Tumgik
garamterang · 2 hours
Text
HIDUP OLEH IMAN KEPADA KRISTUS
Renungan Sabtu, 27 April 2024 Nas: Galatia 2:15-21
Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku. - Galatia 2:19-20
"Bahwa ia telah mati terhadap hukum Taurat. Apa pun pendapat orang mengenai hukum itu, baginya ia telah mati terhadap hukum itu. Ia tahu bahwa hukum akhlak itu telah menyatakan suatu kutukan terhadap semua orang yang tidak mengikuti dan melakukan semua yang tertulis di dalamnya. Itulah sebabnya ia mati terhadap hukum itu, termasuk terhadap semua pengharapan dan keselamatan dengan melakukan cara itu. Mengenai hukum keupacaraan itu, ia juga tahu bahwa hukum itu telah menjadi masa lalu dan digantikan oleh kedatangan Kristus, dan karena itu, hakikat yang sebenarnya telah datang, dan ia tidak berurusan lagi dengan bayangan. Dengan demikian ia mati untuk hukum Taurat, oleh hukum Taurat itu sendiri. Pada akhirnya hukum itu berakhir dengan sendirinya." (MHC: Galatia 2:15-17 Tafsiran SABDA).
Refleksi: Menurut Galatia 2:19-20, hidup oleh iman kepada Kristus berarti mati terhadap hukum Taurat dan hidup untuk Kristus. Ini menggambarkan pengalaman pribadi dan hubungan yang erat dengan Kristus, di mana seseorang mengidentifikasi diri mereka dengan Kristus dan mempercayai-Nya sepenuhnya sebagai sumber kehidupan dan pembenaran.
Ada beberapa alasan mengapa hidup oleh iman kepada Kristus tidak mudah bagi orang Kristen masa kini. Salah satunya adalah pengaruh budaya sekuler yang seringkali bertentangan dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang diajarkan oleh Kristus. Selain itu, arus pemikiran postmodernisme yang meragukan keabsahan dan kemutlakan kebenaran Alkitab. Dan juga, godaan dan tantangan dalam kehidupan sehari-hari seringkali membuat sulit untuk tetap teguh dalam iman. Terkadang juga, tekanan dari lingkungan sosial atau bahkan kebingungan tentang bagaimana menerapkan ajaran Kristus dalam situasi modern bisa membuat hidup oleh iman menjadi tantangan. (TWP)
0 notes
garamterang · 1 day
Text
LEBIH BAIK TEGURAN YANG NYATA DARIPADA KASIH YANG TERSEMBUNYI
Renungan Jumat, 26 April 2024 Nas: Galatia 2:11-14
Tetapi waktu Kefas datang ke Antiokhia, aku berterang-terang menentangnya, sebab ia salah. Karena sebelum beberapa orang dari kalangan Yakobus datang, ia makan sehidangan dengan saudara-saudara yang tidak bersunat, tetapi setelah mereka datang, ia mengundurkan diri dan menjauhi mereka karena takut akan saudara-saudara yang bersunat. Dan orang-orang Yahudi yang lain pun turut berlaku munafik dengan dia, sehingga Barnabas sendiri turut terseret oleh kemunafikan mereka. Tetapi waktu kulihat, bahwa kelakuan mereka itu tidak sesuai dengan kebenaran Injil, aku berkata kepada Kefas di hadapan mereka semua: "Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi?" - Galatia 2:11-14
"Dari penjelasan yang diberikan oleh Rasul Paulus mengenai apa yang terjadi di antara dirinya dengan rasul-rasul lain di Yerusalem, orang-orang Galatia dapat dengan mudah melihat kepalsuan yang dituduhkan secara tidak langsung kepada dirinya maupun kebodohan dan kelemahan mereka sendiri dalam hal murtad dari Injil yang pernah ia beritakan kepada mereka. Namun untuk memberikan bobot lebih pada apa yang telah ia katakan, serta lebih menguatkan hati mereka terhadap berbagai hasutan tidak langsung dari guru-guru yang berpegang pada ajaran agama Yahudi itu, ia memberi tahu mereka mengenai suatu pembicaraan lain yang telah ia lakukan dengan Rasul Petrus di Antiokhia, serta apa yang terjadi di antara mereka berdua di sana (ayat 11-14)." (MHC: Galatia 2:11-14, Tafsiran SABDA)
Refleksi: Judul renungan ini saya kutip dari Amsal 27:5 "Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi." Ini seperti yang dilakukan rasul Paulus kepada rasul Petrus. Sebagai seorang Kristen, sikap yang tepat adalah untuk memberikan kasih dan kebijaksanaan dalam menyikapi kesalahan sahabat, dengan tujuan membantu sahabat tersebut tumbuh dan belajar dari kesalahan tersebut, serta tetap mempertahankan kasih dan persahabatan. Seorang kawan menegur dengan maksud baik, meskipun untuk sementara waktu teguran itu terasa menyakitkan seperti pukulan. Adalah pertanda bahwa kawan-kawan kita memang bermaksud baik jika, dalam kasih mereka terhadap jiwa kita, mereka tidak membiarkan kita berbuat dosa, atau membiarkan kita sendirian di dalamnya. (TWP)
0 notes
garamterang · 2 days
Text
TEGUH HATI PADA AJARAN KRISTEN!
Renungan Kamis, 25 April 2024 Nas: Galatia 2:1-10
Kemudian setelah lewat empat belas tahun, aku pergi pula ke Yerusalem dengan Barnabas dan Titus pun kubawa juga. Aku pergi berdasarkan suatu penyataan. Dan kepada mereka kubentangkan Injil yang kuberitakan di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi — dalam percakapan tersendiri kepada mereka yang terpandan —, supaya jangan dengan percuma aku berusaha atau telah berusaha. Tetapi kendatipun Titus, yang bersama-sama dengan aku, adalah seorang Yunani, namun ia tidak dipaksa untuk menyunatkan dirinya. - Galatia 2:1-3
"Bahwa dalam hidupnya sehari-hari dengan tegas Rasul Paulus menaati ajaran Kristen yang telah ia beritakan. Ia adalah seorang yang teguh hati dan selalu menaati asas-asas yang diyakininya. Itulah sebabnya, walaupun ia berjalan bersama Titus, yang adalah seorang Yunani, ia tidak mengizinkan Titus disunat, karena ia tidak mau mengkhianati ajaran Kristus, sebagaimana yang telah ia beritakan kepada bangsa-bangsa lain. Tampaknya, para rasul sama sekali tidak mendesak mengenai hal ini. Sebab, walaupun mereka membiarkan adanya penyunatan di antara orang-orang Yahudi yang telah bertobat dan percaya kepada Injil, tetapi mereka tidak membebankannya atas bangsa-bangsa lain." (MHC: Galatia 2:1-10, Tafsiran SABDA)
REFLEKSI: Paulus mencontohkan keteguhan hatinya terhadap ajaran Kristen dalam Galatia 2:1-10 ketika ia menegaskan kebenaran Injil yang diajarkannya, bahkan di hadapan para pemimpin gereja yang ternama. Meskipun ada tekanan dari kalangan orang-orang Yahudi yang menuntut agar pengikut-pengikut baru disunat, Paulus bersikeras bahwa keselamatan datang melalui iman kepada Yesus Kristus, bukan melalui pemenuhan hukum Taurat. Ia menunjukkan bahwa ia tidak tergoyahkan oleh tekanan atau otoritas manusia, tetapi teguh dalam kebenaran Injil. Untuk tetap teguh berdiri dalam ajaran Injil pada masa kini, penting untuk: (1) Mendalami dan memahami Kitab Suci secara mendalam. (2) Memperkuat hubungan pribadi dengan Tuhan melalui doa dan ibadah. (3) Menjalin komunitas iman yang saling mendukung. (4)Menyadari bahwa teguh dalam iman membutuhkan ketekunan dan kesetiaan, terutama dalam menghadapi tantangan atau tekanan dari dunia ini. (5) Mempraktikkan kasih dan kerendahan hati dalam setiap tindakan dan perkataan, sesuai dengan ajaran Kristus. (TWP)
0 notes
garamterang · 3 days
Text
HAMBA KRISTUS YANG SETIA
Renungan Rabu, 24 April 2024 Nas: Galatia 1:10-24
Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus. - Galatia 1:10
"Berdasarkan maksud dan tujuan dari pelayanannya, yang tidak untuk mencari kesukaan manusia, melainkan kesukaan Allah, dst. Maksud dari perkataan ini adalah dalam memberitakan Injil, ia tidak bertindak untuk mematuhi manusia, tetapi untuk mematuhi Allah, yang telah memanggilnya melakukan pekerjaan dan jabatan ini. Atau bahwa yang ingin ditujunya dalam hal ini adalah membuat orang patuh bukan kepada manusia, melainkan kepada Allah. Sebagaimana ia mengakui bahwa ia bertindak berdasarkan mandat dari Allah, demikian pula apa yang terutama ingin dicapainya adalah mengusahakan kemuliaan-Nya, dengan membuat orang-orang berdosa kembali tunduk kepada-Nya. Dan sama seperti ini merupakan tujuan agung yang ingin dicapainya, demikian pula untuk mencapainya ia tidak mencari kesukaan manusia." (MHC: Galatia 1:10, Tafsiran SABDA).
Refleksi: Karakteristik hamba Kristus yang setia selalu mencari kesukaan Allah. Bagaimana caranya? Menjadi setia kepada ajaran Injil Kristus, penting untuk memahami dan mengikuti ajaran-Nya seperti yang tercantum dalam Alkitab, terutama dalam Perjanjian Baru. Ini meliputi mencintai Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan pikiran, serta mencintai sesama seperti diri sendiri. Praktiknya melibatkan hidup dalam kasih, kejujuran, rendah hati, pengampunan, dan belas kasihan. Berdoa, membaca Alkitab secara teratur, dan berpartisipasi dalam persekutuan Kristen juga membantu memperkuat persekutuan dengan Kristus dan memperdalam pemahaman akan ajaran-Nya. (TWP)
0 notes
garamterang · 4 days
Text
PERINGATAN KERAS KEPADA PENGAJAR INJIL PALSU
Renungan Selasa, 23 April 2024 Nas: Galatia 1:6-9
Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus. Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia. - Galatia 1:6-9
"Betapa ia prihatin dengan kemurtadan mereka: Aku heran, dst. Hatinya amat terkejut sekaligus sedih karenanya. Yang menjadi dosa dan kebodohan mereka adalah bahwa mereka tidak memegang teguh ajaran Kekristenan sebagaimana yang sudah diberitakan kepada mereka, tetapi malah membiarkan diri dipalingkan dari kemurnian dan kesederhanaannya. Dan ada beberapa hal yang memperburuk kemurtadan mereka. . . Betapa ia yakin bahwa Injil yang sudah diberitakannya kepada mereka adalah satu-satunya Injil yang benar. Ia sepenuhnya yakin akan hal ini sehingga ia mengutuk orang yang berkhayal memberitakan suatu Injil lain (ayat 8). Dan supaya mereka tahu bahwa ini dilakukannya bukan karena ia gegabah atau tidak bisa menahan diri, ia mengulanginya sekali lagi (ayat 9). Ini tidak membenarkan kita untuk mengucapkan kutuk-kutuk yang menggelegar terhadap mereka yang berbeda pendapat dengan kita dalam hal-hal kecil. Paulus mencela hal ini hanya untuk melawan orang-orang yang membuat suatu Injil baru, yang menjungkirbalikkan fondasi kovenan anugerah, dengan mendirikan pelaksanaan hukum Taurat sebagai ganti kebenaran Kristus, dan merusakkan Kekristenan dengan agama Yahudi." (MHC: Galatia 1:6-9, Tafsiran SABDA).
Refkeksi: Galatia 1:8-9 berbicara tentang ancaman terhadap pengajaran palsu atau pengkultusan yang berlawanan dengan ajaran asli Injil yang disampaikan oleh Yesus dan para rasulnya. Orang-orang yang mengajar ajaran palsu itu dianggap terkutuk karena mereka menyesatkan orang lain dengan pengajaran yang tidak benar dan menyimpang dari kebenaran Injil. Ini adalah peringatan keras untuk menjaga kesucian dan kebenaran Injil yang diberikan oleh Yesus Kristus. Di abad ini ada banyak para pengajar injil palsu bermunculan di dunia kekristenan. Untuk menjawab tantangan zaman postmodern, dimana banyak kelompok Kristen yang berusa mendefinisikan ulang Injil menurut perkembangan zaman. Tetapi Kristen sejati tetap mempercayai Injil asli dan berusaha memberitakannya dengan gigih. (TWP)
0 notes
garamterang · 5 days
Text
KASIH KARUNIA DAN DAMAI SEJAHTERA
Renungan Senin, 22 April 2024 Nas: Galatia 1:1-5
Dari Paulus, seorang rasul, bukan karena manusia, juga bukan oleh seorang manusia, melainkan oleh Yesus Kristus dan Allah, Bapa, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, dan dari semua saudara yang ada bersama-sama dengan aku, kepada jemaat-jemaat di Galatia: kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diri-Nya karena dosa-dosa kita, untuk melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini, menurut kehendak Allah dan Bapa kita. Bagi-Nyalah kemuliaan selama-lamanya! Amin. - Galatia 1:1-5
"Berkat kerasulan (ayat 3). Di sini Rasul Paulus, dan saudara-saudara yang ada bersama-sama dengan dia, berharap agar kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai jemaat-jemaat ini. Berkat ini biasa diucapkan Paulus kepada jemaat-jemaat dalam nama Tuhan, yaitu kasih karunia dan damai sejahtera. Kasih karunia mencakup maksud baik Allah terhadap kita dan pekerjaan baik-Nya atas diri kita. Dan damai sejahtera mencakup semua penghiburan batiniah, atau kesejahteraan lahiriah, yang betul-betul kita perlukan. . . Oleh sebab itu ia menambahkan (ayat 4), yang telah menyerahkan diri-Nya karena dosa-dosa kita, untuk melepaskan dst. Yesus Kristus memberikan diri-Nya bagi dosa-dosa kita, sebagai korban agung untuk memberi pengampunan bagi kita. Hal ini dituntut oleh keadilan Allah, dan untuk itu dengan bebas Ia menyerahkan diri demi kita. Satu tujuan agung dari hal ini adalah untuk melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini. Bukan hanya untuk menebus kita dari murka Allah, dan dari kutuk hukum Taurat, tetapi juga untuk memulihkan kita dari kerusakan yang ada di dunia melalui hawa nafsu, dan untuk menyelamatkan kita dari segala perbuatan dan kebiasannya yang keji, yang secara alami memperbudak kita." (MHC: Galatia 1: 1-5, Tafsiran SABDA).
Refleksi: Dalam konteks ini, "kasih karunia" merujuk pada anugerah atau karunia Allah yang diberikan kepada umat-Nya yang tidak layak menerimanya, tanpa pamrih. Allah memberikannya secara cuma-cuma sebagai hadiah, bukan karena umat telah melakukan sesuatu kepada-Nya. "Damai sejahtera" mengacu pada keadaan sejahtera dan ketenangan yang Allah berikan kepada orang percaya melalui Kristus, yang membebaskan mereka dari belenggu dosa dan mengarahkan mereka ke hidup yang sesuai dengan kehendak-Nya, yaitu hidup kekal bersama-Nya di Yerusalem Baru atau Langit Baru dan Bumi Baru kelak. (TWP)
0 notes
garamterang · 7 days
Text
HAMBA YANG SETIA
Renungan Sabtu, 20 April 2024 Nas: Kolose 4:7-18
Semua hal ihwalku akan diberitahukan kepada kamu oleh Tikhikus, saudara kita yang kekasih, hamba yang setia dan kawan pelayan dalam Tuhan. Ia kusuruh kepadamu dengan maksud, supaya kamu tahu akan hal ihwal kami dan supaya ia menghibur hatimu. - Kolose 4:7-8
"Mengenai Tikhikus (ayat 7). Melalui dialah surat ini dikirimkan, dan Paulus tidak menuliskan keadaannya saat itu, sebab Tikhikus akan memberitahukannya dengan cara berbicara langsung secara lebih menyeluruh dan terperinci. Paulus tahu bahwa mereka akan terhibur oleh hal ihwalnya. Jemaat pastilah selalu menaruh perhatian terhadap para pelayan Tuhan yang melayani mereka dengan baik dan selalu ingin tahu mengenai keadaan mereka. Paulus memuji Tikhikus sebagai saudaranya yang kekasih dan hamba yang setia." (MHC: Kolose 4:7, Tafsiran SABDA).
Refleksi: Koloase 4:7 menyatakan tentang Tihikus, seorang hamba Kristus yang setia. Untuk menjadi hamba Kristus yang setia, penting untuk memiliki kesetiaan dalam pelayanan, doa, belajar Firman Tuhan, dan hidup yang reflektif atas ajaran-Nya. Teruslah berjuang dan berdoa untuk mendapatkan kekuatan dan bimbingan dari-Nya dalam semua hal.
Menjadi hamba Kristus yang setia memiliki banyak manfaat:
Hubungan yang lebih dalam dengan Tuhan: Melalui pengabdian yang setia, seseorang dapat mengalami hubungan yang lebih intim dengan Allah dan menikmati kedekatan rohani yang mendalam.
Membawa kemuliaan bagi Tuhan: Pengabdian yang setia mencerminkan karakter Kristus dan memberikan kesaksian bagi dunia tentang kuasa dan kasih Allah.
Mengalami transformasi pribadi: Ketika seseorang hidup dalam ketaatan kepada Kristus, Roh Kudus bekerja dalam dirinya untuk mengubah hati, pikiran, dan perilaku menjadi lebih sesuai dengan kehendak Tuhan.
Membangun komunitas yang kuat: Bersama-sama dengan orang-orang yang juga melayani Kristus, seseorang dapat membangun komunitas iman yang saling mendukung dan membangun.
Melayani sesama dengan kasih: Pengabdian yang setia memungkinkan seseorang untuk menjadi berkat bagi orang lain, mengasihi mereka dengan tulus, dan memenuhi panggilan Kristus untuk melayani sesama. (TWP)
0 notes
garamterang · 8 days
Text
BIJAK GUNAKAN WAKTU DAN KATA-KATA
Renungan Jumat, 19 April 2024 Nas: Kolose 4:5-6
Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada. Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang. - Kolose 4:5-6
"Rasul Paulus menasihati mereka lebih jauh lagi supaya berlaku sepatutnya terhadap semua orang yang bergaul dengan mereka, terhadap dunia yang tidak percaya, atau orang-orang yang berada di luar jemaat Kristen tempat mereka tinggal (ayat 5): Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar. Berhati-hatilah dalam segala tindak-tandukmu dengan mereka, supaya mereka tidak melukai kalian, atau menulari kalian dengan kebiasaan mereka, sebab pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. . . Dan terhadap orang lain, atau orang-orang yang ada di dalam maupun di luar jemaat, “Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih (ayat 6). Biarlah seluruh percakapanmu seperti layaknya percakapan orang-orang Kristen, sesuai dengan pengakuan imanmu, yaitu sedap didengar, santun, dan pada tempatnya.” (MHC: Kolose 4:5-6, Tafsiran SABDA).
Refleksi: Ayat tersebut mengajarkan untuk bijak dalam menggunakan waktu dan berkata-kata, serta untuk berbicara dengan penuh hikmat kepada orang di luar gereja, agar kita dapat memberikan kesaksian yang baik tentang iman kita. Artinya, kita harus memanfaatkan waktu dengan bijaksana dan berbicara dengan penuh hikmat agar kita dapat mempersembahkan yang terbaik kepada Tuhan dalam segala hal. Kata-kata bijak dan penuh kasih adalah ungkapan yang memperlihatkan kebijaksanaan dan kebaikan hati. Mereka bisa menjadi sumber inspirasi, semangat, dan dukungan bagi orang lain. Dengan kata-kata tersebut, kita dapat membangun hubungan yang lebih baik, memberikan motivasi, dan menyebarkan kebaikan di sekitar kita. (TWP)
0 notes
garamterang · 9 days
Text
BERTEKUNLAH DALAM DOA DAN BERJAGA
Renungan Kamis, 18 April 2024 Nas: Kolose 4:2-4
Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur. Berdoa jugalah untuk kami, supaya Allah membuka pintu untuk pemberitaan kami, sehingga kami dapat berbicara tentang rahasia Kristus, yang karenanya aku dipenjarakan. - Kolose 4:2-3
"Orang-orang Kristen harus mempergunakan seluruh kesempatan doa mereka dan memilih saat yang tepat untuk melakukannya, yaitu saat yang bebas dari gangguan hal-hal lain. Mereka juga harus menjaga pikiran supaya terpusat pada kewajiban itu, dan dalam keadaan yang sesuai untuk itu, sambil mengucap syukur, atau dengan ungkapan khidmat untuk mensyukuri belas kasihan yang sudah diterima. Pengucapan syukur haruslah menjadi bagian dalam setiap doa. Berdoa jugalah untuk kami (ayat 3). Jemaat harus berdoa secara khusus bagi para pelayan Tuhan yang melayani mereka dan selalu mengingat mereka dalam hati saat menghampiri takhta kasih karunia." (MHC: Kolose 4:2-3, Tafsiran SABDA).
Kolose 4:2-3 berbicara tentang pentingnya berdoa dan berjaga. "Berdoalah dengan tekun, berjaga-jagalah dalam doa, sambil mengucap syukur. Berdoalah juga untuk kami, supaya Allah membuka pintu bagi kami untuk berbicara tentang rahasia Kristus, sebab oleh sebab itu aku berada dalam belenggu." Ini mengajarkan kita untuk menjadi tekun dalam doa, bersyukur, dan juga mendoakan orang lain. Juga, kita harus waspada dan terus berdoa, karena ini membuka pintu untuk firman dan pekerjaan Roh Kudus. Orang Kristen berdoa dan berjaga karena doa adalah cara untuk berkomunikasi dengan Tuhan, memohon petunjuk, kekuatan, dan perlindungan-Nya. Berjaga juga merupakan bentuk kesiapan rohani untuk menghadapi tantangan hidup dengan bersandar kepada Tuhan dalam iman yang tegak dan berkemenangan. (TWP)
0 notes
garamterang · 10 days
Text
BERLAKULAH ADIL
Renungan Rabu, 17 April 2024 Nas : Kolose 4:1
Hai tuan-tuan, berlakulah adil dan jujur terhadap hambamu; ingatlah, kamu juga mempunyai tuan di sorga. - Kolose 4:1
"Rasul Paulus melanjutkan penjelasannya mengenai kewajiban para tuan terhadap hamba-hamba mereka, yang bisa disatukan dengan pasal sebelumnya dan merupakan bagian dari pokok pembicaraan ini. Perhatikanlah di sini; Keadilan dikehendaki dari para tuan: berlakulah adil dan jujur terhadap hambamu (ayat 1), bukan hanya keadilan yang sepenuhnya, tetapi juga pemberian hak dan kebaikan. Tepatilah janji-janji kalian kepada mereka, dan perbuatlah apa yang telah kalian sepakati. Janganlah mencurangi hak mereka, atau jangan menahan upah dari buruh (Yak. 5:4). Jangan menuntut lebih dari apa yang mampu mereka kerjakan, dan jangan membebani mereka secara tidak masuk akal dan melampaui kekuatan mereka. Sediakanlah apa yang layak bagi mereka, sediakan kebutuhan makanan dan jasmani yang memadai untuk mereka, dan izinkan mereka mendapat keleluasaan yang diperlukan supaya dapat bekerja dengan riang dan lebih mudah." (MHC: Kolose 4:1, Tafsiran SABDA).
Refleksi: Ya, ayat tersebut dari Kolose 4:1 menyuruh tuan untuk berlaku adil terhadap hamba mereka, menegaskan pentingnya perlakuan yang adil dan hormat dalam hubungan majikan-hamba. Di Indonesia, prinsip-prinsip keadilan dan perlakuan yang adil terhadap pekerja, termasuk hamba atau karyawan, diatur dalam hukum ketenagakerjaan. Ada undang-undang yang mengatur hak-hak pekerja, termasuk hak atas perlakuan yang adil dan tidak diskriminatif. Jadi, prinsip-prinsip ini tetap relevan dan berlaku di konteks hukum Indonesia. Jika kita berada dalam posisi sebagai hamba atau karyawan, penting untuk mengetahui hak-hak kita sesuai dengan hukum ketenagakerjaan yang berlaku di negara tersebut. Jika merasa bahwa hak-hak kita tidak dihormati atau kita diperlakukan tidak adil, kita memiliki hak untuk mencari perlindungan hukum dan melaporkan ke lembaga yang berwenang. Selain itu, juga penting untuk mencari dukungan dari organisasi atau serikat pekerja yang dapat membantu memperjuangkan hak-hak kita. (TWP)
0 notes
garamterang · 11 days
Text
KEWAJIBAN DALAM HUBUNGAN DENGAN KELUARGA
Renungan Selasa, 16 April 2024 Nas: Kolose 3:18-25
Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan. Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya. Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia ini dalam segala hal, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan mereka, melainkan dengan tulus hati karena takut akan Tuhan. - Kolose 3:18-22
"Rasul Paulus menutup pasal ini dengan nasihat mengenai tanggung jawab kekeluargaan, seperti sebelumnya di dalam surat kepada jemaat di Efesus. Surat-surat ini, yang paling sering dipakai untuk menunjukkan kemuliaan anugerah ilahi, dan untuk mengagungkan Tuhan Yesus, adalah surat-surat yang paling terperinci dan menonjol dalam menekankan kewajiban dalam beberapa jenis hubungan. Kita tidak boleh memisahkan antara hak-hak istimewa dengan kewajiban-kewajiban dari agama Injili. . . Paulus memulai dengan kewajiban antara suami-istri (ayat 18). Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Penundukan diri adalah kewajiban bagi para istri, hypotassesthe. Kata ini sama dengan yang dipakai untuk menyatakan kewajiban kita terhadap para pembesar (Rm. 13:1, Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya), dan ditunjukkan dengan sikap tunduk dan hormat (Ef. 5:24, 33)." (MHC: Kolose 3:18-22, Tafsiran SABDA).
Refleksi: Ayat-ayat tersebut menekankan kewajiban masing-masing anggota keluarga dalam hubungan satu dengan yang lain. Kolose 3:18-25 mengacu pada bagian Alkitab Perjanjian Baru, yang mengatur tata cara dalam keluarga. Dalam ayat tersebut, para suami diingatkan untuk mencintai istri mereka dengan tulus, sementara istri diingatkan untuk tunduk kepada suami mereka. Anak-anak diingatkan untuk taat kepada orang tua mereka, sementara orang tua diingatkan untuk tidak menyakiti hati anak-anak mereka. Selain itu, pelayan atau budak diingatkan untuk patuh kepada tuan mereka dengan sepenuh hati, dan tuan diingatkan untuk bersikap adil terhadap mereka. Ini adalah kerangka yang diberikan dalam Alkitab untuk memandu hubungan dalam keluarga dengan penuh kasih dan hormat. Untuk melaksanakan kewajiban tersebut tidak mudah, karenanya Kristus harus dijadikan pusat dan teladan dalam hal bersikap kepada sesama anggota keluarga, bahkan masyarakat luas. (TWP)
0 notes
garamterang · 12 days
Text
MENGASIHI DENGAN BENAR
Renungan Senin, 15 April 2024 Nas: Kolose 3:12-17
Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. - Kolose 3:12-14
"Rasul Paulus melanjutkan dengan nasihat supaya jemaat saling mengasihi dan berbelas kasihan. Karena itu, kenakanlah belas kasihan (ayat 12). Kita tidak hanya perlu menanggalkan marah dan geram (seperti di ayat 8), tetapi juga harus mengenakan belas kasihan dan kemurahan. . . Bukan hanya tidak menyakiti, melainkan juga sebisa mungkin melakukan apa yang baik kepada semua orang. . . Alasan yang dipakai di sini untuk menegaskan nasihat itu sangatlah menggugah. Sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, juga harus menjadi dikasihi oleh semua orang, harus berperilaku sesuai dengan keadaan mereka itu." (MHC: Kolose 3:12-17, Tafsiran SABDA).
Refleksi: Kolose 3:12-17 memberikan panduan yang baik tentang cara mengasihi dengan benar. Ini mencakup mengenakan kasih sayang, kemurahan hati, kerendahan hati, kesabaran, saling mengampuni, dan membiarkan damai Kristus memerintah dalam hati kita. Ini juga berbicara tentang bersyukur dan membiarkan Firman Kristus tinggal dalam kita dengan segala hikmat. (TWP)
0 notes
garamterang · 14 days
Text
MEMATIKAN SEGALA YANG JAHAT
Renunngan Sabtu, 13 April 2024 Nas: Kolose 3:8-11
Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu. Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya; - Kolose 3:8-10
"Sebagaimana kita harus mematikan segala keinginan yang tidak pada tempatnya, begitu juga kita harus mematikan segala nafsu yang tidak semestinya (ayat 8). Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, karena semuanya ini bertentangan dengan rancangan Injil, seperti halnya segala ketidakmurnian yang jahat. . . Kata-kata kotor, yaitu, segala percakapan yang kotor dan kasar, yang berasal dari pikiran cemar di dalam diri orang yang mengatakannya, dan menimbulkan pencemaran yang sama pada diri pendengarnya. Dan juga, dusta: Jangan lagi kamu saling mendustai (ayat 9), karena dusta bertentangan baik dengan hukum kebenaran maupun hukum kasih. . . Karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru (ayat 10). Dengan merenungkan pengakuan kita bahwa kita sudah menjauhi dosa dan mendukung kepentingan Kristus, bahwa kita telah menolak segala dosa dan memeluk kepentingan Kristus, maka seharusnya itu membentengi kita dari dosa dusta ini." (MHC: Kolose 3:8-10, Tafsiran SABDA).
Refleksi: Mematikan segala yang jahat dari dalam hati dan mulut kita memerlukan kesadaran yang mendalam dan pengendalian diri yang kuat. Ini melibatkan pengawasan terhadap pikiran dan emosi kita serta memilih kata-kata dengan bijaksana sebelum mengucapkannya. Menjaga hati dan mengendalikan mulut memerlukan kesadaran diri dan latihan yang konsisten. Beberapa cara yang dapat membantu adalah: (1) Instrospeksi diri: Menyadari pikiran dan emosi kita, serta memahami apa yang memicu reaksi negatif. (2) Latihan kesabaran: Belajar untuk menahan diri sebelum bereaksi secara impulsif. (3) Berpikir sebelum berbicara: Memikirkan konsekuensi dari kata-kata yang akan diucapkan sebelum mengucapkannya. (4) Memiliki kontrol diri: Mengembangkan kemampuan untuk mengendalikan emosi dan reaksi kita terhadap situasi yang menantang. (5) Berlatih empati: Mencoba memahami sudut pandang orang lain dan bagaimana kata-kata kita dapat memengaruhi mereka. (6) Berpegang pada nilai-nilai positif: Mengutamakan kebaikan dan kebenaran dalam segala interaksi. Praktik ini memerlukan kesabaran dan ketekunan, tetapi dapat membantu meningkatkan kualitas hubungan interpersonal dan kesejahteraan pribadi. Roh Kudus pasti menolong kita untuk mematikan segala yang jahat darti hidup kita. (TWP)
0 notes
garamterang · 15 days
Text
MEMATIKAN DOSA
Renungan Jumat, 12 April 2024 Nas: Kolose 3:5-7
Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya itu mendatangkan murka Allah [atas orang-orang durhaka]. Dahulu kamu juga melakukan hal-hal itu ketika kamu hidup di dalamnya. - Kol. 3:5-7
"Rasul Paulus menasihati jemaat Kolose untuk mematikan dosa, yang menjadi penghalang besar untuk mencari perkara-perkara yang di atas. Karena merupakan kewajiban kita untuk mengarahkan hati kepada perkara-perkara sorgawi, maka sudah menjadi kewajiban kita pulalah untuk mematikan dalam diri kita segala sesuatu yang duniawi, yang biasanya mencondongkan hati kita pada perkara-perkara yang di dunia. “Matikanlah mereka, yaitu, taklukkanlah kebiasaan-kebiasaan pikiran yang jahat yang menguasai kamu ketika kamu masih belum percaya. Bunuhlah mereka, tindaslah mereka, seperti yang kamu lakukan terhadap ilalang atau hama yang menyebar dan membinasakan semua di sekitarnya. Atau, seperti kamu membunuh seorang musuh yang melawanmu dan melukaimu.” Segala sesuatu dalam dirimu yang duniawi. Ini termasuk anggota tubuh, yang merupakan bagian dari diri kita di dunia, dan yang direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah (Mzm. 139:15), atau kegemaran yang bejat di dalam pikiran, yang mengarahkan kita kepada perkara-perkara duniawi, anggota-anggota tubuh maut (Rm. 7:24)." (MHC: Kolose 3:5-7, Tafsiran SABDA).
Refleksi: Dalam nas Paulus mengajarkan kita untuk "mematikan" atau menyingkirkan dosa-dosa seperti nafsu duniawi, hawa nafsu, keserakahan, dan sejenisnya. Ini menggarisbawahi pentingnya mengubah perilaku dan pikiran kita untuk lebih sesuai dengan kehendak Tuhan. Mematikan dosa melibatkan beberapa langkah, termasuk: (1) Pengakuan: mengakui dosa-dosa kita kepada Tuhan dan memohon pengampunan-Nya. (2) Pertobatan: berbalik dari dosa dan memutuskan untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. (3) Doa untuk kekuatan dan bimbingan Tuhan dalam mengatasi dosa-dosa kita. (4) Meningkatkan kualitas persekutuan dengan Tuhan, melalui doa, bacaan Alkitab, dan persekutuan dengan orang percaya lainnya.(5) Tindakan konkret: mengambil langkah-langkah konkret untuk menghindari situasi atau godaan yang menyebabkan kita terjerumus ke dalam dosa. (TWP)
0 notes
garamterang · 16 days
Text
KEHIDUPAN KRISTEN SEJATI
Renungan Kamis, 11 April 2024 Nas: Kolose 3:1-3
Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. - Kolose 3:1-3
"Setelah menjelaskan hak-hak istimewa yang kita peroleh melalui Kristus dalam bagian sebelumnya dari surat ini, dan bagaimana kita dilepaskan dari kuk upacara hukum Taurat, di bagian ini Rasul Paulus menekankan tugas kita kepada kita, sebagai akibat dari semuanya itu. Meskipun kita telah dibebaskan dari kewajiban upacara hukum Taurat, itu bukan berarti kita boleh hidup sekehendak hati. Kita harus berjalan semakin dekat lagi dengan Allah di dalam setiap bentuk ketaatan terhadap Injil. Paulus memulai dengan menasihati supaya jemaat di Kolose mengarahkan hati ke sorga, dan menjauhkan hati mereka dari dunia ini." (MHC: Kolose 3:1-3, Tafsiran SABDA).
Refleksi: Kehidupan Kristen sejati mencakup penghayatan akan ajaran Yesus Kristus, kasih terhadap sesama, iman yang kuat, doa yang konsisten, serta pertumbuhan rohani yang berkelanjutan melalui bacaan Alkitab dan persekutuan dengan sesama percaya. Orang Kristen harus bertumbuh secara rohani karena itu merupakan bagian integral dari perjalanan iman kita. Pertumbuhan rohani memungkinkan seseorang untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, memahami dan menghayati ajaran-ajaran-Nya dengan lebih baik, serta menjadi lebih mirip dengan gambaran Kristus dalam sikap, tindakan, dan karakter. Hal ini memungkinkan kita untuk mengatasi tantangan hidup, memperkuat iman, dan memberikan dampak positif dalam dunia ini sesuai dengan panggilan Kristiani. (TWP)
0 notes
garamterang · 17 days
Text
BERPEGANG TEGUH PADA KRISTUS
Renungan Rabu, 10 April 2024 Nas: Kolose 2:16-23
Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus. Janganlah kamu biarkan kemenanganmu digagalkan oleh orang yang pura-pura merendahkan diri dan beribadah kepada malaikat, serta berkanjang pada penglihatan-penglihatan dan tanpa alasan membesar-besarkan diri oleh pikirannya yang duniawi, sedang ia tidak berpegang teguh kepada Kepala, dari mana seluruh tubuh, yang ditunjang dan diikat menjadi satu oleh urat-urat dan sendi-sendi, menerima pertumbuhan ilahinya. - Kolose 2:16-19
"Di sini ada peringatan untuk berjaga-jaga terhadap para pengajar yang memaksakan ajaran agama Yahudi, atau mereka yang ingin membebankan kepada orang-orang Kristen kuk hukum keupacaraan: Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman, dst. (ayat 16). . . Jika Allah telah memerdekakan kamu, jangan mau lagi kamu dikenakan kuk perhambaan.” Terlebih lagi karena semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang (ayat 17), yang menyiratkan bahwa semua itu tidak ada nilai di dalamnya, dan bahwa sekarang sudah ditiadakan. . . Rasul Paulus memperingatkan mereka untuk berjaga-jaga terhadap orang-orang yang ingin memperkenalkan ajaran penyembahan kepada malaikat-malaikat sebagai pengantara antara Allah dan mereka, seperti yang dilakukan para filsuf kafir: Janganlah kamu biarkan kemenanganmu digagalkan oleh orang yang pura-pura merendahkan diri dan beribadah kepada malaikat (ayat 18). . . Keangkuhan mendasari banyak kekeliruan dan kebobrokan, dan bahkan banyak perbuatan jahat, yang banyak memperlihatkan kerendahan hati. Mereka yang melakukannya tidak berpegang teguh kepada Kepala (ayat 19)." (MHC: Kolose 2:16-19, Tafsiran SABDA).
Refleksi: berpegang teguh kepada Kepala merujuk kepada berpusat kepada Kristus sebagai Kepala Gereja dan sumber otoritas dalam segala hal. Ini mengajak kita untuk tidak terpengaruh oleh ajaran atau filosofi manusia, tetapi untuk tetap berpusat pada Kristus dalam iman dan pengajaran. Berpegang kepada Kristus dalam konteks banyaknya ajaran sesat berarti memilih untuk tetap setia pada ajaran dan prinsip yang diajarkan oleh Kristus dalam Injil, serta mempercayai-Nya sebagai satu-satunya jalan kebenaran dan kehidupan yang benar. Ini juga mencakup untuk tidak terpengaruh oleh ajaran-ajaran yang bertentangan dengan ajaran Kristus, serta untuk mencari bimbingan-Nya dalam menghadapi tantangan dan godaan ajaran-ajaran sesat tersebut. (TWP)
0 notes
garamterang · 18 days
Text
ALLAH MENGHIDUPKAN KITA BERSAMA DENGAN KRISTUS
Renungan Selasa, 9 April 2024 Nas: Kolose 2:13-15
Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita, dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib: Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka. - Kolose 2:13-15
"Kematian Kristus adalah kehidupan kita: Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia (ayat 13). Keadaan dosa adalah keadaan di mana kita mati secara rohani. Mereka yang hidup di dalam dosa, mati di dalam dosa. . . Oleh Dia kita menerima penghapusan dosa: Sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita. Di sinilah kita dihidupkan kembali. Pengampunan terhadap tindakan kejahatan adalah kehidupan bagi si pelaku kejahatan itu. . . Apa pun yang dulu berkuasa atas diri kita sekarang disingkirkan. Ia telah memperoleh bagi kita penghapusan surat hutang, yang mendakwa kita (ayat 14), yang bisa dipahami, . . . sebagai utang untuk dihukum karena kesalahan dosa." (MHC: Kolose 2:13-15, Tafsiran SABDA).
Refleksi: Ayat-ayat Kolose 2:13-15 dalam Alkitab menggambarkan pengampunan dosa dan kemenangan Kristus atas kekuatan-kekuatan kegelapan. Frasa "dihidupkan bersama dengan Dia" mengacu pada kehidupan baru yang diberikan kepada orang percaya melalui karya keselamatan Kristus. Ini menunjukkan bahwa ketika seseorang menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka, mereka mengalami kebangkitan spiritual dan kesatuan hidup dengan Kristus. Oleh karena itu, mereka dibebaskan dari kutuk dosa dan kekuatan-kekuatan jahat yang sebelumnya menguasai mereka. (TWP)
0 notes