Tumgik
maseive · 28 days
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Cantik, cantik, cantik.
1 note · View note
maseive · 3 months
Text
Tumblr media
"kiss your friend for fun and find out"
I did. I did kiss my friend and I found out how it felt.
Suatu sore tanpa rencana yang matang seseorang mendatangiku atas keinginannya untuk mencari tahu bagaimana rasanya night drive. Aku menyetujuinya, dia menjemputku di dekat rumah sebab mobilnya terkepung jalanan ramai namun sempit. Andai aku tahu seberapa pengecut ia hingga tidak menghampiriku tepat di depan pagar yang siap menyambutnya.
Aku mempengaruhi adikku agar dia mau mengantarku ke lokasi di mana temanku memarkirkan mobilnya, dengan iming-iming bahwa itu dekat hingga adikku sampai hati mengantarku. Hari itu kali pertama Ibu mempersilakanku pergi tanpa banyak tanya sebab aku mengenakan baju santai yang berarti aku tidak akan pergi jauh. Ibu tertipu.
Membuka pintu mobil bewarna putih yang aku kenali, beberapa kali aku duduk di kursi penumpang prioritas. Di sebelahnya. Tidak ada bau mobil yang terkadang membuatku mual, hanya sekelebat harum dari parfumnya. Harum, tidak cukup membuatku untuk jatuh hati.
Perlu digarisbawahi; aku pernah jatuh hati namun ditolak dengan segelintir alasan untuk kebaikannya, kebaikan kami berdua, katanya.
Tentu aku menyetujuinya untuk menjadi teman saja. Kami akrab, tidak pernah ada perseteruan yang sampai menarik urat. Kami sudah sama-sama melalui banyak hal dari masa lalu, jadi masa kini bukan hal yang terlalu penting untuk meributkan perihal memberi dan menerima kasih.
"Hai! maaf lama ya kamu nunggunya?" Sapaan pertamaku saat membuka percapakan sembari memasang sabuk pengaman. Seingatku air wajahnya bahagia menerima kehadiranku di sebelahnya.
Kami bertukar kabar setelah hampir satu bulan tidak bertemu, bulan bulan sebelumnya kami beberapa kali pergi bersama sampai dipisahkan oleh jarak seratus kilo meter.
Aku menunjukkan rambut baruku yang ku cat hitam beberapa hari sebelumnya, terakhir kali dia melihatku, rambutku masih berwarna oranye. Pada hari itu juga kali pertama dia melihatku mengenakan kacamata.
"Bangs? kamu cocok deh dengan rambut yang sekarang!" Dia mulai memperhatikan kanan kiri sebelum mobilnya masuk ke jalan raya, waspada apa ada kendaraan lain di belakang kami.
Sepanjang perjalanan kami berbicara dengan aku yang berceloteh menyebut tempat yang menarik ketika kami melewati jalan-jalan yang sudah aku hafal di luar kepala, dari lampu merah mana saja yang memaksa kami menunggu lama sampai orang berseragam transformer yang kami sapa. Tujuannya aku yang tentukan, seperti yang aku bilang dia tidak memiliki rencana tapi aku selalu punya ratusan bahkan ribuan rencanan di kepalaku yang belum terwujud satu-persatu.
Pasar Santa.
Aku mengenali tempat tersebut karena beberapa kali semesta menunjukkan video yang lucu tentang tempat itu. Jadi, aku ajak dia untuk berbagi kelucuan dan keseruan.
Ketika sampai di Pasar Santa, temanku itu menolak ajuan bayar parkirku, uangnya lebih banyak. mungkin. Di dalam Pasar Santa kami disambut beberapa lorong yang sepi ada juga yang masih buka, tujuan utama kami salah satunya. Tempatnya tidak begitu ramai namun cukup membuat temanku menghela nafas sebab tidak ada pendingin ruangan yang memadai seperti di rumahnya.
Aku merasa tidak enak hati dan kerap menanyakan keadaannya serta menawarkan untuk pindah tempat supaya tidak hanya aku yang menikmati hari itu. Matahari telah tenggelam dan digantikan bulan yang tidak timbul, hujan melanda. Beruntung kami naik mobil.
Pindah ke tempat yang lebih cocok untuk temanku, namun tidak cocok untukku. Subway terlalu dingin, kami memesan chicken wrap dengan rasa yang berbeda dan aku memesan mushroom soup sebagai ekstra untuk menghangatkan tubuhku yang hampir dimakan oleh dinginnya ruangan.
Lupa aku sebut, aku hanya mengenakan kaos abu-abu tipis dengan jaket yang tidak berhasil menghangatkanku. Kami makan dengan tenang sesekali bertukar rasa, kue yang juga dia beli rasanya enak. tidak terlalu manis, cocok dengan seleraku. mushroom soup yang aku beli juga menurutnya cukup enak walau tidak memberi banyak rasa kaya. Matanya teduh sekali, jantungku hampir loncat setiap kali pandangan kami bertemu. Pun saat memilih menu aku memberanikan diri bersandar pada bahunya, dia lebih tinggi tiga centi meter.
Setelah usai dengan makanan, kami bergegas keluar berharap bisa menghabiskan waktu lebih lama. Aku bilang aku masih ingin mempertahankan nikmat waktu bersamanya dan dia setuju. Sepanjang perjalanan ke arah yang bukan Ibu kota, dia memilih lewat jalan tol guna menghindari kemacetan. Jalan tol begitu sepi sehingga aku pikir ini tanda bahwa kami dipersilakan bercengkrama dengan khidmat.
Kami memainkan permainan saling melempar pertanyaan dan jawaban, dari makanan kesukaan sampai bagaimana kami melihat dunia dan isinya. Tanpa aku duga dia menginisiasi pertanyaan baru.
"Apa harapan kamu sebelum tahun baru, apa yang mau kamu lakukan?"
Tentu sebagai seseorang yang gemar berkelana aku menjawab ingin pergi ke Bali, aku lupa bahwa tahun baru tinggal hitungan jari. Ia menyadarkanku bahwa harapan itu terlihat mustahil untuk dilakukan. Aku tanyakan hal serupa padanya, jawaban dia benar-benar membuatku termenung.
"I want to kiss someone other than my ex, it has been a long time. I crave to be kissed by someone else."
Aku sadar persis yang dia maksud adalah aku. Bukan manusia jika aku tidak bisa mengendus maksud di balik kalimatnya itu. Kepalang kaget, aku mengalihkan pertanyaan takut suasana kami menjadi canggung.
Menyusuri jalanan yang terbalut sedikit angin canggung kami tetap bercengkrama tanpa henti, mengitari malam yang mulai dingin. Aku mendekapnya lebih lama di dilam celotehan-celotahanku.
Tiba di penghujung waktu bersama, dia menawarkan tangan kirinya untuk ku genggam dengan senang hati aku menerima. Belum pernah ada yang menawarkan tangannya padaku, dia kali pertama setelah sekian banyaknya aku yang memulai duluan. Putaran lagu sedih yang dinyanyikan oleh Nicole Zefanya merengkuh kami berdua, andai aku lebih dulu tahu makna lagu On The Drive Home. Harapan yang takkan pernah terealisasikan. Hubungan kami sebatas teman.
Tangan yang mulai berkeringat ini enggan melepaskan, aku menolak keras kebaikannya untuk menurunkanku di depan rumah. Sudah terlalu larut sehingga batas keamanan dia mulai kuperhatikan. Dia menurunkanku di Cafe dekat rumah.
Sebelum kami berpisah aku menawarkannya mimpi akhir tahun, sebuah ciuman di bibir. Bodoh memang, bukan pahlawan bukan siapapun namun berani hati bertanya, "Can I kiss you?"
Dia terkejut aku mengetahui mimpinya adalah bibir ranum yang aku rasa rasa manis adanya. Aku telah mempersiapkan diri sejak pertanyaan itu keluar dari mulutnya. Kepalanya mengangguk tanda setuju. Dalam hitungan kurang dari satu detik aku merengkuh pipinya dan mendekatkan wajah. Aku menciumnya, menyapa lidahnya yang hangat dengan dia yang juga melakukan hal yang sama. Menyudahi mimpi sesaat itu jantung kami berdua memukul-mukul dada. Aku menjauhkan diri dan menutup wajah yang disemprot warna merah malu.
Tidak sampai merutuki diri, kami benar-benar terkejut. Setelah mengambil beberapa nafas dan menenggak minuman yang aku sempat beli, aku berusaha terlihat baik-baik saja sampai satu kekehan dilayangkan, "Kamu keliatan baik-baik aja."
Tidak. Sama sekali tidak. Aku menyanggah itu dan membalasnya dengan "No, i am freaking out, too!" kami berdua membiarkan kecanggungan terbang ke angkasa, aku pamit keluar dan mengecup bibirnya sekali lagi beserta meninggalkan ucapan terima kasih atas hari ini.
Mobilnya mulai hilang dari pandanganku, yang tersisa hanya aku dan jantungku yang berdegup kencang. Gila.
Aku segera pulang ke rumah dengan memesan ojek online, sesampainya di rumah aku masih dimakan dengan suasana di dalam mobil itu, suara decakan bibir kami tertanam di tulangku.
Kami melanjutkan percakapan yang terputus karena malam memisahkan, jantungku kembali berdetak setelah sekian lama beristirahat di dalam kubangan yang aku jaga. Kami bahagia selama dua hari. Dia terbang ke negara Transkontinental bersama perasaan bahagiaku. Meski kembali setelah sepuluh hari. Bahagiaku benar-benar hilang. Dia tidak pernah siap dengan harapanku yang mencuat.
Mimpi yang aku beri menjadi kenangan, kami kembali berteman.
2 notes · View notes
maseive · 3 months
Text
Kidung Bunga
Oh kasihku Ophelia, Lily, Daisy
izinkan hamba menabur Coriander agar kasihku dapat menuai Cowslip
dibentang garis Cranberry yang kecut menanti harap lezat, aku berselit lidah dengan Cypress
kelak Eglantine siap menjamu siapa saja tamu putik Fig.
0 notes
maseive · 3 months
Text
you can also find me on the other side
0 notes
maseive · 3 months
Text
Tumblr media
Perseteruan Batin
tw // mention of cheating , physical abuse
Si pemberi empati berkata, “maafkan Ibumu ini juga kehidupan pertamanya” lalu bagaimana denganku? apakah ini kehidupanku yang ke seratus? demi Tuhan ini juga kehidupan pertamaku. Benturan yang Ibu dapatkan bukan salahku, harusnya kepalaku tidak menjadi korban untuk benturan lainnya.
Lenganku yang biru-biru ini harusnya tidak perlu jadi saksi seberapa hebat dunia menguji Ibu, kain sejadah dan lantunan doa beliau menjadi pelarian dari maraknya sikap bajingan yang Ibu lakukan. Aku berteriak, kaca aku hancurkan, suling sebagai mata nilai kebudayaan hancur aku patahkan. Aku marah sekali Tuhan.
Ibu pernah diselingkuhi dan mengajukan cerai saat aku masih di kandungan. Sayangnya, wajahku mirip Bapak. Lantas Ibu merutuki kehadiranku. Matanya lebih seram daripada kapak di film-film thriller. Ibu juga selingkuh. Agenda reuni sekolahnya selalu menjadi mimpi buruk rumah tangga baru, ah cukup lama yang tidak menyelamatkan apa-apa. Ibu selingkuh.
Di depan mata telanjang ini aku mengantarnya bertemu seseorang, Ibu menciumnya. Demi Tuhan aku melihatnya. Di kehidupan pertama Ibu, dia membunuh harapan pada kehidupan pertamaku, juga. Ibu menyebutku anak setan karena ikut beteriak ketika dia teriak. Ibu juga setan dong? Bapak baruku biadap, kerap kali menyimpan pisau di laci kayu yang aku tahu letaknya. Untuk membungkam mulut Ibu. Ibu berisik, semua orang membencinya.
Beberapa orang juga membenciku, aku menyebutnya karma Ibu. Aku tidak ingin menjadi seorang Ibu atau menjadi Ibu. Demi Tuhan aku berusaha tidak menjadi seperti dia meski monster di dalamku yang tumbuh sejak aku kecil—kami tumbuh bersama, itu meronta-ronta ingin lepas. Aku tidak membebaskannya. Aku akan membunuhnya. Tidak. Tidak ada lagi bunuh membunuh. Aku harus mempertahankan kehidupan pertamaku, kan?
2 notes · View notes
maseive · 3 months
Text
Nova
Tumblr media
Aku adalah nova, bintang meledak singkat menghancurkan.
Kelam saat bumi terbentuk dengan baik, alaminya. Langit-langit masih hitam belum banyak benda benderang menghiasi, indahnya. Elok lahir “Dunia ini akan menjadi bencana!” teriaknya dalam gusar, tidak ada satu pun unsur yang menatap netra Elok
Dunia berlanjut, hanya langit yang hadir.
Bintang pun mencuat dari kecilnya cahaya sampai besar dan panasnya dia. Energi, adalah jiwa dalam dirinya, Bintang.
Hari berlanjut, langit sang angkasa hanya diamm menjalani gelap tanpa bersua. Elok membelah diri, rupanya adalah Bintang yang belum sempurna “Hanya cahaya kecil ‘kan?” tanya elok pada unsur di dalam dirinya
Energi menatap mata Elok lekat-lekat, “Aku ini masif, jaga bicaramu!” Hardiknya tidak suka, padahal kedua unsur itu ada di dalam satu raga.
Monolog itu tidak berhenti, bahkan tidak pernah berhenti pada masa nya. Energi dan Elok sangat kooperatif sehingga Bintang semakin menyilaukan cahayanya, lelah.
“BOOM!”
Berbagai suara, rintihan Bintang meledak, “AMPUN” teriak Elok pada Bintang. Penyesalan apapun tidak akan diterima oleh sang Empu, Bintang pun tidak bisa apa-apa selain menyinari langit.
Emosi energi meluap—membucah lepas kendalinya, rasa penyesalan Elok saling beradu dengan Energi, masif yang disebut di awal bukan kalimat belaka melainkan berwujud, semakin menyesal Elok dibuatnya.
Runtuh adalah kata yang dapat menggambarkan kejadian itu, Nova.
Runtuh juga yang menjadi awal terbentuknya semesta yang dapat kita hinggapi saat ini, Bumi.
3 notes · View notes