Tumgik
fkhalila · 5 years
Text
Berburu Oleh-Oleh di Lembang
Walaupun tahun lalu saya dan suami masih bermukim di Bandung, tetap saja dinginnya hawa Lembang masih terasa menusuk tulang. Hembusan nafas kami yang menyerupai kabut tipis itu pun beradu, lantas menghilang. Seolah kami sedang mereka ulang adegan yang sering terjadi di drama-drama korea ketika kedua lakon tengah berjumpa kala musim dingin. Langit senja disinipun begitu indah, karena tidak terhalang oleh banyaknya gedung bertingkat. Namun, selepas matahari terbenam, temperatur bisa terus turun hingga 19 derajat celcius saja. Kalau sudah begitu, selimut plus minuman hangat menjadi penawar yang selalu dicari.
Cuaca dingin itulah yang membuat aneka buah dan sayur dapat tumbuh subur di dataran tinggi Lembang. Apabila pemukiman di perkotaan sangat padat penduduk, disini kita masih bisa menemukan hamparan kebun yang bersebelahan dengan rumah-rumah warga. Maka, cobalah bertandang ke sini ketika sedang masa panen. Sungguh pemandangan yang elok di mata ketika dapat menemukan tomat yang sudah memerah, selada yang merekah segar, juga jeruk yang ranum buahnya.
Hasil panen tersebut kemudian akan diangkut menuju pasar-pasar yang dipadati para pembeli. Pagi-pagi adalah waktu yang paling tepat untuk menyambangi Pasar Panorama Lembang, karena semua produk masih lengkap dan segar. Jika kita menyusuri tangga menuju ke bawah, kita akan dapat menjumpai berbagai produk segar mulai dari sayur, rempah, buah, juga daging dan ikan. Jangan sampai tersesat ya, karena pasar ini sangat luas. Penataan jongko-jongko belum diatur berdasarkan produk yang dijual sehingga semuanya masih bercampur jadi satu. Sementara itu menaiki tangga akan mengantarkan kita pada berbagai penjual elektronik, pakaian, dan kosmetik.
Saat menyusuri pasar, sesekali pedagang akan menawari kita untuk berbelanja di tempat mereka. Tapi ingat, harus tetap fokus dengan daftar belanjaan ya, alih-alih pengeluaran bisa jebol. Apalagi terkadang ada genangan air yang menghadang, jadi pandangan harus awas. Gunakan sandal jepit saja agar lebih nyaman untuk bergerak ke sana kemari.
Walupun begitu, asyiknya belanja disini adalah harganya yang lebih miring dibandingkan dengan di kota. Berbagai sayuran atau buah yang anti mainstream pun dapat kita jumpai disini. Terong belanda juga sawo yang jarang saya temui di Bandung banyak bertebaran di tempat ini. Saya yang tadinya hanya mengenal bayam dan kangkung saja, jadi bisa menjajal genjer, daun ubi, bahkan jantung pisang. Cabe gendot yang montok lagi hijau itu juga kerap menjadi buruan favorit para pelancong karena kekhasannya. Tumis cabe gendot ini dengan tahu kulit maka dijamin akan menjadi sajian yang sedap menggugah selera.
Setalah puas mengitari pasar, maka selanjutnya kita bisa singgah di sentra susu Lembang yaitu di KPSBU. Pecinta susu sapi akan dimanjakan lidahnya oleh berbagai olahan susu yang tersedia seperti susu pasteurisasi, yoghurt, tahu susu, hingga dodol dan kerupuk. Primadonanya tentu adalah susu murni. Gurihnya susu murni tentu jauh mengalahkan susu kemasan pabrik. Apalagi menyeruput lemak susu yang lembut itu, nikmat sekali rasanya. Meja dan kursi panjang berjejer rapi disini agar pengunjung bisa melepas lelah sambil menikmati aneka penganan. Aroma ketan bakar yang wangi juga tidak mau kalah ikut menggoda tamu yang berkunjung. Sering kali mereka menyerah, kare akhirnya colenak pun turut serta memeriahkan meja makan.
Masih belum puas juga? Tenang, Lembang masih punya banyak oleh-oleh khas yang sayang untuk dilewatkan. Penikmat bolu tentu harus mencicipi Bolu Susu Lembang dengan tiga varian rasa yaitu original, susu, dan coklat. Ada juga Pia Sophia yang garing kulitnya tapi lembut isiannya. Es mambo juga cocok sekali untuk melepas dahaga setalah seharian berwisata. Sebelum pulang, mampir dulu ke Tahu Tauhid untuk menyantap tahu legendaris ini. Air di Lembang ini konon sangat cocok untuk memproduksi tahu dengan citarasa yang enak.
Ah, siapa yang tidak betah berlama-lama menjelajahi Lembang kalau suguhannya adalah suasana yang masih asri dan sejuk begini. Hidangan apapun yang dinikmati di sini akan terasa lebih sedap karena suasana yang nyaman. Jadi setidaknya, dengan membawa pulang berbagai buah tangan membuat rindu akan Lembang menjadi terobati dan tentunya menyiapkan rencana untuk menjelajahinya lagi di tanggal merah selanjutnya. Selamat liburan!
*ditulis untuk challenge nulisyuk batch 27
5 notes · View notes
fkhalila · 5 years
Text
Kenapa saya harus menulis blog?
Sebagai seorang pribadi introver yang irit bicara, saya tetaplah seorang wanita yang memiliki kebutuhan untuk mengeluarkan puluhan ribu kata tiap harinya. Untuk itulah, menulis menjadi pilihan saya untuk mencurahkan berbagai pikiran dan perasaan yang sedang melanda diri. Lagipula menulis itu ada proses editing. Berbeda dengan berbicara yang sekali jeplak tidak bisa ditarik kembali. Menulis membutuhkan proses kontemplasi agar hasilnya sarat makna dan mudah dicerna.
Awalnya, saya hanya senang menulis untuk diri sendiri saja. Karena dengan menulis, saya merasa jauh lebih tenang dan rileks. Inilah manfaat yang saya rasakan dari menulis yaitu sebagai self-healing. Menulis membuat beban dan permasalahan yang sedang saya hadapi tampak lebih sederhana, seolah seperti terurai dari gumpalan kusut tak berbentuk. Saya menjadi paham tentang apa yang sebenarnya saya rasakan dan pikirkan. Entah itu adalah rasa takut, khawatir, atau cemas. Emosi-emosi itu lebih jelas dibanding dengan hanya sekadar melabelinya dengan rasa sedih atau galau.
Hingga suatu saat pernah terbersit di benak saya bahwa saya bukanlah seorang komunikator ulung yang mampu bercerita dengan gaya kharismatik di depan para pendengarnya. Namun, seorang penulis juga tidak kalah hebat memesonanya di mata saya. Tulisan itu tidak akan lekang oleh zaman yang silih berganti. Ia akan kekal menjadi sebuah karya, bahkan walau si penulis telah tiada sekalipun.
Sungguh, menulis adalah investasi yang menguntungkan. Karena jika tulisan itu adalah berupa kebaikan, maka ia akan menjadi ilmu yang bermanfaat yang pahalanya akan terus mengalir tiada terputus. Lantas, saya tidak ingin melewatkan begitu saja kesempatan emas seperti ini. Saya yakin bahwa tiap tulisan akan menemukan pembacanya. Walaupun terkadang masih ada perasaan bahwa tulisan-tulisan saya begitu receh, tapi siapa tahu ada yang bisa ikut memetik hikmahnya juga bukan?
Maka, meski rasa minder kurang percaya diri masih sering membayangi, namun saya ingin selalu berusaha untuk memantaskan diri. Dengan begitu, tidak ada pilihan lain untuk terus belajar lagi dan lagi.
*ditulis untuk challenge nulisyuk batch 27
2 notes · View notes
fkhalila · 7 years
Audio
Terima Kasih Telah Menjaga Diri by SuaraCerita
(written by @kurniawangunadi and narrated by @dokterfina)
Terima kasih telah menjaga diri, terima kasih juga telah bersedia bersabar. Bersabar terhadap perasaan yang sedang tumbuh, ingin sekali mekar, ingin sekali segera ranum. Akan tetapi, kita masih percaya bahwa untuk menjadi mekar, kita perlu waktu.
Terima kasih karena aku rasa, Allah tetap menjadi yang pertama. Bila kelalaian kita menjaga diri, membuat orang lain berasumsi sedemikian rupa. Semoga kita segera diselamatkan dan ku rasa, Dia pasti segera menyelamatkan.
Terima kasih telah bersedia bersabar. Karena aku pun sedang bersabar menunggu waktumu yang lebih luang. Karena sekarang, begitu banyak kesibukan yang bila kita tidak bersabar dan gegabah. Justru bisa jadi membuat kita salah mengambil keputusan.
Terima kasih telah menjaga diri. Karena aku akan menjagamu dari perasaanku yang sedemikian rupa. Entah bagaimana caranya. Entah harus berdoa seperti apa. Karena kita tahu pasti, salah satu dari kita akan memulai. Dan itu aku. Diwaktu yang nanti akan aku cari tahu entah bagaimana caranya. Karena aku tidak akan membiarkanmu terlalu lama berasumsi. Karena aku tahu, kita benar-benar sedang diuji dengan kehadiran masing-masing. Kita sama-sama menjadi ujian satu sama lain. Mari menangkan!
10 notes · View notes
fkhalila · 7 years
Quote
Rasanya tentu akan lebih bahagia jika kita mengenal dan dikenal sebagai seorang manusia, bukan sebagai satuan-satuan bit data di dunia maya.
Obrolan-obrolan tatap muka, saling bertukar cerita, saling mengoreksi kesalahan, saling mendoakan dalam kebaikan, dan saling menyemangati untuk perbaikan diri rasanya juga lebih berarti dan terpatri daripada likes, reblog, atau notifikasi-notifikasi :”)
Kontak mata, tutur cerita, jabat erat, pelukan hangat, ketulusan hati >>>>>>>>>>>>> virtual
156 notes · View notes
fkhalila · 7 years
Quote
The moment we allow anything, other than our Creator, to define our success, failure, happiness, or worth, we’ve entered into a silent form of slavery.
Yasmin Mogahed  (via thelittlephilosopher)
No matter how much I have reblog(ged) this kind of quote, I am STILL doing the opposite thing :(((((
414 notes · View notes
fkhalila · 7 years
Text
Rasa
Perasaan senang dan bahagia itu sejatinya amat sederhana. Bahagia tetap bisa dinikmati walaupun hanya untuk seorang diri. Karena jika benar bahagia yang kau rasa, ia tetap demikian syahdunya walau dalam sunyi sekalipun, tanpa hingar bingar dan gemuruh tepuk tangan. Ia tak akan berkurang keelokannya walau sedikitpun, meski tanpa berita dan pengumuman.
Lantas, mengapa saat ini kau seolah hendak berlomba untuk menunjukkan semua rasa itu? Aku hanya takut, itu bukan bahagia namanya. Mungkin sebenarnya, kau bahkan masih ragu dengan perasaanmu. Untuk itulah kau berusaha menunjukkan pada dunia kalau kau sedang berbahagia. Itulah cara untuk meyakinkan dirimu sendiri atas perasaan-perasaan yang sedang memenuhi dadamu yang seolah membuncah.
Semakin kau umbar, rasa itu akan terasa hambar; biasa saja; tidak istimewa. Karena fokusmu telah beralih. Bukan lagi pada dirimu sendiri, tetapi pada orang lain. Kini, entah apa kiranya yang akan membuatmu lebih bahagia. Masihkah itu adalah alasan di balik kebahagiaanmu? Atau malah pengakuan dari sekitarmu?
Ah, tentu itu hanya sedikit dari pikiranku yang sempit. Bukankah manusia memang seperti itu? Ia tampakkan apa-apa yang baik, namun ia sembunyikan apa-apa yang buruk. Nyatanya, aku sendiri pun tidak luput dari kealpaan yang semacam itu. Namun, kita bisa senantiasa memperbaiki diri, bukan?
Yang jelas, selamat mencari kebahagiaan yang hakiki. Orang bijak tentu akan tahu ke mana ia harus menjemputnya. Tak perlu jauh-jauh berkelana, karena bahagia itu dekat. Tak perlu pula dirumitkan definisinya, karena bahagia itu apa adanya. Karena pada akhirnya bahagia itu ya bahagia saja, titik.
1 note · View note
fkhalila · 7 years
Text
Again
I did it again, people...
I had had an ominous feeling in the middle of our conversation when suddenly she lowered her voice and leaned her body forward towards me.
"Fat, actually I...", and there she went on talking about something that she buried all these times. She spilled her secret(s) to me just like that, leaving me dumbfounded and clueless.
Ah really, I didn't know what to say to her. I just remembered that I kept mumbling "I really had no idea about that..."
You know what, I thought that she did just fine. Apparently, it was not the case. She hid and suppressed her vulnerability inside. But after hearing her story, I kind of could put two and two together and finally understand the big picture. Had not she told me, I think I would have still judged her unfairly.
But after that, I asked her a question "Why did you tell me about this? We're not that close though, so I just wonder about your reason"
"I don't know, it's so nice to talk to you. And that's why I feel safe to confide to you."
Okay, people I'm that curious on what am I to you guys. Do I look like a counselor or a teddy bear that you talk to before going to sleep maybe?
Of course, I am grateful that you all could be comfortable with me but sometimes, I’d rather not know your stories. There are times when they feel soooo heavy. I know, you guys just want to be heard and understood. But for me, I can’t help but to think about the solution to as I want to ease your pain.
But I think the hardest part is when people are badmouthing. They are doing it because they don’t know the truth, yet, even when I know all the facts I can’t spill it freely cause I don’t have the right. I really detest that situation, it’s the worst.
So, when you meet me again, can we just talk casually with no secrets involved? I need to free some space in my brain (and heart) right now, really...
1 note · View note
fkhalila · 7 years
Audio
"Don't You Worry 'bout A Thing" (by Tori Kelly, originally by Stevie Wonder) Yeah, everybody's got a thing But some don't know how to handle it Always reaching out in vain Just taking the things not worth having But don't you worry 'bout a thing Don't you worry 'bout a thing, mama 'Cause I'll be standing on the side When you check it out, oh They say your style of life's a drag And that you must go other places Just don't you feel too bad When you get fooled by smiling faces Don't you worry 'bout a thing Don't you worry 'bout a thing, baby 'Cause I'll be standing on the side When you check it out When you get it off your trip Don't you worry 'bout a thing Don't you worry 'bout a thing, yeah Come on! Everybody needs a change A chance to check out the new You're the only one to sees The changes you take yourself through Oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh Don't you worry 'bout a thing (thing) Don't you worry 'bout a thing (thing) Don't you worry 'bout a thing (thing) Don't you worry 'bout a thing (thing) Pa-pa-p, pa-pa-pa-pa Pa-pa-pa-pa-pa-pa-pa-pa Pa-pa-p, pa-pa-pa-pa Pa-pa-pa-pa-pa-pa-pa-pa Don't you worry 'bout a thing Don't you worry 'bout a thing, mama 'Cause I'll be standing on the side When you check it out When you get it off your trip Don't you worry 'bout a thing Don't you worry 'bout a thing, mama 'Cause I'll be standing on the side When you check it out Oh, don't you worry Don't you worry 'bout a thing, mama 'Cause I'll be standing, I'll be standing by Oh, oh, oh, oh, oh, oh, Don't you worry 'bout a thing
1 note · View note
fkhalila · 7 years
Text
Kupikir, tidak ada yang benar-benar mengenal seseorang selain Tuhannya, bahkan dirinya sendiri pun sering kali hanya sering tertipu oleh imajinasi dan persepsi yang tidak nyata...
Tidak Cukup Menjelaskan
Tidak ada tulisan manapun yang ditulis oleh seseorang yang akan cukup menjelaskan siapa dirinya. Sekeping teka-teki di tulisan yang satu, belum tentu akan terus bersambungan dengan sekeping teka-teki di tulisan yang lainnya. Teka-teki itu mungkin akan terus berkelindan, tapi tidak berarti bahwa jika semuanya tersusun maka akan tersusun pulalah penjelasan-penjelasan tentang siapa seseorang itu sebenarnya. Maka, merasa telah mengenal dengan baik seseorang hanya karena membaca pola pikirnya dalam kata dan kalimat belumlah cukup untuk benar-benar mengenalnya.
Tidak ada tulisan manapun yang ditulis oleh seseorang yang akan cukup menjelaskan tentang seluruh kedalaman gunung es pola-polanya dalam berpikir, merasa, dan bertindak. Jika ia menuliskannya sedikit, yang sedikit itulah yang ia izinkan untuk kita ketahui. Jika ia menuliskannya banyak-banyak, yang banyak itulah yang sesungguhnya hanya sedikit, yang tak akan bisa cukup untuk kita jadikan kesimpulan gambaran kepribadiannya. Maka, jangan buru-buru menganggap hidup orang yang ada di balik tulisan itu lebih baik, lebih sempurna, atau lebih bermakna. Kita hanya tidak benar-benar mengetahui bagaimana ia sedang berjuang mengalahkan dan memenangkan banyak hal.
Tidak ada tulisan manapun yang ditulis oleh seseorang yang akan cukup menjelaskan apa yang menjadi masalahnya, isi hatinya, perasaannya, keresahannya, atau juga lika-liku hidupnya. Mereka yang terlihat baik-baik saja sebab kalimat-kalimatnya bersahaja, mungkin saja hatinya sedang porak-poranda: terseok menjaga iman erat-erat sebab takut terlepas dari genggaman, memunguti semangat yang berceceran, mengobrak-abrik sisi buruk agar menjadi kekuatan dan kebaikan, juga mendidik diri agar tak manja dan mudah melemah digoyahkan masalah. Tentu saja, setiap kita sedang berjuang, bukan?
Sebab aku menulis, maka dariku untukmu yang membaca adalah terima kasih; terima kasih telah berprasangka baik, mendoakan yang baik-baik, mengapresiasi dengan cara yang baik, dan menumbuhkan dengan cara yang baik. Semoga tak ada yang tertinggal di hatimu setiap kali membaca ceracauku, selain kebaikan yang tak ragu untuk kembali dibagikan.
Sebab aku juga membaca, maka dariku untukmu yang menulis adalah juga terima kasih; terima kasih telah mengelola diri dan hatimu sedemikian rupa hingga bisa menulis yang baik-baik, mengajak melihat semesta dengan kaca mata yang baik, dan menumbuhkan kebaikan di hati dengan penyampaian-penyampaian terbaik. Semoga kita tidak lelah untuk saling menasehati dan mendoakan yang terbaik.
197 notes · View notes
fkhalila · 7 years
Text
Why
Maybe, "why" is the most difficult question to answer. It openly asks us about the reason for doing or deciding something. It asks us regarding the driver(s) behind a particular behavior. It evokes the thinking process prior to an action. It makes us wonder and ponder about our choice, compared to other available options. And since human are always curious, this question will never die.
In fact, there are times when we could not bluntly explain it in words. You know, it goes like this: we just did what we did, as simple as that. Even on our opinions, the question itself is irrelevant since we never question ourselves. You do not ask why people breathe right? It’s because we need to, we have to, and we must do it to keep on living. It’s our way to survive and adapt. My point is: you always have a reason, even if you have not discovered it yet.
But once it has been successfully answered, our vision miraculously will be clearer and more focused. The resistance, the reluctance, and the doubts are still there obviously, but now your motivation could overpower them. It will keep you going on the track.
Now, when you have found your “why”, the “how” question will be less difficult to answer, hopefully.
0 notes
fkhalila · 7 years
Text
penting
siapa kamu itu penting. pentingnya ada sedari awal sampai akhir.
apa yang kamu lakukan itu penting. pastikan yang kamu lakukan itu baik dan benar. segala sesuatunya akan tidak baik jika dasar pekerjaan itu memang tidak baik.
bagaimana kamu melakukan sesuatu lebih penting dari apa yang kamu lakukan. pastikan cara kamu melakukan sesuatu itu baik dan benar. sebab, cara yang tidak baik akan menjadikan apapun yang kamu lakukan (meskipun itu baik) menjadi tidak baik.
kapan kamu melakukan sesuatu itu lebih penting dari apa yang kamu lakukan dan bagaimana kamu melakukannya. pastikan kamu melakukan sesuatu itu pada waktu yang baik dan tepat. ada banyak sekali kebaikan yang hanya bernilai jika dilakukan tepat pada waktunya. ingatlah bahwa banyak sekali kesempatan yang hanya datang satu kali. ingatlah pula bahwa tidak semua peluang adalah penunjuk jalan–kadang ada yang hanya ujian atau godaan.
mengapa kamu melakukan sesuatu itu lebih penting dari apa yang kamu lakukan, bagaimana kamu melakukannya, dan kapan kamu melakukannya. pastikan kamu melakukan sesuatu karena alasan yang baik dan benar. ingatlah bahwa alasan yang terbaik tidak dapat ditemukan di luar, tetapi hanya dapat ditemukan di dalam dirimu. ingatlah bahwa alasan yang terbaik adalah dan hanyalah karena Tuhan-mu.
apa yang kamu lakukan, bagaimana kamu melakukannya, kapan kamu melakukannya, mengapa kamu melakukannya–bersama-sama akan menentukan siapa kamu dulu, kini, dan nanti.
siapa kamu itu penting. pentingnya ada sedari awal sampai akhir. jadikan siapa kamu yang ada di dalam dirimu, your inner you, mendefinisikan apa yang kamu lakukan, bagaimana kamu melakukannya, kapan kamu melakukannya, dan mengapa kamu melakukannya. pada suatu titik, semua itu akan menjadikan siapa kamu yang tampak dari luar.
405 notes · View notes
fkhalila · 7 years
Text
Sajadah
Tumblr media
Momen Ramadhan selalu berhasil membuat masjid-masjid kembali ramai dikunjungi. Tidak hanya lelaki, perempuan pun juga tidak mau kalah dalam memakmurkan rumah Allah. Tapi ada satu hal yang hampir selalu dibawa oleh kaum hawa, yaitu sajadah. Segelintir lelaki juga ada yang membawa sajadah, tapi jumlahnya tidak sebanyak jamaah perempuan.
Ketika iqamah telah dikumandangkan, artinya sholat akan dimulai sebentar lagi. Saat itulah semua jamaah akan berdiri sementara imam akan mengingatkan untuk meluruskan dan merapatkan shaff. Di waktu seperti inilah biasanya sajadah menjadi sumber masalah. Demi mempertahankan posisi sajadahnya, ada yang enggan untuk bergeser sehingga membuat shaff menjadi bolong. Masih baik jika ada yang berinisiatif untuk mengisi sela shaff tersebut. Tapi tidak jarang juga yang berakhir dengan tetap menyisakan celah sampai sholat usai.
Hal seperti ini sungguh sangat disayangkan. Padahal jelas-jelas shaff yang lurus dan rapat itu memiliki keutamaan. Hal itu akan mencegah setan masuk dan mengisi kekosongan tersebut. Jika tidak dipenuhi, maka kekhusyukan sholat menjadi tidak sempurna. Bukankah sayang sekali apabila sholat yang kita dirikan hanyalah menyelesaikan gerakan demi gerakan tanpa ada hubungan keakraban dengan Allah?
Sejujurnya saya penasaran dengan mereka yang begitu enggan bergeser menjauhi sajadahnya. Toh, kemungkinan sajadah akan hilang sangat kecil. Memang, kadang shaff yang rapat akan membuat ruang gerak menjadi lebih terbatas. Terlebih saat posisi tahiyyatul akhir yang membutuhkan space cukup luas. Karenanya, sering kali ada yang harus rela kakinya terjepit. Tapi, ada juga akhirnya yang memilih untuk agak maju atau mundur agar lebih leluasa. Setelah salam, tentu boleh-boleh saja kembali ke tempat semula di mana sajadahnya berada.
Fenomena ini jangan-jangan merupakan cerminan dari kehidupan bermasyarakat kita saat ini. Kita malas “bergeser” karena hanya sibuk memikirkan sendiri tanpa mau tahu dengan urusan orang lain. Selama ini kita terbiasa sholat munfarid (sendiri) sehingga ketika ingin meaksanakan sholat berjamaah masih ada ego yang tersisa. Saat sholat munfarid, terserah kita mau membaca surat apa. Tapi dalam sholat berjamaah ada imam yang menjadi pemimpin dan makmum diharuskan untuk mengikutinya.
Namun demikian, sajadah tidak selalu berdampak negatif. Saya pribadi tidak jarang menggunakan sajadah terutama di masjid yang memiliki lantai parket. Tidak jarang, orang yang mengisi shaff di sebelah akan menggelar sajadahnya secara horizontal agar saya juga kebagian. Tentu saja ia melakukannya tanpa saya minta. Akhirnya, kamipun saling berbincang untuk mencairkan suasana. Lewat sajadah, sebuah silaturrahim dapat terbangun walupun hanya untuk waktu yang singkat.
*gambar dari sini
3 notes · View notes
fkhalila · 7 years
Text
Bulan
Tumblr media
Kala langit semakin gulita, merindulah kita pada pelita yang terang. Adalah bulan yang menyediakan cahaya yang didamba. Ia hadir ketika matahari tak lagi menampakkan sinarnya. Sejenak, terbiuslah kita pada pesonanya yang teramat memukau.
Saking terpesonanya kita pada sang rembulan, namanya sering tersisip dalam bait puisi ataupun lirik lagu. Bulan seolah menjadi makna lain bagi definisi kecantikan dan keindahan.
Padahal, apa yang tertangkap oleh penglihatan kita begitu terbatas. Nyatanya, permukaan bulan itu bopeng, tidak halus dan mulus seperti apa yang kita duga. Ternyata, bulan tidak memancarkan cahanya sendiri, ia hanya memantulkan sinar matahari. Bulan itu hanya satelit yang berotasi mengelilingi bumi, ia bukan poros yang menjadi acuan peredaran bagi benda langit lainnya.
Sering kali, apa yang kita kagumi tidak benar-benar sesuai dengan bayangan yang diimajinasikan. Bahkan, harapan dan ekpektasi kita kepadanya kian hari kian meninggi mengangkasa. Kita tidak tahu saja, pondasi di bawahnya amat rapuh. Hanya butuh sentakan halus untuk meluluhlantakkannya menjadi keping dan serpih.
Sungguh benar, berharap kepada manusia itu akan mengundang kekecewaan. Karena manusia pastilah tak ada yang sempurna. Jikalau ia terlihat demikian, artinya Allah sedang menutup celanya. Seperti bulan yang tampak berkilauan karena gelapnya malam. Sedangkan ketika siang hari, bulan akan kalah pamor dengan matahari.
Maka, hanyalah Dia yang patut kita limpahi dengan pujian. Karena hanya mereka yang menjadikan Allah sebagai sumber keterpanaannya lah yang tidak akan pernah menyesal.
*gambar dari sini
1 note · View note
fkhalila · 7 years
Text
Tangan-tangan telah saling berjabatan, kata-kata maaf telah disampaikan, begitupun rindu-rindu telah tertunaikan.
Izinkan saya untuk memohon maaf atas segala khilaf, terutama bila ada kata-kata dalam tulisan saya yang menggoreskan luka atau menyinggung perasaan.
Semoga momen Idul Fitri membuat kita terlahir menjadi pribadi-pribadi baru yang lebih bertaqwa. Karena para pemenang adalah mereka yang melanggengkan amalan-amalan kebajikan yang digiatkan selama Ramadhan. Juga mereka yang mempertahankan benteng pertahanan dari hawa nafsu yang telah dibangun sedemikian kokohnya sebulan yang lalu.
Selanjutnya, saya ingin membayar hutang yang sempat terabaikan. Apalagi kalau bukan project #30daysramadhanwriting hehehe. Tulisan saya mandek di hari ke-21. Banyak kendala, banyak excuse, tapi intinya motivasi saya yang tidak cukup kuat untuk melawan semua itu. Jadi setidaknya saya ingin menyelesaikan apa yang telah saya mulai.
That's it, folks! Insya Allah saya akan mulai posting esok hari. Sampai bertemu :)
0 notes
fkhalila · 7 years
Text
21 Ramadhan: Samudera
Tumblr media
Film The Truman Show berkisah tentang Truman Burbank yang diperankan oleh si nyentrik Jim Carrey. Film ini dirilis pada tahun 1998 silam ini bercerita tentang Truman yang sama sekali tidak tahu menahu tentang fakta bahwa dia merupakan sebuah objek eksperimen dari seorang sutradara (yang bernama Christof) sebuah reality show yang ditayangkan di televisi. Kisah hidupnya menjadi tontonan yang ditunggu oleh banyak orang. Konklusinya, Truman dihadapkan pada dua pilihan yaitu memilih untuk tetap hidup dalam dunia buatan dengan segala kenyamanannya  atau keluar menuju realitas dunia yang sebenarnya.
Menarik sekali menonton film ini karena kita benar-benar dapat melihat perjuangan Truman untuk menemukan jati dirinya. Truman adalah sosok yang begitu ramah kepada siapapun. Ia begitu senang memberikan pertolongan kepada siapa saja yang membutuhkan. Paling tidak, begitulah yang ia pikirkan mengenai dirinya sendiri. Padahal, orang-orang yang selama ini ia kenal sebagai tetangga, rekan kerja, dan bahkan istrinya sendiri hanyalah para aktor dan aktris bayaran.
Sebenarnya, cerita yang yang dirancang oleh si sutradara adalah bahwa Truman adalah seorang anak yatim. Ayahnya tenggelam digulung ombak ketika sedang pergi memancing dengan Truman di tengah laut. Karena peristiwa itu, Truman digambarkan sebagai seorang yang memiliki trauma mendalam, terlebih jika melihat laut yang luas. Karena semuanya hanya buatan, tentu saja sesungguhnya ayah kandung Truman masih hidup. Karena tidak tega melihat Truman dibohongi selama sekian tahun lamanya, ayahnya ingin menolong sang anak.
Sayangnya, aksi nekat ayahnya tersebut terhalang oleh Christof yang tidak mengendaki Truman mengetahui rahasia terbesar dalam hidupnya. Dengan berbagai cara, Christof ingin mencegah Truman untuk bertemu dengan ayahnya. Di saat yang bersamaan, Truman mulai merasakan keganjilan demi keganjilan dalam hidupnya yang hanyalah setting-an.
Singkat cerita, Truman memutuskan untuk berlayar menggunakan sebuah kapal. Ia sudah muak dengan orang-orang di sekitarnya yang dia anggap telah membohonginya selama ini. Agar Truman menyerah, si sutradara “menciptakan” badai, ombak, dan petir untuk mengombang-ambingkan kapalnya. Namun, tekadnya telah bulat untuk menemukan jawaban atas segala pertanyaan tentang siapakah dirinya, Truman terus melajukan kapalnya hingga ia menabrak suatu tembok yang ternyata merupakan batas dari kota buatan yang digunakan sebagai properti program televisi tersebut. Dengan demikian, berakhirlah petualangan Truman dalam dunia imajiner Christof.
Mungkin, ada banyak Truman-Truman lain di luar sana yang masih terkatung-katung di tengah samudera juga untuk mencari identitas dirinya. Ada orang-orang yang masih belum menemukan jawaban atas pertanyaan tentang makna hidup. Hidupnya masih dirundung kegelisahan yang tidak kunjung reda. Hal ini diamini oleh Abraham Maslow dalam Teori Hierarki Kebutuhan Maslow yang menyebutkan bahwa aktualisasi diri adalah salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh manusia. Posisinya berada di puncak piramida yang mengartikan bahwa aktualisasi diri adalah kebutuhan yang prioritasnya berada di bawah kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya.
Dalam kasus Truman, walaupun ia telah merasakan kecukupan dalam hidupnya, ia masih merasakan sesuatu yang hilang dari eksistensinya sebagai manusia. Sebagai muslim dan muslimah, kita patut menyadari benar untuk apa Allah menciptakan kita.
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)
Pada hakikatnya, entah menjadi apapun kita baik itu insinyur, dokter, pengusaha, atau apapun juga, semua itu hanyalah profesi sampingan. Profesi utama kita adalah hamba kepunyaan Allah. Sedangkan tugas utamanya adalah beriadah agar selalu mendapat ridho dan berkah dari-Nya.
Maka, jika saat ini kamu masih terombang-ambing dalam samudera, segeralah merapat ke tepian. Karena, tidak akan pernah kecewa orang-orang yang mendekat menuju-Nya.
*gambar dari sini
Bandung, 21 Ramadhan 1438 H
1 note · View note
fkhalila · 7 years
Text
20 Ramadhan: Sepasang
Tumblr media
Ternyata, tidak hanya sandal jepit yang punya pasangan. Ada hal lain yang baru utuh bila ada pasangannya. Merekalah sabar dan syukur. Ternyata, mereka adalah dua entitas yang saling menggenapkan satu sama lain. Ketika hanya berdiri sendiri, manfaatnya kurang paripurna terasa.
Adalah Ayyub yang sering kali didapuk menjadi ikon sabar. Betapa tidak, Allah mengujinya dengan cobaan yang berat dan bertubi. Penyakit kusta dan lepra yang menjangkitinya membuatnya harus berpisah dengan keluarga tercinta.
Adalah Sulaiman yang kiranya pantas untuk menyandang simbol syukur. Hidup Sulaiman begitu bergelimang harta. Kerajaannya indah luar biasa karena dindingnya terbuat dari batu pualam, sedangkan tiang dan pintunya terbuat dari tembaga dan emas, atapnya terbuat dari perak dan hiasan ukirannya dari intan dan mutiara, pasir, berlian. Taman di kerajaan ditaburi oleh mutiara dan lain sebagainya. Pun bala tentaranya terdiri dari manusia, hewan, dan jin.
Namun Ayyub tidak hanya bersabar, iapun bersyukur atas segala derita yang menimpa. Dalam menyabarinya penyakitnya yang amat menjijikkan, ia menemukan kenikmatan yang patut disyukuri. Kenikmatan itu adalah kesempatan untuk semakin mendekat dengan Allah. Munajatnya terasa lebih syahdu manakala jiwa sedang dilanda lara yang menyiksa.
Begitupun Sulaiman yang tidak hanya bersyukur, iapun bersabar atas segala kemudahan yang ia nikmati. Dalam mensyukuri segala kesenangan dunia, ia harus bersabar atas godaan untuk berbuat tercela. Tak mudah untuk menahan diri dari perbuatan yang mendurhakai Allah dengan semua kelimpahan yang dipunya. Seolah dirinya adalah poros dunia, dapat menikmati apa saja yang diinginkan. Rasa sombong mungkin saja hinggap lantas menjadikannya hamba yang kufur.
Lantas, kita juga perlu memaknai kembali apa sebenarnya maksud sabar dan syukur. Yang jelas, keduanya bukan kata kerja pasif yang hanya dilisankan. Sabar tidak cukup hanya dengan mengucap innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Pun syukur tidak hanya sekadar mengucap alhamdulillahi rabbal ‘alamin.
Jauh dari itu, sabar itu menahan diri dari perbuatan yang Allah tak suka seperti mengeluh, mencaci, atau marah. Sabar itu menerima kondisi yang dialami. Tapi sabar itu juga melakukan ikhtiar yang bermanfaat. Yang sakit, temuilah dokter atau minum obat. Yang belum lulus ujian, teruslah belajar. Yang tertumpuk hutang, bekerjalah untuk membayarnya.
Sedangkan, syukur itu menggunakan pemberian dengan sebaik-baiknya. Yang sehat, silakan optimalkan semua panca inderanya untuk melihat yang baik, mendengar yang baik, juga pergi ke tempat yang baik. Yang kaya bisa berderma bagi mereka yang membutuhkan. Yang luang waktunya isilah dengan berbagai amal kebajikan.
Apapun fase hidup yang sedang kita jalani saat ini, pastikan untuk selalu menghiasinya dengan sepasang sabar dan syukur, bukan salah satunya saja.
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999)
Sumber: rumahsyo.com
*gambar dari sini
Bandung, 20 Ramadhan 1438 H
1 note · View note
fkhalila · 7 years
Text
19 Ramadhan: Yakin
Tumblr media
Entah seremuk apa hati Ibrahim ketika Allah memberinya suatu perintah yang begitu berat untuk dilaksanakan. Ia diharuskan untuk menyembelih putranya tercinta yaitu Ismail. Memorinya berkelana ke hari dimana Ismail terlahir ke dunia. Kemudian teringatlah ia saat meninggalkan Ismail kecil beserta ibunya di padang batu yang tandus. Dan kini setelah ia bisa berkumpul kembali dengannya, Allah hendak memisahkan mereka sekali lagi. Bukan dengan mengasingkannya lagi di tempat terpencil, tapi dengan menyembelihnya menggunakan tangannya sendiri.
Entah logika macam apa yang tertalar pada Nuh ketika Allah mengabarkan suatu hal yang begitu mengejutkan. Tak lama lagi, banjir bandang akan segera datang dan tak ada satupun yang akan selamat. Tapi, Allah memerintahkan Nuh untuk membuat sebuah kapal yang nantinya dapat mengangkut kaumnya yang beriman juga berpasang-pasang hewan. Ingin sekali ia turut serta membawa istri dan anaknya. Namun, hidayah itu belum kunjung menyapa hati-hati mereka yang masih sekeras batu.
Entah datang dari mana keberanian Musa tatkala Allah menyuruhnya untuk menyampaikan kebenaran. Ia sadar betul atas banyak kekurangan yang dimiliki. Statusnya yang pernah menjadi buronan karena tidak sengaja pembunuh pengawal kerajaan Mesir. Lisannya yang gagu sehingga tidak lincah dalam bertutur. Lalu ia harus menghadapkan dirinya pada Fir'aun yang mengaku-mengaku menjadi Tuhan. Namun bagaimanapun Fir’aun juga adalah ayah angkat yang telah membesarkannya dulu.
Walaupun setan menghasutnya sepanjang jalan, Ibrahim membalas mereka dengan lemparan batu-batu kerikil. Walaupun air bah itu nampaknya tak kunjung datang, Nuh tetap tekun menyelesaikan pengerjaan kapal. Walaupun ia tak mempercayai kemampuan dirinya sendiri, Musa tetap bersikap lemah lembut terhadap Fir'aun.
Kita tahu apa akhir cerita dari masing-masing kisah tersebut. Ibrahim menyembelih seekor domba yang dipertukarkan posisinya dengan Ismail. Nuh beserta kaumnya yang beriman terselamatkan dari banjir berkat kapal yang mereka bangun. Musa dapat menyeberangi Laut merah sedangkan Fir'aun dibinasakan. Maka bergembiralah mereka yang yakin. Mereka kan memetik buah yang rasanya begitu manis. Tak akan pernah kecewa orang-orang yang berharap hanya pada Yang Maha Menepati Janji.
Benang merah dari ketiga cerita tersebut adalah keyakinan seorang hamba akan Rabbnya yang begitu besar. Keyakinan bahwa mereka tidak diperintahkan untuk melakukan suatu hal yang sia-sia. Keyakinan bahwa akan ada pertolongan dari Yang Maha Mengatur. Keyakinan ini akhirnya melahirkan kepasrahan menggantungkan diri pada Pemilik Segala Daya Upaya. Tentu ada beribu tanya yang menggelayuti kalbu. Tapi mereka tetap memilih untuk mempercayai apa yang Allah titahkan.
Cobaan yang menimpa kita pastilah hanya seujung kuku saja dari apa-apa yang harus para kekasih Allah hadapi. Tentu saja itu juga karena kapasitas iman kita yang hanya sepersekian jengkal saja dari iman di dada mereka yang bergolak-golak laksana api yang berkobar. Tapi kita dapat meneladani kuatnya iman mereka pada satu-satunya Illah yang pantas untuk disembah.
Adanya rasa takut, ragu ataupun cemas adalah hal yang sangat wajar. Tapi, jangan sampai perasaan itu membuat langkah kita surut untuk mentaati-Nya. Karena Allah tak pernah berniat untuk menyusahkan hamba-Nya. Kita hanya diharuskan untuk mengambil keputusan. Memilih cinta dari makhluk atau Pencipta Makhluk. Mengimani logika manusia atau Yang Maha Berilmu. Menakuti penguasa kerajaan atau Penguasa Langit dan Bumi.
Lagi-lagi, ketiga lelaki mulia ini memberikan contoh pada kita dalam menangkis kekalutan. Kita bisa seperti Ibrahim yang menutup mata ketika hendak menyembelih Ismail. Kita bisa seperti Nuh yang menulikan telinga dari cemoohan orang yang tidak beriman. Atau kita bisa seperti Musa yang menebalkan tekad untuk menghadapi sang tiran.
*gambar dari sini
Bandung, 19 Ramadhan 1438 H
8 notes · View notes