Tumgik
ameliasoeharman · 5 years
Text
Tumblr media
Today, sixteen years after you passed away, at that time i was sixteen years old and i was not ready for you to leave. Many things i haven't had to tell, but it would be a reason to always tell you a lot through Allah by never breaking up praying the best for you. Now, i’m still alive and at my happiest between upside and down the trials of life because i know you're here with me, Ma. From bontot, who always miss you. ❤️
3 notes · View notes
ameliasoeharman · 5 years
Text
Just Talk to Allah
Talk to Allah like He’s your best friend. When you see something amazing, even though Allah sees it, quietly mention it to Him. When you’re walking home from work, tell Him about your day. Tell him about your plans for the next day when you’re lying in bed. Tell Him about the dream you had, what you want to eat for dinner, tell Him when you’re stressed, tell Him about your family. Just talk to Him. You’ll grow closer to him, it’ll be easier to make dua and it’ll be easier to turn to Him in both happiness and sadness.
1 note · View note
ameliasoeharman · 5 years
Text
Siapa Yang Paling Bertanggung Jawab Pada Kehidupan?
Siapa yang paling bertanggung jawab pada kehidupan? Ya pastinya kita sendiri.
Selama 30 tahun lebih saya hidup, banyak sekali hal yang saya tunda. Saya sendiri merasa tidak cukup sanggup atau bahkan lebih suka berada pada level “main aman” comfort zone. Tapi pada satu saat tertentu kita akan melihat orang lain atau sering teman kita sendiri sudah memiliki banyak pengalaman, hidupnya sudah sangat luar biasa.
Disitu seringkali kita berpikir “ah beruntung banget dia, ya panteslah emang dari sono gini, cakeplah, ini lah, itu lah”. Akhirnya kita termakan dengan pikiran-pikiran negatif kita sendiri, padahal sebenernya kesuksesan seseorang ditentukan dari adanya banyak faktor yang membantu, ga nyambung juga karena paras/cakep trus langsung bisa sukses. Hehe.
Terkadang kita juga pernah terperangkap dalam suatu kondisi yang kita maknai lebih dalam, lebih indah atau sebaliknya lebih suram. Hal itu bisa membuat kita jalan di tempat “stuck” and we are not going anywhere. That’s why, setiap waktu saya merasa butuh Life Enhancement. Diri ini ingin untuk belajar terus, berproses terus, dan ingin selalu ada jalan untuk meningkatkan kualitas diri. Bukan sekedar menikmati apa yang ada, atau bahkan menuntut orang lain (orang tua, saudara, pasangan) untuk melakukan perbaikan hidup kita. Karena sebaiknya yang bisa memberikan sesuatu terbaik untuk diri kita adalah diri kita sendiri.
Saat ini saya memilih untuk berdamai. Ya berdamai dengan kondisi, apapun itu. Terutama berdamai dengan keresahan akan masa depan. Dengan begitu saya bisa tidur nyenyak, beribadah dengan khusyuk, muka nggak awut-awutan, badan dan jiwa juga lebih stabil terpelihara.
Jika kita telah berdamai dengan hidup kita, maka kita akan lebih bisa menyederhanakan hidup. Semakin sederhana hidup, makin santai kita. Semakin nggak pusing ngurusin fisik melulu, makin nggak ngurusin fisik tapi kenapa makin bersinar-sinar aura kita dan akhirnya banyak orang yang bilang “amel kok makin seger aja, fresh” padahal ya sama aja dari dulu jarang dandan. Lebih percaya sih dengan beban untuk tampil super cantik sekarang makin dan semakin berkurang. Langkah makin ringan, hidup juga lebih alami.
Selain menyederhanakan secara fisik, saya juga menyederhanakan diri dari perasaan atau feelings yang bisa bikin hidup kita makin drop. Banyak temen bertanya, “mel gimana sih caranya biar sedih ini ga terus-terusan ada?”. Kesedihan akan lebih cepat selesai kalau kita membukanya, krn kebanyakan dari kita secara tidak sadar menutupnya dengan embel-embel sok kuat, be strong, be positive, etc. Lalu memangnya kamu tidak pernah sedih? Tidak pernah galau? Tidak pernah mellow? Atau merasa pahit? Tertawa terus? Happy terus?. Sebenarnya kita mengalami semua sensasi emosi itu, baik sedih,seneng, nangis, sumpek, berbunga-bunga dan lainnya. Tapi yang stuck dan nempel di kepala itu kadang hanya perasaan sedih aja. Terutama faktor dari cerita teman, kerabat, dan lainnya yang nempel di memori tentang putus cinta, cerai, kesedihan ditinggal meninggal orang tersayang, sakit, hamil diluar nikah, KDRT, etc. Sementara kita mengabaikan cerita bahagia yang sebelumnya dia ceritakan pada kita. Dan ketika sedih itu datang, kita tutup dengan segala cara yaitu dengan Stay Strong! Padahal apakah salah jika kita mengakui kalau kita fragile? Atau menangis?
Saya yakin pasti banyak diluar sana yang dalam seminggu ada rasa kesal, bete, sedih, pedih, dan semacamnya. Tapi nggak akan di post di beberapa akun medsos mereka kan? Tapi itu juga pilihan mereka, tidak apa-apa juga. Karena pilihan mereka untuk “selalu” dan tetap terlihat kuat di mata orang lain. Saya pun sekarang masih berproses dan memilih untuk terlihat apa adanya, lagi sedih ya sedih, lagi fragile ya fragile, lagi bahagia ya senyum-senyum terus, lagi santai ya santai. Ga ada yang berlebihan. Sehari-hari saya belajar untuk mencintai dan menerima setiap kondisi emosi. Senang oke, sedih ya oke. Saya tidak menolaknya dan saya belajar menghargai kedua sisi kehidupan itu. Dengan begitu kita lebih legowo dalam menjalani kehidupan, sholat dan ibadah pun jadi lebih khusyuk.
Kita dapat lihat, mereka yang tercerahkan adalah mereka yang sebelumnya sudah berhasil melewati masa-masa sulit, masa sedih dan bukan hanya menikmati pleasure. Dalam sisa hidup kita yang masih diberikan Allah Subhanahu Wa Ta’ala , masih banyak kegiatan lain yang berguna diluar sana, teruslah menggali kehidupan dirimu dan janganlah menggali kehidupan orang lain.
Amelia PS
2 notes · View notes
ameliasoeharman · 5 years
Text
Semoga kita senantiasa selalu diberikan kelapangan hati. Aamiin.
Kelapangan Hati
Ketika membaca ajakan untuk berdonasi atau sedekah, selain mengecek validitas dari kegiatannya, apakah kita pernah berpikir sejauh mana level kelapangan hati yang kita miliki? Apakah newbie atau diehard? 
Kita sering melihat fenomena nyata nenek-nenek tua yang mengumpulkan hasil memulung bertahun-tahun untuk membeli hewan qurban. Kisah bapak tua yang menyelipkan sedikit uangnya ke relawan di jalan ketika bencana gempa plus tsunami di Lombok dan Sulawesi Tengah. Orang kaya merogoh kocek terdalam untuk sedekah itu hal biasa. Tapi orang-orang miskin, yang bahkan sendal terbaik mereka bekas putus penuh tambalan, adalah guru kesederhanaan. 
Saya sering menerka-nerka tipikal orang-orang yang berada di lingkaran saya sejauh radius pertemanan di sosial media; level apakah mereka? Tentu sangat bias karena terkaan ini akan sangat penuh tendensi subjetivitas. Tapi, dari sekian banyak proyek sosial yang saya lakukan, ada pola dan data yang relatif konsisten. Variabel yang saya punya bisa dipertanggung jawabkan secara perasaan–karena lagi-lagi saya menggunakan terkaan. Si A selalu ikut dan merespon dengan cepat ajakan donasi. Si B akan merespon tapi 50:50 untuk berdonasi. Si C tidak pernah merespon. Si D, E, F begini-begitu dengan kondisi yang variatif.
Dari data dan pola yang saya punya, saya berani membuat hipotesa. Bahwa orang yang gemar berbagi itu–berbagi rezeki, waktu, tenaga, atau sekadar berbagi senyum, kadang bukan karena mereka berlebih. Berbagi uang karena mereka kelebihan uang? Salah. Salah Besar. 
Mereka yang uangnya pas-pasan bisa saja tanpa perhitungan tetap berdonasi. Mereka yang uangnya melimpah, kadang sulit tergerak hatinya untuk berbagi. Yang mendorong mereka untuk berbagi itu lebih kepada kekayaan hati. Hatinya lapang. Sebab bukan harta dunia yang mengisinya, melainkan ada sisi ekstraterestrial yang holistik. Orang beragama menyebutnya: Tuhan semesta.
Dari mana saya bisa menyimpulkan demikian? Dari gaya hidup yang mereka pilih, narasi yang mereka punya, serta respon yang mereka berikan. Gaya hidup tercermin dari simbol dan makna yang mereka bagi di sosial media. Seorang berbagi story makan di Shaburi akan bermakna: dia sedang makan di restoran all you can eat. Yang berarti: mahal. Ditraktir atau bayar sendiri, maknanya sama. Narasi-narasi yang mereka bagi bermakna mendalam. Mereka yang dekat dengan sesuatu yang holistik relatif membawanya ke dalam kehidupan nyata. Bahasa sederhananya: relijius. Itulah sebabnya, proyek sosial yang dikemas dalam paket-paket relijius lebih mudah diterima oleh orang-orang ini. Indonesia termasuk negara yang relijius. Kemasan ini sangatlah tepat. 
Terakhir, dari respon mereka terhadap ajakan berdonasi. Tidak bisa kita menghakimi seseorang hanya dari respon mereka terhadap seruan berbagi. Tapi, sekali lagi, karena memang terkaan ini berbasis dari lingkungan sempit pertemanan saya, maka respon dari teman-teman tersebut menjadi penting. Dari sekian banyak teman-teman yang saya broadcast, mayoritas mereka merespon dengan baik. Pun ada yang tidak merespon, tapi mereka membagikan ajakan tersebut ke dalam story Whatsapp atau Instagram. 
Saya melihat nenek dan teman-teman yang merespon ajakan berdonasi itu dari sisi relijius yang sama bahwa mereka sama-sama memiliki kelapangan hati. Ditambah pengalaman pribadi yang tepat sama dengan hasil terkaan ini. Ketika hati saya lapang, saya sangat mudah untuk merespon ajakan berdonasi. Sekere-kerenya saya, sekosong-kosongnya isi kartu debit maupun kredit, saya pasti akan menyisihkan uang. Sebab ketika hati saya lapang, di situ saya merasa jiwa saya kaya. Saya mau kelapangan itu diisi oleh sesuatu yang bermakna–yang tidak mematikan hati saya menjadi manusia-manusia pelit penuh perhitungan. Kelapangan hati itulah yang membuat perasaan orang-orang menjadi bahagia. Seperti nenek, bapak tua dan orang-orang yang gemar bersedekah.
Mari menjaga agar hati kita tetap lapang.
119 notes · View notes
ameliasoeharman · 5 years
Text
Tumblr media
Just because from the moment of birth, every human being wants happiness. But people nowadays easily measure someone's happiness from what they have and what they have achieved. The greatest degree of happiness and inner tranquillity comes from the development of love and compassion. The more we care for the happiness of others, the greatest our own sense of well being becomes. They’re distracted from our true intentions and becomes seduced by the bright of money, status, and power. People said happiness can be bought, but there are definitely ways of spending our money wisely that will help us achieve more happiness in our lives.
0 notes
ameliasoeharman · 5 years
Text
New Year, New Me?
Tumblr is back and....
New Year is coming soon, i wonder how many of us have scribbled down a long list of resolution, lofty goals, travel destinations, and crazy activities only to end up sticking it in a drawer somewhere. I guess we should start doing something different here. Speaking of bucket lists, for the next year I don't plan or list a particular bucket. Just trying to be me, be our own person, defining myself and dont let others define me. Sounds a bit selfish, hahaha. When i sat down to write out my own reverse bucket list, it took me hours. Not because i haven’t done things, but i would cross things like off thinking “Hmm, that’s not special enough” or “Hmm, i think everyone has done that”, but i realized that this reverse bucket list is very personal. The reverse bucket list, rather than jotting down the things you hope to achive one day, you instead write down list of all the things you’ve already got. We need to start to treat the things we’ve done in our life as if they were on a bucket list all along.  It should be me and my journey, sure it’s not always about the place we wanted to visit or the things we wanted to buy. It’s about the people we meet, the bouncing moment after failure, the job we didn’t get that makes us grateful at the end, the regret that tells lessons, the deadline we missed because we are too busy doubting on ourselves. While reflecting, being grateful, is a muscle that we dont flex often. 
Lately i also reduced some friends that i consider toxic. Toxic in the sense that some people have a negative impact on my feelings and thoughts. Slowly i reduce the intensity to get along with them. Alhamdulillah, now my life is getting better and easier. Currently, I am still learning to change my lifestyles that tend to be consumptive to (slowly) become simpler. Starting from a small thing first will eventually become a mindset. Simplicity and release of many things (material or non-material) make my steps light and much lighter. Simple learning from things that might be considered simple. Talk about things that are undemanding, especially the clothes that are used, that's all. Many of us see the simplicity (in any case) as a reverse especially relation to material and lifestyle. Sometimes we tend to prefer to be considered complicated, just want to be seen as a person with a high level of spirituality. We are encouraged to continually look up. Applause, given to those who are financially successful, someone who walks with branded things, a complete family, classy work, success in running an organization, success with high achievement indexes, and a series of other standards. 
In addition...physically, people consider themselves positive, beautiful, and pretty if there are many properties that we have, having clothes to dress up in wardrobe, even though sometimes one shirt can still be used for some time and not necessarily clothes that are still bought next month, and all forms of attached accessories. But on the other hand there are still many who are struggling in pain, struggling to recover from illness, collecting money little by little to be able to go to school, trying to set aside time to accompany a sick family, and others. Today the last day of 2018, i was closed by still working in the office with friends who were on leave, haha that’s okay. Hopefully next year Allah Subhanallahu wata’ala will still given the opportunity for me to continue appreciate and always be grateful for what i have.
Amelia PS
Tumblr media
0 notes
ameliasoeharman · 6 years
Text
Zen
Untuk sesaat kita diingatkan tentang berbagai hal yang lebih besar dalam hidup dan semesta raya ini ketimbang kerisauan dan kekhawatiran kita. Pikiran itu terasa sangat mengerikan, seperti berdiri di pinggir tebing yang menganga sambil menduga-duga apa yang ada di dasarnya. Sesungguhnya, ada banyak hal yang tak tampak oleh kita, yang hanya peduli pada hal-hal remeh dalam kepala kita dan pada hal-hal yang kita perhatikan karena mereka penting bagi kita saat itu. Sementara itu, hal-hal yang lain seolah-olah tidak ada.
Duduk diam ditengah kehidupan ini, membuat saya sadar bahwa hidup itu mungkin sama sekali bukan perlombaan melainkan kesimpangsiuran yang menyesatkan, dan kita seringkali tidak tahu bagaimana kita bisa sampai di sana dan bagaimana cara keluarnya. Begitupun sebenarnya tak ada satupun yang layak membuat kita depresi dan kecewa dan bahkan sampai kondisi tersebut dapat merenggut kemampuan kita untuk menikmati hidup dengan segala pasang surutnya. Dalam menjalani hidup yang penuh kita harus belajar rela melepaskan dan terlepas dari masa lalu. Kita tidak dapat menjalani hidup dengan berjalan ke belakang, dengan menengok apa yang sudah lewat. Kita perlu memandang ke depan, ke masa depan kita dan seluruh kemungkinan yang tersaji untuk kita, betapa menakutkannya itu. Mengingat pula dunia yang terus-menerus melingkupi kita dengan berbagai zat pencemar dan debu. Bukan hanya debu lalu lintas yang sibuk mencemari udara yang kita hirup tapi juga makanan yang kita cerna dan pikiran-pikiran yang kita pikirkan. Lalu, tiba-tiba saja kita ingin menghentikan apa pun yang sedang kita lakukan dan pergi ke suatu tempat tanpa maksud dan tujuan yang jelas, hanya karena ingin merasakan suatu keheningan sendiri dan menemukan diri kita berada di suatu tempat lain yang membuat hasrat hidup kembali datang pada diri kita. Bila beban dunia terasa semakin berat dan hal-hal membosankan yang membuat kita capek, jangan lari dari diri sendiri, tenggelamkan diri dan kecilkan volume dalam hidup kita. Hubungkan diri kita dengan energi dan kreativitas yang dapat dihantarkan oleh keheningan. Keheningan itu gratis, tidak menuntut kita untuk melakukan apapun, namun dapat menunjukkan arah dimana kekayaan sejati berada dan membuat kita belajar untuk menerima perubahan dalam hidup. Karena dalam hidup ini, jarang sekali segala sesuatu menjadi seperti yang kita inginkan atau tetap sama seperti yang sudah kita rencanakan. Dengan menerima perubahan itulah yang membuat hidup menjadi menarik dan layak untuk dijalani. 🙂
0 notes
ameliasoeharman · 6 years
Text
The Wild East Dreams
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
<if you want to know the cause behind, please read til the end> In the summer 2017, we went to one of the least developed villages in central-east Indonesia, Pulau Pantar (Pulau means island). And the journey of building schools for kids began there.
Students from Indonesia’s education system starts from 6 years of primary school, 3 years of junior secondary school and other 3 years in senior secondary school. There are also religious schools that students can choose to attend instead of traditional school.
The problem is Where are these schools?
School is managed by the village itself. And the villages manage their own village. Therefore, if the village is poor, it simply can’t afford to build a school and hire teachers because they ar very expensive! In the village that we have visited, there are only primary school and junior secondary school. Students have to travel to the other village to attend senior secondary school. It even needs to share electricity with other villages. We only have electricity every other day.
When students are traveling long distance, it comes with serious problems. Economic difficulty is not the only burden they need to face, but also the possibility to be assaulted, especially for girls. They will expose themselves to great danger when they are going home alone after school activities. We had interviewed some girls during our visit, some of time reveal to us that they almost get raped by “frog” (a metaphor of the local people; meaning people living the woods). Some of the older people even told us that there were a season in which bodies of headless girl were founded. With no street light, it is total darkness after the sun has set. Even we were walking in a group of 5 people, we never feel safe as the two sides of the rod are just trees. You won’t be able to see people coming at you.
(You may be wondering why they are going back by herself. Most of the time, the only two ways get back and forth of their homes are by foot or by transport. As you can imagine, they would take the cheapest option in order to save money.) e are no senior secondary school in the village, students have to travel to another village.
I always explain to my friend why we should not feel pity to the people whom you think are living in poor condition. And do not think your donation can change their lives entirely. You don’t (not to mention the money they receive at the end is only a small portion of your donation). If you truly want to help the underprivileged, do not believe you have the ability to change their lives. Instead, help them believe they can change their own lives by providing the opportunity they lack. Hope is the best motivator, “Yes, we can”. They have been to schools, are smart and hardworking people but living in a condition where they have very limited access to the resources outside of their remote world. They often are not the poorest. The money they earn and the food the grow are sufficient to live. But that’s the ceiling and they are stuck. By supporting them with education, by providing them with an opportunity to learn, to work hard. They all can fly. This is how we can help to change the prospect of the future generation.
If you are interested in making a change in the world and helping the underprivileged by providing the young people with education, or even if you just care about the world, you can send me an email ([email protected]), fb message me, text me etc..contact me! If you know your friends would be interested, send this to them and let them contact me. University students are also very welcomed.
There are many ways we can possibly collaborate together. Works are not limited to researching and writing funding/grant proposal, organizing fundraising campaign and events, developing marketing strategy, designing, editing etc. You can help even more.
FOR THOSE SMILE, THEIR HOPE IN ACHIEVING A BETTER EDUCATION, AND BETTER FUTURE OF EAST INDONESIA.
2 notes · View notes
ameliasoeharman · 6 years
Photo
Tumblr media
Tentang waktu yang berkejaran, seperti angin yang mengganggu anak-anak rambut di jidat. Lalu ku diam. Untuk apa aku bekerja? Berapa jam aku bekerja di kantor? Dalam satu hari, berapa banyak yang kita habiskan waktu untuk bekerja? Lebih tepatnya berapa jam kita ada di jalanan? Kota, aku prihatin.. Menonton pengamen jalanan atau diam-diam bengong melihat celah-celah matahari melalui jendela. Manusia mengejar kereta, mengejar bus, mengejar jam-jam untuk mendapatkan absensi, lalu pulang untuk mengejar kembali esok bersama dengan manusia lainnya. Dengan motor atau mobil, mengejar lampu hijau. Mengejar karir, uang, kebahagiaan, pengabdian, hasrat, apapun namanya. Benarkah hidup hanya persoalan kejar mengejar semata?
0 notes
ameliasoeharman · 7 years
Photo
Tumblr media
"Seninya menulis itu dengan melunakkan ego. Bagaikan peluru yang mematikan tapi tulisan akan menghidupkan". Thank you for the opportunity to join the Emerging Voice session: Writing! at @ubudwritersfest with @afuadi as one of the speakers. Remember that "We all fight our own private wars" You are too inspiring Uda! :') (at Ubud Writers & Readers Festival)
0 notes
ameliasoeharman · 7 years
Text
Be thankful
Semakin kita besar, semakin banyak orang yang kita temui. Semakin banyak orang yang kita kenal. Semakin banyak orang yang mengaku jadi teman kita. Tapi semakin sedikit orang yang kita tahu, kalau mereka benar-benar teman. Semoga luka tak membuat kita kebas. Semoga hati tak tunduk pada gravitasi. Semoga segala makna memiliki rasa. May (me) not only take the sweet but also taste the sweat. Grateful for what you have and what you dont have.
0 notes
ameliasoeharman · 7 years
Text
A Night Before Defense
وَأُخْرَىٰ تُحِبُّونَهَا ۖ نَصْرٌ مِنَ اللَّهِ وَفَتْحٌ قَرِيبٌ ۗ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ And (you will obtain) another (favor) that you love - victory from Allah and an imminent conquest, and give good tidings to the believers. (As-Shaff 61:13) Tonight, dealing with nerves. Less than 13 hours before defense. Please grant me real patience, dear Allah ya Rabb..
0 notes
ameliasoeharman · 7 years
Text
Hello, But Goodbye
Well, another new year again. Five minutes before we leave 2016  i just wanna say “Alhamdulillah thanks Allah”, i feel so grateful with my achievement this year. I've got a message from the book what i was reading today. Life was designed by God to be a mystery and full of paradoxes, which can only be understood by patience and the fullness of knowledge. Life is brief and subject to vicissitudes and faith is a sure refuge in ways we know not. Happiness is not a race, because the purpose of life is to use our time to gather insights and grow. We know, it takes time to know and to become who we want to be, it takes time to grow our spurt, but all the time you've been living through so far it is all time well spent. In life, i try not to defined by my emotions, because emotions are not who you are and i know we can not bring new things without chaos. Things are just always moving around with no point other than to just keep going, but things have to change. Change is inevitable, we should deal with it and grow. As Rumi said, the hard rain and wind are ways the cloud has to take care of us. Life moves pretty fast, if you don't stop and look around once in a while, you could miss it. Okay then, finally welcome 2017 with (still) the same hoping hahaha. Thanks for amazing 2016, amazing experience between upside and down, happiness and tears surrounded by lovely family and my dearly friends. Always go with the choice that scares you the most because that's the one that is going to help us grow. When people give you offense, you don't have to take it, you just have to stay away from toxic people. Be reflection of what you'd like to receive, if we want love then give love, if we want truth be truthful, what you give out will always return. Be our own person, define ourself and never let others define us. :)
0 notes
ameliasoeharman · 8 years
Video
Kesayangan kangke emil... ❤️
0 notes
ameliasoeharman · 8 years
Quote
Everyone is good to you till you expect nothing from them and you are to good to them only till you fulfill their expectations. Life means missing expected things and facing unexpected things, when you are right no one remembers but when you are wrong no one forgets.
me
0 notes
ameliasoeharman · 8 years
Video
David Bowie’s cover by Me 
0 notes
ameliasoeharman · 8 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
“A wise person told me, that if a guy wants to be with a girl, he will make it happen, no matter what. But when i was hurling my body onto yours, you did not seem to want make it happen.”
“Girls are taught a lot of stuff growing up: if a guy punches you, he likes you. Never try to trim your own bangs. And someday you will meet a wonderful guy and get your very own happy ending”
“Every movie we see, every story we’re told implores us to wait for it. The third act twist: The unexpected declaration of love. The exception to the rule. But sometimes we’re so focused on finding our happy ending, we don’t learn how to read the signs. How to tell the ones who wants us from the ones who don’t. The ones who will stay from the ones who will leave. And maybe, this happy ending doesn’t include a wonderful guy. Maybe it’s you, on your own picking up the pieces and starting over. Freeing yourself up for something better in the future. Maybe the happy ending is just, moving on. Knowing that through all the unreturned phone calls and broken hearts through all the blunders and misread signals through all of the pain and embarrassment, you never, ever gave up hope.”
0 notes