Tumgik
#tki!acc
tanukigishirp · 2 years
Text
Tumblr media
ようこそ! BE VERY WELCOME, Cassandra Blackwell-SAN!
Faceclaim: Soyeon - (G)I-dle. Data de nascimento: 28 de outubro de 1997 - 24 anos Local de origem e etnia: EUA, Nova York + Coreana. Reside em: Distrito de Kenno. Ocupação: Dançarina no Gorudentaiga Club. Gênero e pronomes: Feminino cisgênero (ela/dela). Temas de interesse: Todos. Triggers na bio: Nenhum. OOC: +18
Personalidade e história:
Qualidades: Prestativa e confiante. Defeitos:  Estressada e vingativa.
A história começa quando dois jovens estrangeiros se conhecem na cidade de Tanukigishi; dois criminosos americanos de descendência coreana, aquilo poderia facilmente ser chamado de destino. Não demorou até um casal se formar, resultando no nascimento de Cassandra Blackwell em Nova York, 1997. A família da garota era voltada de mistérios, mas o mais questionado deles era: "da onde vinha todo o dinheiro da família Blackwell?" mas a princípio, Cassie não se importava, afinal, seus pais sempre foram amorosos e cuidadosos com a menina, que sempre ganhou tudo do bom e do melhor e, ainda sim não se tornou uma típica "patricinha mimada".
Por volta dos 12 anos, Cassie começou a se perguntar de onde vinha todo o dinheiro de seus pais e foi questiona-los, eles mentiram, dizendo que era donos de uma enorme marca de cosméticos e era por isso que a mãe da garota tinha tantos perfumes. A mentira foi aceita, porém não por muito tempo. Se passou um certo período e Cassandra resolveu pesquisar sobre a famosa marca de seus pais, a "surpresa" foi que ela não encontrou nada e ao perguntar à eles o que havia acontecido, mentiram novamente dizendo que a marca havia sido fechada e eles abriram uma joalheria. A desconfiança persistiu, mas com apenas 14 anos não poderia fazer nada quanto às suas dúvidas, por isso, aguardou até alcançar a maioridade. Com seus planos já em mente, Cassie prometeu à si mesma que descobriria tudo sobre o passado de seus pais e o paradeiro dos bilhões da família Blackwell. Antes de poder fazer algo quanto à situação, Cassandra sempre estava entediada, então decidiu fazer alguma coisa para mudar isso. Começou a fazer aulas de dança, era seu passatempo favorito, afinal, os questionamentos sobre seus pais não poderiam ocupar totalmente a cabeça da menina, ela não queria enlouquecer e ser mandada pra algum hospício. Já bastava seus "amigos" a acharem doida por simplesmente não aceitar que era uma herdeira de bilhões de dólares e querer saber da onde vinha sua herança.
Quando completou 20 anos, tentou fazer mais um dos questionários, tinha esperança de que dessa vez eles dissessem a verdade. Tudo o que recebeu foi uma história perfeitamente ensaiada sobre o passado dos dois, não tinha muitos detalhes, mas já serviria para alguma coisa. Além de desconfiada, Cassandra também era uma garota carente de certa forma, no fim de sua infância seus pais já não proporcionavam tanto amor e atenção para ela, e, como já dito antes, a garota não tinha tantos amigos assim. Não foi atoa que acabou se envolvendo com um dos seguranças da enorme mansão de sua família, não foi difícil, seus pais passavam muito tempo "trabalhando".
Finalmente decidiu abandonar a teoria e colocar seus planos em prática, viajou para a cidade japonesa em que seus pais haviam se conhecido e estava decidida de que iria descobrir tudo. O que Cassandra não sabia era que seus pais também tinham dúvidas sobre ela, assim que a garota foi viajar, um segurança foi mandado atrás dela para descobrir o porquê de tanta fascinação pelo passado dos pais. O segurança tal qual ela teve um caso poucos anos antes.
1 note · View note
Photo
Tumblr media
Bagian machine warna & cetak 17 th(island). Kita ada 2 tukang(seniman sablon) Dan 1 kenek ini salah satu yang bisa eksekusi dari 0. Walaupun udah bisa tapi setiap mau naik dan udah naik selalu di semple dlu acc apa ngak nya, Meminimalisir kesalahan ,kadang juga udah di cek bisa salah juga tapi jaga jaga ,lanjuttt Semoga sehat selalu,jaga kesehatan, jangan menyerah karna belajar itu ngak akan ada usainya🌈👐 . #teamprojectmerch (di Pasar Segar Tki 2 Kopo Bandung.) https://www.instagram.com/p/B_poXrKJAfm/?igshid=wulkpf6a81po
0 notes
Photo
Tumblr media
Rp. 800.000 cabang 5+1 acc cakar bawah cristal dan lampu 3x nyala dilengkapi bolam E27x6 dan led warna warni mumer bgt coy biar g kehabisan lgsg order ke WA. 081575550006 NB: utk pembelian partai dapat potongan sampai 20 persen OPEN RESELLER & DROPSHIP (lampu hias, kerajinan, bunga imitasi & furniture) Yuk merapat ke toko tiga putra sukoharjo kota/ timur perempatan smpn 1...melayani offline dan online (TERMURAH DAN TERPERCAYA) More info produk/ joint chat WA. 081575550006 - YOUTUBE: Burhan family dan bisnis - ALL MEDSOS: @ kerajinan tiga putra (FB, IG, YOUTUBE, TOKOPEDIA, TWITTER, TUMBLR) bantu UP, like & share y kawan (terimakasih) https://www.youtube.com/user/BurhanNaBulan (kehidupan pribadi dan bisnis) https://www.youtube.com/channel/UC-QCi3i0BZveWL-cdLTI-uw (full bisnis toko) #lampuhiaskamar #juallampuhias #shopping #resellermurah #lampu #lampugantungmurah #sukoharjomakmur #sukoharjohitz #tokolampu #bisnisonline #onlineshop #dropship #bisnisrumahan #lampudinding #indonesia #lampucristal #tokolampuhias #tokogrosir #openreseller #olshopmurah #bisnis #tki #prank #virals #florist #dekorasirumahminimalis #kerajinan #bungaimitasimurah #mebeljepara #furniture (di Toko Tiga Putra Sukoharjo “Kerajinan, Lampu Hias & Bunga Imitasi”) https://www.instagram.com/p/B5ZPg71Ho8h/?igshid=1klfdqnln2d48
0 notes
eltraveljournal · 7 years
Text
Indramayu : Ekspedisi Ala Ala Pt 1
Tumblr media
Sumber foto : https://www.adirafacesofindonesia.com/photos/langit-jingga-di-teluk-kupang
Hola! 
Apa kabar?
Jadii... sebenernya gue berencana untuk nulis pengalaman gue di blog ini tiap seminggu sekali sebagai komitmen pada diri sendiri. Tapi karena minggu ini (rencananya) bakal banyak sekali hal yang harus gue kerjakan jadi postnya di rapel di awal minggu aja hehe. Apa sih ga penting ye. 
Tumblr media
Oke lanjut sajalah kalo begitu.
Ceritanya pada awal tahun 2014, gue tergabung dalam suatu organisasi rahasia di kampus hahaha gadeng. Gue tergabung dalam sebuah NGO besutan naks naks itebeh bernama *******. NGO nya ini memang berfokus pada penyelesaian konflik sosial di masyarakat. Isu-isu yang ditangani pun sudah ditentukan sejak awal. Tapi namanya bukan elfina bila tak buat ulah. Tiap kumpul gue sangat hobi untuk menyinggung-nyinggung isu kesetaraan gender terutama yang menyangkut migrant workers alias TKI. Karena mungkin sudah gerah dengan kelakuan gue, akhirnya Bang Bhat selaku ketua pun menyuruh gue untuk “nyeriusin” isu tersebut dan meminta gue untuk melakukan ekspedisi ke salah satu daerah penghasil TKI terbesar di Indonesah : Indramayu.
Awalnya sih gue asik asik aja, yha ditugasin jalan jalan masa ga bahagia yha. 
Sampai menjelang keberangkatan.....gue melihat sebuah penampakan...
Nama gue dibubuhkan di atas Whiteboard, berdampingan dengan tulisan “Ketua Ekspedisi”.
what?
what?!
WHAT?!?!
Tumblr media
Apa yang harus gue lakukan Yalord Palpatine :((
Gue yang ke warung depan rumah aja masih dianter emak sekarang disuruh memimpin pasukan??
Akhirnya dengan sekuat tenaga gue sadarkan Bang Bhat dan pasukannya dari kekhilafan tersebut. Tapi tetap tidak bisa. Yha apa mau dikata aku cuma budak aku bisa apa :((
Menjelang tanggal keberangkatan gue stress berat. Well, ini cuma ekspedisi kecil sih dibanding dua ekspedisi lainnya. Tapi tetep aja satu-satunya pengalaman gue ekspedisi saat itu adalah hiking pas SMA...yang tiap 10 meter istirahat :((  Oya lupa bilang, jadi memang saat itu sedang digelar dua ekspedisi besar lainnya. Awalnya, gue rencananya bakal ikut menjadi anggota di salah satu ekspedisi tersebut, tapi karena ulah gue, sekarang gue disuruh buat ekspedisi sendiri :((
Oke, ceritanya hari H keberangkatan pun tiba. Setelah audiensi bermalam-malam tentang konsep ekspedisi tiga (yang gue ketuai, etdah) akhirnya di ACC jugaa itu konseph. Fyuuh. Dan ini dia anggota ekspedisi Indramayu yang sangat gue cintai dan banggakan 
Tumblr media
Kiri ke kanan : Kamil, Gue, Mbak Gio, Rora, Dwika, Bang Ucen (yang motoin), dan Naomi (yang nyusul dari Jakarta)
Keberangkatan
Kita berkumpul di basecamp jam 08.30 (harusnya) karena gue sudah planning kita ngejar Bus ke Indramayu yang jam 11 di terminal caheum, agar supaya ga kemaleman nyampenya. Tapi, apa mau dikata, semuanya pada ngaret, huftina. (hehe termasuk gue sebenernya hehe). Akhirnya kita pun berkumpul komplit sekitar jam 09.30an . Nah, muncul sebuah pertanyaan baru “Bagaimana cara kita sampai di terminal dengan tepat waktu?”. Setelah melalui pertimbangan yang dalam, termasuk pertimbangan : kalau naik ojek atau pake taksi akan memangkas anggaran dengan drastis, akhirnya gue memutuskan supaya kita naik angkot aja tapi disertai dengan doa yang kuat, agar v angkot = c.
Doa kita terjawab. Mang angkot sepertinya mantan stuntmannya Vin Diesel. Akhirnya, sampailah kita di terminal caheum pada jam...10.45!! Hore!!! Memang performa iman kami suka mendadak meningkat kalo lagi kepepet. Kami pun kemudian duduk dengan cantik di dalam Bus dan bersiap menikmati perjalanan.
Kebingungan
Bila ada satu orang yang bingung dalam perjalanan tersebut, orang itu adalah gue. Oke, gue jelaskan dari awal. Ada satu prinsip yang dianut dalam tiap ekspedisi NGO kami : harus membaur dan merakyat. Artinya selama ekspedisi,  apapun yang kita lakukan dari mulai makan sampai tempat tinggal tidak boleh melampaui objek penelitian kami, dalam hal ini TKI Indramayu. In short, kita ga boleh tinggal di hostel atau hotel, pilihan tinggal kita cuma dua : di rumah warga atau di pinggir jalan. Dalam mengantisipasi hal tersebut, gue sudah mengontak beberapa NGO di daerah Indramayu untuk tempat kami “menumpang” selama 3 hari. Tapi hasilnya nihil. Memang ga semudah itu cari tempat numpang ya. Akhirnya....
0 notes
tanukigishirp · 2 years
Text
Tumblr media
ようこそ! BE VERY WELCOME, Yang Taylor Lee!
Faceclaim: Xiaojun - NCT. Data de nascimento: 26 de julho de 1997 — 25 anos. Local de origem e etnia: Estados Unidos, Chicago + Chinês. Reside em: Distrito de Akenabe. Ocupação: Gerente do Red Bull Studios. Gênero e pronomes: Masculino cisgênero (ele/dele). Temas de interesse: Todos. Triggers na bio: Negligência parental, uso de drogas, bebidas alcoólicas, violência. OOC: +18
Personalidade e história:
Qualidades: Confiante e determinado. Defeitos: Impulsivo e ignorante.
ㅤㅤㅤㅤMesmo antes de vir ao mundo, a família de Taylor já colocava inúmeras expectativas no rapaz, Taylor nasceu em Chicago, nos Estados Unidos e especificamente em 1997, naquela época, antes de se mudarem dá Coreia, a família Lee passava por alguns problemas financeiros por conta da crise asiática daquele ano e sabiam que ter um herdeiro poderia ajudar no financeiro deles. Assim que nasceu, Taylor já foi prometido em casamento à outra herdeira de uma das famílias mais poderosas e ricas de Chicago, o objetivo das duas famílias era se unirem a fim de tirar vantagens umas das outras, as duas sairiam “ganhando”. Elas já tinham tudo planejado, fariam as duas crianças se conhecerem desde pequenas para fortalecerem seus laços e não terem nenhum problema no futuro para realizar o casamento.
ㅤㅤㅤㅤTaylor teve uma infância feliz, afinal, era completamente mimado, tinha tudo o que queria e que podia; os melhores brinquedos, estudava nas melhores escolas e tinha a melhor amiga. Não havia do que reclamar, a não ser de seu pai. William sempre exigiu muito de Taylor, mesmo sendo uma criança era forçado a ser perfeito, e o que aconteceria se não fosse? Era punido com as piores agressões, tanto verbais quanto físicas. O americano nunca se esqueceria de quando tirou um B+ em uma prova e foi espancado ao chegar em casa, ficando uma semana indo para a escola com moletons e óculos de sol por conta das marcas causadas. Mesmo que tentasse e se esforçasse não tinha o reconhecimento que merecia de seu pai, mas ao menos aquela falta de afeto era suprida por sua mãe.
ㅤㅤㅤㅤO amor de Maylin por seu filho era algo incondicional, ele a amava mas ela não estava presente em 100% do tempo com o garoto, principalmente ao ir morar com a mãe na China por conta de complicações dá saúde da progenitora. Ele sentia falta dela, odiava ter que aturar seu pai dia e noite com todos aqueles xingamentos sem pé nem cabeça, agradecia por ter sua melhor amiga como companhia, o que não sabia era que teria que se casar com ela num futuro próximo. Ao completar 16 anos, Taylor descobriu a armação de sua família para se casar com a única pessoa que realmente estava ali com eles em todos os momentos, ele não queria, não era apaixonado por ela e odiava a ideia! O pior era saber que aquilo como tudo de ruim que ocorria em sua vida era culpa de seu pai. A partir daquele momento o americano passou a descontar todo o seu ódio que tinha de William em bebidas, drogas e em casos mais extremos apelava pela automutilação ou até coisas piores.
ㅤㅤㅤㅤSua vida a partir dos 16 decaiu totalmente, até que um dia foi encontrado inconsciente em seu quarto por uma das empregadas da enorme mansão, Taylor havia sofrido uma overdose. Por algum tipo de milagre, sobreviveu e foi encaminhado para a reabilitação imediatamente, quando finalmente saiu do lugar e voltou para casa com 18 anos, comprou um apartamento para se ver longe da opressão de seu pai. A partir desse momento sua vida estava finalmente tomando um caminho certo; começou a faculdade de música, aprendendo tudo sobre algo que realmente gostava desde pequeno e que seu pai nunca o havia deixado tentar. Além disso, dividia o apê com seu namorado e conseguiu voltar a ter contato com sua mãe na China.
ㅤㅤㅤㅤPorém, é como dizem: "tudo que é bom, dura pouco". Acabou que, por Taylor ainda morar em Chicago e permanecer usando o dinheiro das empresas de seu pai, William descobriu onde seu filho estava, foi um escândalo nos noticiários e como sempre, Taylor foi chamado de todos os nomes possíveis enquanto seu pai saiu ileso da briga dos dois. O americano, por não aguentar mais a pressão que tinha em cima de si, abandonou tudo o que tinha em Chicago e procurou por um lugar que seu pai nunca poderia o encontrar novamente. No Japão, parou em Tanukigishi, uma cidade que poderia o acomodar perfeitamente, não demorou muito para conseguir um emprego como gerente do Red Bull Studios local, começando a se sustentar sozinho, a única que sabia onde Taylor se encontrava era sua mãe que permanecia na China abrindo sua própria empresa, não dependendo mais de William. O americano torcia todos os dias para que seu pai não o encontrasse novamente.
0 notes
tanukigishirp · 2 years
Text
Tumblr media
ようこそ! BE VERY WELCOME, Kang "Hazel" Jiyoon-SAN!
Faceclaim: doydly - instagrammer. Data de nascimento: 23 de agosto de 1997 — 22 anos. Local de origem e etnia: Seoul, Coreia do Sul + coreana. Reside em: Distrito de Akenabe. Ocupação: Hostess no Olympus Host & Hostess Club. Gênero e pronomes: Feminino cisgênero (ela/dela). Temas de interesse: Crack, fluff, friendship, hostility, smut. Triggers na bio: Nenhum. OOC: +18
Personalidade e história:
Qualidades: Independente e responsável. Defeitos: Audaciosa e orgulhosa.
Ainda quando Jiyoon era bebê, a família Kang foi para as terras da rainha.
Jiyoon cresceu no berço tradicional sul-coreano, seguindo todos os costumes que eram passados de geração em geração, aprendendo os dois idiomas com mestria durante a infância. Era bem evidente que os Kang tinham grana. Muita grana.
Kang Jiyoon então agora também tinha o nome de Hazel Kang, estudava em uma dos melhores internatos da Inglaterra onde a mensalidade era um absurdo, tirava as melhores notas da turma, era rodeada de amigos da alta sociedade, participava de basicamente todas as aulas extracurriculares… Era a garota perfeita, o sonho de qualquer família. Contudo, na medida que crescia e aprendia a conhecer o mundo ao seu redor, Hazel se desviava um pouco do plano que seus pais traçaram para ela.
Hazel não queria viver como a bonequinha que foi desde o primeiro minuto que veio ao mundo. Havia se cansado de viver de acordo com o que os pais queriam e precisava da sensação de ser dona do seu próprio nariz. O maior problema era quando trazia essa pauta nas discussões com as amigas do internato, sendo acusada de louca, no mínimo, de querer não viver o luxo que tinha permissão, esbanjando cada centavo que caía na sua conta toda semana. E com certeza isso foi algo que tirou seu sono por algumas noites. Abrir mão de tudo o que queria, ou conquistar sua independência? Talvez desse pra conciliar os dois, talvez se conversasse direitinho com os pais… Não, isso era longe de qualquer aceitação deles. Mas, e se?
Todo último fim de semana do mês eram os dias dos pais buscarem os alunos no internato para passarem juntos e Hazel decidiu que seria o momento perfeito para discutir aquele assunto. Passou o dia anterior inteiro nervosa ao ponto de mal dormir à noite porque ela conhecia seus pais, conhecia o gênio dos Kang e sabia que aquilo não era uma boa ideia, por muito pouco quase desistindo da conversa.
No primeiro momento em que se sentaram à sala de jantar da espaçosa casa dos pais, Hazel não aguentou segurar o choro, enrolando as palavras em meio aos litros de lágrimas e os gritos dos pais se opondo ao que ela propunha. A discussão foi tanta que rendeu uma marca evidente dos dedos de sua mãe em seu rosto, o que também foi o ponto final daquela conversa. A hora de dormir foi regada de um choro sem fim. Era como se Jiyoon estivesse se rasgando ao meio.
Pensando por um lado, era bem absurdo que uma criança de 15 anos estivesse tão certa do que queria pra vida que mal começara, mas a convicção era tanta ao ponto de render uma discussão horrível com seus pais. No dia seguinte, todos agiam de acordo com o elefante na sala, tentando ao máximo ignorar o acidente na tarde passada, mas o clima estava horrível como os dias nublados do inverno britânico.
Como punição, foi decidido que Hazel se mudaria pra um internato misto onde teria que conviver com a pior coisa já existente: garotos. Se opôs, óbvio, batendo o pé para aquela decisão ridícula porque não queria e não podia abandonar suas amigas. Nada adiantou, claro.
Mas não foi de todo ruim, não mesmo. Na nova escola foi onde encontrou pessoas mais diferentes do que sua bolha antiga, conseguiu igualar seus pensamentos com os amigos que fez e até encontrou quem se dispusesse a acompanhá-la nas loucuras. Quando se formou, viajou pelo mundo como sempre sonhou, tendo algumas companhias de vez em quando, mas na maior parte estava sozinha e adorava a liberdade. Conheceu diferentes lugares e suas culturas, cresceu, até mesmo reatou com seus pais depois daquela briga e, milagrosamente, eles passaram a apoiar suas escolhas.
Por mais que existissem vários lugares que se tornaram seus favoritos, se apaixonou por um de seus últimos destinos: Tanukigishi. Então ali decidiu parar um pouco com as viagens, alugar um cantinho que pudesse chamar de seu e ver no que daria.
8 notes · View notes
tanukigishirp · 2 years
Text
Tumblr media
ようこそ! BE VERY WELCOME, Yoshiyuki Ame-SAN!
Faceclaim: Boogie - Jiluka. Data de nascimento: 2 de abril de 1991 — 31 anos. Local de origem e etnia: Nagoya, Japão + japonês. Reside em: Distrito de Mujinamori. Ocupação: Enfermeiro no Hospital Geral de Tanukigishi e baixista. Gênero e pronomes: Masculino cisgênero (ele/dele). Temas de interesse: Todos. Triggers na bio: abandono, prostituição, homofobia, tentativa de suicídio. OOC: +18
Personalidade e história:
Qualidades: Atencioso e cuidadoso. Defeitos: Inseguro e deprimido.
Abandonado num orfanato ainda bebê, Ame nunca conheceu seus pais. Cresceu em condições insalubres e violentas, cedido ao trabalho infantil e aos abusos constantes dos responsáveis do local onde vivia. Sua única companhia era Masumi, uma garota mais nova e que chegou mais tarde no orfanato, e a quem o garoto se afeiçoou logo de cara. Tornaram-se praticamente irmãos, e juraram proteger-se e nunca sair de perto um do outro.
Quando tinha 17, ele foi vendido a um bordel junto de outras crianças - incluindo Masumi. Era um bordel antigo, com centenas de anos de tradição e que mantinha a cultura das geishas. Apesar da ilegalidade dessas e outras transações, elas eram feitas de toda forma, especialmente quando incluíam membros da yakuza. Toda noite, Ame era enfeitado como uma princesa, para ser vendido como uma prostituta. As geishas faziam apresentações artísticas, com danças sensuais, e Ame, apesar de ser homem, era muito bem quisto pela sua beleza diferenciada e feminina.
Um dia, visitando o castelo de Nagoya, ele conheceu um homem pelo qual se apaixonou imediatamente. E depois de algumas semanas, viu-o novamente; desta vez, no bordel. Depois daquele dia, os encontros passaram a ser mais constantes, ainda que continuassem eventuais e até mesmo misteriosos. Não sabiam quase nada um do outro, mas estavam queimando no fogo da paixão.
Mas apenas durou até um momento catastrófico, quando, retornando para o bordel, Ame encontrou o homem que amava e seu pai, um chefe yakuza, oferecendo um valor para levar Masumi embora e torná-la sua esposa. Ele não sabia o que estava acontecendo, não entendia, e o olhar do homem nem mesmo encontrava o seu. Desolado, ele caiu numa profunda depressão, ferido pela traição dupla. Tentou cometer suicídio e, ao não conseguir, decidiu ir embora daquela vida que, por mais que fosse a única que conhecia, já não era mais sustentável.
Foi então que ele juntou suas coisas e partiu para Tanukigishi. Já havia ouvido falar do local antes através de uma das garotas com quem trabalhava junto - ela era nativa de lá. E pelo que ela contava, era exatamente o que precisava naquele momento da sua vida. Mudou-se aos 21 anos e batalhou contra os imprevistos para realizar seu sonho de cursar Enfermagem e dedicar a sua vida a salvar e ajudar as pessoas.
Neste meio tempo, redescobriu sua paixão pelas artes; mas, dessa vez, pela música. Com a proximidade de Tanukigishi de Tokyo, ele se conectou com o estilo de vida noturno, aproximando-se j-rock e visual kei. Apaixonou-se pelo baixo e, quando menos percebeu, estava junto às bandas da Harajuku e Shinjuku. Não demorou e fundou uma banda própria com alguns amigos, a qual ocupa a maior parte de seu tempo junto de sua outra profissão, como enfermeiro, e seu amor, o gato Neerin.
2 notes · View notes
tanukigishirp · 2 years
Text
Tumblr media
ようこそ! BE VERY WELCOME, Kobayashi Megumi-SAN!
Faceclaim: kitsunechoi - instagrammer e tiktoker. Data de nascimento: 16 de março de 2000 — 22 anos. Local de origem e etnia: Busan, Coreia do Sul + coreana. Reside em: Distrito de Akenabe. Ocupação: Digital influencer e estudante de psicologia clínica na Universidade Tohoku. Gênero e pronomes: Feminino cisgênero (ela/dela). Temas de interesse: Todos. Triggers na bio: menção a abandono parental, incêndio, dívida com drogas e morte parental. OOC: +18
Personalidade e história:
Qualidades: Prestativa e simpática. Defeitos: Insegura e teimosa.
O choro de um bebê, carregado de medo e angústia, ecoou por quase todo o andar do hospital geral de Tanukigishi naquela noite. Ela era muito nova para entender o que estava acontecendo, tinha pouco mais de três anos de idade quando foi simplesmente deixada ali, como uma indigente - não tinha nenhum documento de identificação da menina; a única coisa que sabiam era que ela não era natural do Japão, uma vez que as poucas palavras que balbuciava pareciam ser coreanas. Os seus pais? Sem sinal nenhum. Como havia chegado até ali? Sabiam menos ainda. Logo as investigações acerca desse mistério começaram, mas não pareciam ir para algum lugar, já que não tinha a mínima noção de sequer onde começar a investigar. Sendo assim, a garota permaneceria mais algumas semanas no hospital e, então, seria levada para um orfanato. Isso, é claro, se o médico que cuidava do caso não tivesse se encantado tanto pela criança. O doutor Kobayashi foi o primeiro a se propor para adotar a pequena e, talvez pelo fato da polícia e a mídia japonesa quererem abafar e encerrar o caso o quanto antes, não foi muito difícil para que os papéis fossem assinados e a adoção concretizada.
Sendo assim, o doutor deu o nome de Megumi para a pequena criança, porque considerava a menina uma bênção em sua vida. Acontece que o doutor Kobayashi havia perdido a filha recém nascida e a esposa em um trágico acidente de cerca de um ano antes da pequena dar entrada no hospital e, desde o fatídico dia, encontrava-se totalmente desesperançoso de um dia encontrar a felicidade novamente, mas parece que o destino tinha outros planos para ele. Desde então, ele dedicou-se a amar, cuidar e proteger Megumi, não importando o que acontecesse.
A garota cresceu em um ambiente repleto de amor vindo de seu pai adotivo, e quase não sentia a falta de uma figura materna conforme amadurecia. Aliás, o doutor nunca escondeu da garota que ela havia sido adotada, dizia sempre que se algum dia ela quisesse procurar e conhecer seus pais biológicos, ele não pouparia esforços e recursos para realizar o desejo da filha; Megumi, por outro lado, nunca sentiu a necessidade disso acontecer, uma vez que não via vantagens em conhecer aqueles que simplesmente a abandonaram como se fosse nada em um país totalmente distante daquele que nasceu. Além disso, estudou sempre nos melhores colégios e nunca faltou nada para si, até mesmo as coisas mais fúteis que ela queria. Apesar de tudo, se considerava uma menina muito sortuda por conta de tudo que seu pai fazia por ela, e não conseguia imaginar a sua vida de uma forma diferente.
No entanto, sentiu-se um tanto apreensiva quando, por volta dos seus nove anos de idade, o seu pai deu a notícia que se casaria com uma colega de trabalho. Megumi sentiu-se insegura, com medo de que perdesse o “favoritismo” do seu pai quando o mesmo se casasse ou, ainda pior, a mulher que seria sua madrasta não gostasse dela e a tratasse mal, igual a Cinderela. Mas o que aconteceu foi totalmente o oposto: a mulher era um doce de pessoa, era cirurgiã pediátrica, então levava muito jeito com crianças em um geral e não demorou muito para que conquistasse o coraçãozinho da pequena Megumi também. Em pouco tempo, estavam vivendo todos juntos e mesmo com tudo, era uma família que não trocava por nada nesse mundo. O casal nunca chegou a ter um segundo filho, até porque a mulher não tinha como gerar um em seu ventre e, por isso, depois de alguns anos juntos, ela decidiu adotar Megumi oficialmente como sua filha também.
Porém, nem tudo na vida é um mar de rosas e perfeito como Megumi imaginava que fosse. Por volta de seus catorze anos de idade, a garota passou a apresentar muita perturbação em seu sono. Todas as noites quando deitava-se para dormir, os pesadelos começavam… E era sempre do mesmo jeito, parecia até mesmo uma receita pronta. Fogo, gritos de desespero e uma batida forte. Era algo tão intenso, tão realista, que muitas vezes Megumi acordava tremendo e faltando-lhe o ar nos pulmões. No começo, pensava que tais pesadelos eram algo passageiro, mas conforme o tempo ia passando, tornavam-se cada vez mais constantes, até que chegou ao ponto da garota passar noites completamente em claro. Foi quando a atenção dos pais se voltaram para esse problema, imediatamente levando-a em especialistas para saber do que se tratava e como ajudá-la. Acontece que esse pesadelos provavelmente eram fragmentos das memórias de quando Megumi era bebê, provavelmente antes de ser deixada no hospital geral de Tanukigishi, mas não dava pra ter certeza, já que ela era muito novinha quando tudo aconteceu. Sendo assim, ela deu início a um tratamento junto dos melhores profissionais para que chegassem até a fonte do problema e pudessem tentar resolver. Megumi passou a tomar vários remédios para dormir, mas nenhum parecia funcionar, porque sua mente não se desligava de jeito nenhum daqueles pesadelos. A sugestão que foi dada à ela e aos pais era que procurassem saber o que realmente aconteceu com a garota e os pais biológicos antes da sua chegada ao Japão e, imediatamente, o doutor Kobayashi começou a investigar. Como já citado antes, o homem já havia dito que não pouparia esforços para descobrir o que havia acontecido com a menina, e ele realmente cumpriu com o que tinha prometido. As buscas duraram quase um ano e meio e o mais perto que chegaram de algo foi sobre um casal sul-coreano de Busan que havia, literalmente vendido uma menina ainda bebê, após terem a casa invadida e queimada por conta de uma dívida de drogas para uma máfia japonesa, mas quando buscaram pelo casal, descobriram que os mesmos haviam morrido cerca de seis meses após o ocorrido. Essa era a única descoberta que, de certa forma, batia com os acontecimentos e as coisas que Megumi via em seus pesadelos. Após isso, a garota pediu para que seu pai encerrasse as investigações acerca do seu caso, pois no fundo tinha muito medo de descobrir a verdade.
Os pesadelos nunca tiveram um fim mas, de certa forma, a garota aprendeu a conviver com eles. Para isso, passou a tomar muitos remédios que a fizessem descansar a própria mente, mesmo que não adiantasse muito. Durante as várias noites em que ficava acordada, ela fazia de tudo que podia para distrair a sua cabeça: lia mangás, assistia animes, séries e filmes, ouvia os mais variados tipos de música possíveis e jogava todos os tipos de jogo. E também, era quando aproveitava para pesquisar mais sobre seus problemas em dormir na internet, interessando-se cada vez mais pela psicologia e como a mente humana agia. Assim sendo, aos vinte anos, ela decidiu cursar psicologia na universidade Tohoku. Além disso, quando o fez, seus pais concordaram em que ela poderia se mudar para o próprio apartamento onde quisesse, como um presente. Ela escolheu Akenabe, até porque não iria se incomodar com a vida noturna agitada do bairro, uma vez que ela mesmo quase não dormia. Foi nessa época também, em dois mil e vinte, que em uma das suas várias aventuras acordada até tarde, Megumi decidiu criar uma conta no tiktok como brincadeira - o que não esperava, no entanto, é que um de seus vídeos viralizasse e ela ganhasse bastante atenção em suas redes sociais. Desde então, vem crescendo cada vez mais e o que era pra ser uma brincadeira acabou tornando-se um tipo de trabalho, pelo menos até se formar.
3 notes · View notes
tanukigishirp · 2 years
Text
Tumblr media
ようこそ! BE VERY WELCOME, Choi Junhee-SAN!
Faceclaim: Seonghwa - ATEEZ. Data de nascimento: 10 de maio de 1997 — 24 anos. Local de origem e etnia: Jinju, Coreia do Sul + coreano. Reside em: Distrito de Mujinamori. Ocupação: Ator. Gênero e pronomes: Masculino cisgênero (ele/dele). Temas de interesse: Angst, crack, fluff, friendship, hostility, shipping, smut. Triggers na bio: menção a agressão física. OOC: +18
Personalidade e história:
Qualidades: Eloquente e tenaz. Defeitos: Temperamental e narcisista.
Nascido e criado em Jinju, mais novo de três filhos, Junhee teve a liberdade de escolher qual profissão seguir sem carregar grandes expectativas por parte dos pais. E foi na escola que começou a pintar como gostaria que fosse seu futuro, começando a frequentar o clube de teatro por obrigação após péssima conduta em classe, tendo um retorno inesperado ao se dar conta do quão prazeroso podia ser dar vida a histórias, personagens, por menores que fossem, e o principal, a atenção que recebia é descobriu gostar, os elogios que vinham ao final de cada apresentação ou passagem de texto e eram responsáveis por amaciar seu ego. O que mais tarde seria um problema, mas esse era um problema para o Junhee do futuro.
Com muito esforço e lábia (para convencer os pais a ajudarem financeiramente), se mudou para a capital e formou-se em artes cênicas enquanto usava o tempo livre para trabalhar meio período e correr atrás de oportunidades para fazer audições para peças e doramas, nem que fosse como um simples figurante. Mas Junhee tinha um ponto importante ao seu favor, esse que não levou muito tempo a ser percebido, havia sim talento de sobra mas a boa aparência foi o que começou a lhe abrir portas, fazendo pontas em alguns doramas até conquistar o tão sonhado papel principal. O jovem ator estava vivendo a melhor fase de sua vida, mas na mesma medida que era talentoso acabou se tornando um narcisista que não sabia lidar com críticas negativas, ganhando certa fama de explosivo nos bastidores e alguém difícil de trabalhar, a mesma fama que o diretor responsável pelo projeto do qual fazia parte e que rendia discussões quase que diárias até o momento fatídico onde Junhee acabou por desferir um soco em seu superior. A situação poderia ser pior caso não tivesse sido contido pelos colegas de elenco, marcando o fim de sua participação no projeto e um sermão de horas do manager e mais tarde do próprio pai ao ser informado do ocorrido que o queria imediatamente de volta em casa. Tinha que se desculpar pessoalmente com o diretor pelo ocorrido caso quisesse ter alguma oportunidade futura e por não ter prestado queixa por agressão, era o certo a fazer, mas acabou se recusando a admitir que estava errado e implorando para o manager – um amigo de infância que sabia lidar com seu temperamento – o fazer em seu lugar. No fim, nenhum pedido foi feito e as fofocas e relatos de ex-colegas começaram a se espalhar, o que não ajudou em nada apesar da grande maioria ser mentira ou histórias aumentadas para o prejudicar.
Tanukigishi não era um nome conhecido pelo rapaz… ou seria se tivesse dado devida atenção às histórias contadas nas reuniões familiares, a ideia de passar um tempo na cidade sendo totalmente de seu pai que afirmava que o exílio seria uma ótima oportunidade para refletir sobre suas ações. Mas Junhee não era idiota e tinha consciência que estava sendo castigado agora que havia voltado a depender do mais velho, sendo jogado para longe da vida confortável que tinha em Seul e levando consigo a vergonha que havia acarretado aos Choi, tendo que lidar com a nova rotina em Mujinamori, sendo recebido por um antigo amigo da família que estava encarregado de ficar de olho no “filho temperamental” do amigo distante. Sem conhecer nada e não ter fluência no idioma, teria que se virar para não acabar perdido tal qual em seu primeiro dia quando andou por horas até achar o endereço certo e precisou aguentar o manager rindo de sua falta de senso de direção.
A esperança é que a calmaria do bairro e a ausência de bajuladores o faça reencontrar a paixão pelas artes, descubra por contra própria em como resolver a bagunça na qual se enfiou, dê paz para o amigo/manager, convença o velho Choi que amadureceu e criou juízo para voltar para casa, e caso tenha sorte, seja abençoado pelo Tanuki da lenda que o pai tanto falava em sua infância. Mas as expectativas estão extremamente baixas, pois Junhee não é alguém fácil de se lidar a primeira, segunda e terceira vista.
2 notes · View notes
tanukigishirp · 2 years
Text
Tumblr media
ようこそ! BE VERY WELCOME, Homura Aimi-SAN!
Faceclaim: Juri - Rocket Punch. Data de nascimento: 8 de março de 2000 — 22 anos. Local de origem e etnia: Kobe, Japão + japonesa. Reside em: Distrito de Akenabe. Ocupação: Estudante de moda na Universidade Tohoku. Gênero e pronomes: Feminino cisgênero (ela/dela). Temas de interesse: Angst, crack, friendship, hostility, shipping, smut, violence. Triggers na bio: abandono emocional. OOC: +18
Personalidade e história:
Qualidades: Engraçada e sociável. Defeitos: Impaciente e teimosa.
Filha dos diplomatas Homura Eri e Koisuke e nascida em Osaka, Aimi passou grande parte de sua vida mudando-se constantemente de país devido ao trabalho dos pais. Sempre negligenciada, a garota passou a viver por conta própria, contando com o pouco carinho que recebia de sua governanta até que chegasse em sua adolescência, quando se submeteu a sair constantemente, começando a gastar muito dinheiro em roupas e outras coisas fúteis.
Assim que atingiu a maioridade, seus pais não acharam necessário a presença da imagem que se assemelhava a uma mãe para Aimi, demitindo sua amada governanta. O choque de realidade fora tanto que a jovem passou a ter um pouco mais de senso e responsabilidade, se fechando em relação aos pais, passando um tempo na tentativa de se encontrar, até perceber que o que realmente gostava era algo relacionado ao que fazia quando adolescente; a moda. Com isso se matriculou na universidade de Tohoku há dois anos atrás.
Após um tempo, Aimi achou que seria responsável para morar sozinha, porém os pais negaram sua proposta, já que os mesmos não confiavam nela o suficiente para permitir. Entregando uma oportunidade viera a surgir, fazendo com que a jovem fosse enviada para morar com a filha de um amigo de infância de seu pai no bairro de Akenabe. No início fora difícil para que se adaptasse com a presença da garota, devido a diferença de culturas, porém não tardou em começar uma boa amizade coma mesma.
3 notes · View notes
tanukigishirp · 2 years
Text
Tumblr media
ようこそ! BE VERY WELCOME, Han Minjun-SAN!
Faceclaim: Kim Mingyu - Seventeen. Data de nascimento: 15 de setembro de 1997 — 24 anos. Local de origem e etnia: Busan, Coreia do Sul + coreano. Reside em: Distrito de Shintani. Ocupação: Professor de história no Colégio Miyajima. Gênero e pronomes: Masculino cisgênero (ele/dele). Temas de interesse: Angst, crack, fluff, friendship, hostility, shipping, smut, violence. Triggers na bio: negligência familiar, bullying e abuso de poder. OOC: +18.
Personalidade e história:
Qualidades: Dedicado e atencioso. Defeitos: Sisudo e instável.
Nascido em 15 de setembro de 1997, em Busan; Han Minjun como fora nomeado tinha sido destinado a seguir os passos que o progenitor havia designado a si. Sendo o primogênito dos casal de comerciantes, o Han mais jovem sempre teve mais responsabilidades do que sua irmã. E, ao contrário de que muitos pensavam, a vida de Minjun, nunca fora um mar de flores; já que seus pais sempre exigiram demais de si e buscavam dar punições se o filho homem da casa não mostrasse um excelente trabalho tanto na escola, quanto em casa ajudando nos negócios da família.
Aos 13 anos de idade, Minjun havia entrado numa escola onde sofria bullying constantemente pelos seus colegas, mas tentava não se abalar, já que era o mais inteligente da classe. E apesar de sempre voltar machucado para casa, tinha que lidar com o fato dos seus pais  sempre o julgarem como incorreto e o colocarem de castigo; não querendo saber de explicações  sobre o que teria acontecido na escola ou o porquê ele estaria machucado daquele jeito. Deixando um garoto completamente sem chão e tendo que ser forte para lidar com o seu emocional. Afinal, sendo o filho mais velho, deveria ter mais responsabilidades, do que ficar arrumando brigas na escola.
Porém, com o tempo ia passando, suas atitudes iam mudando e seu crescimento sofrendo alterações diante; usando daquilo para se meter em algumas confusos em seu período escolar e sua rebeldia fazendo tudo ao contrário do que havia sido imposto a si pelos progenitores. No entanto, cansados da rebeldia do rapaz, seus pais juntaram todas as economias e o mandaram para um internato em Seul e ficou lá até se formar na universidade que havia sido escolhido pelos Han mais velhos. Se formando em história, um curso que sequer havia pensado em fazer, mas o fazendo por pura obrigação e ainda assim sonhava com sua liberdade.
No entanto, depois de sua formatura na universidade, voltou para sua cidade natal. Não era bem o que queria, mas era melhor do que continuar na capital coreana e de certa forma conseguir mais uma vez estragar os planos dos seus pais. Encontrou um apartamento num bairro um pouco longe de sua casa e certamente não teria que arcar com a presença familiar por um bom tempo enquanto buscava por um emprego na cidade, usando de suas economias para conseguir se sustentar. Então, para sua sorte, conseguiu um emprego numa das escolas da cidade como professor de história e a partir daquele momento, iria se esforçar para de alguma maneira buscar sua liberdade. Porém continuava infeliz levando sua vida ali e não estava satisfeito com o seu progresso e não tinha intenção de se esforçar para estar ali. Por sorte, o rapaz recebeu uma proposta de emprego em outro país pelo seu desempenho; mais especificamente no Japão e numa cidadezinha pequena que tinha a chamada Tanukigishi. Não era bem o que sonhava, mas era melhor do que empurrar a sua vida com a barriga.
Por mais que soubesse falar japonês, tinha um pouco de dificuldade de lidar com o pessoal nascido ali. Não que eles fossem terríveis, mas eram sérios demais (não que sua cultura não fosse, mas era diferente da Coreia do Sul) e tinha dificuldade de se adaptar no país vizinho ao seu. No entanto, aos poucos foi se adaptando em Tanukigishi e de certa forma tentando criar laços e boas lembranças na pequena cidade; começando aos poucos se sentindo em casa e de certa maneira, sentindo-se bem por estar até então ter ido morar no local. Ainda mais, fixar no emprego de professor e fazer de Tanukigishi mais do que apenas o lugar do seu emprego, mais sim seu lar. 
2 notes · View notes
tanukigishirp · 2 years
Text
Tumblr media
ようこそ! BE VERY WELCOME, Oh "Jay" Jaebum-SAN!
Faceclaim: Juyeon - The Boyz. Data de nascimento: 15 de janeiro de 1997 — 25 anos. Local de origem e etnia: Mungyeong, Coreia do Sul + coreano. Reside em: Distrito de Kenno. Ocupação: Baixista da banda MENACE. Gênero e pronomes: Masculino cisgênero (ele/dele). Temas de interesse: Angst, crack, friendship, hostility, smut, violence. Triggers na bio: Nenhum. OOC: +18.
Personalidade e história:
Qualidades: Educado e adaptável. Defeitos: Reservado e incoveniente.
A história de Jaebum começa na cidade de Mungyeong, onde nasceu, na verdade toda sua família também e era muito raro conhecer algum Oh que tenha saído de lá. Há quem dizia que seu ancestral mais antigo ajudou a fundar a cidade, ou que seu tataravô foi prefeito, ou que seu tio-avô ajudou na construção certo monumento, se era verdade ou não, ele não queria saber ou não se importava.
Sua família era bastante conhecida pela cidade, ricos, moravam em uma residência tradicional coreana com um belo jardim todo trabalhado no paisagismo oriental, e essa era sua parte favorita da casa. O lago artificial, a água escorrendo por um tronco de bambu, o pequeno templo de adoração aos seus antepassados; mas dentro de casa era o inferno. Não era bem uma grande odisseia viver ali, o problema é que Jaebum gostava de se isolar em seu quarto, ouvindo música, vendo anime, jogando, lendo… Quase nunca conversava com seus pais, era escola, quarto, quarto, escola, só se via o garoto na mesa de jantar ou no jardim.
Dono de uma personalidade reservada e quieta, o garoto cresceu cercado pelas artes, seja pela antiga tradição coreana, na qual os Oh se orgulhavam muito, até bordado e música. A música era a parte favorita dele, começou com a flauta, foi pro violão, piano, guitarra, bateria, baixo e até chegava a tocar alguma coisa na harpa; não havia um instrumento que ele não aprendesse a manejar tão rápido, e assim nasceu um músico na família. Os pais o apoiaram, é claro, apesar de tradicionais, não havia nada que os Oh apreciavam mais do que a arte e um artista, mesmo que a paixão do filho ultrapassasse o Mar do Japão e caísse direto na Terra do Sol Nascente pois Jaebum era apaixonado pelo j-rock desde adolescente.
A paixão ia aumentando conforme ele crescia a ponto de influenciá-lo a estudar japonês e inglês desde novo, assim como as aulas de canto, se especializou no baixo que tornou-se seu instrumento musical favorito além do piano. Com a maioridade, Jaebum ingressou na faculdade de música e mudou-se para Seul, onde morou e estudou por quatro anos até se aventurar pelo Japão. E se um dia disseram que um Oh nunca iria sair de Mungyeong, estavam errados, lá estava o jovem Jaebum se aventurando em novos lugares.
A estadia no novo país não era lá das melhores apesar de sua boa condição financeira, mesmo para um asiático, não era fácil se acostumar com a nova língua e muito menos uma nova cultura. Vivia em um apartamento minúsculo próximo à linha do trem, não tinha amigo algum e sua renda era dos bicos que fazia como músico, e assim viveu por cerca de 3 meses até conhecer o seu destino. Por indicação de um conhecido ele conheceu sua futura banda de j-rock, cuja entrou como baixista, a banda já existia por um tempo e Jaebum tornou-se um completo estranho ali, o que não era um problema já que mais tarde eles se tornavam seus melhores amigos.
A banda já tinha contrato feito com uma gravadora consideravelmente boa, além certa fama e fãs também, não era algo que lotasse grandes casas de show mas era um começo, algo no qual valeria a pena tentar. Com o contrato, Jay, seu novo nome artístico, ganhou o visto de trabalho para que pudesse permanecer no país. Só bastava uma última coisa: se mudar para uma nova cidade e ter uma nova vida, a que sempre quis.
2 notes · View notes
tanukigishirp · 2 years
Text
Tumblr media
ようこそ! BE VERY WELCOME, Choso Kang-SAN!
Faceclaim: LØREN - solista. Data de nascimento: 10 de janeiro de 1995 — 27 anos. Local de origem e etnia: Seoul, Coreia do Sul + coreano. Reside em: Distrito de Shintani. Ocupação: Gestor financeiro. Gênero e pronomes: Masculino cisgênero (ele/dele). Temas de interesse: corte de relacionamento com parentes (mãe) e abuso psicológico (não explicito). Triggers na bio: Angst, crack, fluff, friendship, shipping, smut. OOC: +18
Personalidade e história:
Qualidades: Afetivo e honesto. Defeitos: Vulnerável e rancoroso.
Ele é um bom filho. É um bom rapaz, isso ele é.
Eu sei que o Choso não ia gostar de saber que eu fico falando sobre a vida dele por aí – mas vocês tem que entender. Meu Choso não foi sempre assim, isolado. E… tanto pra mim quando pra ele, ainda é diferente se acostumar com essa realidade sem a mãe. Ou o mais afastado possível dela.
Eu posso pensar “eu devia ter feito algo antes, eu devia ter percebido antes” mas… Não dá pra mudar o que já foi. A gente tenta. Pra mim, eu já sou velho, já levei tanto baque da vida que eu não me machuco fácil, mas meu filho, ah- pra ele, nada é tão simples.
O Choso não ama o trabalho dele de escritório, eu sei que não, mas é o que dá dinheiro, o que dá o conforto. Ele também não amava a faculdade de economia e muito menos se mudar pra outro país depois de formado, mas a proposta era boa, muitos bônus e benefícios. Dois anos que ele mora na nova cidade, já.
O que ele ama é música. Ele escreve as musiquinhas dele desde pequeno, cantava pra gente- mas ele diz “pai, eu quero isso. Eu quero esse trabalho pra te ajudar, pra te deixar orgulhoso.” eu fico meio emocionado, porque ele vive me dizendo isso, ele diz “eu quero te deixar orgulhoso pai. Música é o que eu amo… Mas eu te amo mais.”
Você acredita que um rapaz da idade dele ainda diz que ama o pai sem sentir vergonha? Só diz. E ele é um bom filho, eu não me sinto no direito nenhum de reclamar da música dele, do tanto de bandas que ele já teve. O que me dói é ficar afastado do meu filho assim, morar longe. A viagem de Seoul pra Tanukigishi não demora, mas é um pouco custosa pro meu bolso e o dele se fosse pra gente se ver o tanto que eu queria, então a gente tem que se programar. O coração tem que se acostumar com ligações de vídeo várias vezes na semana, haha.
Eu acompanho tudo. Gosto de saber da vida dele. Eu sinto que nós somos melhores amigos. Um lado meu fica torcendo pra que meu filho, morando em outra cidade, se abra mais. Imagina ter só seu velho pai como amigo…
Meu filho tá melhorando muito. É isso que me deixa orgulhoso. Ele ia ficar todo sem jeito de me ouvir falar essas coisas, mas eu rezo pra que deem uma chance pro meu filho, ele… Ele na verdade é bem engraçado, puxou o pai.
Filho, se cuide sempre, tá bem? Espero que você esteja comendo direito. Eu vou estar sempre te apoiando! Seja uma boa pessoa e bom amigo pras pessoas que surgirem na sua vida.
Nos vemos logo mais.
3 notes · View notes
tanukigishirp · 2 years
Text
Tumblr media
ようこそ! BE VERY WELCOME, Tanawat "Wat" Thongsuk-SAN!
Faceclaim: Bright Vachirawit Chivaaree - ator. Data de nascimento: 14 de fevereiro de 1997 — 25 anos. Local de origem e etnia: Bangkok, Tailândia + tailandês. Reside em: Distrito de Akenabe. Ocupação: Host no Olympus & Hostess Club. Gênero e pronomes: Masculino cisgênero (ele/dele). Temas de interesse: Angst, crack, fluff, friendship, hostility, shipping, smut, violence. Triggers na bio: negligência parental. OOC: +18
Personalidade e história:
Qualidades: Solícito e carinhoso. Defeitos: Narcisista e rebelde.
Tanawat Thongsuk nasceu em uma linda tarde em Bangkok, Tailândia. Filho de uma estilista e um diplomata, ambos ocupados demais para cumprir com seus papéis de pais em tempo integral, como de se esperar de pessoas tão influentes.
O tailandês passava muito tempo com babás e outros empregados da residência, sempre recebendo tudo do bom e do melhor até os seus doze anos, quando o casamento dos Thongsuk chegou ao fim. Tinha viajado para os Estados Unidos com pai, onde acabou morando por uns bons anos a ponto de ficar fluente em inglês e receber o apelido de “Wat” por parte dos seus amigos do colégio, que achavam difícil pronunciar o seu nome de forma clara, mas acabou sendo muito bem recebido pelo adolescente que dificilmente tinha problema com qualquer pessoa que fosse.
Mudar para Califórnia tinha sido difícil no começo, mas nada do que não tivesse acostumado, já que seu pai nunca tinha tempo para fazer nada relacionado a pais e filhos, e Tanawat era obrigado a se contentar, de novo, com os empregados da casa e com os amigos, aqueles que ele não desgrudava por carência ou sabe-se lá por qual motivo, mas ele realmente se sentia sozinho e gostava de passar um tempo com outras pessoas, tentando animá-las com seus comentários desnecessários ou oferecendo o bom ombro amigo que costumava ter. Era uma ótima companhia, como muitos falavam, mas dificilmente recebia um elogio por parte do pai que estava sempre preso no escritório ou em alguma reunião muito longa para saber que o filho sequer tinha voltado para a casa.
Não conversava com ninguém sobre essa solidão que sentia e toda negligência parental, sempre se mostrava uma pessoa segura de si, sem problemas, até um tanto quanto narcisista, e seguiu assim até quando precisou se mudar novamente, dessa vez para morar com a mãe e seu destino, de novo, tinha saído um país diferente. Foi parar no Japão assim que completou dezenove anos e foi difícil se adaptar à nova língua, principalmente por ter sido obrigado a fazer um curso para tal enquanto se dedicava à faculdade de Engenharia Civil, algo que não gostava, mas que fez simplesmente para agradar a mãe que, da mesma forma que o seu pai, parecia não ter tempo para dispôr com o filho, nem mesmo em suas horas livres, pois sempre estava metida nesses clubes de host espalhados pelo país. E estava de saco cheio disso, de se doar e não receber nada em troca.
Cansado de sempre tentar agradar os pais em troca de migalhas de atenção, Tanawat passou a focar mais em sua vida, abandonou a faculdade e acabou se envolvendo com aquilo que a sua mãe mais amava: host club. A mulher não tinha gostado nada da decisão do filho e até se sentiu envergonhada por ter dado aquele exemplo; achou um absurdo que alguém que nem ele acabasse se envolvendo com aquele tipo de serviço e por mais que não envolvesse prostituição e qualquer coisa que envolvesse atos sexuais, ela não queria que o filho vendesse a sua companhia a fim de embebedar as pessoas. Queria vê-lo formado, casado e com uma vida melhor pela frente, mas o tailandês não deu ouvidos e no final das contas, começou a gostar do emprego que tinha pelo tanto de companhia que conseguia para suprir a sua carência. Era pago para beber, mas o que mais gostava de fazer era embebedar os clientes quando não estava disposto a dar sua atenção para eles, principalmente para os mais desagradáveis, ganhando horas de liberdade para fazer o que quisesse ou simplesmente conseguir um cliente novo e mais divertido. E por mais que era conhecido por aquela tática injusta, Tanawat conseguia ganhar bastante dinheiro para o clube que trabalhava, já que era estrangeiro e um tanto quanto exótico, animado e com uma tolerância ótima para o álcool devido aos anos passou nos EUA.
Tinha mudado de casa, abandonando a mãe que não demorou muito para mudar de país, sabe-se lá para onde. Cortou qualquer laço familiar e continuou seguindo sua vida sozinho, curtindo seu emprego, o dinheiro que ganhava e a liberdade que conquistou depois de muito tempo e que não abriria mão dela, novamente, pelos parentes. Aprendeu a gostar daquela solidão, mesmo que de vez em quando aquilo o matasse por dentro.
3 notes · View notes
tanukigishirp · 2 years
Text
Tumblr media
ようこそ! BE VERY WELCOME, Eichiro Okamoto-SAN!
Faceclaim: Kenshi Okada - ator. Data de nascimento: 3 de maio de 1998 — 24 anos. Local de origem e etnia: Matsue, Japão + japonês. Reside em: Distrito de Mujinamori. Ocupação: Operador de Câmera para a ASIA Documentary Productions. Gênero e pronomes: Masculino cisgênero + Ele/Dele. Temas de interesse: Todos. Triggers na bio: insinuação de traição, breve menção de morte. OOC: +18
Personalidade e história:
Qualidades: Gentil e honesto. Defeitos: Teimoso e ingênuo.
Eichiro nasceu e foi criado na pequena cidade de Matsue junto de sua irmã mais nova, seus pais e sua avó, sendo mais um no meio de uma família extremamente padrão e tradicional. Como esperado, viveu uma vida pacata pela maior parte de seus dias, principalmente na infância e no início da adolescência. Sua rotina consistia em ir para a escola, participar de atividades extracurriculares, voltar para casa, cuidar de sua irmã e sua avó, ajudar a cuidar da casa, fazer os deveres e tudo novamente em um quase eterno loop.
Porém, apenas um quase eterno loop mesmo. Ainda no começo da adolescência, Eichiro começou a passar por uma série de dificuldades, ainda “comuns”, mas esse fato não tornava essas dificuldades menores. Precisou lidar com a partida de sua avó; a falta de presença do patriarca agora internado por uma doença; com a atitude desrespeitosa de sua mãe escondendo o anel de casamento para flertar com outros homens; tentar mostrar-se forte para preservar o emocional de sua irmã mais nova e ainda enfrentar escondido uma lesão que lhe impedia de fazer o esporte que mais amava, levando embora a chance de cursar uma universidade por bolsa esportiva, sua única chance perante o financeiro da família.
Apesar de todos os pesares, Eichiro manteve-se simples e não deixou-se sucumbir. Com portas se fechando, viu janelas se abrindo e em pura coincidência do destino, conheceu um mentor no meio de toda a confusão. Watanabe Hiroto, um recém promovido diretor de fotografia para a ASIA Documentary Productions e também velho conhecido de seu treinador logo o acolheu, decidido a dar uma oportunidade para o jovem como seu assistente. Assim, aos 18 anos decidiu partir de Matsue e acompanhá-lo para Tóquio, interessado em criar um novo caminho para si.
Desde então muita coisa veio a acontecer, fez viagens para fora do país, foi promovido e participou de situações complicadas para conseguir a melhor filmagem para as produções dos documentários, algumas que nunca sequer haviam ido ao ar e outras que haviam o mercado para sempre. Eichiro ainda trabalha para a ASIA, mesmo tendo recebido outras propostas ao longo do caminho, porém agora segue sem a mentoria de Hiroto. Ainda era recente, mas seu mentor havia decidido se aposentar e finalmente aceitar a proposta de morar com seu parceiro nos Estados Unidos. E, sem nenhum herdeiro, decidiu deixar sua antiga casa em Mujinamori, Tanukigishi como um presente ao não mais tão jovem garoto de Matsue.
0 notes
tanukigishirp · 2 years
Text
Tumblr media
ようこそ! BE VERY WELCOME, Kim Donghyuck-SAN!
Faceclaim: Sunwoo - The Boyz. Data de nascimento: 12 de abril de 2000 — 22 anos. Local de origem e etnia: Seoul, Coreia do Sul + coreano. Reside em: Distrito de Akenabe. Ocupação: Bartender no Gōrudentaiga Club e estudante de fotografia na Universidade Tohoku. Gênero e pronomes: Masculino cisgênero (ele/dele). Temas de interesse: Crack, fluff, friendship. Triggers na bio: menção a morte e bullying. OOC: +18
Personalidade e história:
Qualidades: Energético e dedicado. Defeitos: Escandaloso e ciumento.
Kim Donghyuck é um jovem órfão, muito agitado e barulhento, isso lhe causava muitos problemas quando criança no orfanato. Quando bebê, sua mãe morreu no parto por complicações e seu pai por um acidente antes mesmo da mulher saber que estava grávida. Mesmo assim, foi muito bem cuidado onde passou parte da infância, recebendo apenas algumas broncas, que o pequeno nem ligava, por estar correndo pelos corredores e gritando com todos, por mais que fossem palavras amigáveis.
Fora adotado com 6 anos por uma família de classe média baixa, eles não possuíam uma condição tão boa financeiramente, e o homem da nova família era estéril, o que resultou na adoção de Hyuck. O mesmo cresceu feliz e bem, por mais que tivesse certa dificuldade em se encaixar, era bolsista na escola e não continha as ''modas'' da época, como celulares bons, ipods e todos conduziam ‘bullying’ com o rapaz, mas não se deixava abalar por não ter certo bens materiais.
Assim que entrava de férias, conseguia empregos temporários para ajudar a família, mas ao concluir o colégio, decidiu que arrumaria um emprego melhor e assim ajudaria sua família, contudo, um de seus ''amigos'', conseguiu uma proposta de emprego boa e iria se mudar, o que deixou Kim um pouco desolado, por mais que estivesse feliz por ele. Ver quem gostava ir embora, em seus sonhos, era algo que o deixava agoniado, era algo que não queria que acontecesse, então decidiu que também se mudaria junto, com uma condição, teriam que morar juntos.
Agora, conseguiu outro emprego em Tanukigishi, também voltou com sua faculdade junto de seu namorado, que também se mudou com eles e óbvio, continua ajudando seus pais financeiramente, mesmo que um pouco, e está tentando aprender a viver com mais 2 pessoas, além de Lass, seu cachorro.
1 note · View note