi bagi kita, sang murid pada saat ini.
Yesus dalam kondisi mempersiapkan perpisahan dengan para murid. Wajar jika seorang guru yang hendak berpisah dengan murid melakukan sesuatu untuk murid yang selama ini selalu mengikutNya. Setelah Dia berdoa kepada Bapa mengenai ketaatan dan seluruh tugas pelayanan yang dilakukanNya dalam ketaatan dan kesetiaan. Bathinya kemudian tergerak oleh belas kasih. Dia mendoakan para murid kepada Bapa.
Bagi Yesus, kita ini adalah milik Bapa. Karena Roh Kudus, kita menuju pada Yesus. Kita tidak mungkin terpisah dengan Allah Bapa, Yesus dan Roh Kudus. Kesatuan dan kasih ini nyata sangat nampak dalam doa dan penyerahan murid yang dilakukan Yesus kepada Allah Bapa.
Yesus mendoakan kita? Itu adalah sesuatu yang luar biasa! Manusia yang mendoakan manusia, itu biasa. Tapi kasih Tuhan amat besar karena Dia mau mengingat kita setiap saat bahkan juga berdoa bagi kita. Hanya orang yang mencintai orang lain yang mampu berdoa bagi sesama.
Yesus meminta agar kita tidak diambil dari dunia yang jahat dan penuh pencobaan ini. Yesus sadar bahwa kita bukan dari dunia ini, kita adalah umat surgawi, milik Allah yang dikuduskan dan dipilih untuk menjadi warga Kerajaan Allah. Namun demikian, Yesus ingin agar Bapa menolong kita melakukan banyak tugas di dunia ini dan terutama agar melindungi kita dari yang Jahat. Ini juga luar biasa, Yesus menguasahakan agar kita dilindungi dari segala yang jahat. Dia baik.
Agar dapat terlindungi, Yesus memohon agar Bapa menguduskan kita dalam kebenaran. Kebenaran itu ada dalam Firman Tuhan. Firman yang telah menjadi daging yaitu Yesus itu diam diantara kita. Hanya melalui Yesus, kita bisa mengenal Allah dan Firman-Nya. Hari ini kita diingatkan kembali untuk berbalik pada Firman, selalu berpegang teguh pada Firman dan mendekat pada Yesus. Dengan demikian sukacita Yesus menjadi penuh, dan juga sukacita kita juga.
Kita mengingat juga pada saat ini, bahwa kita ini milik Allah yang telah dipisahkan dari dunia ini dan segala tingkah lakunya yang jahat. Karena itu, dalam keseluruhan Yohanes, nyata juga penekanan secara konsisten akan identitas sebagai murid Kristus. Murid Yesus ada di dunia ini tapi tidak serupa dengan dunia ini.  Allah menguduskan kita. Jika yang menguduskan hanya Allah, apa peran kita? Memberi diri dikuduskan?
Sadar itu dosa, tidak berbuat dosa lagi spy tdk hidup dalam dosa. Kita pasti pernah berdosa, namun bertobatlah, jangan berbuat lagi, dan jgn betah lagi dalam dosa. Itu memberi diri dikuduskan.
Dan yang menguduskan itu adl Firman. Firman yang dtg dr Allah dlm diri Yesus. Yesus yang ditaati dan sering buat kita dibenci. Apakah anda pernah dibenci karena mengasihi Yesus lebih dr segalanya? Apakah anda pernah tersakiti krn melayani Kristus? FirmanNya sedang menguduskan kita menjadi hamba kebenaran.
Hari hari ini viral, dua bayi, abe dan abli. Yang satu polos sekali, kata kata nya manis, lucu, tp beberapa orang malah pansos dan menghujat krn iri. Dibilang ini sengaja disetting orangtua biar keliatan lucu. Yang satu diajar berkata kasar, semua bahasa kebun binatang keluar. Tp malah banyak yang dukung: katanya lebih enak denger yang kasar krn keliatan asli gak dibuat2. Mari kita uji kebenarannya. Apakah kesenangan berkata kasar sungguh disenangi orang banyak? Nyatanya enggak..malah bikin kita ditimpuk dan dimusuhi. Orang2 yang mengklaim kejahatan itu gak pura pura hanya memakai alasan untuk menutupi kelemahan dan menutupi ketidakmampuan dia menjadi individu yang berkualitas.
Hamba kebenaran, mungkin tak sepenuhnya diterima oleh dunia tp mrk milik Allah yang menerangi dan menjadi alat pemulihan. Kita ga bisa pulihkan dunia tanpa kebenaran..
Maka dengarlah kata Kristus
Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
Kiranya doa Kristus menguatkan kita menjadi alat kebenaran Allah.
0 notes
dinaest · 14 days
Text
Sudahkah Anda Mendoakan Gereja?
Berdoa sungguh bukan hal sederhana. Meski, hanya butuh satu mulut untuk melakukannya, sesungguhnya, kita selalu belajar bahwa berdoa memerlukan proses belajar. Pada mulanya, kita belajar untuk berdoa hanya bagi diri sendiri, tapi kemudian, kita sadar, bahwa titik pusat doa semestinya bukan diri kita melainkan Tuhan. Dan, isinya, mestinya bukan supaya kehendak kita yang terjadi, melainkan kehendak Dia, yang kepada-Nya kita berdoa. Karenanya, pokok doa orang Kristen yang bertumbuh, akan menjadi semakin luas dan berkembang. Tadinya, mungkin kita cuma berdoa untuk diri sendiri, kemudian berkembang ditujukan untuk orang yang duduk di sebelah kita. Kemudian, terus meluas ke tetangga sebelah rumah lalu ke teman sekantor. Dan, seterusnya, kita berdoa untuk semua orang di gereja, teman satu agama, rekan beda agama, dan bahkan para pemimpin negeri ini yang bahkan tidak mengenal kita sama sekali. Kita diajak untuk berdoa bagi banyak orang. Itulah uniknya doa. Sekaligus susahnya. Yohanes 17:1-11 mengajak kita berdoa bagi Gereja, sama seperti Yesus berdoa. Dia sungguh peduli dengan kesatuan para murid karena tanpa kesatuan tugas pelayanan akan terbengkalai bahkan gagal berantakan. Ada banyak hal yang bisa membuat para murid tercerai berai. Yesus berdoa bagi banyak orang. Dia berdoa terutama bagi orang-orang, yang dalam wujud-Nya sebagai manusia, akan Dia tinggalkan. Dalam hati-Nya, sebagaimana yang tersirat dalam doa-Nya, Yesus meluapkan kerinduan hati-Nya agar semua murid-Nya menjadi satu. "…Mereka itu milik-Mu dan Engkau telah memberikan mereka kepada-Ku dan membuat mereka telah menuruti firman-Mu…Aku berdoa untuk mereka…perliharalah mereka dalam nama-Mu….(Bdk. ayat 6,9,11). Dia ingin agar kuasa dari Allah Bapa terus menjaga dan memelihara murid-murid agar mereka mampu meneruskan karya pelayanan Yesus di tengah dunia. Itulah kerinduan hati-Nya. Itu sebabnya, Gereja mesti berdoa. Pertama, berdoa bagi dirinya sendiri. Berdoa bagi keutuhannya. Berdoa bagi para anggotanya. Berdoa bagi pekerjaan pelayanannya. Terutama dalam setiap harinya, bukan hanya hari minggu saja. Dalam satu minggu, kita kebanyakan berdoa bagi gereja satu kali. Itupun tidak selalu dilakukan dengan serius. Kadang kita lakukan sambil tidur. Padahal, Yesus berkata pada para murid untuk selalu berjaga-jaga. Berdoa adalah kekuatan penting dalam pelayanan, persekutuan, dan kesaksian. Tapi, jujur saja, tidak banyak waktu, kita berdoa. Kadang, saya merasa, doa syafaat adalah bagian liturgi yang paling tidak menyenangkan bagi sebagian warga jemaat. Syafaat itu membosankan dan membuat ngantuk. Padahal, sebenarnya, dalam syafaat, kita membawa semua harapan, kerinduan, dan permohonan di depan Tuhan yang kudus sebagai tanda iman kita. Syafaat memberi kuasa. Kuasa yang mengubah kita menjadi pelaku firman yang hidup, sekaligus memberi kekuatan dalam Gereja. Tapi, anehnya, katanya, syafaat malah dipakai oleh beberapa warga jemaat, maaf untuk ke toilet. Apakah syafaatnya dilakukan di toilet? Entahlah, saya tidak tahu! Hehe! Saya percaya, setiap kita, diam-diam atau terang-terangan, terus berdoa bagi gereja. Bahkan bukan hanya jemaat ini, tapi juga semua anggota Tubuh Kristus di seluruh dunia. Pedih rasanya, jika kita melihat ada satu atau dua gereja yang tidak lagi diijinkan beribadah. Tapi, lebih sedih lagi, jika gereja yang bisa beribadah, sama sekali tidak menunjukkan faedah dan manfaat dalam pelayanannya, malah kemudian pecah dan mandek pertumbuhannya. Apa hambatan pelayanan dalam Gereja? Uang? Saya rasa tidak. Yang lebih sering menghambat pelayanan bagi Gereja, adalah ketika Gereja kehilangan orang-orang yang berdoa baginya. Penantang Gereja adalah sikap abai kita terhadap pelayanan dan persekutuan kita. Gereja mundur ketika anda berhenti berpikir tentang dia. Ketika kita tidak peduli dengan saudara-saudara seiman yang sakit. Dan, mereka yang terhilang dalam persekutuan selama ini. Juga, ketika kita berhenti menegur apa yang salah dan membenarkan hal-hal yang perlu dibenarkan dalam gereja. Sudahkah Anda mendoakan Gereja? Jika belum, mulailah!
0 notes
dinaest · 14 days
Text
Gereja yang Berhasrat dan Berkomitmen
Setelah itu Ia berkata kepada mereka, "Inilah hal-hal yang sudah Kuberitahukan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kalian: bahwa setiap hal yang tertulis mengenai Aku di dalam Buku-buku Musa, Para Nabi, dan Mazmur, harus terjadi." Kemudian Yesus membuka pikiran mereka untuk mengerti maksud Alkitab. Lalu Ia berkata kepada mereka, "Di dalam Alkitab tertulis bahwa Raja Penyelamat harus menderita, dan harus bangkit kembali dari kematian pada hari yang ketiga.  Juga bahwa atas nama Raja Penyelamat itu haruslah diwartakan kepada segala bangsa bahwa manusia harus bertobat, dan bahwa Allah mengampuni dosa. Dan berita itu harus diwartakan mulai dari Yerusalem. 
Kalianlah saksi-saksi dari semuanya itu. Dan Aku sendiri akan mengirim kepadamu apa yang sudah dijanjikan oleh Bapa. Tetapi kalian harus tetap menunggu di kota ini sampai kuasa dari Allah meliputi kalian." Setelah itu Yesus membawa mereka ke luar kota sampai Betania. Di situ Ia mengangkat tangan-Nya, lalu memberkati mereka.  Sementara Ia melakukan itu, Ia terangkat ke surga, lalu terpisah dari mereka. Mereka sujud menyembah Dia, kemudian kembali ke Yerusalem dengan hati yang gembira sekali, dan terus memuji-muji Allah di Rumah Tuhan.
Dalam sebuah adegan, ketika Jin memberi tiga permintaan kepada Aladdin untuk dipenuhi, Aladdin secara mengejutkan memakai permintaan terakhirnya untuk membebaskan Jin dari belenggu yang mengikatnya sebagai hamba orang lain. Aladdin menyadari bahwa kebebasan menjadi diri sendiri, memilih keputusan hidup, dan hidup untuk menjadi seseorang yang lebih baik adalah sesuatu yang paling membahagiakan dalam hidup. Maka, dia memberikan kesempatan itu pada Jin sebagai tanda kasihnya pada sahabatnya.
Soren Kierkegaard, seorang filsuf eksistensial, terkenal dengan semboyannya “aku memilih, maka aku hidup!” semboyannya mengkritik Descartes yang berkata, “aku berpikir maka aku hidup!”. Bagi Kierkegaard, tidak berguna kita mengandalkan akal dan pikiran kita saja untuk hidup, kita harus cukup punya hasrat dan komitmen untuk menghidupi kehidupan kita, dan itulah pesan Kenaikan.
Hasrat dan komitmen, dua hal yang penting ini adalah sesuatu yang ingin diberikan Kristus dalam peristiwa Kenaikan bagi orang percaya. Memang, Dia bisa terus ada bersama dengan para murid dalam tubuh kebangkitanNya, menemani mereka sampai puas, tapi tidak akan ada yang berubah jika itu terjadi. Tidak akan ada pilihan-pilihan hidup yang dibuat untuk mengubah dunia yang sakit karena dosa ini. Kristus naik untuk melepaskan ikatan masa lalu sepenuhnya dari hidup para murid, dan membawa mereka pada masa baru dan visi baru dalam panggilan hidup mereka.
Karena itu pesan Kenaikan, adalah pesan kebaruan, sekaligus pembaruan yang tidak dikerjakan atas kekuatan kita sendiri, melainkan oleh Allah Tritunggal. Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus selalu bekerja di sepanjang sejarah secara kreatif, transformatif dan reformatif untuk melakukan kebaikan. Karena itu, kita yang meresapi karya Bapa, Anak, dan Roh, akan merasakan kebaikan itu, dan menjadi pelaku kebaikan itu senantiasa.
Kadang dalam hidup kita, kita tidak mau memilih. Kita suka batasan yang sumir meski rapuh. Kita suka berdiri di antara dua perahu. Kita lebih memilih tempat yang membuat kita limbung. Segala hal dalam dunia ini, membuat eksistensi kita tenggelam atau kelihatan ada dan tiada. Daripada memilih antara setia dan tidak setia, kita memilih menyeleweng. Daripada memilih komitmen dan menolak, kita memilih malas-malasan, atau belang bentong, kata orang Betawi. Daripada memilih jujur dan bohong, kita memilih diam dan menghindar. Kita suka batasan yang sumir tapi rapuh. Akibatnya keberadaan kita jadi tidak jelas.
Tapi, Kristus memberi klaim yang tegas dan jelas terhadap identitas para murid. “Kamu adalah saksiKu!”. Kata asli yang digunakan adalah martureo, dan dalam pemahamannya, menjadi martir bukan merupakan sesuatu yang mudah. Kenapa? Martir adalah saksi. Saksi dari sebuah peristiwa, yang mau tidak mau kejujuran dan kebenaran perkataannya harus bisa dipertanggungjawabkan. Martir adalah seseorang yang membuktikan kebenaran iman percayanya melalui hidup bahkan sampai mati. Mengerikan! Sebuah tugas yang membutuhkan komitmen yang sungguh-sungguh! Dan membutuhkan pengorbanan.
Ini adalah identitas. Keberadaan murid Kristus di dalam dunia. Tantangan sekaligus panggilan untuk memiliki hasrat dan komitmen untuk mengada di dalam dunia. Dan, ini terserah anda dan saya, yang diberikan kesaksian oleh para saksi dalam Alkitab. Apakah kita akan menjadi seseorang yang memilih atau lari dari tanggungjawab? Apa kita berani menjadi seseorang yang menggumuli arti hidup dan panggilan kita lalu bertanggungjawab menunjukkan pilihan hidup kita pada sesama dalam dedikasi dan komitmen? Dari mana, kita bisa melihat apa seseorang punya hasrat dan komitmen? Dari hidup dan akhir hidup.
Jadi, mari bersyukur untuk peristiwa Kenaikan pada hari ini. Karena ini adalah langkah awal menuju 10 hari kita makin dikuatkan dalam Pentakosta untuk menjadi saksi Kristus yang misional dan radikal. Saya tahu dengar istilah radikal pasti kita akan mengarah pada teror, tapi kita kan tidak dipanggil untuk menjadi radikal menebar teror, kita dipanggil untuk menjadi radikal dalam memberitakan kebaikan dan pengampunan Kristus. Bertobat dari dalam diri lebih dulu, supaya orang juga merasa tertarik dengan karya Allah dalam hidup kita, dan mau juga ikut berubah jadi lebih baik. Jangan sebaliknya, hidup kita malah membuat orang ogah ikut Yesus.
Pertama, lakukan ini dari Betania. Lakukan ini dari lingkungan kita dulu. Jangan berpikir mengubah komunitas. Mulailah dengan mengubah diri sendiri dulu. Jangan minta orang memberi, kalau kita juga belum belajar memberi. Jangan minta orang berkorban, kalau kita belum belajar berkorban. Jangan mengotbahi seseorang sebelum kita mendengar dengan baik kotbah orang lain dan belajar untuk mematuhi Firman. Layanilah lebih dulu sebelum kita minta orang melayani. Apalagi di zaman kini, generasi masa kini terbiasa melihat rekam jejak orang yang terpampang dengan begitu gamblangnya di media sosial tiap detik. Anak-anak kita, yang kecil, remaja dan anak muda, sibuk mengamati dan mencermati bagaimana orangtua dan para pemimpin gereja masa kini melayani dan mengasihi orang lain. Jadi, kalau GKP Kampung Sawah ingin memiliki anak-anak muda yang terbaik, kita harus lebih dulu memulai kebaikan dan menjadi pelaku kebaikan. Jadilah saksi Kristus. Jadilah martir! Saksi yang mendengarkan Allah Bapa Anak dan Roh bicara dalam hati kita!
Kedua, mulailah sesuatu yang baik sebagai tanda perubahan. Lukas amat suka memberi detail dalam semua peristiwa Kristus yang diceritakan. Peristiwa keselamatan dari Allah selalu diberikan bumbu yang membuat kita merasai sesuatu. Para murid yang melihat Yesus naik ke surga tidak bersedih. Mereka gembira sekali. Kata-kata Yesus membuat mereka bersukacita. Ini menunjukkan perubahan dari kondisi yang sebelumnya. Kristus memberi tugas yang baru, perutusan yang baru, dan itu sama sekali tidak membuat mereka sedih. Coba bandingkan dengan kita yang suka sekali merasa capek duluan ketika dipanggil Allah melayani. Hehe! Ups! Tapi tentu ada sebabnya, kenapa mereka bersuka! Sebab, mereka sadar bahwa tugas perutusan itu bukan sebuah beban, tapi sebuah kesempatan dan pemahaman baru mengenai kehidupan. Yeah, anda bisa saja merasai pelayanan sebagai sebuah beban yang mengikat leher, atau kita bisa buat pelayanan sebagai sesuatu yang asyik dan menyenangkan. Menjadi baik itu perlu, tapi dalam pelayanan juga kita belajar melihat bahwa kekurangan dan kelemahan orang lain menjadi kesempatan bagi kita menopang dan mengerti hidup manusia yang tidak sempurna. Akhirnya apa? Kalau kita bisa melewati dengan hati penuh charis, (alias sukacita) maka kita akan mendapati bukan hanya orang yang berubah, tapi terutama, kita yang juga berubah, sekaligus berbuah.
Yesus yang naik, jauh di mata, tapi dekat di hati bagi para murid. Perpisahan kadang kita perlukan untuk menjemput momentum yang lebih besar. Allah Bapa Anak dan Roh akan dicurahkan dalam Pentakosta dan melengkapi para murid memasuki babak baru dalam hidup mereka untuk eksis dalam dunia. Kiranya Gereja juga, kita semua ini, terus mengenang Kenaikan sebagai langkah awal doa kita, menetapkan keberadaan kita dalam hasrat dan komitmen untuk memilih berbagai hal baik dalam kehidupan kita dan komunitas kita. Bahwa atas nama Raja Penyelamat, tujuan hidup kita adalah mewartakan karya keselamatan Allah. Mari syukuri karya penyelamatan dan pembebasan Allah melalui perutusan kita!
0 notes
dinaest · 14 days
Text
Kamu adalah saksi dari semuanya ini. (Lukas 24:48)
"Saya kan, bukan siapa-siapa! Saya ga pintar, saya ga hebat emang saya bisa apa? Tentu kalimat ini pernah kita dengar diucapkan seseorang, atau mungkin malah terucap di mulut kita sendiri. Apakah benar kita bukan siapa siapa? Tentu tidak. Kita ini seseorang. Kita ini pribadi. Kita ini ciptaan Allah. Kita ini dihadirkanNya ke bumi ini untuk satu tujuan. Jadi, keberadaan kita bukannya sia-sia alias tanpa nilai. Kita ada, karena Allah punya rencana, dan karena Allah mengasihi kita. 
Apalagi kemudian, Allah menuntun langkah kaki kita sehingga kita menjadi anggota Baptis dan anggota sidi. Kita diingatkan bahwa kita ini tidak sendirian. Bersama manusia lain dalam dunia ini, kita diajak untuk melakukan sesuatu dan hidup berbuat baik. Dalam kita bersekutu, kita diajak melayani, dalam kombinasi antara keduanya, kita bersaksi. 
Jika hidup manusia punya tujuan, tentu dia akan terus melangkah menuju tujuannya. Dan, dengan tujuan itulah Yesus Kristus melanjutkan karya penyelamatanNya di dalam dunia. KasihNya yang besar untuk dunia ini ditaruhnya dalam hati murid-muridNya. Dia menunjukkan bahwa kematianNya di atas kayu salib bukanlah akhir dari segalanya. Secara fisik, meski tak mudah dipercaya, Injil Lukas menggambarkan Yesus bangkit dari kematian. Dia ada dalam tubuh yang baru. Tubuh yang tak sama ketika Dia hidup, tapi yang jelas, Dia hidup. Ini menunjukkan semua belum selesai. Bagi Kristus, dan bagi yang percaya padaNya.
Ketika Dia makan dan menunjukkan kedua luka di tanganNya, murid-murid menjadi percaya. Mereka yakin dan dikuatkan. Semua ini diceritakan Lukas dengan sangat detail untuk meyakinkan kita juga. Ini bukan kisah ajaib. Ini bukan kisah fiksi. Ada sesuatu yang terjadi pada orang Kristen mula-mula sehingga iman mereka bisa menjadi sangat kuat seperti itu. Yesus sudah bangkit dan memberi tugas panggilan baru. 
Nyatanya, kebangkitan Yesus mengingatkan kita sebagai murid-murid Yesus. Jika kita mengaku sebagai orang yang percaya, bagaimana kesaksian hidup kita? Tak bisa kita berkata, cukup hanya kita saja yang tahu. Karena panggilan hidup orang Kristen adalah menunjukkan bahwa Tuhan kita adalah Yesus Kristus. Dan, itu artinya menyangkal diri, mengikut Dia dan memberitakan tentang Dia dengan seluruh hidup kita. Apa yang menghalangi kesaksian itu?
Ada banyak orang Kristen yang menjadi Kristen karena dia sudah jadi Kristen, tanpa mau belajar kenapa dia menjadi Kristen dengan sungguh-sungguh. Lamanya kita jadi orang Kristen tidak menandai bahwa kita juga cukup mengenal Dia dan mau menyerahkan hidup kita pada Dia. Kekecewaan dalam hidup. Kekeraskepalaan. Kepahitan hidup. Kesombongan, bisa membuat seseorang menjauh dari Tuhan. Tapi ada berita baiknya. Apa itu?
Dalam kasus hubungan kita dengan Tuhan, kita mendapati satu hal yang indah. Mau kita ini baik atau keras kepala pada Yesus, tak pernah kita yang lebih dulu mengambil inisiatif untuk datang pada Yesus. Selalu, Yesus yang lebih dulu mendatangi dan memanggil kita. Sebesar apa cinta kita pada Yesus? tak pernah lebih besar dari cintaNya pada kita. Jika kita bisa memberi waktu kita bagi Yesus, maka Yesus bersedia memberi seluruh hidupNya buat kita. Jadi, semakin kita sulit merasa Tuhan itu baik dan cinta pada kita, makin susah kita baik dan cinta pada sesama. Kita akan melayani dalam sungut-sungut, kita akan memberi dalam sungut-sungut dan tak akan pernah bisa bersyukur. Atau bersukacita. 
Jadi, menjadi saksi kasih Tuhan tak bisa kalau kita sendiri tidak hidup dalam kasih bersama Tuhan. Resapi dulu karya Tuhan dalam hidup. Bangun dulu keintiman bersama Tuhan. Jawab dulu panggilanNya pada kita. Memang Dia akan selalu menunggu, tapi sampai kapan kita menunggu Allah yang mengasihi kita menunggu kita. Sampai kapan kita nyuekin Tuhan?
Menjadi saksi kuasa Tuhan adalah panggilan yang tak mudah. Sebab, kuasa Tuhan itu penuh dengan kekudusan dan kerendahatian. Dalam Kitab Suci kita belajar bahwa manusia yang dipakai Allah jadi nabi, imam, dan rasul adalah manusia berdosa yang masa lalunya kelam, karakternya buruk, dan penuh dengan banyak kekurangan. Tapi mereka diampuni Tuhan dan menjadi rendah hati. Musa selalu kuatir. Elia selalu mengeluh. Petrus kadang gerasak gerusuk. Abraham suka ga sabaran. Yunus lari berkali-kali. Tapi ketika mereka merendahkan hati mereka kepada Tuhan, Tuhan memakai mereka. 
Jadi sebagai alatnya Tuhan, bagaimana hidup kita ini dipakai jadi saksi kuasa Tuhan? Ketika dalam hidup ini, kita menyadari betapa diri kita memberi pengaruh pada orang lain. Pasti bapak-ibu mendengar beberapa kasus lalainya orangtua di liburan kemarin sehingga ada anaknya yang tenggelam dan meninggal. Tanpa bermaksud menghakimi, kita belajar satu hal. Kadang, kita sering lupa bahwa kita ini bertanggungjawab atas hidup orang lain. Sebagai ibu, sebagai ayah, sebagai anak, sebagai orangtua, sebagai rekan, sebagai anggota jemaat. Ada banyak derita dialami ketika orangtua tak merasa bertanggungjawab atau melalaikan tugas dan tanggungjawab sebagai orangtua. Tapi, bayangkan dampak yang besar ketika orangtua bertanggungjawab secara penuh pada kebahagiaan anak? Bagaimana dampaknya pada masa depan?
Menjadi saksi kuasa kebangkitan Yesus adalah dengan bersyukur akan pengampunan dosa yang kita alami dan menghidupinya dengan saling mengasihi satu sama lain. Kasih dan kuasa melekat pada diri Kristus. Dan ini karakter Yesus Kristus sebagai Raja. Dia naik ke ketinggian, untuk menyatakan kepada kita bahwa kuasa dan kasihNya berasal dari Bapa. Kasih dan kuasa itu kita rasakan ketika kita hidup dalam persekutuan yang baik bersama dengan Tuhan. Dalam kesadaran bahwa kita ini alat Tuhan. Alat Tuhan untuk memberitakan kasih Tuhan. Sambil kita juga merasakan Tuhan yang mengasihi kita, sekalipun diri, keluarga, dan gereja kita tidak sempurna. Kasih dan kuasa itu kita rasakan ketika kita menyadari tanggungjawab kita yang besar satu sama lain, untuk menghadirkan pemulihan dalam dunia ini. Menghilangkan rasa cuek dan egois kita. Mulai bertobat dari rasa abai dan tak peduli. Dan sadarilah, kita sudah dipanggil untuk memberitakan kasih dan kuasa Kristus di dunia. Dalam dunia. Di mana kita ada. 
Yesus naik ke Surga di hadapan para murid. Kenapa? Dia membawa para murid, menyaksikan Dia naik? Karena kenaikan Kristus haruslah disaksikan. Maka harus ada para murid yang menyaksikan. Kita lah yang meneruskan karya Tuhan. Kita alat Tuhan. 
Selamat menantikan pencurahan Roh Kudus. Mari bertekun dalam kerendahan hati dan pertobatan!  
0 notes
dinaest · 17 days
Text
Kata seorang teolog Jerman Albert Schweitzer soal kasih; kasih adalah pengorbanan tanpa pamrih untuk kebahagiaan orang lain. Mudahkah ini dilakukan? Di dalam dunia ini, yang menganggungkan cara untuk menyenangkan diri sendiri sebagai jalan hidup utama, tentu ini berlawanan.
Yohanes selalu mengklaim dirinya murid yang paling mengasihi Yesus. Tp apakah murid yang paling mengasihi Yesus hanya Yohanes saja? Tentu tidak. Ketika dia mengatakan bahwa dialah murid yang mengasihi Yesus, maka dia merujuk pada pembacanya. Apakah anda dan saya masuk golongan Yohanes. Berdiri di pihak murid yang mengasihi Yesus?
Bagi Yesus, kasih ada dalam hubungan Dia dan Bapa. Dan hubungan itu tidak pernah mungkin disamakan dengan hubungan macam apa pun di dalam dunia. Hubungan Kristus dan Bapa dinyatakan dalam dua hal: Yesus taat pada Bapa. Dan Yesus hidup dalam kasih Bapa. Tinggal dan menuruti.
Jadi inilah kasih Yesus dengan BapaNya. Kasih yang didasari kelimpahan kekuatan dari Bapa, sayangnya Bapa, keberpihakan dan kelimpahan itu. Bayangkan sebuah keberpihakan. Mungkin ada orang yang tidak memilih anda, memperhatikan anda, tp Bapa memilih dan memperhatikan anda. Demikian kasih Bapa; kasih yang menerima dan membanjiri hidup ini sehingga kita berlimpah mengasihi orang lain. Bunda Teresa bs mengelap luka borok kusta dari Kasih Bapa. Petrus bersedia disalib terbalik dari kasih Bapa. Yesus setia sampai mati karena kasih Bapa. Kita perlu tinggal dalam Bapa.
Dan darimana Yesus beroleh kasih Bapa? Dari taat. Taat itu tanda kasih. Salib itu berat tp belajar taat. Taat itu belajar berkorban bagi yang kita kasihi. Salib itu di titik final adl karya Kristus. Apakah kita bisa sama seperti Yesus dlm hal ketaatan? Tentu tidak karena kita bukan Yesus. Tp standar Yesus menjadi pemacu dan penunjuk arah, kita bs fokus mengasihi karena ada Yesus yang jadi standarnya.
Kasih Bapa dan ketaatan Yesus yang kita alami dan teladani akan membuat sukacita menjadi penuh
Artinya: percaya bahwa rancangan Tuhan baik dan tetap mengabdi. Tidak mudah menyerah dgn godaan dan rintangan.
Demikian Yesus memberitahukan kita semua keindahan kasih itu. Hiduplah mengasihi dan taat. Karena Dia sangat ingin kita bahagia dan sukacita dan Dia memberitahukan itu karena Kita sahabatNya agar kita menghasilkan buah dan tetap.
Apakah anda lelah melayani dan mengasihi? Jangan. Apakah anda lelah taat ? Jangan. Hasilkan buah iman agar kita bisa yakin apa yang kita minta padaNya akan diberikan.
Nah ini paling asyik, saya minta kaya bisa donk! Tunggu dulu: apakah permintaan itu dasarnya taat dan kasih pada Tuhan. Saya rasa kalau orang taat dan kasih pd Tuhan, dia akan hati2 minta kaya sebab salah2 dia akan susah masuk Kerajaan Allah. Jadi hasilkan dulu buah yang tetap!
Yang utama: kasihilah satu sama lain. Jika Tuhan ingin kita mengasihi, mengampuni, berbuat baik, lakukan! Lawan Yesus menurut Yohanes adalah orang orang yang suka menghakimi dan merendahkan, mengabaikan dan jahat. Tp murid Yesus adalah mrk yang mengasihi. Mereka yang berpihak pada orang yang butuh ditolong! Siapakah mrk itu dalam hidup saudara saat ini?
Jadilah murid Yesus yang taat pada Yesus. Kenalah dan dengarkanlah suaraNya. Jangan hanya cari enak2 dalam hidup. Jangan asal2an. Maka ketaatan itu akan membuat anda limpah kasih dan sukacita sehingga anda tidak perlu apa2 untuk bisa bahagia. Dan apa pun permintaan anda dalam taat akan dipakai Allah untuk KerajaanNya. Jadilah murid yang taat dan hidup dalam kasih Yesus! Puisi Teresa; Buah dari perenungan adalah DOA. Buah dari doa adalah IMAN. Buah dari iman adalah CINTA. Buah dari cinta adalah PELAYANAN. Buah dari pelayanan adalah KEDAMAIAN.(Bunda Teresa). Kiranya hangat mentari kasih Allah menguatkan kita menjalani hidup yang taat dan mengasihi.
0 notes
dinaest · 29 days
Text
Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “ Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. “ (Bdk. 2 Korintus 12:9)
Epikurus, seorang filsuf Yunani Kuno pernah bicara bahwa kebahagian lah yang menjadi tujuan hidup paling utama. Seumur hidup manusia dalam milayaran tahun bumi ini ada dan berevolusi, manusia telah belajar banyak hal bagaimana mencari kebahagiaan, tapi apakah manusia berhasil menemukan makna bahagia? Belum tentu. Bahagia ternyata tak definitif, dulu begini sekarang begitu. Dulu segini sekarang segitu. Pencarian kebahagiaan tak pernah selesai.
Bagaimana Paulus mencari makna bahagia? Apakah setelah jadi murid Kristus, dia bahagia? Mungkin, kalau kita liat perkataannya ini, kita bisa lihat dia setengah bahagia. Setengah juga sedih, karena ketika dia menulis ayat ini, dia sedang diagungkan sebagai orang hebat dengan banyak penglihatan. Di gereja Korintus juga banyak yang mengaku orang hebat, dan meragukan Paulus. Paulus menjawab dia telah mengalami banyak penglihatan dan itu bisa memberi peluang untuk Paulus jadi sombong. Untuk mengatasi sombong, kata Paulus, Allah memberinya sebuah daging agar tidak sombong. Dia menginsyafi, kelemahan itu diijinkan Tuhan, supaya dia menjadi saksi kuasa dan kebesaran Tuhan. Hidupnya memuliakan Tuhan.
Menurut pikiran dunia, sakit tak membawa bahagia. Sakit yang dialami bukan hal mudah. Apakah dia bahagia? Entahlah, rasanya tak bisa dengan pongah kita berpura tahu apa perasaannya. Tapi, satu hal yang kita tahu, beliau meninggalkan dunia ini dalam rasa cinta mendalam yang dimiliki keluarga. Istri yang setia menemani sampai akhir hidup dan anak-anak yang baik. Kita yakini, itulah hal membahagiakan buat almarhum selama dia hidup.
Dalam perjalanan kehidupan ini, setiap orang berjuang untuk menemukan apa sesungguhnya yang ia inginkan. Dan ini menuntun kita pada keputusan keputusan etis dalam keseharian. Almarhum telah memilih menjalani hidupnya sebagai seorang suami dan ayah yang dalam segala perjuangannya, menjadi seseorang yang pada akhirnya dikasihi keluarga. Kita menghormati bagaimana beliau menjalani hidupnya. Gigih dan tabah. Meski dengan kerja keras dan kesakitan. Terus mewariskan ketangguhan dan beliau juga Sosok yang kuat di mata keluarga. Inilah pilihannya dan semoga semua yang dilakukan sesuai dengan keinginan hatinya, sungguh membuatnya jadi bahagia.
Jika sekarang, dia pergi, maka kita percaya inilah momen dia menuju pada kebahagiaan yang sejati. Ujung yang paling dirinya cari dan dambakan. Tujuan hidup paling utama berdasar iman. Sebuah rumah tempat kediaman di mana aman dan sentosa kekal melimpahinya. Tugasnya di dunia sudah selesai. Tinggal tugas kita.
Kitalah yang harus mencari jawab: apa yang sesungguhnya kita inginkan? Itu akan membuka kita pada jawaban pada: kenapa kita jadi orang Kristen? Kenapa saya hidup? Untuk apa saya berbuat baik, ini itu? Bagaimana jika kita berdosa dan lain sebagainya. Kita diharap akan jadi lebih bijak ketika kita tahu: apa yang sesungguhnya kita inginkan, kata pengarang buku terkenal Sapiens, Yuval Noah Harari.
Mari melepaskan kepergian almarhum dalam kerelaan. Semoga keluarga yang ditinggalkan, diberi kekuatan untuk melanjutkan iman dan keteguhan Bapak di masa depan. Hidup dengan kuat, teguh, sabar, dan gigih, untuk menerima hal yang tidak bisa diubah, mengubah hal yang bisa diubah, dan membedakan keduanya. Kasih Allah Bapa yang kekal akan memelihara hati dan pikiran saudara. Kasih Anak Allah, Yesus Kristus menjadi jalan, kebenaran dan hidup. Kasih Roh Kudus berdiam dan menguasai kita.
Mari bermegah dalam derita, untuk merasakan pemberian Tuhan yaitu kekuatan memikul derita dan menjadi bijaksana. Tuhan menopang
0 notes
dinaest · 1 month
Text
Dalam percakapan mendalam saya bersama seorang sesepuh jemaat baru baru ini, kami bicara soal apa yang penting, yang kami maknai sebagai ajaran yang sehat, keprihatinan beliau terhadap jemaat dan bagaimana kita melihat betapa maraknya ajaran ditampilkan di media sosial. Di akhir kalimat, beliau mengatakan, bu...apa pun itu pada akhirnya buahnya lah yang menentukan. Kita bisa melihat sehat atau tidaknya, dari buahnya.
Ya, dari buahnya. Dalam perkataan Kristus kepada muridNya kita belajar pola antara Yesus dan para murid. Dia mengatakan Dia adalah gembala yang baik. Gembala yang baik, yang ditunjukkan melalui hidup dan karya pelayananNya. Yesus tidak mencari kepentingan sendiri. Dia menyerahkan nyawaNya bagi domba dombaNya.
Memang ada apa sih? Apa masalahnya sehingga Kristus berkata seperti ini? Ya, memang saat itu marak para pemimpin yang menyesatkan umat dengan ajaran palsu. Mereka maka disebut pengajar palsu. Yang memimpin dan memanfaatkan orang yang dipimpin tanpa ketulusan dan hanya bagi keuntungannya sendiri.
Pekerjaan gembala adalah melindungi domba. Domba adl mahluk yang lemah dan perlu panduan. Maka seorang gembala berperan menjaganya. Ada dua karakter gembala sejati yaitu sikap berkorban dan mengenal. Ketika Yesus dua kali mengatakan akulah gembala Dia mengingatkan bahwa Dia rela berkorban bagi domba domba dan mengenal dombanya dan dombanya mengenalNya. Ya, relasi timbal balik.
Nah, saya tahu biasanya teks ini akan langsung dikaitkan dgn kesaksian hidup kita. Ada mungkin yang merasa, ah, saya sudah cukup baik memimpin, atau si itu baik ya, si itu tidak. Atau malah kita bisa berkata, ah, saya bukan pemimpin baik. Nah saya mencoba berefleksi begini
1. Kita bukan Yesus. Kita tak bisa disandingankan dengan Yesus. Maka level Yesus tak akan pernah bisa kita samai. Dia Allah, kita debu. Dia mulia, Dia pencipta, kita ciptaan. Dia kudus, kita hanya tanah. Maka dalam relasi sebagai orang yang dipakai Tuhan bersama Sang Penjunan, kita hanya bs mengatakan kita diberi gambaran penggembalaan Tuhan supaya bs merasakan kita tak pernah cukup mampu sepertinya.
Saya menyadari ini supaya kita gak bermegah dengan apa pun hal baik yang sudah kita lakukan dan supaya kita ga menghabiskan waktu untuk saling menghakimi dan menilai.
Kita semua sedang diajar Sang Gembala untuk menurut dan taat. Jika kita sekali saja merasa sangat tahu, maka kita melepaskan tuntunanNya.
2 jadi jika kita sadar hanya Dia Gembala yang Baik maka kita bisa menjadi domba yang baik. Belajar mengasihi dan mengenal Tuhan. Itulah kunci pelaksanaan kedombaan. Dari Yesus kita belajar melayani, memimpin dan mengabdi adalah soal mengasihi. Kita mungkin bs berkata, ya saya kan sudah capek, maka jangan tuntut saya donk, maka kembali pada kita, apakah kita mau berkorban lebih lagi krn mengasihi Tuhan? Maka pelayanan tak lagi jadi aiang tunjuk2an dan lempar lemparan krn bicara soal kasih. Kasih yang rela berkorban. Dan maka, jangan juga menilai pelayanan, ah dia melayani begini doank, saya kan segini, lebih capek mana? Karena.... dasar semuanya sama, asal karena kasih itu sudah cukup. Ini urusan kita sama Tuhan bukan sama manusia. Jadi??? Semua terserah anda. Anda mau berkorban? Terpujilah Kristus!
2. Domba yang baik mengenal gembalaNya. Dia bukan hanya dengar tapi mengujinya itu suara gembalanya bukan? Meski banyak sekali omongan manusia yang kita dengar tiap hari dr siapa saja kita perlu mendengar dan mengenal, itu suara Tuhan atau bukan. Nah penting makanya untuk jaga hubungan dengan Tuhan. Sekali lagi, jangan asal asalan. Jangan asal hidup, asal memilih, asal berteman, asal mematok nilai dan prioritas hidup, bodo amat besok yang penting skrg hepi. Mengejar yang enak nikmat tanpa berusaha.
Jadilah domba yang baik. Jadi Tuhan bisa memakai kita menjadi pemimpin ketika kita mau dipimpin Tuhan. Memang dengan melihat diri kita an sich, kita gak kuat gak mampu banyak celanya banyak kurangnya. Pertahankan rasa ketidak mampuan di hadapan Allah itu, supaya kita terus belajar mengenal suara Tuhan dan jadi domba yang baik.
Seorang vlogger Daniel Mananta cerita bahwa istrinya baru saja kecopetan. Tp dia bilang dia malah dibentuk Tuhan untuk dilatih otot spiritualnya biar kuat supaya dia mengampuni. Kl orang kena musibah, biasanya drpada berdoa dan mengenal rancangan Allah dlm hidupnya dia akan cenderung menyalahkan banyak hal. Tp Daniel belajar mengenal suara gembalanya.
Pengalaman yang sama dgn satu sepuh di Tangerang dulu. Br beli mobil, garasi br jadi, taunya mobilnya kebakar di tol. Pengennya marah2 tp ketika berdiam untuk mengenal suara Sang Gembala, kita belajar bersyukur dan beliau malah makin rajin pelayanan dan paduan suara.
Jadi, apakah kita domba yang baik? Mdh2an kita dimampukan Tuhan terus menaati dan bisa kasih pengaruh baik di hidup kita buat orang lain. Tuhan berkati
0 notes
dinaest · 2 months
Text
Kristus yang Bersinar
Merenungkan tema kotbah ini saya berpikir, apa yang menunjukkan kepada dunia bahwa kita adalah anak Terang? Apakah kita harus melakukan effort yang bagaimana supaya bisa menerangi dunia? Terang itu dari manakah? Dari kesalehan? Dari persembahan kasih? Dari Alkitab yang rajin kita baca dan doa yang panjang atau apa? Apa yang menjadikan kita bisa meneragi dunia?
Semakin lama merenung, maka saya makin sadar satu hal: ternyata saya ini seperti kabel. Saya bukan sumber dayanya. Dan karenanya, saya sadar bahwa saya bukan terang, an sich. Saya gelap, dan selalu berpotensi gelap. Jika saya butuh selamat, saya mesti berjalan bersama Sang Terang.
Maka kemudian kita mengerti mengapa sang Penatua. Ya, surat ini ditulis oleh seorang penatua yang membina gereja gereja yang hampir pecah, dia sangat mengharapkan pendengarnya menerima Sang Terang dalam hidup mereka. Sang Terang itu siapa? Yesus dan Bapa, kami. Dan hanya dengan mematuhi Yesus, hidup kita diterangi sehingga gak terantuk. Hidup kita bisa benar dan dalam kasih.
Ya, tiga tema Terang Dunia dalam 1 Yohanes: hidup, kasih dan kebenaran. Ketiganya jadi siklus. Dihidupi setiap saat, setiap detik, setiap buka medsos, setiap anak bikin kelakuan rupa rupa, setiap ada masalah rupa rupa, setiap kita berhadapan dengan sakit. Hidup, kasih dan kebenaran
Hidup itu kata surat ini adalah apa yang dibawa Kristus buat kita. Dia ingin kita hidupnya berkelimpahan dalam damai. Hidup yang utuh, yang bermanfaat yang terang, berarti gak gelap, gak menyerahkan diri pada dosa.
Kebenaran. Yaitu Kristus. Tentu kita tidak bisa sepenuhnya mengenali kebenaran, paham betul, memegang kebenaran seakan akan kita paling benar. Kebenaran ada pada diri Yesus sendiri. Tp melalui hidup, kita bisa mempelajari dan menghidupi kebenaran. Maka, jangan jadi orang yang asal. Asal makan, asal bergaul, asal memilih, asal beragama, karena orang yang asal juga akan mendapat asal. Mungkin pny tp tidak berkualitas. Kenalah Kristus, belajar,berproses,setia, taat.
Kasih, juga jadi dasar kita hidup benar. Hidup yang asal itu karena kita gak mengasihi. Apakah ada di antara bapak ibu yang memberikan hantaran atau ngejotin tetangga masaknya asal? Kl asal asalan berarti kita tidak mengasihi, tidak menghormati, tidak bertanggungjawab. Jika kita mengasihi Yesus, maka kita akan berusaha melakukan apa yang benar.
Hidup, kebenaran dan kasih ini adalah kondisi hidup yang berjalan dalam terang Kristus. Bukan kita sumber terangnya, tp Kristus. Dan ketika kita menyerahkan diri pd Kristus, kita akan diterangiNya, jalan kita diterangiNya. Kita akan merasakan Dia bekerja melalui kita dan ketika kita hidup menaatinya, maka pengampunanNya akan memulihkan dan menerangi hidup kita.
Tentunya itu hidup yang penulis surat inginkan ada pada diri gereja saat itu. Semoga hidup kita juga dapat menampakan kasih dan kebenaran ini setiap saat
Kristus yang Bersinar oleh Bunda Teresa
Yesus terkasih, bantulah kami menyebarkan keharuman-Mu ke mana pun kami pergi. Banjiri jiwa kami dengan semangat dan kehidupanMu. Menembus dan menguasai seluruh diri kami seutuhnya, agar hidup kami hanya menjadi pancaran sinarMu.
Bersinar melalui kami, dan jadilah di dalam kami, bahwa setiap orang yang harus kami hubungi mungkin merasakan kehadiranMu di jiwa kami. Biarkan mereka melihat ke atas dan tidak lagi melihat kami, tetapi hanya Yesus.
Tinggallah bersama kami, dan kemudian kami akan mulai bersinar saat Engkau bersinar; sehingga bersinar untuk menjadi terang bagi orang lain; terangNya, Yesus, semuanya akan datang dari-Mu. Semua itu tidak akan menjadi milik kami. Engkau akan menyinari orang lain melalui kami.
Izinkan kami memujiMu dengan cara yang paling Engkau cintai, dengan menyinari orang-orang di sekitar kami. Izinkan kami memberitakanMu tanpa berkhotbah: bukan dengan kata-kata, tapi dengan teladan kami, oleh kekuatan penangkapan, pengaruh simpatik dari apa yang kami lakukan, kepenuhan nyata cinta yang ditanggung hati kami untukMu. Amin.
0 notes
dinaest · 2 months
Text
Markus 16:1-8
Video ini, adalah sebuah video yang mengingatkan kita pesan penting : KUNCI BERTAHAN adalah HARAPAN. Jika kita sudah kehilangan itu, maka hidup akan jadi kosong dan hampa.
harapan itu coba digambarkan Markus dalam kekosongan di pagi buta, ketika hanya para perempuan yang hendak meminyaki Yesus di kematianNya. Namun di pagi itu, batu itu sudah terguling. Kuburan di era Yesus ditutupi sebuah batu yang sangat besar ditambah penjagaan untuk menghindarkan pencurian jenazah, dan sekarang batu itu terguling.
Pada mulanya Markus menggambarkan saksi Paska pertama perempuan. yeah, tidak ada laki-laki, jadi makin susahlah orang berspekulasi bahwa jenazah Yesus dicuri dan bukan bangkit, karena memang saksi pertamanya perempuan, mana kuat mereka menggulingkan batu?
Tapi, kan diceritakan bahwa mereka tidak sendirian. Ada seorang memakai jubah putih duduk disebelah kanan dan membawa kabar baik. Kanan berarti baik. busanya putih bersih dari sorga.
Dengar beritanya! Kubur itu kosong! Yesus tidak ada lagi dalam kubur, Yesus yang tersalib telah diangkat dalam kemuliaanNya. Ini anugerah! Diceritakan Markus para murid tak berkutat di kuburan itu melainkan ke Galilea, ke tempat mereka hidup dan berkarya, menunjukkan Kristus yang bangkit menyertai anda dan saya dalam hidup dan karya kita. Kondisi anda sekarang gimana?
Kristus yang bangkit sedang bergerak menuju hidup dan pekerjaan, masalah dan pergumulan dan membawa pengampunan bagi Petrus yang secara terpisah disebutkan, sebagai tanda belas kasih Allah ada pada semua manusia.
Anehnya, Markus tidak memberitakan soal penampakan Yesus pada satu pun muridNya seperti di Injil lain. Lalu, di mana Yesus menjumpai para murid? Dalam peristiwa Dia menampakkan diri pada kita?
Ia akan mendahului kamu, engkau akan melihatNya di Galilea, di hidupmu, di rumahmu, di pergumulanmu, di sakitmu, di sedihmu, di lukamu, dicemasmu.
Dengan mengikut Dia, mereka akan melihatNya. Dengan bangkit Yesus kembali bersama BapaNya di sorga, tapi Dia tak hanya tinggal di Sorga, melainkan di Galilea, dikelilingi kawananNya yaitu mereka yang hidup dalam ceritaNya
Markus menutup cerita ini dengan kebungkaman para perempuan dan ketakutan mereka. Mereka lari. Udah? Begitu aja? Apa mereka sama seperti orang lain yang melarikan diri dan ketakutan. Lalu, jika kita menemui akhir itu, apa yang bisa kita harapkan dri Markus? Dia sangat mendambakan pembacanya yaitu kita, bereaksi berbeda! Kita tak ikut lari, kita tak ikut gemetar, kita bersukacita dan kita berlari mengikuti Yesus, dan panasaran ini pun akan membuat kita ke depan cerita lagi dan membaca awalnya.
Maka pesan Paskah " kembalilah ke Galilea!" karena di sanalah Anak Manusia mendahului kita dalam segala keberadaanNya sebagai Anak Manusia speenuhnya. Ikutilah jalanNya. dan kiranya dari kubur kosong kita tahu bahwa jalan itu bukanlah jalan buntu melainkan jalan kehidupan.
Video di atas mengingatkan kita, apakah yang paling buntu dari hidup anda saat ini? Tidak ada apa pun yang bisa memusnahkan kasih Tuhan dan anugrahNya. Mari kita ke Galilea dan ikut jalan Yesus, dalam Dia ada kehidupan. Mari pelihara terus harapan itu, teguh, berjuang, kuat, bertahan, taat dan setia!
Selamat Paskah!
0 notes
dinaest · 2 months
Text
Tuntas
Akses paling menarik jika orang pergi ke Lembang dulu, adalah melewati Jalan kolonel Masturi. Tapi lama-lama orang tidak mau merasa sengsara, maka memotonglah orang lewat Cimahi. Makin padat, makin sengsara lewat jalan sana. Maka orang mencari akses lain melalui Geger Kalong. Semakin dibuat susah, maka orang akan cari cara potong jalan.
Demikian hidup manusia, ketika sengsara hidup kita maka akan kita cari jalan mudah agar lagi tak hidup sengsara. Meski, kadang jalannya dengan mengorbankan orang lain. Ada juga yang rela bersusah, berproses, berlelah agar dapat selamat tanpa mengorbankan orang lain. Tapi jarang kita ketemu manusia seperti itu.
Yesus, lah manusia itu. Manusia yang rela menempuh jalan sengsara. Dia sampai pada kematianNya. Yohanes tak sampai hati menggambarkan bagaimana Dia dihukum sehingga cukup hanya menceritakan bahwa Dia ditangkap dan disalibkan di antara penjahat untuk menggambarkan bahwa Yesus sungguh-sungguh diperlakukan dengan sangat tidak adil dan keji. Kenapa kisah sedih ini diceritakan kembali? Dan apa niatan Yohanes menceritakannya? Untuk memberitahu kita bahwa dalam sengsara Yesus, ada keindahan tersembunyi.
Pertama, Dia diklaim sebagai Raja oleh Romawi, Yahudi, dan Aram. Nampak melalui tulisan di kayu salib.
Kedua, Dia ditangisi oleh para perempuan yang sungguh sangat mengasihi dan kehilangan. Bahkan, dalam sengara, Yesus masih memperhatikan ibuNya.
Ketiga, tugas Yesus diselesaikan sampai akhir. Dia mati. Dan itulah akhir dari semua dan penggenapan kitab suci. Dia mati, maka disitulah Dia dimuliakan. Kemuliaan dalam kesengsaraan. Kisah sengsara ini mengajak kita untuk merenungkan makna sengsara.
Dalam perjalanan kehidupan ini, kita memang banyak menghadapi hal tidak mudah. Yang paling sulit adalah menemukan keindahan dan sukacita dalam kesusahan. Misalnya, katakan salib yang kita pikul adalah mengurusi anak-anak. Capek dan lelah. Tapi ketika melihat mereka bertumbuh dengan baik, kita akan melihat keindahan menjadi orangtua.
Atau salib kita jadi guru. Ribet, repot, ngurus ini itu, nyariin anak murid, tapi ketika melihat bahwa apa yang kita lakukan adalah menabur benih, kita melihat keindahan.
Salib kita menjadi pekerja? Selama ini kita pikir kita hanya bekerja demi uang saja? Sayang sekali, karena ternyata di balik semua pekerjaan, ada keindahan karena kita sangat diperlukan. Jadi, untuk bisa menemukan keindahan kita memerlukan sesuatu dalam menapaki jalan sengsara.
Apa itu?Yesus mengingatkan kita bahwa cinta yang mendorongnya maju terus. Yesus sangat mengasihi dunia ini. Cinta akan diuji dan teruji. Cinta tak akan pernah tersembunyi, semua akan menyadari bahwa sesuatu dibuat atau dilakukan dalam cinta melalui karya dan pekerjaan kita.
Injil Yohanes kuat akan pesan cinta ini. Dalam perjamuan yang kudus ini, kita pun bisa merasakan cinta Tuhan yang indah melalui undanganNya. UndanganNya yang membersihkan dosa. UndanganNya yang mau menopang dan menguatkan kita.
JanjiNya yang diberikan kepada kita bahwa Dia tak akan pernah meninggalkan kita. Kita bisa berharap pada Dia dan tetap bisa melakukan apa yang terbaik dalam dunia ini. Kiranya ucapan Kristus memulihkan jiwa kita dan menguatkan kita.
Yang lalu biarlah berlalu, dosa yang sudah kita buat, mari kita tinggalkan, berbaliklah kepada Allah dan jangan takut melewati semua yang tak pasti yang akan kita hadapi ke depannya. Rasa takut itu ada, juga pada diri mereka yang ditinggalkan oleh Kristus, tapi Kristus tak pernah lupa segala kekuatiran kita, maka Dia mengingat semua yang akan ditinggalkanNya dan berjanji akan kembali dan memberi Sang Penolong. Semua akan baik-baik saja, meski awalnya dan jalannya mungkin tak semudah yang kita sangka.
Dalam sengsara Kristus, mari kita mengenang penderitaanNya yang Dia penuhi demi cintaNya pada kita. Untuk menghormati dan memuliakanNya, siapkan hati ini untuk mengikuti Dia dengan rela dan sukacita, termasuk bersedia menempuh jalan sengsara demi pekerjaan Kristus dalam dunia. Lakukan sampai selesai! Lakukan dengan penuh cinta dan tanggungjawab, bagaimana pun jalannya. Dan jangan merasa sendirian, karena jalan ini memang sepi, tapi kita ada di jalan yang benar. Jalan Kristus. Selamat merayakan perjamuan.
0 notes
dinaest · 2 months
Text
Tidak ada orang akan berharap pada seseorang yang menunjukkan citra yang lemah untuk kepada mrk berharap dilindungi. Sosok dengan keledai, bukan sosok ideal yg bs diandalkan sebagai Mesias.
Markus menggambarkannya demikian. Dalam penglihatan manusia, Yesus telah memilih menampilkan citra nubuatan Zakaria drpada citra Vespasianus, kaisar Roma yang sebelum kejadiàn Palmarum telah diarak ke Yerusalem dengan kereta besi dan kuda tinggi.
Ini adalah sebuah propaganda. Dalam dua agenda besar Yesus.
1. Yesus dtg bukan sbg pelucut, pembinasa, penguras, pengeksploitasi, kekuasaan selalu identik dgn korupsi. Kekuasaan identik dengan menggunakan masyarakat jadi alat. Yesus dtg sebagai mempelai pria yang datang menjemput mempelai wanitanya dengan penuh cinta dan mana ada cinta diungkapkan dgn kekerasan. Di mana ada cinta pasti ada kelembutan dan rendah hati.
2. Maka hidup baru yang hendak dibawa Mesias pun demikian, hidup baru melalui Sang Raja Adil Damai yang hadir di tengah peperangan. Maka keledai itu yang dengan sabar menanti dan menjadi lambang dr kekudusan karena belum pernah ditunggangi. Yesus memerlukannya sebagai alatNya.
Maka menjadi perenungan kita
1. Apakah kita mau menerima berita Mesias ttg yang adil, benar dalam jalan kelembutan dan kerendahan hati? Apakah kita akan melambaikan palma kita karena sadar salib itu, atau supaya ikut keramaian saja?
Ibadah akan jadi senjata membuat diri kita nampak baik. Tp yang baik blm tentu benar. Sementra yang benar akan memberi risiko dalam hidup. Dengan propaganda naik di keledai, Yesus sudah membuat pertentangan di hati umat. Mau pilih jalan cinta atau jalan kekerasan. Mau hajar saja mata ganti mata atau menyerahkan penghakiman pada Allah?
2. Bersediakah kita di jadikan alat oleh Tuhan? Dijadikan alat dan diperlukan untuk hidup kita jadi pertunjukan kemuliaan Tuhan. Sungguh kata kata bagus tapi real nya, nyatanya? Jadi alatNya Tuhan, ya mau dibentuk Tuhan. Contoh? Nerima kritikan? Langsung hajar, atau olah? Ketemu masalah, lari tunggang langgang atau hadapi sebagai manusia yang bertanggungjawab? Diberi pelayanan? Itung2 gue dpt apa? Atau sudah levelnya matang, koneksinya 5G servernya kencang? Langsung terkoneksi sama Pencipta maka dayanya besar. Kita akan memberi setulus tulusnya buat Tuhan bukan supaya dpt berkat, tp krn sudah diberkati.
Palmarum versi Markus sungguh so sweet! Kita ini sedang dijemput sang Pengantin. Sang Pelepas sudah datang! Tapi, apakah kita sadar bahwa Dia itu Mesias? Atau hidup hanya hari ini aja?
Pengalaman bukber kmrn ngajarin saja bahwa perut dan nafsu itu bisa bahaya. Kyai yang ceramah itu kyai sepuh tp gak ada yang denger gara2 sibuk ngurusin apa saya kebagian takjil apa enggak? Mungkin ini manusiawi tp bikin saya bertanya jika yang keliatan aja susah dihormati apalagi yang gak keliatan. Tp biarlah ibadah Paskah ini membuat batin kita bisa lebih jelas melihat dan merasakan kehadiran Tuhan lalu menuntun kita jadi alatNya.
1 note · View note
dinaest · 2 months
Text
Aku belajar sesuatu dr Paul Negel dan Nam Ha Neul hari ini. Bahwa probabilitas di alam semesta ini menjukkan keberhargaan kita sebagai manusia
Dan, untuk berani bilang gak suka dan kecewa
0 notes
dinaest · 2 months
Text
Sadar dan Tersembunyi : Matius 6:6a
Tema yang menjadi perenungan di Rabu Abu ini membekas ketika saya selesai menorehkan abu itu ke dahi umat. Sadar dan tersembunyi. Temanya membuat saya tersadar bahwa aksi Prapaska hendaknya lebih menjadi kontemplasi yang dalam. Tak terlihat oleh siapa pun.
Tak ayal, menjadi sosok adalah godaan yang besar. Yesus sendiri digadang senantiasa jadi sosok di masa pelayanannya. Dalam komunitas bangsa besar yang terjajah yang banyak berharap pada orang yang kelihatan bisa dan kuat, harapan yang ditumpukkan pada bahu Yesus bisa membuatnya tinggi membumbung ke langit.
Dalam kehidupan ada orang-orang juga yang suka sekali dengan keramaian dan menjadi sosok. Pusat perhatian. Tapi ada juga orang lebih suka menyendiri dan berpusat pada dirinya sendiri. Kelihatannya tanpa kemampuan merespon keinginan massa dan lebih suka bekerja sendirian. Saya cenderung yang seperti itu. Saya gak terlalu suka mendokumentasikan apa yang saya lakukan bersama banyak orang. Kecuali ketika saya punya misi syiar yang ingin saya bagikan.
Kecenderungan manusia untuk ingin dilihat dan dengan demikian orang bisa memahami siapa dia dari kesalehan dan kebaikannya rasanya menjadi hal yang dikritisi Yesus. Laku kesalehan bukanlah hal yang mesti digembar gemborkan. Apalagi kemudian kita jadi punya standar tertentu soal saleh. Contoh, kalau orang bertato, kita cap jarang ke gereja. Padahal ada pendeta yang bertato. Kalau mereka suka bergaul dengan anak muda dan anak jalanan yang gaya ngomongnya lugas kita anggap begajulan padahal hati mereka sebenarnya baik dan menghormati orang lain. Kita jadi lupa bahwa penampilan bisa menipu.
Jadi, ketika Yesus mengingatkan kita jangan jadikan persembahan, doa dan puasa sebagai perias diri dia mau mengingatkan bahwa makna penting dalam itu semua sebenarnya adalah rasa cinta kita pada Tuhan. Di masa Prapaska, ga usahlah orang kita tahu kita memberi atau bagaimana. Gak perlulah kita memaksakan apa yang sudah kita buat kepada orang lain yang memiliki cara khusus sendiri dalam mengasihi Tuhan. Dan, yang lebih penting dalam konteks diri sendiri, lakukan aja semuanya sembunyi-sembunyi sebagai sebuah gerak ringan dan sukacita kita bersama Tuhan.
Tetangga saya orang yang kelihatannya sederhana dan bukan pengurus gereja Katolik yang sibuk. Tapi suatu kali di hari Natal, ibu saya bercerita kepada saya, bahwa tetangga saya ini membuat hiasan natal buat gerejanya. Saya rasa gak akan lah kelihatan sekeren pengkotbah dan misdinar, tapi itulah yang namanya ibadah tersembunyi. Gak perlu dilihat orang yang penting hatinya penuh buat Tuhan dan dia bersukacita.
Jadi, apakah hati kita senang karena pelayanan yang tidak terlihat, atau kita akan berbuat semaksimal mungkin untuk bisa dilihat? Ada banyak pelayanan yang kelihatan tersembunyi yang luput dari pandangan tapi merupakan hal yang indah. Saya sering terbantu ketika toga saya dicucikan dan diambilkan. Juga penatua yang membawakan saya minum selesai saya kotbah. Koster yang bantu membuang sampah pastori. Sekuriti yang membukakan pagar dan memastikan saya bisa nyebrangin motor dengan baik. MIK yang membuat hampir semua media publikasi jemaat, yang bikinnya pasti gak semenit dua menit. Mari kita melihat bahwa dalam semua yang tak terlihat itu, ada kebenaran, sukacita dan keindahan di dalamnya.
Mari memaknai Prapaska ini dengan kesadaran bahwa kita gak perlu berharap pada pujian dan rasa hormat manusia untuk melayani Tuhan. Lakukan saja dalam kesadaran bahwa kita bertanggungjawab dalam cinta tak terbatas pada Tuhan. Tuhan yang sudah menganugerahi kita kepercayaan dan hidup. Melihat kiri dan kanan, pasti kecewa sebab penghargaan manusia adalah hal paling utama dalam hidup yang dikejar oleh banyak orang. Rasanya mendapatkan gelar paling disukai dan dibela bahkan mungkin menang ketika dibanding-bandingkan adalah kesukaan manusiawi. Semua bisa kena virus ini. Tapi mari melihat ke dalam hati ini, bahwa pada dasarnya kita memang tidak bisa berharap pada manusia.
Lakukan saja yang terbaik dan jalanilah setiap waktu dan kesempatan yang ada sebagai bakti dan hormat kita pada Allah. Pengingatkan akan kalimat, sebab aku adalah debu dan akan kembali kepada debu mau mengingatkan bahwa kita ini memang debu. Debu.
Kalau saya debu maka besok pun saya bisa hilang lenyap dari dunia ini. Kalau saya debu maka, saya tidak layak mencuri kemuliaan Tuhan. Kalau saya debu, maka saya belajar untuk tidak menjadi sombong dan bersedia merendahkan hati karena sadar bahwa saya ini debu di hadapan Tuhan. Kalau saya debu maka saya akan berhati-hati dengan apa yang saya lakukan karena sadar bahwa tempat dan posisi sekarang saya hanya sebuah “mampir”. Suatu saat akan berakhir. Suatu saat akan pergi. Jadi, harus siap melepas kapan saja dan tidak boleh melekat.
Semoga, Prapaska menjadi ajang kita merenungkan kebenaran dan cinta pada Tuhan. Ajang kita merenungi makna debu dalam diri kita. Ajang kita rela dalam semua pelayanan dan ketabahan yang kita jalani. Seperti Kristus yang berkenosis, melepaskan hak istimewaNya dan memilih kehendak Allah. Biarlah Kristus, RohNya memampukan kita mencintai, tulus dan mendalam. Selamat memasuki Prapaska.
0 notes
dinaest · 2 months
Text
Suatu malam, seorang buta yang sedang berkunjung ke rumah sahabatnya hendak pulang. Sahabatnya ini memberinya sebuah pelita. Si buta mengatakan, “buat apa saya bawa pelita, saya kan buta?” ujar temannya, “agar kamu bisa dilihat orang, dan mereka tidak menabrakmu.” Maka berjalanlah si buta dalam kegelapan, yang kemudian ditabrak oleh salah satu pejalan. Dia marah, “hey, kamu buta ya? tidak bisa melihat orang? Kamu tidak lihat, saya sudah bawa pelita?”. Si Penabrak tertawa, “kamu yang buta, apa kamu tidak sadar kalau pelita kamu itu sudah padam?” Lalu si buta minta maaf, “maaf, saya orang buta, jadi saya tidak sadar. “ Kemudian, dalam melanjutkan perjalanannya lagi, seorang menabrak si buta lagi. Si buta marah lagi, tapi sebelum marah, orang tersebut sudah mengaku, “maaf saya buta, jadi saya tidak bisa melihatmu!” “Saya juga!” kata si buta dan mereka pun tertawa bersama. Tanpa mereka sadar, seorang yang awas matanya menabrak mereka lagi dalam kegelapan dan berlalu sambil bicara sendiri, “mungkin, saya juga harus bawa pelita, supaya mereka bisa melihat saya!
Apa yang bisa kita pelajari dari kisah ini. Tentu saja, di awal, adalah sebuah kisah lucu tentang bagaimana kita bisa saling bertabrakan satu sama lain meskipun mata kita tidak buta, dalam kegelapan. Betapa pentingnya cahaya itu. Kita sangat membutuhkan terang, dan lebih lagi, kita perlu berpegang pada terang itu agar jalan kita dapat kita lihat dan kita bisa berjalan dan terlihat orang lain sehingga dapat saling menyelamatkan.
Demikian juga dengan pertobatan. Pertobatan adalah bagaimana kita menyambut jalan yang terang dalam hidup kita, dan terus berjalan dalam terang itu, sambil mata kita tertuju dan berpegang pada Sang Terang yaitu Tuhan Yesus sendiri.
Mengapa kita perlu bertobat? Karena jalan kita tak pernah bisa terang sendiri tanpa Kristus. Dan seringkali dalam dunia yang luas dan penuh godaan ini, kaki kita terantuk dan kita menubruk satu sama lain. Orang yang hidupnya dalam dosa, tidak bisa melihat hidupnya dengan baik, dan memperbaiki hidupnya apalagi membuat hidupnya lebih baik. Dia akan selalu hidup dalam kegelapan, sebelum di dalamnya dia menubruk dan menyakiti dirinya sendiri dan sesamanya.
Itulah inti percakapan Yesus dengan Nikodemus, seorang terpelajar Yahudi yang belajar hukum-hukum dan hafal hukum itu meski matanya masih saja gelap. Dia datang kepada Yesus, karena tertarik dengan ajaran Yesus yang membuka matanya. Maka, mereka menggunakan waktu itu untuk berdialog satu sama lain. Bukannya, daya dan upaya Nikodemus tak cukup untuk menjalani hidup lebih terang, tapi dia masih saja terantuk dan menubruk sehingga dia membutuhkan Terang sejati. Maka, kata Yesus, Nikodemus harus dilahirkan kembali. Dengan cara menerima Kristus Tuhan di dalam kehidupannya.
Kita tahu, bahwa Nikodemus mendapatkan terang itu. Akibat dari perjumpaannya bersama Yesus, Nikodemus berubah. Dia menjadi seseorang yang memfasilitasi Yusuf Arimetea menurunkan dan menguburkan jenazah Yesus. Dia juga membela Kristus di hadapan Sanhedrin dengan mempertanyakan kesalahan Kristus yang sebenarnya. Dia menjadi seorang beriman yang mengajak semua berpikir lurus dan kritis.
Nah, bagaimana dengan saudara dan saya? Bagaimana Yesus masuk sebagai terang di dalam hidup kita saat ini? Apakah kita masih bergumul dengan dosa yang sama? Berulang-ulang, lalu merasa kita nyaman sekali dengan dosa itu? Padahal, kita tahu dosa hanya akan berujung penderitaan. Contoh, kita tahu kan banyak tindakan kita yang menyakiti orang lain, tapi kita terus melakukannya dan memberi banyak alasan untuk itu semua. Apakah kita bahagia dan merasa hidup kita damai? pasti tidak.
Ada banyak orang yang tahu, kalau mereka menerima Yesus dan perkataanNya, maka ada banyak dosa yang harus mereka tinggalkan. Mereka akan hidup tidak nyaman lagi.
Tapi Kita dibentuk Tuhan. Kita harus memilih antara Tuhan dan hawa nafsu. Ada yang memilih untuk meninggalkan segala sesuatu dan menuju kepada Terang Sejati itu. Ada juga yang memilih hidupnya terus dalam gelap.
Nah, semua pilihan itu dikembalikan kepada kita dalam Prapaska ini. Kita mesti memilih. Kita bisa ditabrak, atau menabrak dalam dunia. Jalan kita tak sepenuhnya aman. Tapi, jika kita bersama Kristus, dan belajar mengasihi dan menaatiNya, maka Dia yang adalah jalan, kebenaran dan hidup akan memandu kita.
Bersama Yesus, kita akan belajar banyak makna tentang hidup, uang, keselamatan, cinta, pengampunan, kedamaian dan lain sebagainya. Saat kita menerima itu semua dalam hidup kita, maka hidup kita akan berkualitas.
Apa itu hidup yang berkualitas? Hidup yang berkualitas adalah hidup yang bermanfaat dan utuh. Hidup yang penuh. Hidup yang anda syukuri apa pun yang terjadi. Kita bisa bersyukur dan menyembah Tuhan dan tanpa dihantui rasa cemas dan kuatir akan masa depan. Meski, kita tak tahu apa yang akan terjadi pada masa depan kita, tapi kita bisa menyerahkannya pada Sang Terang yang akan memandu hidup kita.
Jika kita mengikuti Dia, maka Dia juga akan membuat hidup kita menjadi terang. Dia akan menolong kita untuk bersyukur, mengasihi, melayani, berbagi, mengampuni, murah hati, bersabar, dan kualitas-kualitas hidup lain yang sangat baik dalam diri kita. Menjadi berkat bagi orang lain.
Karenanya, jangan tunda lagi waktunya! Terimalah setiap Sabda Kristus dalam hati kita sebagai terang yang menerangi hidup kita. Dan dengan rendah hati, bersedia dituntun Tuhan. Serahkan hidup kita dan jalan kita padaNya. Maka, Dia akan menuntun kita pada keselamatan yang kekal.
0 notes
dinaest · 3 months
Text
Pelajaran yang aku renungkan di dalam merasai kerapuhan; tidak ada orang yang tak pernah rapuh, tak pernah menangis, tak pernah terluka, dan tak pernah dikhianati atau ditinggalkan. Semua pengalaman itu membuat manusia bisa merengkuh kerapuhan. Orang yang rapuh dihina dan sepele. Aku merasai ketika menjadi jujur dan tulus di dunia yang maniak figur kuat dan super. Ketika memilih menjadi otentik, maka banyak luka. Aku dihajar sana sini bahkan setelah memberi dan mencintai sampai habis. Semua tidak bisa selesai hanya dengan satu kalimat harus kuat dan bersukacita. Tapi, dalam kediaman, aku mendengungkan ini terus : dalam keberadaanku, suatu kali, jika aku berumur panjang, aku akan menemui satu per satu orang akan riuh menatapku dan disitu arti diri teruji. Kedua, aku yakinkan diri sendiri: aku bukan orang yang sulit dicintai. Tuhan sangat mengasihiku, dan aku sangat mencintai diriku, sebagaimana adanya diriku, meski aku tidak melakukan apa apa dalam dunia.
0 notes
dinaest · 3 months
Text
Menari Bersama dan Dalam Tuhan di Zaman Digital
Dalam sebuah paparan menarik di acara Ted Talks, seorang penulis yang menggumuli topik otonomi manusia di era digital, Douglass Russkoff menyoroti bagaimana zaman digital telah membuat manusia kehilangan apa yang penting dari dirinya dan apa yang paling penting dari hubungannya bersama manusia lain. Russkoff menyampaikan bahwa ketika media sosial dan kecerdasan buatan memengaruhi hampir semua aspek hidup manusia, manusia menjadi tak lagi mengerti siapa dirinya, dan gagal paham bagaimana berinteraksi satu sama lain.
Penulis ini menyampaikan apa yang penting bukan lagi kreatifitas dan kebersamaan, melainkan data. Dampaknya manusia tak lebih penting dan bisa bisa hidup seperti zombie. Lama kelamaan kita akan makin hidup takut di dalam dunia, saling curiga, dan saling menyingkirkan satu sama lain. Saling mencari cara bagaimana menguasa satu sama lain dan menaklukan satu sama lain. Kita akan hidup selalu takut akan kekuasaan satu yang berpindah ke kekuasaan lain. Hari ini kita menguatirkan kripto, besok bitcoin, lalu theterium dan lain-lainnya. Jalan satu-satunya menurut Russkoff adalah mewujudkan dunia yang kembali manusiawi.
Jika kita gelisah apakah dunia akan bertahan, alih-alih menjadi paranoid atau takut satu sama lain juga curigaan, mari kita wujudkan dunia yang saling menghormati dan mengasihi, tentu, rasa hormat dan kasih ini betul-betul harus tulus, bukan karena kita ingin saling mengambil keuntungan satu sama lain. Mewujudkan tim manusia, itu opsinya.
Tentu di era digital, kita tak mudah menari satu sama lain. Tak mudah kita saling bergandengan tangan dan tak curigaan apalagi di masa kini. Tak mudah kita merasa aman satu sama lain. Karena media sosial menyoroti data maka kemudian keunikan seseorang tak dilihat sebagai yang utama. Semua dibuat penting berdasarkan selera bersama. Apa yang keren, adalah apa yang paling banyak orang pandang keren, misalnya standar keren itu, jalan-jalan ke luar negeri, punya mobil mewah, makan di restoran mahal dan sebagainya. Akibatnya kita lupa bahwa setiap manusia itu unik, istimewa dan berharga.
Untuk bisa menari bersama sebagai sesama manusia, kita perlu merasakan kasih Tuhan dalam diri kita yang melampui harapan dan selera orang lain atas kita. Menjadi pribadi yang mengenal diri sendiri. Menjadi pribadi yang bersyukur atas diri sendiri yang sudah diciptakan Allah dengan sungguh amat baik. Baru kemudian, jika kita bisa mensyukuri diri kita apa adanya, kita bisa berbuat sesuatu dalam dunia. Menjadi manusia yang bersyukur, karena kita sadar bahwa Tuhan itu ada, hidup dan bekerja dalam diri kita, sebagaimana disampaikan dalam Kisah Para Rasul 17:28a, “Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada!”. Kita asalnya dari Tuhan dan akan kembali pada Tuhan, tujuan kita ada dalam dunia ini, untuk kemuliaan Tuhan!”
Jika kita sungguh menghidupi ayat ini, maka kita akan diberi kekuatan untuk mensyukuri keberadaan kita dalam dunia ini, sebagai manusia. Dan, akan dimampukan untuk hidup menjadi manusia, yang bersikap manusiawi. Menjadi manusia yang indah, manusia yang menerima dirinya dengan segala kelemahan dan masa lalu. Manusia yang pada akhirnya, bisa melihat setiap orang dengan keistimewaan masing-masing, tanpa merasa iri dan gerah. Tanpa merasa tidak aman, tapi sangat bersyukur untuk pencapaian-pencapaian dan peran yang diberikan orang lain. Sehingga kita bisa menghormati orang lain, dan karya orang lain. Hidup saling menari, bergandengan tangan, dan bekerja sama untuk dunia yang lebih baik.
Semoga, anda semua dan saya selalu dapat merasakan Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus yang selalu ada dalam diri kita, yang selalu membangkitkan kerinduan akan kasih dalam diri kita. Allah yang selalu memanggil kita dari dalam dan mengatakan, betapa Allah sangat mengasihi kita, dan menerima kita apa pun keadaan kita. Tak perlu bisa segalanya, atau jadi segalanya, karena mencari sosok yang bisa segalanya, hanya akan membuat dunia ada di ambang ketakutan, ancaman dan kehancuran. Yang Maha Bisa dan Maha Tahu hanya Allah, tiada yang lain. Namun dalam keMahaKuasaanNya, Dia menari bersama kita, Dia bergembira bersama kita. Dia bersukacita karena kita, jadi untuk apa kita sedih dan dikuasai kecemasan?
Semoga Tuhan melimpahkan cinta dan damaiNya pada kita saat ini, sehingga kita bisa menyenangi semua pekerjaan yang kita lakukan, ingatlah, dalam dunia yang tak pernah cukup, kasih Tuhan itu cukup, bahkan lebih dari cukup. Lihatlah dalam diri kita, dan temukan Dia!
Tuhan mengasihi anda!
Saya mau ajak anda merenungkan nyanyian dari Daniel L. Schutte berjudul “These Alone Are Enough” yang banyak menolong saya merenungkan kehadiran Allah di hidup ini, yang kiranya juga dapat memberkati hidup saudara!
Take my heart, O Lord, take my hopes and dreams. Take my mind with all its plans and schemes. Give me nothing more than your love and grace. These alone, O God, are enough for me.
Take my thoughts, O Lord, and my memory. Take my tears, my joys, my liberty. Give me nothing more than your love and grace. These alone, O God, are enough for me.
I surrender, Lord, all I have and hold. I return to you your gifts untold. Give me nothing more than your love and grace. These alone, O God, are enough for me.
When the darkness falls on my final days, take the very breath that sang your praise. Give me nothing more than your love and grace. These alone, O God, are enough for me.
0 notes