Tumgik
langitrasa · 4 years
Text
Menjadi Baik
Seringkali orang baik itu digambarkan sederhana sekali di dalam sebuah cerita.
Baca saja sebuah cerita pendek yang tokohnya digambarkan lembut tutur katanya atau ringan tangan, maka kamu akan segera menyimpulkan dengan mudah, oh ini protagonis, tokohnya orang baik ini. Atau kalau kamu tak suka membaca, sinetron sinetron indonesia juga menggambarkannya dengan sederhana kan, sekali lihat atau 5 menit nonton saja kita akan segera disadarkan oh ini dia protagonis, orang baik dalam cerita ini, cantik, baik, nggak pernah marah walau dianiaya, lembut, sopan, dan sikap baik lainnya. Tampak sempurna saja tokoh tokoh dalam cerita itu.
Tapi secara realita, menjadi orang baik tidak semudah itu kan. Butuh perjuangan. Butuh keistiqomahan. Butuh kesabaran. Butuh keikhlasan. Butuh pergolatan hati melawan egoisnya diri. Dan segala perasaan itu sungguh tidak mudah ditancapkan dalam hati kita ini.
Jadi orang baik itu memang susah. Tapi bukan berarti tidak bisa dilakukan. Karena menjadi orang baik itu sebenarnya bukan agar orang lain memandang kita demikian. Berbuat kebaikan dan menjadi bermanfaat adalah tentang ketenangan hati. Karena bagaimanapun itu perasaan ketika kita mampu memberi tanpa alibi, membantu tanpa ingin ini itu, adalah kebahagiaan dan ketenangan yang bahkan sulit untuk kita definisikan sendiri. Rasanya happy dan tenang aja hatinya. Ayem yang adem gitu. Ya nggak sih?
Jadi jangan menyerah jadi baik ya, sekalipun itu susah, sekalipun dunia hari ini banyak memaksa kita untuk abai dan acuh, sekalipun kebaikan kita tak pernah dihargai apa apa, sekalipun kita sendiri sedang dalam kondisi tidak mudah. Pokoknya nggak boleh nyerah jadi orang baik. Selamat berjuang menjadi orang baik kesayangan 😊
Magelang, 30 01 2020
6 notes · View notes
langitrasa · 4 years
Text
Mengusahakan itu adalah tentang memperpanjang batas juang
Kamu yang tentukan batasnya, Allah yang tentukan hasil akhirnya
Kalau usahamu hanya sekedarnya saja
Ya jangan berharap hasil luar biasa
Kalau berjuangmu penuh pesimistis
Ya jangan berharap segalanya tercapai dengan efek magis
--intancalfiana--
1 note · View note
langitrasa · 5 years
Text
Mengeluh itu tak menyelesaikan apapun, hanya akan membuat resah dan lelahmu kian rumpun
-langitrasa
1 note · View note
langitrasa · 5 years
Text
Ramadhan 3: Yang Kuat Ya
Kalau kamu berada di lingkungan yang rasa rasanya selalu menyudutkanmu, jangan pernah lelah. Lelah apa?
Jangan pernah lelah menancapkan dalam hatimu tentang prinsip kebermanfaatan. Kamu selalu memohon untuk senantiasa diberi kesempatan untuk memudahkan urusan orang lain kan? Maka berusahalah untuk itu, berusahalah untuk selalu menebar kebaikan. Berusahalah jangan pernah lelah apalagi menyerah. Karena,
Akan ada masanya semua yang kamu lakukan diabaikan.
Akan ada masanya semua kebaikanmu menguap, ditimbun satu kesalahan yang tak sengaja kamu buat.
Akan ada masanya kamu bertemu orang-orang yang hanya berpikir tentang dirinya tentang memudahkan urusan urusannya sendiri.
Akan ada masanya apa yang kamu lakukan dilupakan dan tak pernah diberi penghargaan.
Akan ada masanya keikhlasanmu dalam berbuat kebaikan selalu dipertanyakan.
Maka, bila itu terjadi semoga prinsip kebermanfaatan dan selalu ingin menebar kebaikan di hatimu itu masih tetap di sana, sampai kapanpun, dan tak goyah oleh apapun. Sabar ya, tetap kuat, semangat, Allah SWT itu selalu Maha Melihat.
1 note · View note
langitrasa · 5 years
Text
Ramadhan 2: Kekhawatiran kita
Seringkali kekhawatiran kekhawatiran yang membuatmu ketakutan itu muncul karena ulahmu sendiri. Pemikiran dan dugaan dugaan yang kamu ada adakan. Sehingga semuanya menumpuk di pikiranmu membuatmu berpikir macam macam.
Kekhawatiran juga muncul karena banyak keraguan yang memenuhi hatimu. Membuatmu berpikir ini itu. Padahal kamu tahu kan ragu itu datangnya dari mana, dari kepercayaan yang mulai terkikis, dari keyakinan yang mulai goyah, dari setan yang membisikkan selain kebaikan.
Kekhawatiran adalah wujud dari prasangka tak baik yang kamu lebih lebihkan. Memikirkan segala kemungkinan buruk yang akan terjadi di depan tanpa memasrahkan pada Tuhan, dan memohon kebaikan. Kita ini manusia yang tak tahu apa apa, kecuali apa yang Tuhan perlihatkan. Maka tak usahlah dulu kamu mengkhawatirkan yang tak perlu dikhawatirkan. Percaya saja dan berbaik sangkalah kepada yang telah menciptakan kita, bahwa segala yang kita rasa kita punya dan kita alami hari ini adalah wujud ketetapan Nya. Sekalipun ada rasa tak baik di hatimu, ada rasa sedih di sana, tidak apa apa karena memang begitulah takdir yang dituliskan Nya, dan itu pastilah yang terbaik menurut Nya.
Coba hapus ragumu itu, hingga akhirnya hilang khawatirmu, jadikan semua kekhawatiran itu menjadi doa dan permohonan perlindungan untuk kamu panjatkan, itu adalah wujud terbaik dari khawatirmu. Khawatirkanlah hanya apa yang belum Tuhan pastikan untukmu, khawatirkan saja tentang akhiratmu karena itu tak pernah pasti. Tapi duniamu telah Tuhan jamin dan tetapkan sedemikian rupa, tak perlu lagi kamu khwatirkan, karena skenario hidupmu telah dituliskan jauh sebelum kamu dilahirkan.
Maka, belajarlah mulai hari ini, belajar untuk senantiasa menjaga prasangka kita selalu dalam koridor kebaikan. Belajar mengubah kekhawatiran menjadi doa doa yang terpanjatkan bukan dengan keluhan keluhan yang kamu utarakan. Belajar untuk mencoba membahagiakan diri kita sendiri. Karena sebenarnya, bahagia itu selalu sederhana, yang rumit adalah kekhawatiran kita yang beraneka rupa.
Magelang, 7-5-2019
2 notes · View notes
langitrasa · 5 years
Text
Ramadhanku 1: Tentang Memaafkan
Sampai batas mana kita memohon maaf dari orang yang mungkin kita sakiti?
Ketika orang itu telah berkata memaafkan tapi masih mengungkit ungkit kesalahan, lalu apa yang harus kita lakukan?
Padahal kita sudah berusaha meminta maaf dengan tulus. Sudah percaya semuanya sudah baik baik saja. Walau nyatanya, di lain kesempatan ketika kita tak ada salah kita dikata, kurangnya kita masih dicerca.
Maka aku mempertanyakan kata memaafkan, dan kalimat tidak apa apa yang pernah diucapkan.
Lalu, aku terdiam tak tau harus berbuat apa dan berkata bagaimana. Lalu ku pasrahkan, kewajiban memohon dan meminta maaf atas kekhilafan sudah ku lakukan, penyesalan serta rasa bersalah bukan manipulasi tapi benar ada dalam hati. Keinsyafan sudah ku niatkan benar benar. Maka itu saja yang bisa ku lakukan.
Bila kata maaf dan penyesalan tak dapat menghapus kesalahan di matanya, percayalah Tuhan selalu lebih luas ampunannya. Maka benar bahwa keikhlasan tertinggi bukan hanya tentang memberi dengan harta berlimpah luar biasa tanpa pamrih, tapi keikhlasan tertinggi adalah ketika kita mudah melupa kebaikan yang pernah kita lakukan dan melupa kesalahan yang telah orang lain lakukan. Semoga hati kita diluaskan dan dilapangkan untuk bisa merasa keikhlasan tertinggi yang Tuhan anugerahkan.
“Seringkali, memaafkan bukanlah karena orang yang bersalah layak di maafkan. Memaafkan itu, bagi kita adalah karena kita sungguh berhak untuk dianugerahi ketentraman hati “(Salim a Fillah)
Magelang, 3 - 5 - 2019
Tumblr media
1 note · View note
langitrasa · 5 years
Text
Tulisan : Tak Kunjung Selesai
Apakah dengan menenggelamkan diri dalam kesibukan, pekerjaan, perjalanan; kekhawatiran itu akan hilang dan terlupakan? Ternyata tidak, ia hanya sembunyi sebentar lalu muncul lagi sewaktu-waktu. Waktu menunggu commuter line yang datang, waktu menumpang bus ke tujuan, waktu membuka pintu kamar dan merebahkan diri, waktu sujud-sujud panjang. 
Kekhawatiran itu tidak serta merta hilang karena semua pencapaian yang dimiliki. Pekerjaan yang mapan, penghasilan yang lumayan, keluarga yang hangat. Kekhawatiran itu tetap ada, layaknya udara. Mengisi setiap ruang yang kosong di dalam diri ini. Menyelinap masuk diam-diam saat kita tengah terjebak dalam kesunyian.
Yang sudah kuliah khawatir pada pekerjaan setelah lulus. Yang sudah bekerja gelisah karena takut ditempatkan di tempat antah berantah, berpisah dari orang-orang terdekat. Yang sudah bekerja, khawatir pada pernikahan yang tak kunjung terlihat tanda-tandanya. Yang sudah menikah khawatir pada kondisi finansial yang tak kunjung stabil, keluarga besar yang terus menekan, dan buah hati yang tak kunjung dimiliki. Yang sudah memiliki buah hati, khawatir pada masa depan. Yang sudah sampai di masa depan, khawatir pada apa yang sudah terjadi di masa lalu.
Semua kekhawatiran itu ternyata tidak selesai begitu saja :) ©kurniawangunadi
823 notes · View notes
langitrasa · 5 years
Text
Tak apa tak dilihat
Bila kebaikan yang kamu lakukan tidak terlihat, tak apa Allah selalu maha Melihat. Bila yang coba kamu lakukan tak dirasa karena tampak biasa, hingga tak disadari oleh mereka, tak apa, Allah selalu tahu yang kamu perbuat.
Bila kebermanfaatanmu dianggap tak bernilai oleh mata mereka, tak apa, ada dua malaikat yang tak henti mencatat.
Bila apa yang kamu lakukan itu kebaikan, jangan pernah lelah, jangan pernah merasa dilemahkan oleh penghargaan manusia, karena harga dunia ini selalu fana. Sungguh walau tanpa puji dan penghargaan mereka kamu tetap luar biasa, Tuhan tak pernah alfa memperhatikan jadi tak ada yang perlu kamu khawatirkan.
Tunggu saja janji-Nya, janji pasti yang selalu tepat sasaran.
Selamat bersabar dalam menebar manfaat.
#renungan #tulisan #intancahyalfiana
3 notes · View notes
langitrasa · 5 years
Text
Batas Waktu atau Kamu
Aku terkadang berpikir tentang kegalauanku. Kenapa aku banyak menghabiskan waktu memikirkan kamu yang berada entah di sudut dunia bagian mana. Yang telah Tuhan janjikan dengan kepastian yang tak perlu aku pertanyakan.
Aku. Kenapa aku begitu sendu memikirkan akan bagaimana rupa pertemuan kita. Kenapa aku begitu khawatir tentang yang sudah diatur sedemikian rupa oleh Nya.
Aku....
kenapa aku masih bertanya tanya tentangmu tentang waktu kita bertemu, merindu tanpa tahu bagaimana cara menuntaskannya.
Harusnya aku tak begitu.
Karena aku juga tak pernah tau akankah pertemuanku denganmu terjadi lebih awal daripada pertemuanku denganNya.
Harusnya aku memang tak begitu.
Kegalauanku akan menghabiskan waktu, membuatku lupa diri bahwa bekal pertemuanku dengan Nya semakin hari masih begitu begitu saja yang tak ku yakin semakin bertambah.
Harusnya aku tak begitu. Aku mengusahakanmu begitu penuh peluh. Tapi aku lupa bahwa kamu sedemikianpun ku usahakan bila namamu tak pernah tertulis untukku kita tidak akan bisa bertemu dan bersatu.
Harusnya aku tak begitu.
Karena aku tak pernah tau di ujung mana batas waktuku. Akankah selangkah, sejengkal, atau masih jauh sebelum pertemuanku denganmu. Ataukah berpuluh tahun kemudian setelah separuh agama kita telah kita sempurnakan bersama.
Aku tak pernah tahu akan bertemu apa atau siapa yg lebih dahulu. Ku harap kamu dulu, tapi Allah selalu lebih Maha Tahu.
Magelang, 15-12-2018
#tulisan #intancahyalfiana
1 note · View note
langitrasa · 5 years
Text
Tumblr media
#quotes #intanalfiana
1 note · View note
langitrasa · 5 years
Text
Mba apik, aku terharu baca ini. Aku juga suka meracau, tapi entah nanti akan gimana kalau udah ada masnya haha
Racauan Kakak Sebelum Tidur
Kakakku adalah tipe perempuan yang suka berbicara lebih dari duapuluhribu kata perhari. Mungkin dia bicara bisa sampai dua ratus ribu! Tapi konon, untuk tetap bahagia perempuan harus tetap seperti itu. Persis seperti kakakku.
Aku salah satu pendengar setianya, dari bocah. Sampai aku umur delapan belas, karena setelah itu suaminya yang menggantikan peranku. Sekarang mungkin aku hanya mendengar tak sampai seribu kata, itupun via Line atau whatsapp.
Dulu sebelum tidur kami suka meracau. Hampir tiap hari racauannya menjadi pengantar tidurku. Kakak selalu mengomel tiap ayah mematikan lampu.
“Kayanya nanti kalau aku punya rumah sendiri aku bakal nyalain lampu-lampunya sampe malem.” “Ih boros.” “Kan nggak semua orang benci gelap kaya aku. Kayanya nanti suamiku nggak aku bolehin matiin lampu kamar.” “…” “Nggak ding, kalau dia sayang aku juga dia bakal nyalain lampu tanpa aku paksa. Hihihihi.” “The drama begins…” “Suamiku mau ngga ya kalo kamarnya nanti dicat warna pink?” “Kak, please…” “Kan lucuuu. Ah nanti aku yang mohon-mohon deh minta ke dia.” “Kak, mana ada cowo yang mau kamarnya dicat warna pink! Jijik tauuuu.” “Ih ada, liat aja nanti suamiku! hihihi.” “…” “Semoga dia bisa setrika baju sendiri. Aamiin.” “Ini khayalan macam apalagi sih kak?” “Kan doa dek, tau sendiri aku tuh gabisa nyetrika baju. Aku bisa masak, beberes rumah, nyuci, ngepel, asal jangan nyetrika.” “Tapi yakali masnya yang nyetrika.” “yaudah deh aku berdoa semoga nanti pas jamanku nikah udah ditemukan alat penyetrika otomatis. Aamiin.” “Kak -_-” “Dek nanti kalau aku udah punya suami, aku pura-pura ngga bisa nyetir aja deh!” “Kok gitu?” “Biar minta dianterin kemana-mana hihihi.” “Nggak logis!” “Hihihi” “Terus apalagi khayalanmu kak?” “Kok khayalan sih! Ini tu doa dek…do-a!” “Iya doa…” “Aku juga berdoa dia nggak doyan pedes!” “…” “Biar aku ngga harus belajar bikin sambel. Kan aku nggak doyan pedes. Mending istrinya doyan pedes suaminya engga daripada suaminya doyan istrinya engga" “Aamiin deh, aamiin.” “Semoga dia hobi nyuci mobil Ya Allah. Soalnya aku tiap habis nyuci mobil pilek. Aamiin.” “Kak…udahan ah. Ngantuk.” “Ih kan aku masih mau ceritaaaaaa…” “Lanjut besok kak, bye.“ Aku menutupi kuping dengan bantal.
Aku jadi kangen kakak. Sekarang dia sudah meracau di samping Mas Iparku. Betah ga ya dia dengerin kakak?
Pernah satu hari aku tanya-tanya lagi sama kakak, mencheck-list racauan malamnya.
“Kak, Mas itu kalo tidur pake lampu nggak sih?” “Enggak, dia nggak bisa tidur kalo pake lampu.” “Lah bukannya kakak nggak bisa tidur kalo gelap?” “Sekarang nggak papa sih gelap, asal ada temennya!” “…”
***
“Kak jadinya kamarnya kakak catnya apa?” “Kemarin sih aku pilih krem dek, lucu gitu senada sama interiornya. Sama ada beberapa bagian yang dikasih wallpaper.” “Lah, ngga jadi pink?” “Ya kali…kasian mas lah kalo kamarnya dicat pink! Jijik…” “…”
*** “Kak, kakak kok nggak ngelaundry aja?” “Enakan nyuci sendiri. Lebih bersih.” “Lah? Setrika sendiri dong?” “Iyalah…” “Bukannya dulu paling anti-nyetrika?” “Belajarnya setaun sendiri aku! Demi bisa nyetrika…” ”…“
*** “Kak pinjem tas dong buat ke kondangan. Minta deh minta satu, aku ga biasa beli yang model tante-tante gitu.” “Ntaran ya dek kalo kakak sampe rumah kakak liatin. Ini masih mau jemput Bening sama Pijar dari sekolah. Terus mau beli printer. Enaknya beli dimana ya dek? Yang sekiranya ngga ditipu gitu, kamu tau sendiri kan aku paling nggak bisa perkara perkomputeran.” “Sendiri gitu? Kenapa ngga sama Mas aja sih?” “Ya berarti weekend dong, keburu dipake. Si Bening tuh tugasnya aya-aya wae. Ngga sanggup si printer lama. Butuh yang sekalian bisa nyecan gitu-gitu lho dek biar ringkes. Udahan ya kakak masih nyetir.” “Bukannya dulu abis nikah mau pura-pura ngga bisa nyetir?” “Ribeeett, kasian Mas juga tambah riweh nanti kalo aku rewel minta anter kesana-sini.” ”…“ ***
“Dek, obat pilek yang manjur apa ya?” “Lah? Pilek?” “Iya nihh, takut nular ke Maira. Repot kalo bayi gini pilek.” “Makanya jangan kebanyakan nyuci mobil!” “Asik kali dek, nyuci mobil sama suami. Hahaha.” “Ya tapi kakak lemah gitu kalo nyuci mobil. Le-mah!” “Kasian kalo ngga dibantuin…” ”…“
***
“Kak, sekarang doyan pedes?” “Engga sih…masakin Mas aja.” “Ooh terus bikin buat kakak juga, jadinya dua menu gitu?” “Engga juga sih, kakak tetep makan yang ini.” “Lah kan situ ngga suka pedes!” “Yang penting Mas suka makanan rumah. Itu udah lebih dari cukup.” ”…“
***
Aku memahami satu hal, perempuan memang diciptakan penuh racauan duapuluh ribu kata perhari. Tapi racauannya tak berarti apa-apa, dibandingkan apa yang diam-diam dia korbankan.
183 notes · View notes
langitrasa · 5 years
Text
Ada yang harus kita jaga. Agar tetap suci namanya hati. Ada yang harus kita pertahankan kebersihannya namanya nurani. Ada yang harus kita pertahankan untuk tetap pada kebaikan adalah prasangka.
Intancalfiana
3 notes · View notes
langitrasa · 5 years
Text
Kembalimu membahagiakan, kerinduanku terselesaikan, terima kasih layar biru, langit perasaan tempat mencurahkan segala yang tak bisa ku ucapkan.
Welcome back tumblr, bahagia sekali diri ini melihatmu kembali yuhuuu yeayyhh
3 notes · View notes
langitrasa · 5 years
Text
Selagi Sendiri
Selagi sendiri jangan terlalu merutuki hari. Lakukanlah sesuatu yang sekiranya nanti tak bisa kamu lakukan tanpa ijin suami.
Selagi sendiri janganlah terlalu sering mengeluh dan berandai andai yang sekiranya melemahkan hati.
Toh dengan berandai andai tak akan langsung membuat harimu berubah lebih indah bukan.
Selagi sendiri lakukan apa apa yang sesuai inginmu, habiskan sisa sisa egomu, tapi jangan lupa tetap pegang prinsip manfaat ya.
Selagi sendiri berjuanglah menjadi seorang calon ibu dan istri hebat, mandiri dalam segala kondisi biar nanti apa apa tak bermanja pada suami.
Selagi sendiri, pergilah sesukamu, bertualanglah semaumu, asal jangan lengah dan lelah menjaga diri. Itu yang harus selalu kau jaga dan kau pegang sebagai prinsip yang kamu tancapkan di hati.
Nanti kan kamu harus mengantongi ijin suami dulu untuk pergi pergi jadi jangan nanti menyesal kalau belum bisa kesana kemari sesuai ingin hati.
Selagi sendiri nikmati saja hari ini, akan ada waktunya kok perjalananmu ada yang menemani. Be happy baby.
Magelang, 16-12-2018
0 notes
langitrasa · 7 years
Text
Beda, Minoritas
Habis baca caption seorang ibu sholihah ini. Kaya semacam ada perenungan. Kaya semacam merasa kayanya aku pernah ada dalam situasi yang sama tapi dengan perasaan yg berbeda dari yang si kecil rasakan.
Alhamdulillah bisa belajar banget dari postingan beliau. Saya kagum dengan cara pandang si kecil yang justru merasa bahwa yang 'berbeda' bukan kita (yang memakai kerudung dan menutup aurat sesuai syari'at) tapi mereka yang pakaiannya belum sesuai dengan perintah Allah SWT.
Kita yang sudah lebih dewasa ini mungkin paham benar, tentang batas aurat yang harus kita jaga dengan sebenar-benarnya. Tapi ketika kita ada dalam kondisi kaya mereka (katakanlah berada di luar negeri dan islam minoritas) perasaan merasa bahwa 'kita ini udah bener loh, kenapa merasa minder ketika kita minoritas dan dianggap berbeda, kenapa merasa kurang percaya diri dan bla bla bla kaya menandakan seberapa dalam pemahaman kita saat menjalani syari'atnya.
Well, karena saya pernah berada di posisi seperti itu dan justru saya merasa 'beda' dari mereka saya seperti merasa kalah telak sama si kecil. Kaya merasa pemahamanku ternyata masih cetek banget ya gitu.
Bener-bener keinget waktu dulu berada di tengah-tengah orang-orang yang pake hotpant (bener g sih tulisannya, bodo ah ya 😅) waktu berada di kereta menuju Nanning city, dan saya memakai gamis plus jilbab segiempat standar yg menutup dada dan lagi musim summer di sana. Kebetulan waktu itu nomor tempat duduk saya melancong jauh dari rombongan, dan di tengah" perjuangan temen saya mencari cara biar kita duduk barengan saya disuruh duduk dulu di posisi itu sampai dapet tukeran. Jadilah saya duduk di situ. Di tengah mbak mbak dan ibu ibu yang pada pakai hotpan dan tank top karena lagi hot summer di kereta ekonominya China.
Saat itu, ada ibu-ibu di depan saya yang berbicara dengan bahasa mereka (saya gapaham apa yg mereka bicarakan) yang sambil senyum senyum liatin saya. Saya gatau ya apa yang mereka bicarakan, sampe ada mbak-mbak sebelah yang nanya "mbak dari mana asalnya? Nggak panas pakai baju gitu."
Well, ketika ditanya gitu saya merasa, hemm gini ya rasanya jadi minoritas gaenak, diliatin banyak orang dan gatau apa yang mereka bicarakan tentang kita. Dulu bahkan saya menggambarkan situasiku kaya misal ada mbak" pake hotpan dan tank top lagi jalan di pesantren putri, alias kaya saltum. Saya jadi malu dengan perumpamaan yang saya buat itu.
Harusnya saya berpandangan bahwa, hei apanya yang salah kostum. Justru pakaian kita lah yang benar menurut tuntunan. Justru kita yang udah bener apabila menutup aurat sesuai perintah Al-Qur'an. Jadi bukan saya yang saltum justru mereka. Harusnya begitu. Tapi itu sudah berlalu. Sudahlah. Hemm.
Tapi, paling gak saya jadi paham benar bahwa. Ketika ada banyak orang yang bilang iya bener, tapi tidak sesuai syariat ya itu tetep gak bener. Dan ketika hanya sedikit yang bilang bener tetapi sesuai sama apa yang Allah dan Rasul-Nya bilang ya itu tetep yang bener.
  So, Darling, dont be afraid, ashame, or less confident even when you're just a minority. As long as it follows Allah's order, you're right. And you should not be afraid when you are in right way.
Islam itu rahmatan lil alamin dan jalan yang dilaluinya itu gak lurus mulus kaya jalan tol, penuh jalan liku liku terjal dan menanjak. Just, be strong beb.
Bekasi, 28 November 2017
Nb: gambar postingan yang saya baca ada di bawah ini ya. Bisa dibaca dulu 😊😊
Tumblr media Tumblr media
0 notes
langitrasa · 7 years
Quote
Have you ever been in the situation where you’ve been hiding the fact that you’re sad from everyone for a really long time and you’re out in public one day and a complete stranger asks if you’re okay? It’s kind of sad in a way because secretly you’ve wanted someone to notice you’re unhappy for a really long time… but when a complete stranger asks, you realize just how clearly it’s written on your face and you wonder why the people closest to you never seem to see it.
Ranata Suzuki (via wnq-writers)
Why?
37K notes · View notes
langitrasa · 7 years
Text
Tentang prasangka kita
Bila kamu sudah mampu dan punya kesempatan untuk menutup aurat secara sempurna. Bersyukurlah.
Bila kamu sudah mampu dan telah menutup auratmu sesuai syariat-Nya. Bersyukurlah.
Tapi, bila kamu sudah mampu menunaikan kewajiban menutup aurat itu, sudah mampu menjulurkan kerudungmu hingga menutupi dada, bahkan hingga kedua sikumu itu, jangan pernah memandang rendah seseorang yang mungkin belum mampu melakukannya. Jangan pernah meremehkan mereka yang belum mampu sepertimu. Jangan pernah berpikir bahwa mereka yang kerudungnya belum rapi sepertimu, belum sempurna seperti yang tertuang dalam Al-Qur'an itu jauuuuh dari kata baik, jauuh dari yang disebut sholihah.
Karena kita tidak pernah tahu kisah hidup seseorang, kita tidak pernah tahu hati seseorang.
Karena kita tidak pernah tau perjuangan apa yang harus mereka lalui untuk menunaikan syariat itu.
Karena kita tidak pernah bisa menjamin dan memastikan surga dan nerakanya orang lain.
Mungkin, mereka yang belum mampu itu, punya alasan, meski kamu mungkin memandang bahwa "Hei, berhijab syar'i itu perintahnya ada di Al-Qur'an dan wajib dilakukan, harusnya no excuse dong". Iya, memang begitu. Tapi, kemudahan setiap orang dalam beribadah dan menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslimah itu berbeda-beda.
Mungkin mereka yang belum mampu itu, dalam hatinya begitu ingin sepertimu. Menangis setiap hari memohon ampun pada Allah SWT karena ketidakberdayaannya karena ketidakmampuannya berhijab sempurna sepertimu.
Mungkin mereka yang belum mampu itu, niat di hatinya untuk menutup aurat secara sempurna sudah begitu besar, dan dia sedang berjuang. Menguatkan hatinya dan dirinya bahwa ia bisa. Ia mampu berjilbab lebar sepertimu. Maka kamu jangan pernah mematahkan niatnya dengan memandang rendah dan meremehkannya serta merasa kamu sudah sempurna.
Mungkin, mereka yang belum mampu itu. Begitu ingin sepertimu. Tapi ada hal lain yang harus diperjuangkan dan belum bisa ditinggalkan. Yang bila ia menutup auratnya sepertimu, hilanglah mata pencahariannya, hilanglah harapannya untuk membahagiakan bapak ibunya.
Mungkin, yang belum mampu itu punya satu minus karena ketidakmampuannya berjilbab sempurna sepertimu.
Tapi kamu yang sudah punya nilai plus karena jilbab syar'imu itu jangan pernah merasa sudah baik, jangan pernah memandang rendah, jangan pernah merasa sudah sempurna. Karena merasa sudah baik dan sempurna itu akan melenakan, akan membuatmu jatuh pada kesombongan: sifat yang dengannya setan dikeluarkan dari kenikmatan dan mendapat laknat dari Tuhan semesta alam.
Maka doakanlah mereka yang belum mampu sepertimu, belum bisa sempurna menutup auratnya, semoga dimudahkan perjuangannya dan senantiasi diterangi cahaya Hidayah-Nya. Dan untuk kamu yang sudah mampu berhijab sesuai syariat-Nya jangan lupa terus memperbaiki diri, jaga hati dan prasangka-mu ya.
Selamat berjuang dalam kebaikan dan selamat memperbaiki diri. Hamasah Ukh!!!!!
*ini renungan diri, pendapat pribadi, mohon maaf bila ada yang kurang berkenan di hati*
Bekasi,25 Agustus 2016
9 notes · View notes