Allah, what happen to my heart? Part 02
God always gives a smile behind the sadness. God always gives hope beyond despair.
Sakinah, 7 tahun yang lalu
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sakinah kecil, sedang memandang kesibukkan ibu dan ayahnya yang sedang melakukan penataan barang-barang dirumah baru mereka, sakinah tidak habis pikir, kenapa dia harus pindah? Padahal sakinah sudah nyaman tinggal dirumah lamanya.
Tapi, dia tetap tidak bisa mengelak, karena hidupnya pasti akan selalu bergantung pada dua orang yang tampak sibuk kesana kemari itu dengan membawa berbagai macam barang, sesekali terdengar suara bersin dari ibunya yang memang sudah lama alergi terhadap debu.
"Ibu.. mau Ina tolong?" Sahut gadis kecil itu dari atas meja yang dari tadi ia duduki.
"Tidak Ina, Ina duduk aja ya.. huaccuih!!" Balas ibunya diiringi dengan bunyi bersin kali ke-9 itu, ya, sakinah sudah dari tadi menghitung ibunya bersin.
Sesekali ia memainkan ujung jilbab pink yang ia kenakkan, ia berpikir, padahal baru saja ia naik kelas 3 SD tetapi ibunya selalu menyuruhnya untuk terus memakai jilbab.
Padahal menurut Ina, ia masih kecil dan belum terbiasa, akan tetapi tetap saja, ibunya selalu menegurnya jika dia keluar tanpa memakai jilbab.
'Apa istimewanya jilbab sih?'
Sakinah memang masih terlalu kecil, untuk berpikir, betapa beruntungnya dia lahir di tengah-tengah keluarga yang agamis dan hidup di lingkungan yang sarat akan nasehat-nasehat dan pengajaran tentang islam, tetapi karena selama ini ia bersekolah di sekolah umum, ina jadi tidak terlalu memperdulikan semua itu, dia masih asyik dengan kesenangannya, kesenangan dunia.
_
"Ina.. gimana kamar barunya? Udah dilihat kan?" Tanya ayah Ina dengan senyum hangat yang selalu terpancar.
"Eh.. enak kok yah.. umm Ina masuk sekolah nya kapan yah?"
"Selasa ya? Jadi besok kita harus daftarin Ina ke sekolah baru Ina dulu.."
" Kita cari yang dekat ya yah?" Sahut Ina lagi
"Um.. Ina, rencananya ayah sama ibu mau daftarin Ina ke pesantren..Ina akan hidup diasrama besok"
"Hah? Ta-tapi? Ina.."
"Sekolah agama itu penting Ina.. "
Walaupun sebenarnya Ina sangat tidak menyukai keputusan orangtuanya dengan memasukkan dia kepesantren, akan tetapi Ina tidak dapat menolak, Ina tidak dapat melawan keputusan dari ayah ataupun ibunya.
Yah, walaupun ia sangat tertekan dengan keputusan itu..
"Pesantren asyik kok na.." hibur ibunya yang sedari tadi gusar melihat ekspresi sedih anak tunggalnya ini.
"Ayo.. bantu ibu nyiapin makan malam.. "
__
Setelah makan malam, ina tetap tidak banyak bicara setelah percakapan tentang pesantren tadi, ia langsung kekamar ketika selesai merapikan meja makan.
'Hidup di asrama? Jauh dari ibu ama ayah dong? Ngak bisa nonton film barbie lagi kan? Makan nya pasti ngak enak!'
Ina bergumam pesimis kepada dirinya sendiri, sambil melayangkan pandangannya kearah langit malam yang luas, tak kurang dengan sapaan angin malam yang berpotensi tinggi untuk membuat tubuh menggigil.
'Kayaknya, ibu ama ayah udah ngak sayang ama ina lagi.. buktinya mereka jahuin ina.. umm kalau gitu.. ina kabur aja sekalian.. biar ngk jadi masuk pesantren!'
Setan, memang gencar mencari hati yang gusar,sedetik saja hati seseorang itu lemah dan kosong, setan akan langsung masuk dan membisikkan rayuan-rayuan nya, sehingga tidak jarang manusia bertindak gegabah, dan itu kemenangan besar baginya.
Sakinah, mengendap-ngendap keluar dari kamarnya menuju pintu depan, tas ransel hitam dipeluknya agar gantungan kunci kesayangannya tidak berbunyi dengan bergerak kesana kemari mengikuti gerak gerik ina.
Ruang depan kosong! Ina sudah menduga karena dia sudah tahu setiap waktu sholat ayahnya akan pergi ke mesjid dan sholat bejamaah di sana, sementara ibu, ia akan hanyut dengan pekerjaannya yang berkutat didepan komputer itu.
Ina, meneruskan langkah pelariannya dengan perasaan takut yang tidak biasa.
Hingga akhirnya..
"Ina? Ngapain? Diluar? Bawa-bawa tas lagi?" Tanya ibunya heran yang secara tiba-tiba muncul di belakangnya.
"Ah aku.. Ina.. pengen kabur bu.. ibu sama ayah udah ngk sayang Ina!"
Ibu Ina terdiam seribu bahasa, seketika muncul air bergelinang di sudut matanya.
"Ke-kenapa Ina mikir kayak gitu nak?" Sahutnya kemudian sambil mensejajarkan wajahnya dan wajah ina.
"Ibu masukkin Ina ke pesantren.. ibu pengen jauh dari Inaa kan?" Ibu ina terisak mendegar alasan anaknya.
"Bukan Ina! Bukan! Ibu pengen Ina itu berhasil, mandiri dan jadi wanita sholehah! Ibu pengen Ina jadi anak baik! Ibu sayang Ina!"
"Hiks.. hiks.. pesantrenn ngk enak bu! Ngk enak!" Keluh Ina kemudian dengan isak tangisnya.
"Ibu dahulu anak pesantren Ina... percaya sama ibu.. kamu akan suka tinggal di sana.."
____________________________
'Ibu benar.. aku sangat suka sekolah disini sekarang.. sangat berbeda dengan kenyataan yang dulu.. tapi kenapa sekarang ibu malah misahin ina sama pesantren?'
Ina mengehtikan lamunan, masalalu nya ketika mobil yang dikemudikan ayahnya berhenti, dan itu artinya dia sudah sampai dirumah.
Ina hanya menatap kasur usang dikamarnya dengan hati yang pilu, suasana sunyi sangat menyiksa baginya, karena dia sudah terbiasa dengan keributan anggota asrama, ya, Ina sangat rindu mereka.
Setelah selesai merapikan kamar dan lemari yang sudah menjadi hotel bagi laba-laba itu, ina segera begegas ke kamar mandi, karena adzan isya sudah berkumandang.
Biasanya ia akan berdesakkan menunggu antrian panjang ketika ingin berwudhu.
'Ba'da ki ya ukhty!'
Ah, suara teman-temanya menandai giliran terdengar nyata ditelinga ina.
Akhirnya, Ina segera memutar keran air berwarna putih itu dan seketika air tecurah di tampung segera oleh Ina dan diusapkan pelan ketangan dan sela-sela jarinya, setelah itu ia bekumur dan membersihkan hidungnya, lalu ketika merasa air sudah cukup banyak di tangannya, ina langsung mengusapkan air dingin itu ke wajahnya yang sudah mulai kusam oleh debu sepanjang hari.
Seketika bayangan wajah-wajah pilu milik temannya terlintas di pikiran ina ketika ia memejamkan mata, astaugfirullah!
'Setan selalu berusaha memanfaatkan kelemahan manusia..'
_________
Mind for vote or comment ukhuwah fillah? Haha
5 notes
·
View notes
Allah,what happen to my heart? Part 01
Bumi masih berselimutkan embun,terdengar sayup-sayup teriakan ayam mencoba membangunkan semua makhluk yang tinggal di bangunan seperti apertement yang megah itu (huh?).
Tetapi penghuni nya seolah tidak terusik, mereka masih enggan berpisah dengan bantal yang bermotif pulau, yang terlukis secara alami sepanjang perjalanan di dunia mimpi mereka.
Tampaknya, ayam yang bertengger diatas kayu penyangga tali jemuran akhwat pavillium 'mesir 'itu menyerah untuk berkokok, semua usahanya nihil tidak ada yang bangun. Ayam itu mulai berpikir , mungkin dia terlalu cepat berkokok.
Tetapi, beberapa menit kemudian, si ayam akhirnya menyadari bahwa dia tidak terlalu cepat membangunkan manusia-manusia penghuni pondok, karena..
"Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh!! diumumkan kepada seluruh akhwat, untuk bersiap-siap menuju ke musholla karena kita akan melaksana kan sholat subuh ber jamaah... waktu kalian tersisa 5 menit.. kami ulangi tersisa 5 menit!! bangun! bangun ya akhwat! tidak ada yang terlambat!"
Teriak para munazzomat, membangunkan santriwati untuk sholat subuh berjamaah di musholla, teriakan kakak pembina melalui micropon posko menggelegar, memenuhi perkarangan akhwat.
Mau tak mau ribuan akhwat yang masih mengantuk itu harus berusaha berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan berwudhu, ya kalau tidak, para kakak munazzomat akan senang hati mengguyur mereka yang masih tidur.
"Hayya kum na ya akhwat, alwaktu baqia... salasu dakoit.. tiga menit waktu kalian tinggal 3 menit! Asrama khodijah buka pintu asrama kalian! asrama fatimah!."
Kakak mùnazzomat yang telah diamanatkan menjalankan peraturan pondok, tidak putus-putusnya membangunkan seluruh saudarinya, siapa yang tidak akan bangun diteriaki tak henti-hentinya begitu.
Tapi tunggu, tidak tertutup kemungkinan ada yang masih tidak bangun..
"Time is over! until ten! one! two!.. "
"Kina.. sakinah! bangun waktu nya udah mau habis!"
Sakinah, gadis keturunan jawa melayu itu gelagapan, mendengar ucapan teman yang membangunkannya, walaupun masih dengan pandangan yang buram, sakinah bisa melihat keadaan sekelilingnya, di asramanya masih banyak temannya yang -bergelimpangan- (dibaca:masih tidur)
Akhirnya sakinah dan temanya gina berteriak-teriak berusaha membangunkan putri-putri tidur diasrama mereka.
"Woy! bangunn waktunya dah habis! intahalwaq!"
"HA! ! haqqon?"
Akhirnya dalam sekejap atmosfer asrama maryam, mendadak berubah kalut, seperti adegan kapal titanic mau tenggelam!
"Delapan. . sembilan. . sembilan setengah. . ."
Hitungan waktu kakak munazzomat yang piket terhenti sejenàk, hingga menunggu akhwat-akhwat yang masih terseok-seok berlari.
Sementara sakinah dan teman-temannya. .
"Cepetan woy! nanti kità kena iqob!" teriak leni sambil memasang mukenah merah muda nya, air wudhu nya masih bercucuran jatuh menuju mukenah nya.
Sementara yang lain ada yang sibuk mencari jarum, sejadah, alquran dan lain sebagainya.
"Ehh cepat! Na'lun ana mana lagi?"
"Tunggu. ."
Akhirnya sakinah sang ketua asrama menghentikan teman- temannya yang sedang gelisah dia menyuruh semuanya berkumpul.
"Semua anggota asrama maryam harus kompak! lolos sama-sama. . . kena iqob juga harus sama-sama.. sekarang.. atur barisan.. kita menghadap ke meja piket sama-sama!"
Ini lah sikap yang menjadikan sakinah, pilihan satu-satunya kandidat ketua anak-anak asrama maryam ketika penyusunan struktur, sikap kritis dan tanggap nya sangat dibutuhkan dalam setiap situasi.
" sepuluhh... waktu habis.. yang terlambat segera ke meja piket!"
Sambung kakak munazomat setelah beberapa menit kemudian.
Sementara itu..
"Oke.. ayo sekarang" komando sakinah ketika selesai mengamati keadaan meja piket, aman! Ngak ada ustaza!
Akhirnya, dengan langkah pasti dan barisan yang rapi, pasukan terlambat subuh yang di komandoi sakinah mulai memasuki lapangan.
"YaaAllah!. . Maskan maryam! Min aina?" Teriak kakak petugas piket hari ini, ketika melihat pasukan sakinah.
"Anu. . Afwan ukhty. . Kami terlambat.." sahut sakinah gugup, jujur dia baru kali ini terlambat pergi sholat seperti ini, walaupun ada, itu bisa dihitung dan semuanya memiliki alasan darurat tersendiri, tapi tidak untuk kali ini.
"Kenapa bisa satu asrama terlambat? Apa yang kalian lakukan malam tadi?"
Degg..
Pertanyaan yang sangat tepat sekali, sepertinya kakak munazommat sudah dilatih untuk menganalisa kesalahan.
Ya, malam ini mereka menonton bersama dengan meminjami laptop kepunyaan ustaza, karena besok libur, ustaza bermurah hati meminjam kan laptop kepunyaannya, tapi, mungkin karena tidak di awasi, mereka akhirnya melewati batas jam tidur dan akibatnya mereka susah untuk bangun pagi dan akhirnya... TERLAMBAT
"Begitu ukht.." gumam sakinah setelah menjelaskan panjang lebar alasan keterlambat mereka.
"Ya sudah.. sekarang kelilingi lapangan volly 10 kali"
Ah! Ternyata walaupun sudah di jelaskan keadaan nya, sama saja, para munazzomat tetap memberi mereka hukuman, err..yang benar saja!
_
Pagi ini, setelah melakukan program jum'at bersih-bersih pondok,banyak akhwat yang kelelahan memilih untuk duduk santai di bawah pohon besar depan lapangan asrama yang bisanya di jadikan para akhwat untuk tempat strategis menjemur kasur-kasur bau mereka.
"Eh.. anti ngak ikut jemur len?" Tanya sakinah sembari menarik kasur usang nya keluar asrama.
"Ha.. sakinah? Anti masih di sini toh?" Leni balik bertanya, matanya masih terlihat fokus dengan lembaran al-quran ditangannya.
"Na'am.. kenapa?"
"Hmm.. tadi ane lihat orangtua anti di depan.."
"Eh.. mereka datang?" Sakinah langsung melempar kasurnya ke arah leni dan dia buru-buru mengambil kaus kaki untuk pergi ke depan gerbang.
"Eh .. oh.. astaugfirullah! Ina!"
"Eh maaf-maaf.. hehe ane pergi dulu.. assalamualaikum!"
Leni hanya bisa menggeleng lemah melihat tingkah ketua asramanya itu.
"Bawa makanan yang banyak!"
___________
Sakinah, celingukan, berusaha mencari sosok orang yang di panggil ibu dan ayah selama ini, ya walaupun hanya bisa menjenguk satu kali dalam dua pekan, sakinah tetap bersyukur, karena mengingat masih banyak temannya yang tidak pernah di jenguk bertahun-tahun oleh orangtua mereka, menyedihkan.
Tapi sakinah sempat merasa heran, karena orangtua nya menjenguk lebih cepat dari biasanya, atau mungkin leni salah lihat?
"Ina!!"
Eh, itu suara ibu.
Sakinah segera menoleh mencari sumber suara, ketika menemukan sosok ibunya, sakinah segera berlari kearah ibunya.
"Assalamualaikum.. ibu.. apa kabar! Eh ibu sendirian? Mana ayah?"
"Eh.. walaikumsalam.. inaa sayang.. kamu sehat nak?" Sahut ibunya sambil memeluk erat anak sulungnya itu.
"Ibu.. mana ayah?"
"Ayah... dia.. sedang ke kantor kepala sekolah.. " jawab ibunya gugup.
"Ngapain?" Tanya sakinah lagi, dia masih penasaran.
"Hmm.. sebenarnya.. kedatangan ibu dan ayah kesini.. kami ingin menjemput kamu pulang"
"Pulang? Kenapa?ada yang sakit bu?"
"Kamu.. ngak apa-apa kan.. ibu dan ayah mau pindahkan kamu dari sini.."
"Hah? Ibu.. jangan becanda deh.. pindah?"
Pindah? Ini pertama kalinya sakinah mendengar kata yang tabu itu dari mulut ibu sendiri, selama ini ibunya tidak pernah mengatakan hal-hal seperti ini, walaupun sakinah pernah memintanya ketika ia masih duduk di tingkat sekolah dasar pondok.
iya, dia memang sudah hidup berasrama sejak umur 7 tahun, dan tahun-tahun pertama adalah masa yang sangat sulit.
"I-iya.. ayah mu kehilangan pekerjaannya.. pabrik roti tempat ayah bekerja bangkrut.. uang tabungan kita juga sudah menipis.. jadi .. ya... maaf.." jelas ibunya dengan rasa bersalah.
"Tapi.. ke-kenapa .. eh.. aku mau pindah kemana?"
"Sekolah umum.."
Sekolah umum, selain pelajarannya, sekolah umum juga sangat berbeda dengan pondok disegi pergaulan, busana, peraturan dan lain sebagainya, rasanya sekolah umum dan pondok adalah dua dunia yang sangat berbeda, sakinah mulai berfikir, mungkin kehidupan akan berubah dalam waktu dekat ini.
Sekolah umum, dengan pelajaran umum dan materi hitung-hitungan yang sangat ribet
Sekolah umum, dengan kegiatan tambahan yang banyak bergerak.
Sekolah umum, dengan anak laki-laki nya oh yang benar saja!
Bagaimana kalau nanti dia diejek?
Bagaimana
Bagaimana
Bagaimana
"Enggak bu.. ina ngak siap sekolah di situ.."
"Ina.. apa kamu sudah.. eh ibu.. ibu sudah jelaskan maksud kita kesini kan sama ina?" Sahut ayah sakinah yang tiba-tiba datang dengan sebuah map ditangan nya.
"Ayah.."
"Maaf ina.. kalau kami terlalu tergesa-gesa dan tidak bertanya dulu kepada mu tentang ini.. tapi.. ayah sudah tidak bisa membayar uang bulanan kamu disini na.."
"Ayo sayang.. kita kemas barang mu sekarang.."
Sakinah hanya bisa tertunduk sedih, sementara pemikiran negatif tentang sekolah barunya terus memenuhi otaknya, belum lagi, perasaan sedih akan perpisahan nya dengan pondok dan teman-temannya yang sudah bersamanya selama 8 tahun.
Sakinah berlari memeluk punggung ibunya dari belakang
"Ibu, mohon! Jangan pindahkan ina.. hiks.. hiks.."
Ibu nya berbalik, lalu membelai wajah sendu sakinah dengan lembut.
"Maaf kan ibu.. nak.. "
"Ina.. apa kau ingat.. firman Allah yang berbunyi.. semakin berat cobaan seseorang dan dia mampu melewatinya, maka semakin mulia pula kedudukan orang itu di mata Allah.."
Sakinah hanya tertunduk semakin dalam, airmatanya deras bercucuran.
Batin ina berkata, mungkin Allah ingin menguji ke istiqomahan ku beribadah kepadanya, menguji keimanan ku agar aku bisa lulus dan menjadi sholehah sebenarnya.Apapun itu, semoga aku dalam lindungan Allah dan tidak terjerumus dalam hal yang tidak baik.
___________________TBC_____________________
NB:
Munzomat> kakak senior, pembina
Akhwat> para perempuan
Hayya> ayo
Kum > bangun
Baqia>tersisa
Intahalwaq>waktu habis
Maskan>asrama
Haqqon>beneran?
Na'lun>sendal
Min aina?>dari mane?
Oke sekian dulu~
Mind vote or comment?
3 notes
·
View notes