Tumgik
#Mieke Wijaya
perfettamentechic · 20 days
Text
3 maggio … ricordiamo …
3 maggio … ricordiamo … #semprevivineiricordi #nomidaricordare #personaggiimportanti #perfettamentechic
2023: Alessandro D’Alatri, regista, sceneggiatore e attore italiano. Iniziò a recitare giovanissimo. Fece il suo debutto nel 1969. Passò alla regia nei primi anni ottanta, dirigendo più di 100 spot pubblicitari che ottennero ottimi riconoscimenti. Nel 1991 realizzò il suo primo film Americano rosso. Ne seguirono altri di successo. Fu docente del corso di Filmmaker alla ACT MULTIMEDIA, la scuola…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
restiimutmutiara09 · 4 years
Text
Tumblr media
Resti Imut Mutiara
X BRC 1
HABIBIE & AINUN 3
•Review:
° film ini sangat bagus banyak sekali pelajaran yang akan kalian dapat bagi yang menonton👍
•Sinopsis
°Kisah Ainun, sebagai remaja di usianya, memiliki kisah cinta yang sangat unik.
Sejak kecil, Ainun sudah tak asing dengan dunia kesehatan karena ibunya adalah seorang bidan.
Dia tumbuh menjadi gadis tangguh yang mengejar cita-cita menjadi seorang dokter.
Ketika SMA, Ainun dikenal sebagai sosok wanita yang cerdas.
Dia menjadi idola di sekolahnya dan menjadi incaran banyak siswa pria, termasuk Habibie.
Hubungan mereka dimulai dengan sebuah jalinan persahabatan.
Cerita dimulai ketika Ainun dan Habibie masih duduk di bangku SMA. Keduanya sudah memberi sinyal saling tertarik satu sama lain. 
Namun, keduanya harus berpisah karena Habibie memilih kuliah ke Jerman, sedangkan Ainun menempuh pendidikan di fakultas kedokteran Universitas Indonesia (UI).
•Sutradara
°Hanung Bramantyo
•Produser
° Manoj Punjabi
•Skenario
° Ifan Ismail
•Pemeran
Maudy Ayunda=sebagai Ainun
Basmallah Gralind=sebagai Ainun kecil
Reja Rahadian=sebagai Habibie
Jefri Nichol=sebagai Ahmad
Lukman Sardi=sebagai Mohammad Besari
Marcella Zalianty=sebagai Sadarmi Besari
Arswendo Bening Swara=sebagai Husodo
Jeniffer Coppen=sebagai Dina
Rebecca Klopper=sebagai Henny
Teuku Ryzki=sebagai Wirataman
Eric Febrian=Sebagai Liem Keng Kue
Aghniny Hque=sebagai Arlis
Arya Saloka=sebagai Agus
Kevin Ardilova=sebagai Soelarto
Mike Lucock=sebagai Ilham Habibie
Diandra Agatha=sebagai nadia
Anggi Aldi Yunanda=Muhammad Pasha Nur Fauzan
Journey Pranata=sebagai Bambang
Anindya Shila Neona Ayu=sebagai Tifani
Irsyadilla=sebagai Dicky Zulkarnain
Tiffanie Habibie= sebagai lawan kasti Ainun
Carmela Van der Krul=sebagai Mieke Wijaya
Tegar Satrya=sebagai Thoriq Habibie
•Musik
° tya Subiakto
•Sinematografi
° Yudi Datau
•Penyunting
° Wawan I.Wibowo
•Perusahaan Produksi
° MD Pictures
•Tanggal Liris
° 19 Desember 2019 (Indonesia)
° 26 Desember 2019 (Malaysia)
•Durasi
° 121 menit
•Negara
°🇮🇩 Indonesia
•Bahasa
°🇮🇩 Indonesia
•Pendapatan Kotor
° Rp 84 miliar
(perkiraan)
•Judul Lagu
° Kamu dan Kenangan|Maudy ayunda
•Pencapaian Penonton
°Habibie & Ainun 3 memperoleh 218.253 penonton pada hari pembukaan,sehingga menempati peringkat ketiga 10 besar film Indonesia terlaris pada hari pembukaan tepat di bawah Danur 3: Sunyaruri yang juga diproduksi MD Pictures. Film ini ditonton 401.985 penonton pada hari kedua.Hingga akhir pekan pembukaan, film ini meraih 715.338 penonton.Pencapaian film ini pada minggu pembukaan menyebabkan film ini berhasil merebut peringkat pertama di tangga film Indonesia terlaris minggu 16-22 Desember, Pada hari kelima, film ini menyusul menjadi film Indonesia ke-14 yang menyentuh sejuta penonton.Film ini ditonton 1.423.758 penonton hingga hari kedelapan.Hingga hari kesebelas, film ini ditonton 1.729.172 penonton. Pada hari keempat belas, film ini menyentuh 2 juta penonton, dengan angka pasti 2.015.079 penonton. Hingga hari kelima belas, film ini ditonton 2.077.414 penonton
•Jenis Shoot
1. EWS (Extreme Wide Shot)
Yaitu dimana Ainun dan ayahnya sedang berbicara di sebuah sawah
2. Mid Shot (MS)
Yaitu dimana Ainun sedang ingin melempar kasti
3. Close Up (CU)
Yaitu dimana wajah Habibie yang sedang memandangi ainun
•Pesan Moral
1. Segala sesuatu yang indah dan dramatis, belum tentu satu frekuensi
2. Kita tidak bisa melawan takdir Tuhan. Yang bisa kita lakukan hanya berusaha memberikan yang terbaik
3. Kita bisa belajar banyak hal di dunia ini. Tapi untuk memahami isi hati manusia, kita butuh belajar seumur hidup
4. Jangan khawatir! Suatu saat, kamu akan menemukan seseorang yang selalu menemani dan mendampingimu
1 note · View note
nebris · 5 years
Photo
Tumblr media
Indriati Iskak (born 9 June 1942) is an Indonesian actress turned psychologist and marketer. Born in Surabaya, she made her feature film debut in 1957, starring in Usmar Ismail's commercially successful Tiga Dara ('Three Maidens'), alongside Chitra Dewi and Mieke Wijaya. Indriati formed a girl group named the Baby Dolls and starred in eight more films before retiring from cinema in 1963. In 1968, she graduated with a degree in psychology from the University of Indonesia. After some time working at the Indonesian Air Force's psychological counselling bureau, Indriati began working at Unilever in the 1970s, staying with the company for twenty-six years; she also taught psychology at the Jakarta Art Institute. Since 1994, she has worked for consulting firm Makki Makki as a marketing and branding consultant.
This picture is a promotional still featuring Indriati, dated around 1960, published by the Tati Photo Studio in Jakarta.
3 notes · View notes
fajarpendidikan · 2 years
Text
Profil Mieke Wijaya, Artis Senior dengan Kiprah Panjang di Dunia Perfilman Indonesia https://www.fajarpendidikan.co.id/profil-mieke-wijaya-artis-senior-dengan-kiprah-panjang-di-dunia-perfilman-indonesia/?feed_id=10813&_unique_id=6271eef6e38f9
0 notes
heydivai · 3 years
Text
Jurnal Tantangan 30 Hari Film Indonesia - Hari Kesembilan
9 Maret 2021
Tema hari ini : film dengan soundtrack favorit.
Yang saya pilih adalah film lawas "TIGA DARA" dari sutradara Usmar Ismail, yang dirilis tahun 1956. Dengan teknologi mutakhir, pada tahun 2016 film yang cantik ini direstorasi dan dikonversi dalam bentuk digital 4K oleh Laboratorium L'immagine Ritrovata, membuat gambarnya jernih yang hampir sama kualitasnya dengan film era sekarang.
Saya ingat dulu sampai ngebis ke Solo hanya untuk menonton film ini. Hanya ada 33 bioskop seluruh Indonesia yang ditunjuk untuk menayangkan Tiga Dara restorasi 4K ini, dan Semarang bukan salah satunya.
Sebagai film musikal, film Tiga Dara tahun 1956 ini memuat sepuluh lagu yang dibawakan secara, kalau saya boleh mengutip video promosi film ini, lantjar, sedap, segar. Lagu-lagu dan musik dikerjakan oleh Saiful Bahri, lebih tepatnya tujuh lagu. Sedangkan dua lagu lainnya diciptakan oleh komposer Oetjin Noerhasjim, yakni lagu Letnan Hardi dan Siapa Namanya, serta satu lagu ciptaan Ismail Marzuki, yaitu Pilih Menantu. Ismail Marzuki tentu bukan nama yang asing di telinga, terutama bagi anak-anak paduan suara yang kerap menyanyikan lagu nasional. 😁
Pada perhelatan Festival Film Indonesia tahun 1960, Saiful Bahri selaku penata suara memperoleh Piala Citra untuk kategori Musik Terbaik atas karyanya di film ini. Layak, memang. Saiful Bahri memasukkan unsur musik Melayu, pop, hingga jazz di sini. Ditambah vokal Mieke Wijaya, Bing Slamet, dan bahkan Usmar Ismail sendiri beserta penyanyi lain, semua lagu-lagu di sini jadi favorit saya dan sudah saya hafal sejak menonton filmnya 2016 silam. Tembang dan musik yang bagus ikut memperkuat adegan dan emosi pemain, bukan sekadar tempelan yang membuat penonton tidak sabar supaya lagu cepat selesai.
Pada lagu "Letnan Hardi" nuansa jazz kentara sekali. Lagu yang bertempo cepat ini aslinya dinyanyikan oleh suara Elly Srikudus, meskipun di dalam film tampak dibawakan oleh Indriaty Iskak. Walaupun lip sync, toh Indriaty Iskak memang piawai berakting, tidak tampak palsu atau pura-pura menyanyi. Ada juga lagu "Bimbang Tanpa Pegangan" yang berirama sedikit sendu, dinyanyikan langsung oleh Mieke Wijaya. Aura film jadi temaram dan syahdu. Lagu "Pilih Menantu" yang iramanya pop mungkin jadi yang paling kocak liriknya, ketika Nunung disapa oleh para lelaki mulai dari pilot hingga duta besar yang menawarkan diri sebagai pendamping hidupnya. Juga ada lagu "Joget Gembira" yang muncul pada adegan pesta, musik Melayu rancak lengkap dengan orkes lengkap mengalun dengan lirik lagu yang mirip pantun nasehat. Lagu tema utama "Tiga Dara" yang tampil di awal film juga layak mendapat kredit tersendiri. Terlihat tiga bersaudara Nunung, Nana, dan Neni mesra berdendang, menari, mematut diri, lalu berhias, sebelum pergi menonton film. Lirik lagunya sedikit-banyak bercerita tentang premis filmnya. "Ini kisah tiga dara, tiga-tiga terpikat asmara. Apalah daya kami yang bertiga, dilamun cinta oh tiga dara..."
Pada peringatan 60 tahun dirilisnya film ini, sebuah rumah produksi SA Films mengaransemen ulang soundtrack film Tiga Dara dengan menggandeng musisi terbaik masa kini. Adalah Indra Perkasa, Mondo Gascaro, Petrus Briyanto Adi, dan Yosua Simanjuntak, yang ditunjuk untuk mengerjakan aransemen ulang lagu-lagu nostalgik ini. Bersama orkes Gadgadsvara, grup musik Bonita and The Hus band, serta Deredia, lagu-lagu Tiga Dara kembali hadir untuk pendengar muda dengan vokal yang diisi oleh penyanyi-penyanyi seperti Aimee Saras, Bonita, Monita Tahalea, Danilla Riyadi, Anda Perdana, Nesia Ardi, Aprilia Apsari, Indra Aziz, hingga Louise Monique Sitanggang dan Alsant Nababan. Lagu-lagu aransemen baru ini terasa lebih segar tetapi memiliki harmoni yang sama dengan versi aslinya.
Soal filmnya, saya sepertinya tak perlu bicara banyak. Untuk film yang direkam pada 1956, Tiga Dara secara penyutradaraan sudah amat baik. Penampilan Chitra Dewi, Indriaty Iskak, Mieke Wijaya, sukses besar mengemban tugas sebagai sang tiga dara. Saya kagum dengan paras mereka yang alami. Apalah itu sulam bibir, sulam alis, atau rebonding rambut. Bahkan walaupun filmnya hitam putih, cantik mereka masih terpancar, terlebih dengan busana yang mereka pakai. Menonton film ini membuat rindu masa lalu, ke zaman yang lebih sederhana.
Tiga Dara bisa disaksikan secara legal di situs Bioskop Online dengan membayar 12ribu. Tak pernah bosan saya menonton ini. 😁
Tabik!
-Divai-
Tumblr media
0 notes
klub4d · 4 years
Text
Maudy Koesnaedi Bahagia Teruskan Peran Mieke Wijaya di Cerita Losmen - KLUB4D
Tumblr media
Maudy Koesnaedi main di Losmen Bu Broto. Ia bahagia teruskan peran Mieke Wijaya. from hot.detik https://ift.tt/3kKNYIQ via Klub4d Hongkong Pools Togel Singapore
0 notes
didanuraini · 7 years
Photo
Tumblr media
"Tiga Dara" karya Usmar Ismail yg diperankan oleh Chitra Dewi, Mieke Wijaya & Indriati Iskak sama sekali diluar ekspektasi, selain lucu, juga membuka mata karena mengilustrasikan mas pra-Soeharto di dalam keluarga kelas menengah. Mengesampingkan cerita Nunung dan dua adiknya, ternyata ada juga masa di mana fungsi 'macak-masak-manak' pd perempuan berupa pilihan, bukan keharusan. Ini terlihat dr perbedaan peran yg dimainkan Nunung, Nana dan Neni. Orang-orang jaman itu cantik-cantik dan ganteng-ganteng. Figuran yg dihadirkan juga multi-etniss. Yg tidak kalah menarik, bisa didengar sentilan sindiran soal Menteri yg kurasa nggak mungkin terjadi di masa Soeharto, artinya media yg menjalankan fungsi kritik sosial sudah jalan di masa itu. Depiksi Indonesia yg seperti ini yg menyenangkan. Watch if you haven't, and share with me your thoughts! (at Kinosaurus)
1 note · View note
nikkolassaputra · 7 years
Photo
Tumblr media
Tiga Dara "Ini satu peristiwa. Ini cerita sedih gembira. Ini kasih kami tiga saudara. Kami hidup berkasih mesra. Cuma suatu ketika, sama-sama terpikat asmara. Apa dikata cinta tak terduga, gugur lah iman si tiga dara." Theme song Tiga Dara Fyi, menjadi film kedua yang direstorasi dalam format modern 4K. Format lamanya 35mm dapat dilihat pada Sinematek Indonesia. Imho, Film musikal legendaris dan paling berpengaruh milik perfilman Indonesia, kini tampil dengan format yang lebih modern. Sudah sejak November tahun lalu saya ingin mengulasnya tapi tidak sempat dikarenakan kesibukan. Baiklah kita mulai. Film bercerita tentang 3 saudari bernama Nunung (Cithra Dewi), Nana (Mieke Wijaya) dan si bungsu yang centil Nenny (Indriati Iskak) kini telah beranjak dewasa. Sejak sepeninggal ibu mereka, ketiganya diasuh oleh sang Nenek, sedang ayahnya sibuk bekerja. Nenek mulai was-was karena si sulung Nunung tak kunjung memperkenalkan kekasihnya pada keluarga. Takut menjadi perawan tua, Nenek mulai menjodohkannya dengan siapa saja, namun tak ada yang cocok. Hingga suatu ketika Nunung mengalami perjumpaan dengan seorang pria, Totok, lewat kejadian lucu. Namun saat Totok mulai mendekati Nunung, ia malah jual mahal, hingga akhirnya Nana yang malah menjadi pasangan Totok. Melihat sebenarnya Nunung juga menaruh hati pada Totok, Ayah dan Nenny langsung bekerjasama merencanakan sesuatu agar keduanya dapat bersatu. Film besutan Usmar Ismail, sang Bapak Perfilman tanah air ini memang keceriannya tak mengenal jaman hingga dirilis kembali Oktober 2016 masih mendapat animo masyarakat yang sangat besar. Film musikal memang selalu mendapatkan tempat dihati para penonton. Kebanyakan orang selalu menyandingkan Film Musikal dengan Sound of Music, Singin' in the Rain, atau Mary Poppin, sadar atau tidak Indonesia memiliki film musikalnya sendiri pada era film nir-warna atau hitam putih yaitu Tiga Dara (tepatnya tahun 1956 tahun rilis Tiga Dara). Film yang mengetengahkan cerita yang ramah, seperti dalam ketiga film barat diatas tadi, nyatanya masih relevan pada jaman sekarang. Baik teknik produksi, plot cerita, ambiance cerita masih sangat tepat digunakan atau dikaji atau diadopsi hingga saat ini. Peremajaan hingga perubahan ke dalam format 4K menjadikan film pelengkap khasanah sekaligus pustaka perfilman tanah air modern ini. Usmar Ismail 'mempersenjatai' film ini dengan plot yang sangat sederhana, ramah, dan juga ceria, penuh keusilan, dan penuh canda tawa layaknya sebuah keluarga yang menjadi sorotan Usmar Ismail terhadap film ini. Tak hanya plot cerita yang menarik, namun juga karakter-karakternya yang loveable menjadi alasan mengapa film ini masih dicintai. Siapa yang tidak gemes melihat tingkah polah lucu Nenny yang berusaha menggoda tak hanya kakak-kakak perempuannya namun juga nenek, ayah dan kenalan mereka, atau si nenek yang cerewet yang kemudian mengingatkan kita pada sosok ibu kita yang banyak omong namun demi kebaikan kita. Usmar Ismail mempotret sebuah konsep keluarga ideal yang harusnya dimiliki semua keluarga Indonesia. Bahwa ikatan persaudaraan harus tetap terjaga meski masalah mendera, serta menyikapi masalah keluarga harusnya secara bersama-sama pula. Selain itu juga Usmar mempotret sisi lain persaudaraan yang lazim kita jumpai, persaingan, kejahilan, tapi sebenarnya saling menyayangi. Kalau ibarat orang Jawa bilang "Adoh mambu Wangi, cedak mambu telek" (Kalau Jauh terasa harum, kalau dekat terasa bau) yang biasanya mengibaratkan persaudaraan yang kuat namun sering diwarnai pertengkaran sayang. Akting menjadi jualan selanjutnya dalam film ini. Tapi siapa sangka akting ketiga aktrisnya mampu dicintai dengan cepat. Selain dikarenakan karakternya yang pas, para pemain berusaha menampilkan pesona yang tak biasa. Jadi jangan heran jika Indriati Iskak yang kemudian makin melejit namanya sebagai pendatang baru berbakat setelah film ini dirilis. Saya bisa mengerti kenapa film ini kemudian direstorasi dalam bentuk yang lebih modern setelah film Usmar Ismail lainnya The Long March Darah dan Doa meski harus mengelontorkan dana yang terbilang sangat fantastis. Alasannya selain karena peremajaan atau restorasi film tempo dulu harus dilaksanakan sebagai bentuk pelestarian pustaka perfilman tanah air, namun juga secara keseluruhan paket film ini memang layak untuk dinikmati di jaman sekarang. Baik konsep, cerita, penokohan, genrenya yang masih sangat relevan, dan juga sangat kuat, hal ini juga menjadi sebuah bentuk siklus melahirkan sineas-sineas baru dan melanjutkan keberlangsungan genre ini. Sayang walaupun mendapatkan animo yang besar kala dirilis kembali Oktober tahun lalu, masih banyak generasi muda yang skeptis dan menganggap remeh pada film-film tanah air yang nir-warna. Secara pribadi boleh dibilang ini menjadi film musikal favorit saya, selain karena teknik-teknik dan konsep-konsep yang disuguhkan Usmar Ismail, saya juga betah berlama-lama menyaksikan keceriaan dan kekacauan yang ditimbulkan ketiga saudari ini (terutama usilnya Nenny) beserta nenek mereka yang ngebet cucunya cepet-cepet kawin. Overall 9,5 untuk ketiga dara ini. Saya sangat menikmatinya. Nikkolassaputra.tumblr.com – View on Path.
1 note · View note
merisaseana-blog · 6 years
Text
Pernah Mengaku Kecewa Dikhianati, Penampilan Terbaru Mantan Istri Tora Sudiro Kini Makin Cantik!
Merisa Seana Pernah Mengaku Kecewa Dikhianati, Penampilan Terbaru Mantan Istri Tora Sudiro Kini Makin Cantik! Artikel Baru Nih Artikel Tentang Pernah Mengaku Kecewa Dikhianati, Penampilan Terbaru Mantan Istri Tora Sudiro Kini Makin Cantik! Pencarian Artikel Tentang Berita Pernah Mengaku Kecewa Dikhianati, Penampilan Terbaru Mantan Istri Tora Sudiro Kini Makin Cantik! Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : Pernah Mengaku Kecewa Dikhianati, Penampilan Terbaru Mantan Istri Tora Sudiro Kini Makin Cantik! Sebelumnya Mieke juga telah melahirkan 2 anak perempuan dari pernikahannya dengan Hendra Wijaya. http://www.unikbaca.com
0 notes
wiwiblog · 7 years
Text
Sinopsis Film Sweet 20 Nenek Bawel ala Tatjana Saphira
MALAM kian larut dan dingin. Nenek Fatmawati (Niniek L Karim) berjalan gontai dan wajahnya menyiratkan kesedihan. Betapa tidak, anak semata wayang yang dia sangat sayangi, Aditya (Lukman Sardi) akan memasukan Fatmawati ke panti jompo. Pasalnya, kehadiran Fatmawati menimbulkan konflik di antara Aditya, istrinya Salma (Cut Mini), dan dua anaknya, yakni Luna (Alexa Key) dan Juna (Kevin Julio).
Tanpa sengaja malam itu Fatmawati melihat studio foto Forever Young. Dalam benak dia muncul keinginan untuk difoto agar kelak foto itu bisa dipakai saat pemakamannya. Sang fotografer (Henky Solaiman) berjanji akan membuat Fatmawati 50 tahun lebih muda dari usianya. Tak ada yang mengira jika ucapan sang fotografer terwujud. Keluar dari studio foto, Fatmawati berubah menjadi gadis muda berusia 20 tahun (Tatjana Saphira).
Dari situlah petualangan hidup Fatmawati dimulai. Dia mengubah penampilannya dengan dandanan unik ala perempuan dari era 1960-an dan bergaya klasik. Untuk menutupi identitas dirinya Fatmawati mengganti namanya dengan Mieke Wijaya, seperti nama aktris favoritnya. Sementara itu, putranya Aditya mulai resah dan mencari kemana ibunya pergi.
Sosok Mieke yang cantik tentu mencuri perhatian. Apalagi suara Mieke merdu karena dulu Fatmawati menyimpan cita-cita untuk menjadi penyanyi. Kehadiran Mieke juga membuat tiga pria jatuh hati, yaitu Juna, Alan (Morgan Oey), dan Hamzah (Slamet Rahardjo).
Juna yang notabene cucu Mieke malah meminta Mieke menjadi vokalis bandnya. Sementara itu, sosok Alan yang seorang produser televisi hadir karena dia tertarik dengan kecantikan dan suara Mieke. Tak ketinggalan ada Hamzah yang menyimpan cinta untuk Fatmawati. Saat tahu Mieke adalah Fatmawati, Hamzah makin jatuh hati.
Hal ini tentu membuat Mieke pusing. Di satu sisi, dia tetap rindu pada kehidupannya sebagai Fatmawati. Dia ingin hidup tenang lagi bersama Aditya dan keluarganya. Akan tetapi, di sisi lain, sebagai Mieke, Fatmawati seperti meraih mimpi masa lalunya. Dia berhasil menjadi penyanyi dan menikmati masa mudanya yang bugar kembali. Bahkan, Fatmawati kembali merasakan jatuh cinta.
Suatu hari sebuah peristiwa terjadi. Di sinilah Fatmawati berada di persimpangan. Apakah dia akan tetap menjadi Mieke atau kembali menjadi Nenek Fatmawati dan pulang kepada keluarga dan hidupnya?
Film drama komedi “Sweet 20” yang akan tayang 25 Juni 2017 merupakan adaptasi resmi dari film “Miss Granny”. Di negara asalnya, yaitu Korea Selatan, “Miss Granny” merupakan film box office pada 2014 dengan meraih 8,7 juta penonton. Kesuksesan itu mengantarkan “Miss Granny” diadaptasi ke beberapa negara dan sama-sama meraup sukses, misalnya di Tiongkok dalam judul “20 Once Again” (11,65 juta penonton) dan di Vietnam dalam judul “Sweet 20” (1,65 juta penonton).
Di Indonesia, kisah “Sweet 20” diproduksi Starvision dan CJ Entertainment dengan menggandeng sutradara Ody C Harahap dan penulis skenario Upi. Di tangan Ody dan Upi, “Sweet 20” menjadi film adaptasi yang disesuaikan dengan kultur Indonesia. Hasilnya, penonton yang sudah menyaksikan “Miss Granny” versi Korea akan tetap merasakan ruh aslinya tanpa kehilangan rasa Indonesianya.
Salah satu daya tarik “Sweet 20” adalah ensambel pemain yang terdiri atas pemain senior dan junior. Betapa serunya melihat Slamet Rahardjo dan Niniek L Karim bisa tampil membaur dengan Lukman Sardi, Cut Mini, Kevin Julio, dan tentunya Tatjana Saphira. Dengan lepas, Tatjana tampil menjelma sebagai nenek-nenek berusia 20 tahun tapi bawel, galak, dan sarat petuah bijaksana.
Khusus untuk Tatjana Saphira, film ini menjadi pembuktian dia untuk diperhitungkan sebagai aktris muda yang sedang bersinar. Tak hanya berakting, pada “Sweet 20”, Tatjana Saphira juga menyanyikan semua lagu soundtrack yang ditampilkan. Ada tiga lagu klasik Indonesia yang dinyanyikan Tatjana yakni “Layu Sebelum Berkembang”, “Payung Fantasi”, dan “Bing”. Lagu-lagu ini dipilih karena Fatmawati melalui masa muda di era 1960-an.
Pada press screening di Jakarta, Jumat, 16 Juni 2017, sutradara Ody C Harahap mengungkapkan, kesulitan pembuatan “Sweet 20” adalah memasukan unsur Indonesia ke cerita. Namun, sebagai penulis naskah, kata Ody, Upi melakukan hal terbaik. Dengan jeli, Upi mengambil budaya pop Indonesia yang relevan dengan konsep keluarga masa kini.
Menurut Ody, konsep klasik yang dia hadirkan pada “Sweet 20” mengacu ke karakter Fatmawati saat muda. Untuk itulah, lagu-lagu dan bagunan yang ditampilkan terkesan tua tapi tak ketinggalan zaman. Untuk menampilkan kesan lawas, Ody melakukan shooting di sejumlah titik Kota Bandung misalnya Jalan Braga, Jalan Asia Afrika, dan Balai Kota Bandung.
Tumblr media
Tatjana Saphira, 16 Juni 2017, Kota Bandung, Korea Selatan,
  Sinopsis Film Sweet 20 Nenek Bawel ala Tatjana Saphira
Sinopsis Film Sweet 20 Nenek Bawel ala Tatjana Saphira MALAM kian larut dan dingin. Nenek Fatmawati (Niniek L Karim) berjalan gontai dan wajahnya menyiratkan kesedihan.
Sinopsis Film Sweet 20 Nenek Bawel ala Tatjana Saphira
Sinopsis Film Sweet 20 Nenek Bawel ala Tatjana Saphira MALAM kian larut dan dingin. Nenek Fatmawati (Niniek L Karim) berjalan gontai dan wajahnya menyiratkan kesedihan.
Sinopsis Film Sweet 20 Nenek Bawel ala Tatjana Saphira
Sinopsis Film Sweet 20 Nenek Bawel ala Tatjana Saphira MALAM kian larut dan dingin. Nenek Fatmawati (Niniek L Karim) berjalan gontai dan wajahnya menyiratkan kesedihan.
Sinopsis Film Sweet 20 Nenek Bawel ala Tatjana Saphira Sinopsis Film Sweet 20 Nenek Bawel ala Tatjana Saphira MALAM kian larut dan dingin. Nenek Fatmawati (Niniek L Karim) berjalan gontai dan wajahnya menyiratkan kesedihan.
0 notes
wiwiadawiyahus · 7 years
Text
Sinopsis Film Sweet 20 Nenek Bawel ala Tatjana Saphira
MALAM kian larut dan dingin. Nenek Fatmawati (Niniek L Karim) berjalan gontai dan wajahnya menyiratkan kesedihan. Betapa tidak, anak semata wayang yang dia sangat sayangi, Aditya (Lukman Sardi) akan memasukan Fatmawati ke panti jompo. Pasalnya, kehadiran Fatmawati menimbulkan konflik di antara Aditya, istrinya Salma (Cut Mini), dan dua anaknya, yakni Luna (Alexa Key) dan Juna (Kevin Julio).
Tanpa sengaja malam itu Fatmawati melihat studio foto Forever Young. Dalam benak dia muncul keinginan untuk difoto agar kelak foto itu bisa dipakai saat pemakamannya. Sang fotografer (Henky Solaiman) berjanji akan membuat Fatmawati 50 tahun lebih muda dari usianya. Tak ada yang mengira jika ucapan sang fotografer terwujud. Keluar dari studio foto, Fatmawati berubah menjadi gadis muda berusia 20 tahun (Tatjana Saphira).
Dari situlah petualangan hidup Fatmawati dimulai. Dia mengubah penampilannya dengan dandanan unik ala perempuan dari era 1960-an dan bergaya klasik. Untuk menutupi identitas dirinya Fatmawati mengganti namanya dengan Mieke Wijaya, seperti nama aktris favoritnya. Sementara itu, putranya Aditya mulai resah dan mencari kemana ibunya pergi.
Sosok Mieke yang cantik tentu mencuri perhatian. Apalagi suara Mieke merdu karena dulu Fatmawati menyimpan cita-cita untuk menjadi penyanyi. Kehadiran Mieke juga membuat tiga pria jatuh hati, yaitu Juna, Alan (Morgan Oey), dan Hamzah (Slamet Rahardjo).
Juna yang notabene cucu Mieke malah meminta Mieke menjadi vokalis bandnya. Sementara itu, sosok Alan yang seorang produser televisi hadir karena dia tertarik dengan kecantikan dan suara Mieke. Tak ketinggalan ada Hamzah yang menyimpan cinta untuk Fatmawati. Saat tahu Mieke adalah Fatmawati, Hamzah makin jatuh hati.
Hal ini tentu membuat Mieke pusing. Di satu sisi, dia tetap rindu pada kehidupannya sebagai Fatmawati. Dia ingin hidup tenang lagi bersama Aditya dan keluarganya. Akan tetapi, di sisi lain, sebagai Mieke, Fatmawati seperti meraih mimpi masa lalunya. Dia berhasil menjadi penyanyi dan menikmati masa mudanya yang bugar kembali. Bahkan, Fatmawati kembali merasakan jatuh cinta.
Suatu hari sebuah peristiwa terjadi. Di sinilah Fatmawati berada di persimpangan. Apakah dia akan tetap menjadi Mieke atau kembali menjadi Nenek Fatmawati dan pulang kepada keluarga dan hidupnya?
Film drama komedi “Sweet 20” yang akan tayang 25 Juni 2017 merupakan adaptasi resmi dari film “Miss Granny”. Di negara asalnya, yaitu Korea Selatan, “Miss Granny” merupakan film box office pada 2014 dengan meraih 8,7 juta penonton. Kesuksesan itu mengantarkan “Miss Granny” diadaptasi ke beberapa negara dan sama-sama meraup sukses, misalnya di Tiongkok dalam judul “20 Once Again” (11,65 juta penonton) dan di Vietnam dalam judul “Sweet 20” (1,65 juta penonton).
Di Indonesia, kisah “Sweet 20” diproduksi Starvision dan CJ Entertainment dengan menggandeng sutradara Ody C Harahap dan penulis skenario Upi. Di tangan Ody dan Upi, “Sweet 20” menjadi film adaptasi yang disesuaikan dengan kultur Indonesia. Hasilnya, penonton yang sudah menyaksikan “Miss Granny” versi Korea akan tetap merasakan ruh aslinya tanpa kehilangan rasa Indonesianya.
Salah satu daya tarik “Sweet 20” adalah ensambel pemain yang terdiri atas pemain senior dan junior. Betapa serunya melihat Slamet Rahardjo dan Niniek L Karim bisa tampil membaur dengan Lukman Sardi, Cut Mini, Kevin Julio, dan tentunya Tatjana Saphira. Dengan lepas, Tatjana tampil menjelma sebagai nenek-nenek berusia 20 tahun tapi bawel, galak, dan sarat petuah bijaksana.
Khusus untuk Tatjana Saphira, film ini menjadi pembuktian dia untuk diperhitungkan sebagai aktris muda yang sedang bersinar. Tak hanya berakting, pada “Sweet 20”, Tatjana Saphira juga menyanyikan semua lagu soundtrack yang ditampilkan. Ada tiga lagu klasik Indonesia yang dinyanyikan Tatjana yakni “Layu Sebelum Berkembang”, “Payung Fantasi”, dan “Bing”. Lagu-lagu ini dipilih karena Fatmawati melalui masa muda di era 1960-an.
Pada press screening di Jakarta, Jumat, 16 Juni 2017, sutradara Ody C Harahap mengungkapkan, kesulitan pembuatan “Sweet 20” adalah memasukan unsur Indonesia ke cerita. Namun, sebagai penulis naskah, kata Ody, Upi melakukan hal terbaik. Dengan jeli, Upi mengambil budaya pop Indonesia yang relevan dengan konsep keluarga masa kini.
Menurut Ody, konsep klasik yang dia hadirkan pada “Sweet 20” mengacu ke karakter Fatmawati saat muda. Untuk itulah, lagu-lagu dan bagunan yang ditampilkan terkesan tua tapi tak ketinggalan zaman. Untuk menampilkan kesan lawas, Ody melakukan shooting di sejumlah titik Kota Bandung misalnya Jalan Braga, Jalan Asia Afrika, dan Balai Kota Bandung.
Tumblr media
Tatjana Saphira, 16 Juni 2017, Kota Bandung, Korea Selatan,
  Sinopsis Film Sweet 20 Nenek Bawel ala Tatjana Saphira
Sinopsis Film Sweet 20 Nenek Bawel ala Tatjana Saphira MALAM kian larut dan dingin. Nenek Fatmawati (Niniek L Karim) berjalan gontai dan wajahnya menyiratkan kesedihan.
Sinopsis Film Sweet 20 Nenek Bawel ala Tatjana Saphira
Sinopsis Film Sweet 20 Nenek Bawel ala Tatjana Saphira MALAM kian larut dan dingin. Nenek Fatmawati (Niniek L Karim) berjalan gontai dan wajahnya menyiratkan kesedihan.
Sinopsis Film Sweet 20 Nenek Bawel ala Tatjana Saphira Sinopsis Film Sweet 20 Nenek Bawel ala Tatjana Saphira MALAM kian larut dan dingin. Nenek Fatmawati (Niniek L Karim) berjalan gontai dan wajahnya menyiratkan kesedihan.
0 notes
andiniputriblog · 7 years
Text
Sinopsis Film Sweet 20 Nenek Bawel ala Tatjana Saphira
MALAM kian larut dan dingin. Nenek Fatmawati (Niniek L Karim) berjalan gontai dan wajahnya menyiratkan kesedihan. Betapa tidak, anak semata wayang yang dia sangat sayangi, Aditya (Lukman Sardi) akan memasukan Fatmawati ke panti jompo. Pasalnya, kehadiran Fatmawati menimbulkan konflik di antara Aditya, istrinya Salma (Cut Mini), dan dua anaknya, yakni Luna (Alexa Key) dan Juna (Kevin Julio).
Tanpa sengaja malam itu Fatmawati melihat studio foto Forever Young. Dalam benak dia muncul keinginan untuk difoto agar kelak foto itu bisa dipakai saat pemakamannya. Sang fotografer (Henky Solaiman) berjanji akan membuat Fatmawati 50 tahun lebih muda dari usianya. Tak ada yang mengira jika ucapan sang fotografer terwujud. Keluar dari studio foto, Fatmawati berubah menjadi gadis muda berusia 20 tahun (Tatjana Saphira).
Dari situlah petualangan hidup Fatmawati dimulai. Dia mengubah penampilannya dengan dandanan unik ala perempuan dari era 1960-an dan bergaya klasik. Untuk menutupi identitas dirinya Fatmawati mengganti namanya dengan Mieke Wijaya, seperti nama aktris favoritnya. Sementara itu, putranya Aditya mulai resah dan mencari kemana ibunya pergi.
Sosok Mieke yang cantik tentu mencuri perhatian. Apalagi suara Mieke merdu karena dulu Fatmawati menyimpan cita-cita untuk menjadi penyanyi. Kehadiran Mieke juga membuat tiga pria jatuh hati, yaitu Juna, Alan (Morgan Oey), dan Hamzah (Slamet Rahardjo).
Juna yang notabene cucu Mieke malah meminta Mieke menjadi vokalis bandnya. Sementara itu, sosok Alan yang seorang produser televisi hadir karena dia tertarik dengan kecantikan dan suara Mieke. Tak ketinggalan ada Hamzah yang menyimpan cinta untuk Fatmawati. Saat tahu Mieke adalah Fatmawati, Hamzah makin jatuh hati.
Hal ini tentu membuat Mieke pusing. Di satu sisi, dia tetap rindu pada kehidupannya sebagai Fatmawati. Dia ingin hidup tenang lagi bersama Aditya dan keluarganya. Akan tetapi, di sisi lain, sebagai Mieke, Fatmawati seperti meraih mimpi masa lalunya. Dia berhasil menjadi penyanyi dan menikmati masa mudanya yang bugar kembali. Bahkan, Fatmawati kembali merasakan jatuh cinta.
Suatu hari sebuah peristiwa terjadi. Di sinilah Fatmawati berada di persimpangan. Apakah dia akan tetap menjadi Mieke atau kembali menjadi Nenek Fatmawati dan pulang kepada keluarga dan hidupnya?
Film drama komedi “Sweet 20” yang akan tayang 25 Juni 2017 merupakan adaptasi resmi dari film “Miss Granny”. Di negara asalnya, yaitu Korea Selatan, “Miss Granny” merupakan film box office pada 2014 dengan meraih 8,7 juta penonton. Kesuksesan itu mengantarkan “Miss Granny” diadaptasi ke beberapa negara dan sama-sama meraup sukses, misalnya di Tiongkok dalam judul “20 Once Again” (11,65 juta penonton) dan di Vietnam dalam judul “Sweet 20” (1,65 juta penonton).
Di Indonesia, kisah “Sweet 20” diproduksi Starvision dan CJ Entertainment dengan menggandeng sutradara Ody C Harahap dan penulis skenario Upi. Di tangan Ody dan Upi, “Sweet 20” menjadi film adaptasi yang disesuaikan dengan kultur Indonesia. Hasilnya, penonton yang sudah menyaksikan “Miss Granny” versi Korea akan tetap merasakan ruh aslinya tanpa kehilangan rasa Indonesianya.
Salah satu daya tarik “Sweet 20” adalah ensambel pemain yang terdiri atas pemain senior dan junior. Betapa serunya melihat Slamet Rahardjo dan Niniek L Karim bisa tampil membaur dengan Lukman Sardi, Cut Mini, Kevin Julio, dan tentunya Tatjana Saphira. Dengan lepas, Tatjana tampil menjelma sebagai nenek-nenek berusia 20 tahun tapi bawel, galak, dan sarat petuah bijaksana.
Khusus untuk Tatjana Saphira, film ini menjadi pembuktian dia untuk diperhitungkan sebagai aktris muda yang sedang bersinar. Tak hanya berakting, pada “Sweet 20”, Tatjana Saphira juga menyanyikan semua lagu soundtrack yang ditampilkan. Ada tiga lagu klasik Indonesia yang dinyanyikan Tatjana yakni “Layu Sebelum Berkembang”, “Payung Fantasi”, dan “Bing”. Lagu-lagu ini dipilih karena Fatmawati melalui masa muda di era 1960-an.
Pada press screening di Jakarta, Jumat, 16 Juni 2017, sutradara Ody C Harahap mengungkapkan, kesulitan pembuatan “Sweet 20” adalah memasukan unsur Indonesia ke cerita. Namun, sebagai penulis naskah, kata Ody, Upi melakukan hal terbaik. Dengan jeli, Upi mengambil budaya pop Indonesia yang relevan dengan konsep keluarga masa kini.
Menurut Ody, konsep klasik yang dia hadirkan pada “Sweet 20” mengacu ke karakter Fatmawati saat muda. Untuk itulah, lagu-lagu dan bagunan yang ditampilkan terkesan tua tapi tak ketinggalan zaman. Untuk menampilkan kesan lawas, Ody melakukan shooting di sejumlah titik Kota Bandung misalnya Jalan Braga, Jalan Asia Afrika, dan Balai Kota Bandung.
Tumblr media
Tatjana Saphira, 16 Juni 2017, Kota Bandung, Korea Selatan,
  Sinopsis Film Sweet 20 Nenek Bawel ala Tatjana Saphira Sinopsis Film Sweet 20 Nenek Bawel ala Tatjana Saphira MALAM kian larut dan dingin. Nenek Fatmawati (Niniek L Karim) berjalan gontai dan wajahnya menyiratkan kesedihan.
0 notes
boobooworld · 7 years
Photo
Tumblr media
วันนี้ขอพูดถึงภาพยนตร์ที่ได้ไปดูในเทศกาลภาพยนคร์อาเซียนกันอีกหน่อย (อย่าเพิ่งเบื่อนะคะ) วันนี้เป็นภาพยนตร์คลาสสิคของอินโดนีเซียเรื่อง Tiga Dara หรือชื่อภาษาอังกฤษว่า Three maidens ภาพยนตร์เรื่องนี้ได้รับการนำมาบูรณะใหม่เป็นแบบ 4K โดยเป็นเรื่องของพี่น้องสามคนต่างแบบ คนโตอย่าง Nunung ออกจะเป็นแม่บ้านแม่เรือน คนกลางอย่าง Nana ก็ออกจะเป็นสาวสังคมหน่อยๆ ส่วนน้องเล็กอย่าง Nenny ก็จะแก่นๆ ซุกซน น่ารัก ซึ่งเรื่องราววสนุกสนานวุ่นวายก็เกิดขึ้นเมื่อพวกเธอต่างก็มีความรัก เรื่องนี้ถือว่าเยี่ยมทีเดียวค่ะ และโดยส่วนตัวได้ยิ้มกับความน่ารักของน้องคนเล็ก ป.ล.คนที่แสดงเป็นพี่สาวคนโตคือ Chitra Dewi เสียชีวิตไปแล้วเมื่อ 8 ปีก่อน ส่วนคนที่แสดงเป็นน้องคนรองอย่าง Mieke Wijaya และคนที่แสดงเป็นน้องคนเล็กอย่าง Indriati Iskak ยังมีชีวิตอยู่ โดยมีอายุ 77 และ 74 ปีตามลำดับ
0 notes
personal-columns · 7 years
Text
La La Land: Sebuah Penyegaran atau Apresiasi Berlebihan?
Tumblr media
oleh D.K. Alit Wedhantara
Dari poster di atas, dapat terlihat bagaimana hebatnya La La Land. Disanjung dimana-mana, mendapat berbagai macam pujian setinggi langit, nominasi pada ajang-ajang perfilman bergengsi, mulai dari TIFF hingga Oscar. Bagaimana anda tidak dibuat penasaran?
Sedari awal perilisan film ini, saya selalu bertanya-tanya dalam benak saya, selain juga rasa penasaran yang menghantui. Mengapa film ini begitu hype di kalangan anak muda, digemari berbagai macam usia, dan meledak di pasaran Indonesia. Bagi saya, fenomena ini merupakan hal yang tidak lazim. La La Land merupakan film yang terbilang obscure dalam deretan film-film dengan penjualan yang top di Indonesia–sebut saja film top di Indonesia diantaranya merupakan film komedi murahan dalam negeri, dan animasi serta film bergenre superhero ataupun kemachoan yang lekat dengan film aksi dari rumah produksi besar luar negeri. Tak biasanya film drama musikal dengan bumbu komedi berbuah manis di pasaran Indonesia. Tak usah jauh jauh, contoh paling sederhana dan terdekatnya adalah kurangnya antusias penonton salah satu mahakarya sinema Indonesia yang direstorasi dan dikonversi dalam resolusi 4K, Tiga Dara (yang, anehnya, masuk dalam kategori yang kurang lebih sama seperti film La La Land!) Mereka keok di pasaran, hanya para manusia antusias yang senang menggali kisah klasik saja (seperti contohnya; saya) yang mungkin bahagia dengan adanya keperdulian ini. 
Kemudian, dari kebingungan tersebut saya mengajukan pertanyaan : Mengapa La La Land dapat mengambil hegemoni penonton?
Asumsi murahan pertama kali yang saya ajukan adalah mengenai Ryan Gosling + Emma Stone. Tak dapat dipungkiri memang kehadiran kedua ‘sejoli’ dalam film itu memperkuat ikatan maya yang terdapat dalam film. Tak dapat dipungkiri pula wajah ayu dan anggun yang dimiliki oleh mereka membius penonton, terutama para anak muda Indonesia. Dengan wajah yang mumpuni dan akting kelas wahid, siapa yang tak kenal mereka berdua? Drama kisah cintanya bersama Andrew Garfield dalam The Amazing Spider-Man dan kehidupan nyata, pula perannya dalam film Easy-A yang melambungkan namanya. Mungkin, 80% anak muda Indonesia lebih mengenal Emma Stone ketimbang Mieke Wijaya. Lawan mainnya, Ryan Gosling, sangat digandrungi para kaum hawa. Wajah tampan yang menyihir setiap film yang ia perankan. Asumsi saya, mungkin Ryan Gosling lebih tenar dan dikenal oleh para anak muda Indonesia kini ketimbang Usmar Ismail. (walau sepertinya perbandingan yang ini agak kurang seimbang!)
Setelah menonton film ini, ternyata asumsi saya terpatahkan. Tak hanya sekedar artis dan yang mereka perankan dalam film, namun lebih dari itu. Secara visual, patut saya acungi jempol perkembangan yang diberikan oleh sang sutradara, Damien Chezelle. Sutradara film “Whiplash” ini berhasil memberikan sebuah penggambaran yang apik. Sangat berkembang dan eksploratif ketimbang dalam “Whiplash”, yang cenderung monoton, membosankan. Ia melebur berbagai macam teknik sinematografi yang diaplikasikan dengan baik, close-up ketika sedang bernyanyi untuk menegaskan kehadiran dari tokoh, medium wide ketika adegan tarian dan berjalan bersamaan, merupakan beberapa diantaranya. Mungkin ia sedikit terinspirasi dari Wes Anderson disana-sini dengan mengadopsi berbagai macam palet warna dalam set film (yang bagi saya cukup menganggu karena terkesan plagiat murahan) but it all went well and just fine. 
Cerita cinta mungkin merupakan resep terbaik dari sebuah film apabila ingin meraih kesuksesan. Walaupun, dalam La La Land kisah cinta yang cenderung “tidak biasa” dan seketika pula pikiran saya mengacu pada kisah cinta Summer Finn dan Tom Hansen (ha! walau tidak 100% mirip). Bagi saya pribadi, saya memiliki pemikiran bahwa “Love is always a great marketing and selling point.” Berikan bumbu-bumbu cinta dalam film, tunggu, dan Voila! hasilnya akan terlihat secara cepat. Hanya saja, sebetulnya dalam La La Land kisah cinta mereka menjadi terkesan “terabaikan” atau “terpinggirkan”, kalah penting oleh impian masing-masing. Damien Chezelle mungkin tetap terkesan memaksakan pikirannya terhadap “kematian jazz” itu sendiri, yang cukup membuat kesal, namun sebetulnya apabila dipikirkan secara mendalam, itulah mungkin tema utama yang ingin diangkat oleh Chezelle dari sisinya ketika disandingkan dalam dunia “Whiplash”. 
Setidaknya, secara singkat, itulah beberapa kritik dan apresiasi yang ingin saya tumpahkan setelah menonton film ini. La La Land sejujurnya seperti Glee dan High School Musical yang digarap berkilo-kilometer lebih baik dan lebih mengesankan, namun belum bisa mengalahkan Sound of Music atau Wizard of Oz bagi saya pribadi. Dapat diakui bahwa La La Land memberikan penyegaran terhadap perfilman global yang didominasi oleh film animasi dan aksi. Harapan saya setelah menonton La La Land, semoga para pemuda Indonesia tidak lupa atas kehadiran Tiga Dara!
0 notes
sacarita-blog · 8 years
Text
Tiga Dara, Film Klasik Indonesia Di Remake Oleh Nia Dinata
Tiga Dara, Film Klasik Indonesia Di Remake Oleh Nia Dinata
Bersamaan dgn pelaksanaan ulang film ‘Gita Cinta Dari SMA’, film klasik Indonesia yang lain ‘Tiga Dara‘ serta rupanya dapat langsung di daur ulang (remake) ke dalam version canggih.
Nia Dinata, Sutradara yg sudah membuahkan sederet film berkwalitas seperti Ca Bau Kan, Arisan!, Share Suami, bakal turun tangan serta-merta menggarap film ‘Tiga Dara’.
Nia Dinata pun baru saja terhubung open casting…
View On WordPress
0 notes