Tumgik
petikoma · 2 years
Text
Energi itu menular, maka kita perlu mencari partner atau lingkungan yang memberikan energi positif biar gak buang-buang waktu.
9 notes · View notes
petikoma · 2 years
Text
Kayaknya semua orang sadar akan dirinya sendiri, kelemahan bahkan kelebihannya. Bahkan banyak juga yg sadar bahwa diri kita ini adalah orang yang menyebalkan bahkan kalau kita ketemu sama org yg sifatnya kayak diri kita pasti kita males banget.
Aku tau kalau aku ini manusia ngeselin, nyebelin, betein, kadang moody, kayaknya kalau aku harus disandingkan sama org yg sifatnya kayak aku gini, pasti ogah banget.
7 notes · View notes
petikoma · 4 years
Text
Pesan aku dari yg udah nikah 😅;
Jangan bucin sebelum nikah, karena akal sehat jadi gak berfungsi. Yang seharusnya gak dipilih sebagai suami/istri, malah terpaksa dipilih karena terlanjur cinta/nafsu katanya. Nanti nyesel lho 😀
Ukuran berkahnya pernikahan adalah membawa sakinah, mawaddah, wa rohmah.
Kalau udah nikah malah mumet, isinya ribut2, gak tenang saat dekat pasangan, pasti ada yang salah niat awalnya.
Yuk yuk koreksi, dan saling bebenah diri.
41 notes · View notes
petikoma · 4 years
Text
Semakin istri gak banyak maunya, semakin suami berusaha memberikan segalanya.
Maa Syaa Allah.
21 notes · View notes
petikoma · 4 years
Text
Kita pernah berada jauh dari Allah dengan maksiat dan hidup terasa sulit dan sempit. Saat hidayah datang, lalu mendekat kpd Allah maka hidup menjadi lapang dan mudah.
Keseharianpun menjadi lebih sakinnah.
Sekiranya saat ini yg sangat berharga untuk dijaga adalah Hidayah dan Iman.
Tidak semua org bisa merasakan mudah dan nikmatnya menjalankan ibadah, masih banyak yg tertatih, maka ketika sudah dapat hidayah jagalah sekuat tenaga.
18 notes · View notes
petikoma · 4 years
Text
What is 'Work'?
Beberapa waktu yang lalu, saya sempat melakukan interview kepada salah seorang calon karyawan yang melamar kerja di perusahaan yang saat ini sedang saya bangun, sebutlah namanya Shinta. Di awal interview Shinta memperkenalkan dirinya dengan baik, dan sepanjang berjalannya interview juga menjawab pertanyaan-pertanyaan saya dengan singkat, padat, lugas, it’s obvious she was being well-prepared.
Hingga sampailah pada satu pertanyaan terakhir, pertanyaannya sederhana:
“Menurut kamu, kerja itu apa sih? What is ‘work’?”
She look surprised.
Kali ini, dari ekspresinya kita tahu, bahwa Shinta tak menduga akan mendapatkan pertanyaan demikian. Sambil coba menjawab, Shinta terlihat lebih gugup, jawabannya tidak relevan, susunan kalimatnya berantakan, tanda otak dan mulutnya sedang bekerja bersamaan, namun terpisah satu sama lain.
Well, it’s not about Shinta. I never blame her. It’s all about the question, and what should be the answer. Right?
But, why does it matter? Menurut saya, penting banget. Bayangin aja, kalau dipikir-pikir, dari 24 jam yang kita lewatin dalam sehari, let say kurang lebih 8 jam kita pakai buat tidur, dan 8-9 jam kita gunakan untuk bekerja (asumsi kita kerja 8 to 5). Itu kalau kerjanya ‘teng-go’ alias pulang tepat waktu, kalau lembur? bisa 10-11 jam kita bekerja. Itu belum sama waktu yang kita habiskan untuk transport berangkatnya ke kantor. Let say di Jakarta, yaa standard-nya kira-kira 1-2 jam lah sekali berangkat, pulangnya sama segitu juga, dengan kondisi harus menguras hati karena harus dempet-dempetan di KRL, atau macet-macetan di jalan. Berapa tuh totalnya? Minimal 12 jam! Bahkan kalau lembur bisa sampai 14 jam dari 24 jam yang kita punya dalam sehari. Gila ya?
Nah tapi faktanya, banyak banget orang-orang di dunia ini yang mengalami stress, bahkan depresi, karena kerja. Sampai ada yang sampai males banget ke kantor, menunggu-nunggu weekend datang dan terbeban ketika Senin tiba, sengaja berlama-lama di waktu istirahat, banyak yang menantikan hari libur, dan banyak lain hal. Buat yang sudah menikah, bahkan gak jarang karena kerjaan, gara-gara ada masalah di kantor, masalahnya hingga dibawa-bawa ke rumah tangga, komunikasi jadi gak berkualitas.
Bayangin tuh, the reason we woke up in the morning adalah untuk melakukan repeatable-action kayak yang saya sebutin di atas. Beberapa bahkan benar-benar ngelakuin itu berulang-ulang dari lulus kuliah sampai pensiun setelah puluhan tahun bekerja. Nah, pertanyaan besarnya adalah: Is that all worth it? Do we really spend our life, or waste our life? If it’s not worth it, so why do we do it?
For some reason, emang gak bisa munafik, “Ya kalau lo gak kerja ya lo gak hidup, there’s no free lunch!”. Sadly, it’s true. Nah, ini sebenarnya ya pilihan hidup masing-masing, kalau mau tetap begitu ya nggak apa juga. Tapi ya coba ditanya aja ke dalam diri sendiri: “Is that worth it?”. Jika jawabannya tidak, so there must be something wrong with you.
Trus apa tuh yang salah? Well, in my opinion, yang salah adalah cara kita memandang ‘kerja’ itu sendiri. Bagi kebanyakan orang, kerja itu ya bertahan hidup, kita kerja hanya untuk makan. Waktu yang banyak kita habiskan itu, ya sekedar untuk survive. Apa implikasinya? Buat sebagian orang, jadinya meaningless. Gak ada purpose-nya, hilang arah, sehingga yang dirasakan ya hanya berlelah-lelahnya saja, berangkat ke kantor jadi beban. Kalaupun dapat gaji, ya toh gaji akan selalu habis juga tiap bulannya, gak peduli seberapa besar gaji yang didapat (btw ini bener lho).
Menurut saya, definisi 'kerja’ yang seharusnya, adalah #berkarya. Gimana tuh maksudnya? Coba sekarang bayangin, kalau seandainya di dunia ini semua orang dapat gaji yang memadai, tiap orang sudah bisa menghidupi dirinya masing-masing, urusan survive nya sudah selesai. Lalu? Apa yang akan kita lakukan? What would you do? Jalan-jalan sepuasnya? Shopping? hang out sama temen dan keluarga sepuasnya. Oke, tapi saya jamin gak akan lama. Paling sebulan dua bulan. Or let say setahun lah. Then what?
Kerja yang membuat kita bahagia, adalah kerja yang merupakan panggilan hidup kita, based on apa yang ingin kita tuju, kerja yang sesuai dengan life mission kita. Saya jamin, berapapun gajinya, kita akan lebih bahagia. At the other side, kalau kita bekerja sesuai dengan life mission kita, maka orientasi kita pun otomatis akan berubah, yang tadinya salary-oriented menjadi accomplishment-oriented. Hidup yang kita habiskan, jadi berharga. Meaningful.
944 notes · View notes
petikoma · 4 years
Text
Sering merasa percaya diri, merasa ini semua adalah ujian, padahal bisa jadi ini semua adalah azab atas dosa yang pernah dilakukan.
Astaghfirullah.
38 notes · View notes
petikoma · 4 years
Text
Bahwa Allah menguji iman hambanya tidak melulu dengan hal yang berbau musibah, Allah menguji dengan hal yang menyenangkan pula, seperti kekayaan, pasangan, anak, kesehatan dan kemudahan dalam segala urusan. Perbanyak berdoa kepada Allah meminta perlindungan dan ampunan dariNya.
22 notes · View notes
petikoma · 4 years
Text
Hanya manusia yang penuh dosa :(
13 notes · View notes
petikoma · 4 years
Text
Zaman skrng banyak manusia yang tidak memiliki pengetahuan, tidak memiliki pengalaman, dan tidak bisa mempimpin.
Jadilah manusia yang istimewa, yang punya kepemimpinan, bisa memberikan manfaat untuk orang lain dari pengetahuan yang dimiliki, dan juga amanah.
-Sri Mulyani.
25 notes · View notes
petikoma · 4 years
Text
Saat ini aku tak butuh apapun atau siapapun, yang aku butuhkan hanya Allah. Hanya Allah yang mampu mengangkatku dari tempat yang uruk ini.
34 notes · View notes
petikoma · 4 years
Text
7 Januari 2020
Hari ini aku sudah mengawali pagiku dengan membuka beberapa sosial media, yang berisikan dari informasi tentang Reynhard Sinaga, seorang Gay yang bermasalah di Negara Inggris sana, ia memperkosa puluhan pria dan dihukum seumur hidup. “Wow”, itu ekspresiku ketika membaca beritanya yang sudah menjadi trending topik di Indonesia. Aku masih terus berselancar di sosial mediaku, loncat dari sosial media lain ke yang lain, dan begitu banyak berita diluar sana, tentang Politik, Artis, dan masalah Bencana sekalipun. Dan, tak terlewatkan aku pun melihat perkembangan teman-temanku yang aktif bermain sosial media, mereka yang selalu membagikan momen penting dalam hidup mereka ke beranda sosial media. Ya, mereka yang menikah, traveling, punya anak dan lain sebagainya. Mereka yang telah mencapai Goals-nya.
Sejenak aku merenung, “What happen outside there?”. Aku sudah melewati banyak hal, aku memilih menutup diri dari lingkup sana, but i always exist right. Aku merasa setan-setan sudah masuk kedalam diriku dan berbisik “Kamu sudah melewatkan banyak hal, kenapa kamu tidak seperti mereka? kenapa kamu tidak ikutan menikmati hidup seperti mereka? Tidak masalah untuk berbagi momen hidupmu kepada mereka (melalui sosial media) agar mereka tahu kalau kamu ada, dan kamu juga bisa melakukan apa yang mereka lakukan”
Ya, setan menggodaku. Tapi tidak, aku tidak tergoda dengan bujuk rayuannya. Aku mencintai Allah, Allah mau aku menjadi wanita yang baik dan tidak mengumbar aurat, Allah mau aku tersembunyi agar aku tidak digoda setan lebih dalam lagi. Aku takut terjerumus, aku takut setan mengambil alih hatiku sehingga hatiku menjadi keras layaknya batu, bila sudah keras dan tumpul aku akan sulit melihat dan mendengar kebenaran ataupun nasihat, bisa jadi pula Allah akan marah dan menjauh dariku. Aku tidak mau jauh dari Allah.
Aku selalu mengingatkan diriku, bahwa “Dunia ini hanya tipu daya,ketika aku terpedaya maka aku akan tersesat selamanya. Jika aku ingin bermain-main di dunia maka bekal ilmu agamalah yang harus aku punya”.. Aku sadar tauhidku masih lemah, aku masih mudah goyah, belum sebegitu istiqomah. Semoga Allah senantiasa menjagaku sampai Jannah.
13 notes · View notes
petikoma · 4 years
Quote
Butuh keikhlasan untuk memberi dan butuh ketulusan dalam mencintai.
39 notes · View notes
petikoma · 4 years
Text
"Ujian terberat kita bukan pada kesulitan dan kesedihan. Melainkan pada kesenangan yang mampu melenakan."
Adalah Sa'labah yang mampu bersedia bertukar sarung dengan sang istri untuk menunaikan ibadah shalat berjamaah. Berlari terbirit2 agar istri dapat segera melakukan perintah-Nya. Namun siapa sangka, namanya tak lagi sering hadir dalam rentetan jamaah shalat. Setelah hewan ternaknya menjadi banyak dan butuh banyak perhatian.
Adalah Fir'aun yang diberlimpahi kesenangan, kedudukan raja tak terbantahkan, pasukan tentara yang gagah perkasa, harta berlimpah tak berkesudahan. Namun semuanya menjadikan ia mengaku sebagai 'Tuhan'. Baginya tak ada yang berhak mengatur kehidupan, sampai akhirnya ia ditenggelamkan di lautan.
Saat di tempah ujian berupa kesulitan, kerap kali manusia bisa melampauinya. Menjadi semakin dekat dengan Rabbnya. Doa begitu mudah dipanjatkan. Air mata mengalir dengan mudah menenangkan. Tubuh begitu mudah melakukan ibadah dan kebaikan.
Namun sialnya, kita sering 'keliru' makna ujian. Di kepala ia hanya berbalut dengan musibah, kegagalan dan kesedihan. Padahal yang jauh lebih menyulitkan adalah saat diberi ujian kesenangan dan kebahagiaan.
Kadang kala, ketika setiap kesulitannya teratasi. Diberi kemudahan sebagai ganti, kita sering lupa diri.
Tak ada lagi cerita rengekan tangis di sepertiga malam, tak ada lagi cerita bergegas ke masjid setiap kali adzan dikumandangkan. Jarang sekali terdengar lantunan ayat yang sering dipanjatkan.
Itulah mengapa Ibnu Athaillah dalam kitabnya Al-hikam pernah mengatakan, "ujian dan musibah yang sebenarnya bagi kita bukanlah kesulitan dan kesedihan. Melainkan pada kemudahan dan kebahagiaan."
Jangan terbatas perlu mendekat saat kesulitan datang sesaat, lalu lupa saat kemudahan dan kesenangan diberi sebagai ujian taat.
Wallahua'lam bishawab.
466 notes · View notes
petikoma · 5 years
Text
Ada yang harus dijaga dari seorang perempuan, ialah malunya.
Ada yang harus dijaga dari seorang perempuan, ialah hatinya.
Ada yang harus dijaga dari seorang perempuan, ialah akalnya.
Dan ada yang paling berharga dari seorang perempuan, ialah kehormatannya.
Kepatuhannya pada Allah membuat ia terlihat cukup. Cukup dalam artian tidak perlu lagi berburu kecantikan paras yang hanya sebatas ukuran mata. Untuk itu, jaga hati dan dirimu baik-baik wahai perempuan.
122 notes · View notes
petikoma · 5 years
Text
Tumblr media
Kalau kata mama, sibuk mikirin omongan orang gak ada habisnya. Karena itu memang kerjaan mereka. Kalau didunia isinya orang baik semua kurang seru lah hidup 😅. Cukuplah kita menjadi orang yang banyak diamnya dari pada banyak bicaranya, bicara boleh tapi yang berfaedah saja.
"Aku berwasiat untukmu (Abu Dzar) agar berakhlak baik dan tidak banyak bicara. Keduanya adalah amalan yang paling ringan untuk dilakukan, tetapi nilai pahalanya akan memberatkan timbangan perbuatan (baik) kelak di akhirat,” sabda Nabi SAW.
28 notes · View notes
petikoma · 5 years
Text
Pujian dan hinaan.
Hinaan itu menguatkan, pujian itu melemahkan.
Terlalu sering di puji memberi dampak keras hati menjadi sulit untuk menerima kritikan atau celaan.
Terlalu sering dihina/dipandang sebelah mata, melatih diri menjadikan hati kuat dan terus menunjukkan yang terbaik.
Ingatlah, pada dasarnya kita semua hanya hamba yang penuh kehinaan dimata Allah.
68 notes · View notes