Tumgik
citacintacerita · 2 months
Text
Katanya tarbiyah (pendidikan). Ternyata siyasah (politik)~
Diawal diajarinnya islam itu syumuliyah (sempurna, menyentuh semua aspek, menyeluruh), tapi gerakannya fokus di perjuangan politik doang. Jadi, syumuliyah atau juz'iyyah (sebagian)?
Katanya perjuangan lainnya (sosial, pendidikan, dll) juga ada. Tapi, poros utama tetep siyasah, yang lain adalah support untuk poros utama.
Yang kita perjuangkan Islam yang syumuliyah, tapi yang memilih berjuang selain di politik selalu ditarik kesana. Menolak berarti berkurang nilai loyalitasnya.
Perjuangan politik akan memberikan dampak yang besar. Itu bisa jadi betul. Tapi, perjuangan di dunia pendidikan akan memberikan dampak yang mengakar kuat. Kokoh.
20 tahun megang satu kota, aku tak melihat ada peningkatan spiritual yang bisa dirasakan jelas. Tidak terlihat ciri masyarakat Madani. Tidak terasa lama dipimpin partai dakwah. Tunggu, ini beneran partai dakwah?
Sepertinya orientasinya masih kekuasaan. Bukan sejahtera atau keadilan. Dipilih oleh rakyat berarti sudah menang. Perjuangan usai. Tak ada lagi kisah heroik 'menjemput takdir' 'kemenangan'.
Harusnya perjuangannya lebih keras, lebih heroik, lebih mati-matian! Terpilih berarti tanggungjawab dihadapan Allah. Kok malah lebih santai daripada sebelum terpilih?
Kita sadar pendidikan masyarakat kita yang menjadi masalah mendasar, tapi orang-orang yang terjun disana dipaksa terus buat berjuang di politik. Ditarik, sulit mengkader yang lain.
Itu yang teriak-teriak penyebab kekalahan adalah tingkat literasi yang rendah, berpikir kritis yang sulit, nalar logika yang tidak sampai.. trus setelah pemilu tetep bakal all in berjuang di politik?
"Waktunya Perubahan!"
#keresahansetelahpemilu2024
0 notes
citacintacerita · 9 months
Text
07 Agustus 2023, polemik membaca al Fatihah ramai diperbincangkan di media sosial.
Ini adalah tulisan yang lahir karena resah melihat kita - umat islam -_ sangat rendah toleransi nya terhadap kelompok atau pendapat lain dalam bab fiqh (amalan).
Here we go.. Bismillah!
===================================
Ini mazhab yang bener! Pemahaman ini satu-satunya yang bener! Nabi tidak mengajarkan ini! Kata syeikh fulan ini ngga boleh! Tapi ada ulama yang membolehkan kok! Jadi .. yang mana yang bener?
Ada yang pernah bingung juga dengan berbagai perbedaan pendapat dari para ustadz, syaikh, habib, ulama dst?
Atau mungkin sedih melihat tajemnya perbedaan yang ada sampai membuat kita saling bermusuhan dan membenci?
jadi, gimana sih seharusnya kita mengambil sikap?
Suatu hari, di bulan dzulqo’dah setelah baru banget selesai perang khandaq, ba’da zhuhur Rasulullah memerintahkan para sahabat untuk berangkat ke bani quraizhoh untuk memberikan hukuman karena telah mengkhianati perjanjian. Nabi bersabda:
لَا يُصَلِّيَنَّ أَحَدٌ الْعَصْرَ إِلا فِي بَنِي قُرَيْظَةَ
Artinya, “Janganlah (ada) satu pun yang shalat Ashar kecuali di perkampungan Bani Quraizhah.” (HR. Bukhari).
Tumblr media
Maka para sahabat pun segera bersiap-siap dan berangkat ke bani quraizhah. Ditengah jalan, saat sudah masuk waktu ashar, para sahabat terbelah menjadi 2, ada yang tidak shalat ashar karena perintah dari nabi jangan shalat ashar kecuali di bani quraizhah (bahkan sebgaian riwayat mengatakan akhirnya mereka shalat ashar di bani quraizhah ketika sudah waktu isya) dan ada sahabat yang melakukan shalat ashar di perjalanan karena mereka memahami hadits nabi sebagai perintah untuk sesegera mungkin, secepat mungkin pergi ke bani quraizhah.. bukan melarang salat ashar di tengah jalan..
Nah perbedaan dalam memahami perintah nabi ini tidak kemudian membuat para sahabat nabi menjadi saling memusuhi.. saling menyesatkan satu sama lain .. dan sebagainya..
Dan ketika mereka sampai di bani quraizhah, mereka mengadu kepada rasulullah tentang perbedaan ini .. rasulullah justru membenarkan keduanya.. tidak ada yang salah dalam berbeda pendapat selama didasari dengan niat taqwa .. yang shalat di jalan memahami hadits itu sebagai perintah bersegera .. dan niat taqwanya mereka ingin menunaikan shalat pada waktunya... yang menunda shalat ashar pun niat taqwanya karena taat apa yang rasulullah sampaikan. Dua-duanya dibenarkan oleh rasulullah..
Temen-temen semua .. ada satu quote yang bagus banget dan sering diajarkan oleh guru kami, bunyinya tuh kurang lebih kayak gini;
Jangan mengklaim bahwa pemahaman kita terhadap ma’na dari al quran dan sunnah adalah pemahaman yang 100% bener dan 100% sama persis seperti yg Allah maksudkan, jadi kalau ada yang berbeda maka mereka berselisih dengan Allah! Laa! Kalau ada yang berbeda dengan kita maka mereka berselisih dengan pemahaman kita bukan dengan al quran dan sunnahnya. Ma’na al quran dan sunnah sangat jauh lebih luas dari pada apa yang kita pahami! Siapa kita mau menyandingkan ilmu kita dengan ilmunya Allah?
Bahkan sekelas imam syafi’i aja pernah berkata:
رأيي صَوابٌ يَحتَمِلُ الخَطأ، ورأيُ غَيري خَطأ يَحتَمِلُ الصَّوابَ
Pendapatku kuyakini benar tapi masih memiliki peluang salah. Pendapat orang lain kuyakini salah, tapi berpeluang benar.
Mari kita saling berlapang dada, bertoleransi terhadap banyak perbedaan.. terutama perbedaan-perbedaan dalam fiqh.. perbedaan dalam amalan-amalan .. selama masih ada ulama! Inget ya Ulama! Yang berpendapat dibolehkan dengan ada dalil dari quran ataupun hadits.. maka sikap kita adalah menghargai pendapat tersebut.. wallahu a’lam bis showab..
1 note · View note
citacintacerita · 11 months
Text
Ada tulisan di Facebook. Bagus banget. Ngga mau kehilangan rasanya. Fiqhnya dapet, leadershipnya banyak, adab dan akhlak berlimpah, bumbu romantisnya oke, halaall.
Allahumma sholli wa sallim ala sayyidina wa habibina Muhammad wa ala alihi wa dzurriyatihi wa shohbihi ajmain
Copas dari; https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid027qGa2ufgCyY87p4WAyKB7NJhhLM25BN1iCAWyG7NAg6ukmzM36Tczb6Ncdoc2yL4l&id=100004302244939&sfnsn=wiwspmo&mibextid=VhDh1V
Here we go; bismillah!
Berikut adalah kisah cinta Putri Sulung Rosululloh Sayyidah Zainab dengan Abul Ash putra Sayyidah Halah adik Sayyidah Khodijah istri Rosululloh.
Kanthongumur terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Mungkin ada yang kurang pas. Nanti bisa dikoreksi. Saya membaca kisah ini, dan menitikkan air mata saat membaca kisah Rosululloh melihat kalung Khodijah yang dijadikan sebagai tebusan.
Dari sini linknya:
https://youtu.be/TBxoLqqq9wE
Abul Ash bin Al-Robi datang kepada Nabi Muhammad sebelum masa kenabian. Abul Ash berkata: "Aku ingin melamar Zainab putri-mu yang paling dewasa".
(Ini adalah bentuk adab)
Nabi Muhammad bersabda: "Aku tidak akan menerima lamaranmu, sebelum aku meminta kesediaannya".
(Ini adalah tanggung jawab wali)
Nabi Muhammad kemudian menemui Zainab dan bersabda: "Putra bibimu (sepupumu) datang kepadaku, ia menyebut namamu. Apakah kamu bersedia untuk dijadikan sebagai istrinya?".
Zainab pun memerah wajahnya dan tersenyum, tanda bahwa ia menerima.
(Inilah bentuk rasa malu)
Nabi Muhammad pun kemudian menikahkan Zainab dengan Abul Ash. Dan dimulailah kisah cinta keduanya, sehingga keduanya diberikan putra bernama Ali dan putri bernama Umamah.
Setelah beberapa waktu, terjadilah suatu permasalahan keluarga. Nabi Muhammad diangkat sebagai Nabi. Sedangkan saat itu, Abul Ash sedang dalam bepergian. Dan ketika pulang, ia mendapatkan istrinya telah beriman.
(Permasalahan tentang aqidah)
Zainab berkata kepada Abul Ash: "Saya memiliki kabar besar untukmu".
Abul Ash kemudian berdiri meninggalkan Zainab. Zainab terkejut dan mengikuti Abul Ash.
Zainab berkata: "Ayahku telah diutus menjadi Rosul dan aku beriman kepadanya".
Abul Ash berkata: "Mengapa engkau tidak mengabariku terlebih dahulu?".
Zainab berkata: "Tidak mungkin aku mendustakan ayahku, dan ayahku bukanlah pendusta. Ayahku orang jujur dan dipercaya".
"Bukan hanya aku sendiri yang beriman. Ibuku (Khodijah), saudara-saudaraku, putra pamanmu Ali bin Abi Tholib, putra bibimu Utsman bin Affan dan temanmu Abu Bakar pun telah beriman". Lanjut Zainab.
Abul Ash berkata: "Sungguh aku tidak mau bila orang-orang berkata bahwa aku mengkhianati kaumku, mengkufuri nenek moyangku karena mencari kerelaan istriku. Sungguh ayahmu bukanlah orang yang patut dicurigai. Apakah kamu tidak mau menerima alasanku?".
Zainab berkata: "Bila aku tidak menerima alasanmu, siapa lagi orang yang mau menerima alasanmu?. Aku adalah istrimu. Aku akan berusaha menolongmu untuk jalan yang benar dengan semua kemampuanku".
(Saling memahami antara suami dan istri)
Dan ucapan Zainab ini dibuktikan dengan kesabaran selama dua puluh tahun.
Abul Ash masih terus dalam kekufurannya.
Dan saat menjelang hijrah ke Madinah, Zainab berkata kepada Nabi: "Wahai Rosululloh, apakah engkau mengizinkan diriku untuk tetap bersama suamiku di Makkah?".
(Bentuk cinta yang dalam seorang isteri kepada suami, tanpa menyakiti perasaan orang tua)
Rosululloh memberikan izin kepada Zainab untuk tinggal bersama sang suami di Makkah. Sampai pada saat kejadian perang badar, Abul Ash pun berperang di barisan orang-orang kafir Quraisy. Suaminya berperang melawan ayahnya.
Zainab berkata: "Ya ALLOH, saya khawatir kalau anakku menjadi yatim. Aku pun khawatir kehilangan ayahku".
(Kebimbangan dan kebingungan)
Setelah perang usai, Abul Ash menjadi tawanan perang. Dan kabar ini pun sampai ke rumah Zainab.
Zainab bertanya: "Apa yang terjadi terhadap ayahku?".
"Kemenangan diperoleh kaum muslimin".
Zainab lantas bersujud syukur kepada ALLOH atas kemenangan yang diperoleh ayahnya. Zainab lantas menanyakan kabar suaminya.
Dan setelah mengetahui kabar bahwa suaminya ditawan, Zainab berkata: "Aku akan mengirimkan tebusan untuk suamiku".
Zainab tidak memiliki sesuatu yang berharga untuk dijadikan sebagai tebusan kecuali kalung yang dulu diberikan oleh Khodijah sang bunda kepada Zainab.
Akhirnya, Zainab mencopot kalungnya dan menitipkan kalung itu kepada saudara kandung Abul Ash untuk diberikan kepada Rosululloh sebagai tebusan suaminya.
Saat itu Rosululloh sedang duduk-duduk. Beliau sedang memeriksa tawanan dan tebusan perang. Dan saat melihat kalung Khodijah, beliau bertanya: "Ini tebusan untuk siapa?".
Para sahabat menjawab: "Tebusan untuk Abul Ash".
Rosululloh pun lantas menangis, kemudian bersabda: "Ini adalah kalung Khodijah".
Rosululloh bersabda: "Wahai sahabatku, orang ini (Abul Ash) tidaklah kami mencelanya selama ia sebagai menantuku. Apakah boleh saya melepaskan dirinya dari tawanan?".
(Inilah bentuk keadilan)
Rosululloh bersabda: Apakah kalian menerima jika kalung Khodijah ini dikembalikan kepada Zainab?".
(Tawadhu seorang pemimpin)
Para sahabat menjawab: "Ya boleh, wahai Rosululloh".
(Adab dari prajurit)
Rosululloh memberikan kalung itu kepada Abul Ash dan bersabda: "Katakanlah kepada Zainab: Janganlah kamu hilangkan kalung Khodijah ini".
(Kepercayaan mertua kepada menantunya walaupun sang menantu masih dalam keadaan kafir)
"Wahai Abul Ash, aku akan berkata rahasia kepadamu!". Rosululloh bersama Abul Ash kemudian berjalan menjauh dari sahabat.
"Wahai Abul Ash, sesungguhnya ALLOH memerintahkan kepadaku untuk memisahkan wanita muslimah dari lelaki kafir. Maukah dirimu mengembalikan Zainab kepadaku?".
Abul Ash berkata: "Baik".
(Benar-benar sebagai lelaki)
Setelah itu Abul Ash kembali ke Makkah. Di Makkah Zainab telah menunggunya di pintu kota Makkah.
Setelah melihat istrinya, Abul Ash berkata: "Aku akan pergi".
Zainab bertanya: "Pergi kemana?".
Abul Ash berkata: "Bukan aku yang akan pergi. Tetapi engkaulah yang akan pergi dan kembali kepada ayahmu".
(Bentuk penepatan janji)
Zainab bertanya: "Karena apa?".
Abul Ash menjawab: "Ayahmu memisahkan aku dengan dirimu. Pulanglah kepada ayahmu!".
Zainab bertanya: "Apakah engkau mau menemaniku dan masuk islam?"
Abul Ash menjawab: "Tidak".
Zainab kemudian pergi ke Madinah dengan membawa putra dan putrinya.
(Taat)
Setelah beberapa tahun berlalu, Abul Ash pergi berdagang ke Syam bersama kafilah. Saat melewati sekitar Madinah, rombongan dagang itu dihadang oleh para sahabat. Ia kemudian dibawa oleh para sahabat ke Madinah.
Sesampainya di Madinah, Abul Ash meminta izin kepada sahabat untuk menemui Zainab. Ia datang ke rumah Zainab saat menjelang fajar dan mengetuk pintu rumah Zainab.
(Keberanian dan kemantapan seorang laki-laki)
Setelah Zainab melihat Abul Ash, Zainab berkata: "Apakah engkau datang sebagai orang Islam?".
(Harapan seorang istri)
Abul Ash berkata: "Aku datang sebagai orang yang melarikan diri".
Zainab berkata: "Maukah engkau masuk islam?".
(Usaha sungguh-sungguh seorang wanita untuk kebaikan lelaki)
Abul Ash masih berkata: "Tidak".
Zainab berkata: "Janganlah takut, selamat datang sepupuku. Selamat datang ayah anak-anakku".
Sesaat setelah Rosululloh selesai sholat subuh, tiba-tiba dari pojok masjid terdengar suara berkata: "Aku melindungi Abul Ash".
Rosululloh bersabda kepada para sahabat: "Apakah kalian mendengar apa yang aku dengar?".
Para sahabat menjawab: "Iya, wahai Rosululloh".
Zainab berkata kepada Rosululloh: "Wahai Rosululloh, Abul Ash walaupun jauh, ia adalah sepupuku, walaupun dekat, ia adalah ayah dari anak-anakku, dan ia berada dalam lindunganku".
Rosululloh diam sejenak, kemudian bersabda: "Abul Ash, tidaklah kami mencelanya saat ia sebagai menantuku. Ia telah berkata dan membuktikan kejujuran perkataannya. Ia telah berjanji kepadaku, dan menepati janjinya kepadaku".
"Bila kalian menerima permintaanku untuk mengembalikan hartanya kepadanya, dan membiarkannya pulang ke negaranya. Dan ini aku harapkan. Tetapi bila kalian tidak mau menerima permintaanku, aku tidak akan mencela kalian. Karena ini hak kalian". Dawuh Rosululloh.
Para sahabat menjawab: "Kami kembalikan hartanya kepadanya wahai Rosululloh".
(Ini gambaran musyawarah)
Rosululloh kemudian berjalan ke rumah Zainab bersabda: "Aku lindungi orang yang engkau lindungi wahai Zainab".
"Muliakan Abul Ash. Karena ia adalah sepupumu dan ayah dari anak-anakmu. Tetapi ia tidak boleh mendekatimu, karena ia tidak halal untukmu". Lanjut Rosululloh.
(Bentuk belas kasih tanpa melanggar syariat)
Zainab menjawab: "Baik Wahai Rosululloh".
(Taat)
Zainab berkata kepada Abul Ash: "Apakah perpisahan kita terasa berat untukmu?". "Apakah engkau mau masuk islam dan tinggal bersama di sini?".
(Cinta dan harapan)
Abul Ash menjawab: "Tidak".
Abul Ash kemudian mengambil harta dagangannya dan kembali ke Makkah.
Sesampainya di Makkah, Abul Ash berkata: "Wahai penduduk Makkah, ini adalah uang milik kalian. Masihkah ada sisa tanggungan yang dibebankan kepadaku?".
(Amanah)
"Semoga engkau dibalas dengan baik, dan engkau sudah memenuhi tanggunganmu dengan baik". Jawab penduduk Makkah.
Abul Ash kemudian berkata: Asyhadu An Laa Ilaaha Illallohu Wa-Asyhadu Anna Muhammadar Rosululloh".
Setelah itu, Abul Ash datang ke Madinah. Abul Ash sampai di Madinah menjelang pagi hari, kemudian menghadap kepada Rosululloh dan berkata: "Wahai Rosululloh, kemarin engkau melindungi diriku, dan sekarang aku datang dengan mengucapkan: "Asyhadu An Laa Ilaaha Illallohu Wa-Asyhadu Anna Muhammadar Rosululloh".
Abul Ash berkata: "Wahai Rosululloh, bolehkah saya kembali lagi kepada Zainab?".
(Cinta yang dalam)
Rosululloh kemudian membawa Abul Ash ke rumah Zainab. Setelah mengetuk pintu, Rosululloh bersabda: "Wahai Zainab, sepupumu datang kepadaku dan meminta izin kepadaku untuk kembali kepadamu, apakah engkau menerimanya?".
Zainab tersipu malu dan tersenyum menerima kembali Abul Ash sebagai suaminya.
Setelah kejadian ini, setahun kemudian Zainab meninggal dunia. Abul Ash menangis sedih karena ditinggal wafat Zainab. Rosululloh pun membelai Abul Ash dan menenangkannya.
Abul Ash berkata: "Wahai Rosululloh, sekarang aku tidak mampu bertahan hidup tanpa didampingi oleh Zainab".
Dan Abul Ash pun wafat menyusul istrinya setahun kemudian.
Mbah Maimoen sering menyebutkan:
نعم الرجل أبو العاص تزوج بنت الرسول ولم يحب غيرها
Ya ALLOH....
1 note · View note
citacintacerita · 1 year
Text
Tumblr media
Foto sebelum subuh, di 'Masjidnya Ustadz Adi Hidayat.'
10 Prinsip Kemenangan Dakwah Rasulullah
Prinsip pertama: Tauhid yang Bersih. Tauhid yang mampu menghempaskan kebathilan dan kekuatannya bisa menghancurkan kejahiliyahan.
Keistimewaan utama yang dimiliki Rasulullah adalah aqidah tauhidnya yang tulus, bersih dan menancap kuat di hati. Karena itu wahai para penyeru dakwah, wahai para pemburu ilmu, wahai para pemuda generasi Muhammadiyyah (pengikut Nabi Muhammad) tauhidlah yang paling utama. Aqidahlah yang harus dikuatkan.
Begitulah dulu Rasulullah diarahkan oleh Allah dalam berdakwah. Rasulullah diangkat menjadi Rasul saat usia beliau 40 tahun dan beliau wafat saat usia beliau 63 tahun. Itu berarti Rasulullah berdakwah selama 23 tahun. Dan kita pun tahu bahwa dakwah beliau dibagi menjadi 2 periode. Ada periode Makkah dan ada periode Madinah.
Periode Makkah berlangsung selama 13 tahun. Dan selama itu yang ditanamkan Rasul kepada para sahabatnya adalah tauhid. Saat itu belum ada pembahasan fiqh. Bahkan, shalat baru diwajibkan hanya belasan bulan sebelum hijrah ke Madinah. Dan setelah itu barulah ada kewajiban lain yang menyusul, seperti puasa, jihad, dsb. Yang lebih menarik lagi adalah tentang pengharaman khamr yang sampai 4 tahap baru diharamkan mutlak. Ada banyak pertanyaan tentang itu;
Bagaimana ‘hubungan’ bangsa arab saat itu dengan khamr?
Kenapa sampai diharamkan secara perlahan?
Apa hikmah yang bisa kita ambil untuk diterapkan dari cara kita berdakwah ketika mendapati kasus yang mirip?
Oh.., sungguh inilah yang saat ini banyak hilang di dalam diri para da’i.
Periode Makkah berlangsung selama 13 tahun. Hampir seluruhnya adalah tentang tauhid. Hasilnya adalah generasi terbaik sepanjang kehidupan dimulai dari Nabi Adam sampai kiamat nanti. Hasilnya adalah generasi yang ketika diperintahkan oleh Allah dengan perintah apapun, jawabannya selalu “Kami dengar dan kami patuh.”
Jangan heran kalau saat ini banyak fiqh (shalat,dll) yang tidak diterapkan dalam masyarakat. Persoalannya bukan karena pemahaman fiqh mereka kurang, persoalannya adalah karena tauhidnya belum ada dalam hati mereka. Kita terlalu sibuk membahas tentang halal dan haram hingga lupa mengenalkan siapa yang membuat aturan halal dan haram itu? Kenapa harus taat?
Maka, prinsip pertama dalam kemenangan dakwah adalah kemurnian tauhid. Dimulai dari para da’inya, kemudian diteruskan kepada semua objek dakwah. Sebab, da’i yang tidak memiliki kemurnian tauhid tidak akan bisa membuat objek dakwahnya memiliki tauhid yang bersih. Teko yang kosong selamanya tidak akan pernah bisa menuangkan apapun.
Simaklah bagaimana Rasulullah memberikan arahan “RenStra” (Rencana Strategi) dakwah kepada sahabat Mu’adz bin Jabal yang akan diutus berdakwah ke Yaman:
“Sesungguhnya engkau akan mendatangi satu kaum Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani), maka hendaklah pertama kali yang kamu sampaikan kepada mereka ialah syahadat Lâ Ilâha Illallâh wa anna Muhammadar Rasûlullâh -dalam riwayat lain disebutkan, ‘Sampai mereka mentauhidkan Allâh.’-
Jika mereka telah mentaatimu dalam hal itu, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allâh Azza wa Jalla mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu sehari semalam.
Jika mereka telah mentaati hal itu, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allâh mewajibkan kepada mereka zakat yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka untuk diberikan kepada orang-orang fakir.
Dan jika mereka telah mentaati hal itu, maka jauhkanlah dirimu (jangan mengambil) dari harta terbaik mereka, dan lindungilah dirimu dari do’a orang yang teraniaya karena sesungguhnya tidak satu penghalang pun antara do’anya dan Allâh.”
Hei, coba bayangkan Rasulullah bersabda seperti itu kepadamu. Perhatikan betul urutannya dan kenapa harus berurutan? Dakwah itu bertahap. Dakwah itu berproses. Gedung yang menjulang tinggi perlu pondasi yang kuat dan dalam. Pohon yang kokoh selalu memiliki akar yang menghujam ke dalam.
Tentu tauhid yang dimaksud disini bukan ‘hanya’ tentang “tiada tuhan yang patut disembah selain Allah” Harus dikenalkan hal yang lebih luas dan mendalam. Tentang khouf dan roja’. Tentang mengenal asmaul husna. Tentang tauhid dalam hidup berumah tangga, tauhid dalam hidup bermasyarakat, tauhid dalam hidup bernegara, tauhid dalam keadaan susah maupun mudah, tauhid dalam memaknai hidup di dunia.
Maka, makna tauhid yang harus tertanam adalah tauhid yang hidup dalam perilaku sehari-hari.
Pun setelah ini, 9 prinsip dakwah selanjutnya adalah buah dari prinsip yang pertama.
Wallahu a'lam bis showab.
__________________________________
Semoga Allah memberikan aku dan kita semua keimanan yang kokoh, hati yang penuh dengan kecintaan pada-Nya dan akhlak seperti 'kekasih'-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam.
0 notes
citacintacerita · 1 year
Text
Tumblr media
https://www.instagram.com/reel/Clbh8FxtsEZ/?igshid=NDk5N2NlZjQ=
Fenomena piala dunia 2022 Qatar;
reporter Israel sering kali ditinggalkan oleh orang yang akan diwawancara. Biasanya mereka menanyakan terlebih dahulu,
“Kalian dari media mana?”
“Israel.” Jawaban singkat itu cukup membuat banyak orang lari. Aku yakin mereka yang lari kebanyakan adalah muslim. Pun aku yakin tak semuanya muslim.
“Israel no! Palestina Yes!” Terkadang ada yang menambahkan alasannya.
Awalnya aku tersenyum. Ikut senang melihatnya. Ada kepuasan tersendiri melihat Israel ditolak oleh warga dunia.
"You deserved this!" kira-kira begitu.
Sampai kemudian, wajah guru -yang belum pernah aku bertemu secara langsung itu- terlintas di pikiranku. Diri ini seringkali ‘ditampar’ oleh kemurnian hati dan keindahan akhlaknya. Dan memang kadang pendapat kelompok guru itu berbeda dengan kebanyakan umat islam hari ini. Mungkin karena mereka memiliki sorban tanda bahwa ilmu mereka memiliki sanad yang tersambung terus sampai Rasulillah. Ada akhlak yang diwariskan dari sosok yang sebutkan;
“و إنك لعلى خلق عظيم”
Ada kaidah ilmu yang terus diajarkan yang kini jarang kita dengar ada kajian yang khusus membahas ayat ini saja;
“وما أرسلنك إلا رحمة للعلمين”
Akhlak dan keilmuan itu terus dijaga terutama oleh zurriyatnya. Shalallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam
Beliau yang kumaksud adalah Habib Ali Zainal ‘Abidin al-Jufri. Semoga Allah memberikan aku kesempatan bermulazamah dengannya. Aamiin
Tumblr media
hei, dulu aku sangat tidak mau pakai kacamata dengan frame besar. Tapi begitu melihat beliau pakai.. sepertinya aku harus pakai juga. haha
“Kira-kira apa pendapatnya ya? Kira-kira apa yang akan dilakukan beliau jika di posisi dimintai wawancara oleh media Israel?” Wajah bersih itu terlintas di pikiranku. Aku buka lagi bukunya.
“الإنسانية قبل التدين”
“Kemanusiaan Sebelum Keberagamaan”
Mungkinkah konsep ini yang harus kita kedepankan terkait fenomena kaburnya orang menolak diwawancarai oleh Israel?
Mungkinkah seharusnya kita tetap bermuamalah dengan baik? Karena mereka hanya menjalankan tugas yang tidak ada kaitannya dengan kezholiman mereka di Palestina?
Aku buka lagi video kajian-kajian beliau.
“كل مولود يولد على الفطرة"
"Ada fitrah didalam diri mereka. Sentuh fitrah itu dengan keluhuran akhlakmu!”
“و نفخت فيه من روحي"
"dan telah aku tiup kan kedalamnya ruh-Ku"
"Mir ruuhii! Ruuh man? QolaAllah: RUUHIII..!!"
Suara beliau meninggi ketika menjelaskan ayat ini.
"Dari ruh-Ku! Ruh siapa? Kata Allah; RUH-KU!"
"Beginilah seharusnya cara kita memandang orang lain! menghormati orang lain karena ada ruh (penciptaan) Allah di dalam dirinya”
Aku jadi teringat kisah saat dimana ada jenazah yahudi lewat dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang sedang duduk langsung berdiri (untuk menghormati jenazah itu) maka sahabat nabi bertanya.
"Wahai Rasulullah, bukankah itu mayat yahudi?
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab dengan jawaban singkat penuh pelajaran.
"أليست نفسا؟"
Sepertinya, kebanyakan kita terlalu bersemangat menjadi “agent of change”. Lupa bahwa objek “change”nya itu bukan hanya keadaan atau kondisi saja. Seharusnya manusia adalah objek utama dari “change” itu sendiri.
Sepertinya, kalau Allah memberikan kita kemenangan di Palestina saat ini.. Kita memang belum siap. Apakah nanti kita akan berperilaku kepada orang yahudi disana seperti saat ini Israel memperlakukan kita?
Kalau melihat Fathul Makkah dan Shalahuddin, perilaku yang muncul adalah perilaku “rahmatan lil ‘alamiin.” Apakah umat Islam saat ini siap menghidupkan itu? Atau jangan-jangan malah luapan emosi dan ajang balas dendam yang akan terjadi?
Sepertinya, kita terlalu bersemangat menghidupkan konsep “nahnu du’at qobla kulli syai’.” Kita adalah dai sebelum apapun. Agent of change. Pembawa perubahan.
Sebenarnya kaidah itu tidak berdiri sendirian. Ada kaidah kedua yang seperti dua buah mata koin. Tak bisa dipisahkan! Mungkin, saking semangatnya kita dengan nilai itu.. Sampai kita lupa dengan kaidah yang kedua.
“و هم المدعو قبل كل شيء”
“Dan mereka adalah objek dakwah sebelum apapun.”
Tak peduli seberapa banyak dosanya, mereka adalah objek dakwah. Tak peduli berulang kali mereka menzholimi kita, mereka adalah objek dakwah. Tak peduli betapa bengis dan rusaknya moral mereka, meraka adalah objek dakwah. Bahkan tak peduli mereka musuh terbesar kita sekalipun, tetap.. Mereka adalah objek dakwah.
Humul mad’u qobla kulli syai’!
Tumblr media
Ya Allah berilah aku dan kami petunjuk tentang urusan ini. aamiin
wallahu a'lam bis showab.
0 notes
citacintacerita · 1 year
Text
Pelajaran pekan ini
Senin-Jumat 21-25 Nov 2022
{ ٱقۡتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمۡ وَهُمۡ فِی غَفۡلَةࣲ مُّعۡرِضُونَ }
[Surat Al-Anbiya': 1]
Rasanya .. diri ini semakin dekat dengan kematian. Tapi, kelalaian terus diulang, dosa² terus ditambah, waktu yang sia² tetap ada setiap harinya. Kenapa?
يا ابن آدم إنما أنت أيام إذا ذهب يومك ذهب بعضك
[Hasan Al Bashri -rahimahullah]
Sadarlah! diri ini hanyalah kumpulan hari. Ketika hari berlalu, hilang pula sebagian diri ini. Ketika hari terlewati, semakin dekat pula kematian menghampiri.
.
Ketika aku sakit, aku merasa kematian akan segera tiba. Rasanya, besok mungkin sudah tiada..
Dan ketika aku sehat, aku merasa semua baik-baik saja.. hidupku masih lama .. pikirku "Aku masih muda".
Hei, kenapa ketika aku sakit .. justru pikiranku malah sehat dan ketika aku sehat .. justru pikiranku malah sakit?
Sadarlah!
1 note · View note