Tumgik
aainunika-blog · 4 years
Photo
Tumblr media
Tidak semua Bugenvil tumbuh dan bermekaran bersamaan. Pun nasib seseorang. Tetap semangat apapun yang terjadi 💕 (at Jembatan Suroboyo) https://www.instagram.com/p/CCiWOCrp78e/?igshid=83919eqt1spw
0 notes
aainunika-blog · 4 years
Photo
Tumblr media
Pada saat itu di Pameran Nuswantara. Pameran diselenggarakan di salah satu sudut museum House of Sampoerna, Surabaya. . Tiket masuk gratis dengan menunjukkan kartu identitas (minimal berusia 18 tahun) #surabaya #houseofsampoerna #pamerannuswantara #museum (at House of Sampoerna) https://www.instagram.com/p/B8_NFbKpBXa/?igshid=1krvcdibs2pb5
0 notes
aainunika-blog · 5 years
Photo
Tumblr media
Coklat itu ibarat kehidupan. Selalu ada rasa pahit di sela rasa manis ketika memakannya. (at Coklat Klasik Joyo Grand) https://www.instagram.com/p/B2tmm5Ep3Gh/?igshid=vh58t0of1szo
0 notes
aainunika-blog · 6 years
Text
Jember Bukan Hanya Tentang Festival
Siapa yang tak tahu Jember Fashion Carnival (JFC)? Tentunya setiap orang mengetahui festival yang menempati salah satu jajaran festival terbaik di dunia. Bukan kota Jember namanya jika tidak menyuguhkan keindahan dan kemegahan pawai budaya yang diselenggarakan setiap tahun sekitar bulan Agustus atau September tersebut. Festival dengan jutaan penonton baik di stadion ataupun di sepanjang rute festival. Namun, apakah Jember hanya menarik dari sisi JFC saja?
Jangan mengaku pecinta kopi kalau belum pernah mencoba kopi khas daerah Jember. Terdapat beberapa perkebunan kopi dan kakao yang tersebar di banyak daerah di Kabupaten Jember. Di pusat kota terdapat sebuah balai penelitian kopi dan kakao yang juga memproduksi kopi bubuk kemasan khas Jember. Terdapat tiga jenis kopi yang disediakan di Jember, yaitu kopi arabika, blend robusta dan arabika, kopi robusta.
Kopi-kopi tersebut ditanam di lereng gunung Argopuro yang juga merupakan daerah penghasil manggis. Daratan tanah yang subur sangatlah sesuai untuk pertumbuhan kopi dan kakao. Hampir di sepanjang jalan menuju gunung terdapat banyak pohon-pohon kopi dan kakao. Baik itu kebun atau bahkan sekedar satu dua pohon di pekarangan rumah warga. Pohon kopi dan kakao sangatlah subur di lereng perbukitan ini.
Seperti tetangganya, Kota Situbondo, yang juga merupakan daerah penghasil kopi. Terlebih daerah Plampang yang memiliki kebun luas di daratan pegunungan dan juga sebuah pabrik. Kopi Jember pun tak kalah enak dari kopi Plampang yang tergabung dalan industri Rolas, sebuah nama perusahaan teh dan kopi, yang outletnya sudah berada di seluruh penjuru negeri. Kopi Jember pun mulai memasuki pasar nasional yang sudah dikirim ke berbagai kota di Indonesia.
Tumblr media
Jika kalian mengunjungi Jember, tak lengkap rasanya jika tidak mencicipi kopi daerah dan membawa buah tangan sebagai persediaan beberapa minggu di rumah. Begitupun kakao yang juga merupakan komoditi unggulan daerah Jember ini. Terdapat olahan kakao menjadi coklat yang dijual batangan di toko oleh-oleh dengan bungkus gambar festival Jember. Kakao dan kopi merupakan oleh-oleh wajib bagi setiap wisatawan yang mampir ke kota Jember.
Selain kopi dan kakao, Jember juga merupakan daerah subur untuk menanam beberapa buah-buahan. Beberapa buah-buahan yang ada di Jember yaitu Durian, Buah Naga, Rambutan, Manggis, Jeruk Semboro, dan Jambu Kristal. Terdapat banyak kebun warga menyebar di seluruh pelosok Jember.
Salah satu perkebunan yang berada di kabupaten Jember yaitu Mitra Unggul Tani yang terdapat di daerah Semboro. Perkebunan dengan luas satu hektar ini juga menyediakan pembibitan buah naga dan beberapa buah lainnya seperti Nanas, Lemon, Anggur, Delima, dan masih banyak lainnya. Buah Naga merupakan komoditas unggulan dari perkebunan ini karena perkebunan tersebut telah mengembangkan Buah Naga dengan berbagai varietas. Kalau biasanya buah naga itu berwarna merah atau putih, di sana telah mengembangkan Buah Naga kuning, Buah Baga orange dan Buah Naga hitam.
Buah-buahan tersebut dijual di berbagai tempat wisata, terminal, atau di sepanjang jalan utama kabupaten Jember. Apalagi, perkebunan ini juga sering mengirimkan produknya hingga ke luar negeri. Bibit yang digunakan pun bibit tani sendiri, dikembangkan dengan tangan-tangan cekatan yang pekerjanya juga merupakan penduduk setempat.
Salah satu teman memberi tips ketika akan membeli Buah Naga. Buah Naga yang baik adalah buah naga yang warna kulitnya merah sempurna. Bukan merah yan masih terdapat banyak warna hijau, putih atau warna lainnya. Buah Naga yang seluruh kulitnya merah merupakan Buah Naga yang matangnya sempurna di pohon, rasanya lebih manis. Selamat berbelanja.
0 notes
aainunika-blog · 6 years
Text
Pesona Epic Kota Jember
Jember merupakan salah satu wilayah berpotensi di kawasan tapal kuda Jawa Timur. Dengan kesuburannya, Kabupaten Jember mampu menghasilkan banyak hasil panen mulai dari padi, sayur-sayuran, buah-buahan, hingga tumbuhan perkebunan. Tak bisa dipungkiri bahwa Jember merupakan surganya bahan pangan di Jawa Timur. Meskipun Jember terkenal dengan tanah agrarianya, Jember juga menyimpan banyak destinasi wisata yang berbeda yang belum banyak diketahui.
Bukit Simbat
Tumblr media
Perbukitan sangatlah umum untuk daerah lereng pegunungan, namun Jember memiliki satu daerah perbukitan dengan batu-batuan raksasa yang juga dikelilingi oleh bunga-bunga cantik. Bukit Simbat merupakan destinasi wisata baru yang sekitar 10 bulan yang lalu diresmikan oleh pemerintah kabupaten yang juga dihadiri oleh salah satu artis kondang asal Jember yaitu Anang dan keluarga. Bukit Simbat terletak di desa Tamansari kecamatan Wuluhan, Jember.
Bukit Simbat memiliki kepanjangan Sukmo Ilang- Manggar Babatan. Yang memiliki kisah menarik di balik penamaannya. Dahulu kala, terdapat seekor singa besar yang menguasai wilayah hutan tersebut, sehingga siapapun yang berdekat-dekat dengan daerah kekuasaan sang raja hutan pastinya menjadi hidangan lezat untuk sang raja. Hal ini yang berarti Sukmo Ilang yang berarti jiwa yang hilang. Jadilah perbukitan tersebut sangatlah angker untuk dikunjungi.
Tapi, seiring berjalannya waktu, sang raja hutan yang dahulunya tinggal dan berkeliaran di daerah tersebut menghilang. Akhirnya, para penduduk menjadikan tempat tersebut sebagai tempat wisata dengan menanami banyak bunga-bunga dan berbagai gazebo untuk sekedar berteduh bagi para wisatawan yang datang. Tak hanya itu, perbukitan ini juga menyuguhkan spot foto yang indah seperti rangkaian ranting, jembatan untuk berswafoto, bebatuan besar, hingga grojogan (air terjun). Pengunjung bisa menikmati perbukitan ini hanya dengan membayar biaya parkir sejumlah 2000 untuk roda dua dan 5000 untuk roda empat.
Selo Bonang- Batu Melodi
Tumblr media
Destinasi wisata yang tak kalah baru adalah Selo Bonang yang juga disebut sebagai Batu Melodi. Mengapa batu melodi? Karena terdapat beberapa batu yang bunyinya seperti Gamelan Jawa ketika dipukul. Wisata ini terletak di desa Panduman kecamatan Jelbuk yang hampir berbatasan dengan kabupaten Bondowoso. Wisata ini baru berumur satu tahun yang dulu ditemukan oleh seorang polisi. Lokasi Selo Bonang yaitu di lereng Gunung Argopura yang juga berdekatan dengan air terjun Panduman.
Lokasi Selo Bonang berada di dataran tinggi sehingga butuk ekstra tenaga untuk mengendarai sepeda sampai ke atas. Jalan yang masih sedanya menjadikan daerah ini sedikit sulit untuk dilalui. Jalanannya masih berbatu dan sedikit yang beraspal jika sudah mulai masuk wilayah Panduman. Mayoritas warga kampung berbahasa Madura sehingga hanya sedikit orang yang mengerti Bahasa Indonesia apalagi orang tua yang tidak mengerti sama sekali.
Ketika ingin mengunjungi Selo Bonang, sangatlah disarankan untuk pergi pagi-pagi sekali karena wilayah dataran tinggi yang berkabut dan cenderung hujan. Jika cuaca berkabut namun matahari tidak sedang malu-malu maka akan mendapatkan pemandangan pegunungan yang sangat bagus. Sebaiknya pergi di musim kemarau agar intensitas hujan tidak lebat dan tidak perlu khawatir jika melewati jalan berbatu.
Perbukitan Pantai Payangan
Tumblr media
Wisata yang sudah mulai ramai dikunjungi karena bentuknya yang unik yaitu perbukitan pantai Payangan. Apa yang menarik dari perbukitan tersebut? Di pantai Payangan terdapat beberapa bukit yang dapat dijadikan spot foto bersama teman atau seseorang yang disayangi. Pertama yaitu bukit teluk cinta. Jika pengunjung ingin berfoto dan teluk cinta yang menjadi latar pemandangan, pengunjung bisa mendaki kecil ke bukit yang paling ujung. Pemandangan latar belakang merupakan sebuah pantai yang terdapat sebuah batu sehingga pantai memecah seperti huruf m atau seperti lambang cinta.
Bukit kedua yaitu bukit Semboja. Mendaki bukit ini akan menemukan banyak spot yang sangat menarik. Salah satu yang menjadi favorit adalah bukit seribu janji. Pada spot ini, tersedia banyak tempat-tempat duduk dengan paying sederhana sebagai tempat berteduh. Dikarenakan banyaknya tempat untuk duduk dan bersantai, spot ini kerapkali dihinggapi oleh sejoli untuk bercengkrama atau hanya sekedar duduk-duduk. Oleh karena itu akhirnya tempat tersebut dinamakan bukit seribu janji.
Tumblr media
Berputar ke sisi tebing yang lain maka pengunjung akan disuguhkan deretan bukit-bukit kecil yang menyerupai gugusan pulau di Raja Ampat, Papua. Keindahannya pun tak kalah cantik seperti Raja Ampat. Airnya yang biru kehijauan menambah kecantikan tempat tersebut. Tempat tersebut dinamakan bukit tiga bukit (replika Raja Ampat) yang di kejauhan sana juga terlihat Pulau Nusa Barong. Salah satu diantara bukit tersebut menyerupai buaya persis dengan moncong di depannya. Oleh penduduk, bukit tersebut dinamakan bukit buaya. Bukan karena banyak buaya melainkan bukitnya yang menyerupai seekor buaya.
Tumblr media
Ketiga tempat tersebut rasanya sangat perlu dikunjungi jika kalian semua memutuskan liburan ke kota Jember. Selain tentang carnival terbesarnya, Jember juga menyimpan jutaan sumber daya alam yang sangat melimpah, sehingga tak perlu bingung untuk membawa buah tangan. Selain itu, wisata-wisata di atas juga dapat menyejukkan hati dan pikiran karena jauh dari hiruk pikuk keramaian, pekerjaan dan orang-orang di lingkungan pekerjaan. Selamat berlibur :)
0 notes
aainunika-blog · 6 years
Text
Batik Indonesia
Bukan Indonesia namanya jika tidak memiliki keberagaman seni dan budaya. Keberagaman suku dan adat menjadikan Indonesia memiliki ciri khas yang berbeda-beda dan menjadikan setiap daerah istimewa daripada daerah lainnya. Seperti bahasa, upacara adat, kebiasaan hingga busana yang dikenakan.
Terlepas dari beberapa keberagaman seni dan budaya, batik merupakan mahakarya asli milik Indonesia yang masih tetap terus dilestarikan bahkan hingga mancanegara. Kecantikan batik khas Indonesia menjadikan Indonesia memiliki predikat pemilik seni batik terbanyak di dunia. Bukan hanya itu, keberagaman motif dan corak dari setiap daerah pun menjadi komoditi unggulan untuk para wisatawan.
Sejatinya, batik merupakan karya sederhana yang bertujuan untuk memperindah kain-kain polos dengan hiasan-hiasan lokal yang ada di sekitar penduduk. Misalnya, batik dari Ponorogo, Jawa Timur memiliki motif seperti Reog yang menjadi lambang daerah tersebut. Selain itu, motif burung Cendrawasih merupakan motif unggulan yang dikembangkan oleh masyarakat Indonesia bagian timur.
Motif-motif tersebut diciptakan bukan hanya sebagai tren, melainkan sebagai identitas setiap daerah. Hal ini disebabkan karena tidak ada motif batik yang tidak memiliki makna, sehingga wajib rasanya jika berkunjung ke setiap daerah baru di Indonesia untuk membeli batik khas daerah tersebut.
Mahakarya batik-batik inilah yang nantinya membawa kehidupan masyarakat setempat menjadi makmur, karena batik karya mereka akan dijual di setiap destinasi wisata di daerah tersebut. Oleh karena itu, mari kita lestarikan batik tradisional dan bangga memakai batik ketika ada acara resmi.
0 notes
aainunika-blog · 6 years
Text
Pura Lingsar: Potret Toleransi Masyarakat Lombok
Tumblr media
Jika ada yang berkata bahwa luar negeri merupakan destinasi wisata terbaik, menurutku Indonesia merupakan surga terindah di bumi ini. Betapa tidak, jutaan suku dan budaya membuatnya menjadi indah dan berbeda dibandingkan tempat wisata lainnya. Ketika yang lain sedang berlomba-lomba menawarkan keindahan alam, Indonesia secara alami memiliki warisan budaya yang sangatlah kaya akan misteri.
Mari kita berbicara tentang kearifan lokal budaya pulau Lombok. Pulau Lombok merupakan salah satu pulau besar di provinsi Nusa Tenggara Barat. Pulau Lombok berada diantara pulau Bali dan pulau Sumbawa. Pulau Lombok dikenal sebagai surganya wisata alam dan budaya. Mari kita telusuri jejak wisata budaya di pulau Lombok.
“Di Lombok kita bisa menemukan Bali, namun tidak menemukan Lombok di Bali”. Pernyataan ini menjadi pembuka perjalanan saya di Pura Lingsar, Lombok Timur. Maksud dari pernyataan tersebut merupakan gambaran banyaknya Pura di Lombok. Pura identik dengan pulau Bali yang merupakan daerah yang mayoritas beragama Hindu dengan ratusan Pura berjajar di setiap sudut rumah warga. Hal inilah yang menciptakan anggapan bahwa kita bisa menemui suasana seperti Bali di Lombok, namun tak bisa menemukan suasana seperti Lombok di Bali.
Bertolak belakang dengan Bali, Lombok mendapat julukan sebagai ‘Negeri Seribu Masjid’ karena persebaran bangunan masjid di setiap blok rumah penduduk. Dengan julukan tersebut, pemerintah daerah membangun sebuah masjid besar untuk dijadikan ikonik pulau Lombok, yakni Islamic Center di kota Mataram. Masjid tersebut berdiri kokoh di jantung kota Mataram.
Wilayah Lombok dibagi menjadi dua bagian, kepemimpinan raja Karangasem menguasai wilayah Mataram dan Lombok Barat, sehingga banyak bangunan Pura tersebar di dua wilayah tersebut karena raja Karangasem menganut agama Hindu. Sedangkan wilayah Lombok Timur dan Lombok Tengah merupakan daerah meilik Raja Arya Banjar, seorang muslim yang saat itu memimpin kerajaan Islam di pulau Lombok.
Terdapat banyak pura-pura bersejarah di wilayah Lombok, salah satunya yakni pura Lingsar. Pura Lingsar dibangun pada tahun 1749 Masehi dengan memadukan dua budaya yang berbeda yaitu Islam dan Hindu. Keunikan Pura Lingsar yaitu terdapat musala di tengah pura, di dekat sumber mata air. Pada awalnya, Islam terlebih dahulu masuk di daerah tersebut pada abad ke 15, lalu pada sekitar abad ke 17 agama Hindu mulai masuk. Karena sikap toleransi yang tinggi akhirnya pembangunan pura tetap dilaksanakan tanpa menghancurkan tempat ibadah yang sudah ada sebelumnya.
Pura Lingsar merupakan pura terbesar dan tertua di pulau Lombok. Pura Lingsar memiliki nama tersendiri yaitu ‘Kemaliq Pura Lingsar’. Kemaliq memliki arti sakral sehingga siapapun yang ingin mengunjungi pura tersebut harus dalam keadaan suci. Beberapa pantangan yang harus dipatuhi ketika ingin memasuki wilayah inti pura yaitu harus memakai selendang yang berarti kita menjadi warga setempat. Selain itu, kita tidak diperkenankan untuk membawa makanan yang mengandung babi dan anjing, tidak boleh memutar musik keras dan beberapa larangan lainnya.
Sebelum masuk ke bagian pura, pengunjung disuguhi pemandangan dua patung yang disebut ‘Dwarapala’ yang merupakan representasi sifat baik dan buruk. Begitu juga kain berwarna hitam dan putih yang juga melambangkan sifat baik dan buruk. Masuklah saya ke dalam pura Lingsar.
Di dalam pura terdapat tiga pendopo besar dengan balutan kain dan beberapa patung di dalamnya. Setiap pendopo dibalut dengan satu wana kain dengan beberapa kembang dan dupa di dalamnya. Terdapat empat warna yang menjadi ciri khas pendopo tersebut dengan masing-masing filosofi. Keempat warna tersebut yaitu merah, putih, kuning, hitam.
Warna merah dan kuning melambangkan unsur api yang dilambangkan sebagai Dewa Brahma; warna putih melambangkan unsur angin yang merupakan wujud dari Dewa Siwa karena sifat angin yang kerapkali merusak alam; dan warna hitam yang merupakan unsur air yang merupakan sumber kehidupan yang merupakan simbol dari Dewa Wisnu. Jadi, cara terbaik untuk menentukan tempat sembahyang yaitu dengan mencaritahu warna dominan di pendopo tersebut.
Masuk ke bagian pura lainnya kita bisa menemukan sebuah kolam ikan ajaib. Jika di Praha kita bisa melempar koin dan mengajukan permohonan, kita juga bisa melakukan hal serupa di kolam ikan ini. Dengan beberapa ritual seperti berdoa kepada Tuhan YME lalu melepar koin. Ritual pelemparan koin ini semata-mata bukanlah mengajak wisatawan untuk percaya pada hal-hal gaib, karena hakikatnya kita harus tetap berdoa sesuai agama dan kepercayaan masing-masing. Apabila dirasa koin yang dilempar selama tiga kali tidak masuk ke kolam, kita diperbolehkan melempar koin lagi namun dengan harapan yang berbeda. Karena bisa jadi harapan yang pertama tidak direstui atau bahkan membawa petaka.
Asal muasal kolam dan ikan-ikan disini tak jauh dari sejarah panjang pura Lingsar. Konon, setelah perang Praya, terdapat seorang pengembara bernama Datuk Milir yang berdiam diri di daerah Lingsar. Saat itu mereka mengalami kemarau panjang sehingga tidak ada air di sekitar situ. Datuk Milir terus berdoa kepada Tuhan agar desa tersebut segera turun hujan dan dapat mengairi sungai-sungai lagi.
Pada suatu malam, Datuk Milir mendapatkan sebuah ilham untuk menancapkan sebatang tongkat kayu di daerah dekat musala. Dengan ijin Tuhan, sebuah mata air kecil muncul di permukaan dan mengalir ke beberapa tempat di daerah tersebut. Hingga akhirya tongkat Datuk Milir berubah menjadi ikan yang akhirnya dibuatkan kolam agar ikan tersebut bisa tetap tinggal. Setelah melalui beberapa fase, ikan tersebut berkembang biak hingga sekarang. Untuk ikan yang mati, biasanya penduduk akan memasaknya dan dimakan bersama-sama.
Hanya ada satu ikan besar yang seringkali sembunyi di balik bebatuan. Menurut cerita, ikan tersebut hanya keluar jika ada ritual pemanggilan khusus. Itu pun jika ikan ingin keluar pada ritual tersebut. Ritual pemanggilan bisa dilakukan dengan menggunakan pawang khusus dan beberapa telur bebek sebagai umpan. Saat itu, saya sedang menyaksikan ritual tersebut atas permintaan wisatawan mancanegara dari Jepang. Meskipun telah habis setengah telur bebek, ikan pun tak kunjung keluar. Hingga akhirnya di telur kedua, si ikan mulai mengintip keluar. Munculnya ikan dipercaya akan ada pertanda baik dalam diri seseorang pasca melihat ikan.
Turun ke bawah, saya bisa melihat sebuah musala sederhana yang bersebelahan dengan empat pancuran air. Terdapat Sembilan pancuran yang melambangkan jumlah wali songo yang juga dipercaya sebagai wali Allah dalam menyebarkan agama Islam di Indonesia, khususnya Pulau Jawa. Empat pancuran berada di musala dan lima lainnya di dekat danau replika segara anak. Air dari pancuran tersebut dipercaya bisa menyembuhkan penyakit dalam, bisa juga sebagai awet muda. Jika ingin mandi, pengunjung dilarang untuk memakai pakaian terbuka dan juga dilarang menggunakan cairan seperti sabun dan sebagainya.
Spot terakhir yaitu replika danau segara anak. Danau ini dibuat atas permintaan Raja Karangasem yang sangat ingin mengunjungi Danau Segara Anak di Gunung Rinjani. Hal ini dikarenakan saat itu Raja Karangasem sudah sangat tua sehingga tidak mampu naik, sehingga Raja memerintahkan untuk dibuatkan miniatur danau Sedara Anak.
Masuk ke Pura Lingsar tidak dipungut biaya, hanya saja kita bisa memberikan donasi seikhlasnya ketika akan masuk untuk menyewa selandang wajib. Di sana juga terdapat jasa pemandu yang siap mengantar perjalanan dan menjelaskan segala macam sejarah tentang Pura Lingsar. Untuk biaya pemandu wisata, kita bisa memberi uang secara sukarela tanpa ada patokan khusus dari pihak penjaga Pura.
Belajar tentang sejarah peradaban manusia memang tak ada habisnya. Sejarah diceritakan bukan hanya sebagai dongeng pengantar tidur, melainkan sebagai penanda sebuah peristiwa dan juga pembelajaran untuk kehidupan di masa depan. Tetap cintai sejarah seperti pesan Bung Karno “Jangan sekali-kali melupakan sejarah”.
0 notes
aainunika-blog · 6 years
Text
Sejuta Pesona Desa Sade
Pesona desa adat Sade merupakan pancaran tersendiri ketika berada di Pulau Lombok. Tak lengkap rasanya jika berkeliling ke pulau Lombok tapi tidak mampir di desa adat tersebut. Desa adat ini memang sengaja dilestarikan sebagai daya tarik wisatawan yang ingin mengetahui sejarah dan adat dari suku Sasak, sehingga segala bentuk kegiatan harus tetap menjunjung tinggi adat istiadat yang berlaku.
Desa Sade merupakan desa adat tertua untuk suku Sasak yang masih ada dan menjunjung tinggi adat setempat. Desa adat Sade berada di wilayah Rembitan, Lombok Timur. Luas wilayah tersebut sekitar tiga hekto are (3ha) yang dihuni oleh sekitar 7000 orang. Rumah-rumah penduduk juga masih menggunakan rumah tradisional suku Sasak.
Tumblr media
Rumah tradisional suku Sasak masih sangat sederhana. Mereka masih menggunakan alang-alang kering sebagai atap rumah yang bisa bertahan selama kurang lebih lima tahun. Selain atap rumah, masyarakat setempat juga masih menggunakan bahan tradisional sebagai pondasi rumah yakni sekam (kulit padi) yang dicampur dengan tanah. Untuk perawatan, masyarakat secara rutin mengepel lantai menggunakan kotoran Sapi atau Kerbau yang dipercaya bisa menambal lantai yang retak karena cuaca yang terlalu panas, bisa untuk menguatkan pondasi lantai, untuk mencegah nyamuk juga.
Setelah melalui pintu gerbang utama, pengunjung akan disajikan pemandangan sebuah balai pertemuan yang berfungsi sebagai tempat berkumpul ketika ada acara tertentu ataupun acara keluarga. Balai pertemuan ini dinamakan ‘Berugak’. Antarsatu keluarga dan yang lainnya masih merupakan saudara karena suku Sasak tidak diperkenankan dengan orang diluar suku, sehingga satu desa masih merupakan sanak saudara.
Yang membuat desa Sade ini menarik yaitu tentang perempuan. Tentu saja membicarakan tentang perempuan merupakan pembahasan yang sangat menarik dan tiada batas akhir. Perempuan yang didalih merupakan permata kehidupan selalu menjadi sorotan utama dalam kehidupan sehari-hari, begitu lah kehidupan perempuan di desa Sade. Para perempuan memiliki batasan-batasan yang harus dijalankan takkala mereka dilahirakan di desa Sade.
Pertama, perempuan-perempuan suku Sasak di desa Sade hanya diperbolehkan sekolah hingga jenjang sekolah menengah atas. berbeda dengan laki-laki, mereka diperbolehkan melanjutkan kuliah hingga ke jenjang universitas. Jadi, tugas utama perempuan setelah lulus sekolah menengah atas yakni belajar menjadi ibu rumah tangga yang baik untuk anak-anak generasi pendatang.
Tumblr media
Kedua, perempuan di desa Sade diwajibkan untuk bisa menenun karena hal itu merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang ibu rumah tangga nantinya. Apabila ada perempuan yang tidak bisa menenum maka ia tidak diperkenankan untuk menikah.
Ketiga, desa Sade juga mengenal istilah ‘apel’ yang juga berarti kunjungan laki-laki ke rumah perempuan dengan maksud ingin mengenal lebih dekat atau sekedar bercengkrama. Ketika ada laki-laki yang sedang apel, perempuan tidak boleh menolak ajakan untuk ngobrol bersama.
Keempat, desa Sade menganut adat ‘kawin culik’ yang berarti si pria harus menculik perempuan sehari sebelum adanya prosesi lamaran. Sang perempuan dibawa ke rumah keluarga si pria yang bertujuan untuk menginap semalam sehingga besoknya sang perempuan tersebut akan dipulangkan bersama rombongan keluarga laki-laki yang berniat ingin meminang sang putri.
Masih tentang kawin culik, terdapat sebuah pohon cinta yangmana digunakan sebagai tempat janjian ketika terdapat pasangan yang akan melaksanakan pernikahan. Pohon tersebut terletak di sekitar rumah penduduk namun berasa di bagian belakang, sehingga pemilik rumah tidak bisa mengintip atau mengetahui jika ada dua insan yang sedang bertemu.
Pasca menikah, pasangan suami istri diharuskan meninggalkan rumah keluarga karena dalam satu rumah tidak diperkenankan ada dua kepala keluarga. Apabila pasangan suami istri tersebut belum memiliki rumah sendiri, penduduk desa menyediakan sebuah rumah khusus yang bernama ‘Rumah Bulanmadu’. Rumah ini hanya sepetak ruangan dengan lampu di luar ruangan. Rumah ini juga dijuluki ‘Rumah Seribu Jendela’ karena dinding rumah yang terbuat dari sesek bambu. Dikarenakan struktur anyaman bambu yang tidak rata dan berlubang menjadikan rumah tersebut bisa diintip dari celah-celahnya.
Tak hanya dindingnya, masyarakat setempat juga meletakkan lampu di luar rumah. Hal ini bertujuan untuk mengetahui jikalau ada seseorang yang mengintip proses bulanmadu pasangan baru. Jika lampu diletakkan di luar, dari dalam bisa nampak jelas bayangan yang ada di luar, sehingga bisa menjadi kewaspadaan pasangan baru agar tidak diintip.
Selain tentang perempuan, desa Sade juga dikenal karena adat istiadatnya. Desa Sade memiliki satu lumbung penyimpanan padi untuk sekitar lima hingga enam keluarga. Letaknya di atas dan diikat sebuah tali untuk mengusir tikus dan hama lainnya. Lumbung diletakkan di tengah-tengah rumah penduduk dengan posisi rumah panggung, sehingga ketika akan naik penduduk harus menggunakan tangga untuk mencapai lumbung.
Begitulah sekilas penjelasan mengenai desa Sade, desa tertua yang dihuni oleh suku Sasak di wilayah Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Terkadang terdapat beberapa hal yang tidak sesuai dengan kehidupan sehari-hari, namun itulah adat. Adat bukanlah menjadi pembeda antara orang dahulu dengan sekarang, melainkan sebagai pemersatu dan keberagaman Indonesia.
Tumblr media
0 notes