Tumgik
techloops-blog · 7 years
Video
youtube
Here’s what you need to know--right from the famous Youtuber itself--before you get your videos banned by Youtube by the new Youtube censorship policy of 2017.
(Sumber: Phillip DeFranco)
1 note · View note
techloops-blog · 7 years
Video
youtube
Bagaimana pendapat anda mengenai fakta kebijakan baru President Trump yang mengizinkan perusahaan digital untuk menjual data Anda?
(Sumber: Technology Review)
0 notes
techloops-blog · 7 years
Text
PEWDIEPIE GREEN SCREEN COMPETITION
Bagi kalian pecinta video games pastinya tidak asing dengan PewDiePie! Ya, Felix Kjellberg atau yang biasa kita kenal sebagai PewDiePie adalah seorang komentator video games di Youtube yang sekaligus merupakan salah satu dari sekian banyak youtubers yang telah merasakan popularitas dan kesuksesan atas video – video yang telah Ia unggah pada akun Youtubenya. Kjellberg merupakan youtuber dengan jumlah pelanggan atau subscribers paling banyak di Youtube saat ini. Pada 21 Mei 2017, akun PewDiePie telah memiliki  55.107.601 orang subscribers, dan terus mengalami peningkatan jumlah subscribers kurang lebih sebanyak 1000 hingga 2000 orang setiap harinya. Tak hanya itu, Kjellberg juga telah meraup keuntungan yang fantastis berkat Youtube, yakni sebanyak $15 juta sepanjang tahun 2016. Selain Youtube, Ia kemudian memperlebar sayapnya dengan membuat web series bekerja sama dengan Youtube dan Disney yang berjudul “Scare PewDiePie” di Youtube Red dan menerbitkan buku berjudul “This Book Loves You” bagi para penggemar setianya. Tak heran bahwa dirinya seringkali dijuluki sebagai “The King of Youtube”.
Tumblr media
(Sumber Gambar: http://variety.com/t/pewdiepie/)
Pada pertengahan tahun 2016 kemarin, Kjellberg membuat sebuah kompetisi yang Ia tujukan bagi para penonton setianya di Youtube, yakni “PewDiePie Green Screen Competition”. Khusus untuk ajang kompetisi tersebut, Kjellberg menyiapkan sebuah video di mana Ia memeragakan berbagai aksi beserta percakapan di depan sebuah green screen. Video tersebut kemudian harus di-edit oleh para peserta kompetisi tersebut sehingga menghasilkan video - video baru yang lucu dan menghibur. Video - video yang terpilih kemudian akan ditampilkan pada video kompilasi pada akun Youtube PewDiePie sendiri sebagai bentuk interaksi dan apresiasi antara PewDiePie dengan para penggemarnya tersebut. Dan hasilnya? Lucu - lucu banget! Dijamin bikin kita semua terhibur! Gak percaya? Coba tengok video di bawah ini dulu:
youtube
“PewDiePie Green Screen Competition” sebagai Bentuk dari Remix Culture
Fenomena “PewDiePie Green Screen Competition” ini merupakan salah satu contoh yang relevan yang mampu mengilustrasikan teori Habermas, Castell dan Lesig di era web 2.0 ini bagaimana komunikasi digital dan new media platform meningkatkan partisipasi budaya serta bagaimana kebijakan budaya mempengaruhi perilaku budaya pengguna yang menghasilkan dan konsumen dalam budaya konvergensi digital (Valtysson, 2010). Di dalam era konvergensi seperti sekarang ini, batasan antara produser dan konsumen mejadi memudar. Konsumen seperti online-user sekarang sudah dapat menciptakan kontennya sendiri. Hal ini dapat digambarkan dari Green Screen Competition ini, antar online-user membuat video dan menyebarkannya sendiri ke online-user lainnya. PewDiePie sebagai produsen video mentahan yang siap di-edit pun menjadi konsumen dari video - video hasil editan peserta kompetisi tersebut, kemudian PewDiePie memproduksi kembali sebuah video berupa kompilasi - kompilasi video buatan para peserta. It’s a never-ending loops.
Hasil video dari kompetisi ini juga merepresentasikan apa yang dinamakan dengan budaya mash-up yang merupakan sarana untuk remixed dan remade dari adanya sesuatu yang sudah ada. Jadi disini, video menggunakan Green Screen menjadi awal dari banyaknya video yang di unggah dengan memodifikasi video awal dengan ide dasar yang sama. Variasi dari video yang menggunakan green screen dengan tema yang berbeda ini membangun eksistensi dari Green Screen Competition karena ketika video ini di unggah lalu disebar, maka orang-orang akan banyak yang melihatnya terutama di era digital seperti sekarang ini. Green Screen Competition ini bersifat repetisi dalam penyebarannya karena menjadi viral dan banyak orang yang mengikutinya. Green Screen Competition ini tersebar melalui iconophilia, dimana video yang di tunjukkan untuk green screen competition yang di lihat lalu menjadikan orang tersebut ingin melakukan hal yang sama dengan tema yang berbeda. Hal ini mangadosi nilai copy dan original, copy karena kita menggunakan ide dasar yang sama yaitu green screen dan original karena kita menggunakan tema dan objek yang berbeda.
Tumblr media
Fenomena Green Screen Competition dengan memanfaatkan platform Youtube ini dapat dilihat sebagai sebuah produk yang masuk ke dalam involvement model atau model yang mengutamakan keterlibatan dan juga menerapkan content as conversation, dimana para penggemar dari PewDiePie tersebut dapat menciptakan konversasi yang berkelanjutan dari konten atau video awal yang telah diciptakan. Dengan itu, kompetisi ini dapat dilihat sebagai perwujudan penerapan dari era produsage atau user-led content creation di saat ini karena berdasar pada rezim premisif atau ‘serba boleh’, dimana dalam kasus ini, PewDiePie justru secara sengaja memperbolehkan para peserta kompetisi untuk melakukan apa saja pada kontennya dan ‘mewadahi’ terjadinya pengembangan dan peningkatan konten yang berkelanjutan atau bersifat unfinished.
Kompetisi ini menjadi salah satu contoh dari sekian banyak fenomena yang menggambarkan bahwa melalui internet, para pengguna kini tidak hanya berperan sebagai penikmat konten semata, melainkan dapat pula secara mudah terlibat sebagai produser sehingga memunculkan istilah pengguna sebagai prosumers.
Referensi:
Shiga, J. (2007). Copy-and-Persist: The Logic of Mash-Up Culture.
http://remote-lib.ui.ac.id:6321/doi/full/10.1080/07393180701262685. Di akses 21 Mei 2017
Valtysson, B. (2010). Access culture: Web 2.0 and cultural participation.
43 notes · View notes
techloops-blog · 7 years
Video
youtube
Akses internet sangatlah luas dan tidak terbatas, milyaran computer saling terhubung, tidak ada hukum yang tegas didunia maya ini. Beberapa negara pun berfikir bahwa sumber informasi tak terbatas di internet ini akan memberi efek negatif bagi penduduknya. Maka karena itu, beberapa negara menerapkan internet censorship ini untuk membatasi akses internet mulai dari situs maupun media sosial.
Namira Sayyida, 1506720721
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=HfS_2oXVch0
0 notes
techloops-blog · 7 years
Video
youtube
It’s such a great video illustrating the threats over our privacy on the Internet.
So, let’s watch!
- Dayintani Kirana (1506756431) - 
Sumber: youtube.com
0 notes
techloops-blog · 7 years
Link
Tumblr media
Namira Sayyida, 1506720721.
0 notes
techloops-blog · 7 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Shame on you, Mr. President. Beberapa screenshot dari tweet Donald Trump di atas hanya merupakan segelintir contoh online misogyny yang diterima oleh kaum perempuan di dunia maya dewasa ini. Fenomena yang menggeramkan inilah yang kemudian mendorong masyarakat di berbagai negara di dunia, seperti Britania Raya melakukan gerakan untuk melawan oniline misogyny. politisi dari partai buruh, konservatif, dan liberal demokrat bersatu untuk membuat suatu kampanye nasional untuk melawan online misogyny di Britania Raya pada Mei 2016. Beberapa tokoh utama dari gerakan tersebut antara lain Yvette Cooper, Maria Miller, Jo Swinson, dan Jess Phillips. Mereka merupakan gabungan para aktivis dan politikus di bangku pemerintahan Britania Raya. Salah satu agenda dari kampanye nasional tersebut yaitu merilis hasil penelitian oleh Demos yang mengungkap besarnya jumlah tindakan online misogyny khususnya di negara tersebut. Demos telah mengkaji kuantitas penggunaan kata seperti "slut" dan "whore" oleh pengguna Twitter di Britania Raya selama 3 minggu berturut - turut hingga akhir April 2016. Hasil studi mengatakan bahwa sejumlah 6500 individu telah mengalami kekerasan online, melalui 10000 tweets yang bersifat agresif dan misogynystic. Sedangkan di seluruh dunia, sebanyak lebih dari 200000 tweets dilayangkan untuk menghujat sekitar 80000 individu dalam kurun waktu yang sama. Sumber terkait: https://www.theguardian.com/technology/2016/may/25/yvette-cooper-leads-cross-party-campaign-against-online-abuse
0 notes
techloops-blog · 7 years
Text
Munculnya budaya partisipasi aktif pada dunia online di masa kini ternyata memberikan pengaruh negatif pula pada kehidupan masyarakat yang salah satunya adalah meningkatnya online abuse terutama pada perempuan oleh kaum laki-laki. Hal tersebut bisa terjadi dalam berbagai macam jenis (seperti pelecehan seksual, sexist, dan lain sebagainya) dan dalam berbagai bentuk. Seringkali para abuser tersebut melakukannya secara anonymous, namun ada pula yang berani menunjukkan identitas asli mereka.
Tumblr media
Foto diatas adalah salah satu contoh di saat seorang aktris dari Amerika bernama Ashley Judd mengalami berbagai pelecehan seksual, menjadi sasaran pemerkosaan dan kematian di internet. Beberapa pelecehan yang terparah yang ia terima tersebut terjadi setelah dia mempertimbangkan tentang sebuah game Kentucky Wildcats.
youtube
- Dayintani Kirana (1506756431) -
Sumber:
http://mobile.abc.net.au/news/2011-11-11/evans-men-call-me-things-and-its-not-romantic-twitt/3659712?pfmredir=sm
http://www.refinery29.com/2017/01/136667/ashley-judd-ted-talk-sexual-harassment-women-online
0 notes
techloops-blog · 7 years
Photo
Tumblr media
Misogyny adalah tumpukan beban perempuan yang harus dihadapi sehari-hari sebagai ‘hukuman’ karena menggunakan internet. Kebanyakan dari kita pernah mengalaminya sebagai perempuan, khususnya bagi yang menjunjung feminisme dan  kesetaraan sosial, cenderung menjadi sasaran. Apabila hal-hal yang aneh terjadi kepada kita sebagai wanita, seperti misalkan memiliki warna kulit yang gelap, pelecehan menjadi sesuatu yang lebih sering ditemui. 
Baru-baru ini, terdapat data yang meliput  pendapat tentang pelecehan online yang menunjukkan bahwa 47% millenials telah mengalami pelecehan online secara pribadi, ataupun terjadi terhadap seseorang yang mereka kenal, dibandingkan dengan 22% orang dewasa Amerika secara keseluruhan. Dari jumlah ini, 55% adalah wanita. Hasilnya juga menunjukkan bahwa pelecehan yang juga bentuk dari rasis: 34% orang Latin dan dan 22% orang kulit hitam yang disurvei melaporkan pelecehan online, dibandingkan dengan 19% orang kulit putih. 
Sementara itu, studi Demos ini menunjukkan bahwa jurnalis wanita 3 kali lipat lebih memungkinkan untuk menerima pelecehan seksis daripada pria. Selanjutnya ditemukan bahwa 60% penyalahgunaan terhadap wanita secara online dilakukan oleh laki-laki, sementara 75% penyalahgunaan online terhadap laki-laki juga dilakukan oleh laki-laki. Pelecehan yang dihadapi oleh jurnalis wanita sangat buruk sehingga sebuah artikel di Columbia Journalism Review bahkan menyebutnya sebagai "ancaman terhadap kebebasan berbicara". 
Sayangnya, undang-undang seputar pelecehan online tidak kuat. Sekarang kemampuan situs atau media sosial untuk memakai sistem anonimitas di internet semakin bertambah dan orang lain yang tidak kita kenal dapat memilih untuk tetap mengenakan anonim atau ‘memakai kostum’. Contohnya seperti situs ask.fm yang sangat memungkinkan orang yang tidak kita kenal untuk menggunakan anonimitas dan mempertanyakan hal-hal aneh atau yang sudah dibatas tidak wajar seperti bentuk pelecehan online atau cyberbullying.
(source: http://feministing.com/2016/11/01/why-are-people-horrible-to-women-on-the-internet/)
Namira Sayyida, 1506720721.
1 note · View note
techloops-blog · 7 years
Text
Garage Band sebagai Salah Satu Wadah Remix
Seperti yang kita ketahui, salah satu perkembangan teknologi yang sangat berpengaruh pada kehidupan manusia adalah munculnya internet. Dimana dengan keberadaan internet, apa yang dinamakan dengan budaya Read & Write semakin kental. Read & Write Culture itu sendiri adalah saat dimana masyarakat tidak hanya sekedar mengonsumsi konten-konten yang ada pada media, melainkan melakukan pembuatan ulang atau reproduksi dari konten-konten tersebut akibat adanya rasa tidak puas mereka. 
Tumblr media
Gambar diatas merupakan salah satu contoh aplikasi yang dapat digunakan untuk melakukan remix atau mashup lagu yang dinamakan Garage Band yang ada pada Mac. Tersedianya wadah ini yang bisa didapatkan secara cuma-cuma menandakan bahwa saat ini setiap orang (terutama pengguna Mac) dapat melakukan pengkreasian ulang konten-konten atau lagu-lagu yang sudah ada sebelumnya kapan saja dan dimana saja sesuai dengan yang mereka inginkan. Banyak kreasi-kreasi mereka yang kemudian di share melalui platform-platform sosial media (internet) yang dapat diakses oleh siapa saja seperti contohnya Soundcloud. Tidak menutup kemungkinan apabila pengkreasian ulang yang telah dishare tersebut kemudian dikreasikan kembali oleh orang lain sehingga hal ini menandakan bahwa budaya ini sebagai proses yang unfinished atau sesuatu yang terus berlanjut dan tidak pernah selesai. Namun di lain sisi, fenomena ini dapat membawa permasalahan yang menyangkut masalah copyright.
- Dayintani Kirana (1506756431) -
Sumber:
Lessig, Lawrence (2008) Remix: making art and commerce thrive in the hybrid economy, pp.23-31
google.com (gambar)
1 note · View note
techloops-blog · 7 years
Video
youtube
Glee merupakan salah satu TV Show yang paling memorable bagi saya. Walaupun sudah tamat sejak lama, akan tetapi seluruh tokoh, karakter, dan juga lagu - lagu cover yang mereka suguhkan dalam tiap episodenya tetap terus terekam di dalam ingatan saya. Salah satu hal yang paling saya sukai dari serial Glee adalah ketika para aktris dan/atau aktor menampilkan lagu - lagu yang mereka medley dan mash-up, salah satu contohnya yaitu video di atas yang dinyanyikan oleh Quinn Fabray dan Rachel Berry. Medley dan mash-ups tersebut kemudian memicu banyak sekali budaya remix dalam bentuk mash-ups, seperti yang dilakukan oleh Pentatonix dan para musisi lainnya. Budaya remix di tengah - tengah masyarakat kemudian mampu memicu kreativitas masyarakat itu sendiri. Dengan munculnya budaya remix, banyak sekali karya - karya baru yang dapat dinikmati oleh masyarakat lainnya. Masyarakat penikmat hasil dari budaya remix tersebut kemudian melakukan kegiatan share dan reworking, sehingga budaya remix menjadi suatu never ending loops. 
0 notes
techloops-blog · 7 years
Text
Awal Mula Budaya Remix
“Manusia itu tidak pernah puas.” Kalimat itu terbukti ketika kita melihat pola konsumsi media oleh masyarakat. Di era konvergensi media dan digital media, seperti saat ini, masyarakat punya peran yang lebih untuk tidak sekedar menjadi konsumen. Media baru memungkinkan mereka menjadi produsen melalui kegiatan produsage, meski dengan skala kecil. Merekapun tidak harus menciptakan sesuatu yang benar-benar baru untuk menjadi produsen dari konten media. Cukup menciptakan sedikit modifikasi dari konten media yang sudah ada.
Ada banyak cara yang mudah untuk turut berpartisipasi menciptakan konten media tersebut, seperti memunculkan budaya remix. Dimana masyarakat menyalurkan kreativitas yang mereka punya, dengan mengubah, menambahkan atau memodifikasi konten media yang sudah ada. Bentuknya bermacam-macam mulai dari aktivitas yang banyak orang lakukan sekarang ini seperti membuat meme, dubbing video, ataupun pembuatan fan-fiction.
Bentuk budaya remix terjadi karena ketidakpuasan manusia tadi. Mereka mungkin kecewa atau belum puas dengan konten original  dari media tersebut, yang tidak sesuai dengan ekspektasi dan keinginan mereka. Atau mereka melihat ada ‘sesuatu yang lebih’ yang bisa dibuat dan dimodifikasi dari konten-konten yang sudah ada tersebut. Untuk alasan yang pertama, lahirlah fan-fiction. Untuk alasan yang kedua, lahirlah dubbing-dubbing video.
Melalui aktivitas seperti remix, mereka juga sebenarnya menunjukkan eksistensi mereka. Mereka menunjukkan kreativitas yang mereka punya, memanfaatkan segala sesuatu yang sudah ada, lalu mereka olah sesuai dengan keinginan ataupun kebutuhan bagi diri sendiri dan orang lain yang memiliki selere yang serupa.
Namira Sayyida - 1506720721.
0 notes
techloops-blog · 7 years
Video
youtube
One of my favorite youtubers!
“Open participation, communal evaluation: Produsage is based on the collaborative engagement of (ideally, large) communities of participants in a shared project. The community engages in a continuous peer review of all participants’ contributions.”
-Axel Bruns, in Distributed Creativity: Filesharing and Produsage
0 notes
techloops-blog · 7 years
Text
Barbie
Ketika berbicara mengenai transmedia storytelling, saya jadi teringat sewaktu saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar, kira - kira sekitar tahun 2006 silam. Saya pada waktu itu merupakan pecinta Barbie. Kecintaan saya pada Barbie semakin besar ketika munculnya film “Barbie: The Princess and the Pauper” di saluran RCTI. Saya membeli semua merchandise yang berhubungan dengan Barbie, mulai dari bonekanya, tempat makan dan tempat minumnya, dan masih banyak lagi. Fenomena ini pun kemudian membuat saya menjadi yakin bahwa yang menjadi salah satu faktor kesuksesan Boneka Barbie yang paling utama adalah transmedia story telling. Dengan kesuksesan boneka Barbie, muncul berbagai film Barbie dengan berbagai kemasan berbeda seperti “Barbie in the Nutckrecker”, “Barbie as Rapunzel”, “Barbie of Swan Lake”, dan masih banyak lagi. Lebih jauh lagi, Barbie pun memiliki banyak seri video game yang dapat dimainkan baik di playstation maupun di PC. Bahkan sejak kemunculan internet, situs www.barbie.com kini menawarkan para pengguna website untuk menjadi part of Barbie’s world. Cukup dengan mendaftarkan diri pada website, kita dapat menjadi karakter Barbie sesuai yang kita inginkan. Hal tersebut merupakan salah satu fakta di mana Barbie kini menjadi obyek bisnis franchise yang sangat besar. Sumber terkait: www.barbie.com
0 notes
techloops-blog · 7 years
Text
Transmedia storytelling merupakan “teknik bercerita sebuah cerita tunggal di beberapa platform dan format menggunakan teknologi digital saat ini”. Menurut Jenkins, hal ini dilakukan dalam rangka untuk menciptakan pengalaman hiburan yang terpadu dan terkoordinasi.
Tumblr media
Siapa dari kita yang tidak tahu tokoh kartun minions ini? bentuk, perlakuan, gaya bicara, dan lain sebagainya dari para minions yang sangat menggemaskan ini membuat orang-orang jatuh cinta. Minions ini muncul pertama kali pada film “Despicable Me” dan akhirnya membuat film sendiri berjudul “Minions”. Semenjak kemunculan film Despicable Me tersebut, tokoh minions menjadi sangat disukai. Dari film ini, kemudian dibentuklah platform-platform lain yang berbeda dengan membawa tokoh menggemaskan ini. Mulai dari games minions yang memiliki jalan cerita yang berbeda dengan film nya, merchandise minions, video minions bernyanyi, sampai pembuatan video dan animasi oleh pihak lain mengenai cerita Minions sehari-hari seperti yang dibuat oleh Banana Cartoon Team pada akun youtube nya. 
Tumblr media
Hal ini lah merupakan salah satu contoh dari transmedia storytelling
- Dayintani Kirana (1506756431) -
Source:
- http://www.scriptmag.com/multimedia/transmedia/
- youtube.com
- google.com
0 notes
techloops-blog · 7 years
Text
Produsage merupakan sebuah fenomena dimana masyarakat tidak hanya berperan sebagai pengonsumsi dari konten-konten media yang ada namun juga sebagai pencipta konten yang disebarkan pula melalui media. Konten-konten tersebut (artefak) dibuat oleh user itu sendiri yang berperan sebagai produsers sehingga terlihat bahwa peran dari user sangatlah besar.
Namun bukan berarti produser tradisional tidak memiliki peran dalam proses produsage ini, melainkan terjadinya penggabungan peran diantara kedua belah pihak. Organisasi tradisional tetap berperan dalam memberikan wadah kepada komunitas produsage (produsers) untuk menciptakan pengetahuan dan kreativitas mereka. 
Tumblr media
Salah satunya adalah Wikia, yang merupakan penyedia jasa hosting berbasis wiki untuk komunitas dalam mengunggah informasi dan melakukan diskusi tentang topik tertentu di tingkat yang jauh lebih besar dan rinci daripada yang ada pada artikel Wikipedia. Website dari Wikia ini dikenal dengan Fandom powered by Wikia. Dari namanya saja sudah terlihat jelas bukan?
- Dayintani Kirana (1506756431) –
Sources:
Bruns, Axel (2007). Produsage: Towards a Broader Framework for User-Led Content Creation
Wikipedia.com
0 notes
techloops-blog · 7 years
Photo
Tumblr media
Setiap orang pasti pernah menikmati hasil produk dari Transmedia Storytelling. Apasih Transmedia Storytelling?
Menurut Henry Jenkins, Transmedia Storytelling merupakan proses di mana unsur-unsur yang tidak terpisahkan dari sebuah fiksi tersebar secara sistematis di beberapa saluran media yang bertujuan untuk menciptakan pengalaman hiburan terpadu dan terkoordinasi. Singkatnya, dimana sebuah cerita yang menyebar lewat multiple platform. 
Contoh produk hasil dari sebuah transmedia storytelling adalah STAR WARS. Para penggemar film STAR WARS telah melalui lintas generasi sejak film ini dirilis pertama kali pada 25 Mei 1977. Pengembangan produk STAR WARS beraneka ragam. Mulai dari novel, game, serial animasi, komik, sampai dijadikan sebuah film. Bahkan kolaborasi Angry Birds dan Star Wars merupakan bentuk regenerasi fan base yang cukup efektif. Apalagi setelah Lucas melepaskan STAR WARS ke pihak Disney yang sangat berpengalaman dalam dunia Storytelling. (source: http://www.adhicipta.com/era-transmedia-storytelling/)
Kekuatan Transmedia Storytelling akan semakin memperkuat sebuah cerita serta dampaknya terhadap audiens. Akibat dari adanya transmedia strorytelling yaitu konsumen akan semakin terikat secara emosional terhadap produk utama dan varian dari aspek seperti karakter yang terdapat di dalam STAR WARS. Jika diamati, biasanya penggemar atau fandom dari STAR WARS akan mengoleksi setiap merchandise atau bahkan sampai menjadi cosplayer yang meniru tokoh STAR WARS.
Namira Sayyida - 1506720721
0 notes