Tumgik
#heheh. pinus.
lupinus-bicolor · 4 months
Text
PINUS SABINIANA APPRECIATION POST
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
PINUS SABINIANA!!!!! WORLD'S SECOND HEFTIEST PINECONE AND ARID LANDSCAPE LOVER! its relatively short lifespan, durable cones, and lightweight wood suggest it coevolved with low burning periodic forest fires. it's also got absolutely DELICIOUS seeds and if you ever get the chance to eat them roasted, the P. pinea seeds you get in the grocery store dont even compare. P. sabiniana is easily recognized from its blue grey crown, three-needle fascicles, and deeply-furrowed bark. It's an unusually heavily forked tree for the pinus genus; if not for its outstandingly massive size, it might be classified as a shrub. (last photos are of the largest reliably measured specimen near Grass Valley (person for scale))
5 notes · View notes
enekorre · 3 years
Note
Okay, the pinus pine tree video got me. I'll admit it got me.
hehehe its a good one, always makes me chuckle :D
1 note · View note
jajanpasar · 5 years
Text
Tumblr media
Sepagi tadi aku mager buanget, abis shalat shubuh masi pake mukenah langsung nempel kasur lagii, padahal jam 6 hari ini sudah diagendakan rihlah asrama sejak beberapa bulan yang lalu..
Dasar si pemalaz jalanjalan gratispun mager, heran aqu..tapii daripada sendirian gak wani nang ngomah aku ikut aja.. soalnya aku juga gapunya alasan syar'i buat izin, wqwqwq
Jam 6 kurang 10 barusiapsiap.. set 7 berangkat.. kemarin rencananya katanya mau ke sungai mudal di kulonprogo mantan tempat aku kkn dulu, dan ternyata setelah di bus aku baru "ngeh" kalau tujuannya pindah, soale lewat gunung kidul.. wkwk
Gatanya-tanya aku, anteng aja, sing penting melu, hehehe.. dan ternyata tujuannyaa adalahh ke hutan pinus sari apaa asrii gitu, mwehehe
Dalam bayanganku kemaren jalannya bakal gaenak, naik bus yg otok2 gitu, ternyata malah naik bus pariwisata, alus pisan euy.. mwehehe
Dikira bakal capee, eh ternyata gakerasa,dikira bakal bete' eh malah senenggg bangett, Berasa di "charge" lagi disana, diingetin lagi "tujuan" hidup ini sebenarnya apa, dikasih "rezeki" santapan ruhani dari orang2 shalihah nan menginspirasi..
kesimpulane suudzon dikurang2in, kalau diajak sama orang baik gausa nolak, karena biasanya mereka punya "hadiah"buat kita, sekalipun tidak, pasti ada hikmah "baik"nya :)
Alhamdulillahilladzi Bini'matihi tatimushaalihat 🖤
5 notes · View notes
renikachy · 5 years
Text
Tumblr media
Kompleks ponpes Amanatul Ummah, Pacet, Mojokerto.
Ini view dari tempatku mondok : MBI nya..
Segerrrr, tapi tanah disini hanya cocok untuk pinus dan padiii serta tanaman penunjang lainnya hehehe
Maksudku tidak ada kebun teh disini, seperti dataran tinggi pada umumnya (:
Terakhir berkunjung pas wisudaan adik-adik tahun lalu,
Nyampe sana subuh, malam jam 8 berangkat dari banyuwangi
Wah ternyata diri ini sudah tidak kuat menahan tusukan dinginnya air pacet 😌
Cekidot marsnya MBI Amanatul Ummah. Cukup menggambarkan misi pesantren kami ((:
1 note · View note
pklrozi2019us-blog · 5 years
Text
Tempat Outbound Pacet Mojokerto
tempat outbound-bagi kalian yang bosan, banyak kerjaan, mikirin beban hidup, mikirin kerjaan, atau mikirin mantan, hehehe becanda. Kalo ada masalah, maka apa salahnya jika kalian lupain sejenak dengan kesenangan pada permainan-permainan outbound. Kalian dapat memilih tempat outbound seperti outbound di Malang, outbound di Yogyakarta, outbound di Bandung, atau tempat-tempat lainnya yang menyediakan outbound.
Dan kali in saya akan memberikan informasi yang terbaru yaitu tempat outbound Pacet Mojokerto. Kalian harus tahu nih soalnya masih baru yaitu 2019 dan itupun trending di topic masa kini. Dan berikut adalah barisan tempat outbound Pacet Mojokerto.
Pemandian Air Panas
Tumblr media
Jika kalian capek atau mungkin kebanyakkan beban hidup kali ya, maka cobalah berendam di air panas yang ada di Pacet. Tempat ini bernama Wisata Air Panas Padusan Pacet Mojokerto. Di area pemandian air panas ini sering padat pangunjung pada saat hari minggu atau hari libur mereka ada yang mandi di air panas, mencari oleh-oleh, atau melakukan kegiatan outbound. Bisa dibayangin gak, pastinya rame bangetkan apalagi di tempat oleh-oleh kalian bisa-bisa desak-desakan.
Di sini ada juga area atau lahan untuk melakukan kegiatan outbound yang dikelola oleh pengelola outbound di Pacet. Di sini mereka menyediakan lahan dengan kode dank ode tersebut mulai dari ground A hingga ground E. Di lahan outbound yang disediakan sangatlah sejuk karena tempatnya berada di bawah pohon-pohon pinus yang akan memebuat suasana menjadi teduh dan sejuknya akan sangat terasa. Kalian kalo ingin selain outbound, maka kalian juga bisa menikmati rafting, paintball, berbelanja, atau mandi di air panas.
Obech Adventure Pacet
Tumblr media
Obech adventure adalah temapat yang menyediakan rafting di Pacet, tempat ini sudah didirikan sejak tahun 2010. Tempatnya berada di hutan yang banyak dengan pohon pinus. Ditambah lagi dekat dengan persawahan dan sungai kromong, pastinya akan dapat menikmati outbound dengan nyaman.
Selain rafting di sini juga ada juga tempat khusus untuk melakukan outbound. Di sini day tamping perserta nya sekitar 300 peserta outbound.ada juga fasilitas lainnya seperti pendopo yang kecil ataupn yang besar yang dapat digunakan sebagai ruang makan, materi, atau lainnya. Selian itu ada juga campng ground yang menyediakan perlengkapan tenda, matars, dan toilet dan kamar mandi yang semuanay ada 14 unit.
Villa The Alit Pacet
Tumblr media
Tempat ini berada di dearah pedesaan yang masih alami dan dikelilingi oleh perbukitan yang masih hijau dan asri. Udara di sini masihlah sejuk karena gak ada polusi dan kebisingan dari kota. Kalian  bisa mengguanakan tempat ini sebagai pelepasan rasa leleh dan penat. Di sini ada beberapa jenis kamar yang diantaranya adalah deluxe, superior, standart, dan dormitory denag kapasitas 100 orang. Selain itu ada juga fasilitas lainnya yang dapat menambah kenyamanan kalian seperti  kolam renang, ruang pertemuan, dan tempt outbound. Outbound di sini ada dua tempat dan dapat menampung 50 sampai 300 peserta outbound. Temapat in cock untuk tracking dan hikikng karena dekat dengan sungai kromong.
Dengan begini mau gak kira-kira kalian memilih salah satu di atas. Pasinya harus mau dong, karena nyamannya tempat tersebut dan cocok untuk beragam kegiatan apapaun selain outboundkan mulai dari belanja, renang, atau meninginapkan. Mendingan di coba semua deh mulai dari menginap sampe semua kegiatan abis, apalagi di hari libur. Baik semoga informasi ini bermanfaat good bye.
1 note · View note
poetrafoto · 2 years
Photo
Tumblr media
Puasa gini, kami siyap sessi pemotretan lho kakak. Bisa langsung kontak @poetrafoto saja. Paket special buat yang nikahnya menggunakan jasa tim @poetrafoto lho. Hehehe. Ini adalah maternity photoshoot buat bunda @novinurvitasari12 dengan pilihan lokasi pemotretan di Hutan Pinus Asri Mangunan Imogiri Yogyakarta. Jepretan langsung @ownerpoetrafoto. Bunda Novi kebetulan makeup sendiri aja. #fotobumil #fotoibuhamil #fotohamil #fotohamilhijab #fotohamiljogja #fotohamiloutdoor #fotomaternity #fotomaternityhijab #fotomaternityjogja #fotomaternityoutdoor #fotomaternityjakarta #fotokehamilan #maternityhijab #maternityindonesia #maternityphotos #maternityjogja #maternity #maternityoutfit #maternityoutdoor #maternityshoot #maternityphoto #maternityphotography #maternityphotographer #maternityphotosession #maternitystyle #maternitypictures #maternityphotoshoot #maternitymuslimah #jogjamaternity #maternityportraits (at Special Region of Yogyakarta) https://www.instagram.com/p/Cb_bt8lPBvD/?utm_medium=tumblr
0 notes
nuniek · 2 years
Photo
Tumblr media
Keseruan Live Sale Santai bareng @gengijo.id kemarin di rumah Kak @fithriw dengan halaman hutan pinus fenomenalnya 😻 Sebelum berkumpul, kami semua wajib tes antigen dulu supaya sama2 aman dan tenang 😊 Sambil kumpul, sambil kak @maudykoesnaedi kesempatan diwawancara @metrotv terkait kegiatan bareng @gengijo.id 💚 Bintang tamu spesialnya adalah Pangeran Sidoarjo @gerandis yg terbang impulsif demi ikutan kumpul, FOMO IH KAMUUU 🤣 Karena ada Gerandis, @frans_iko ga jadi raja minyak lagi tapi raja gossip eh raja MC andalan abadi gengijo bareng kak Tya, hehehe. Terima kasih teman2 yang sudah adopsi tanaman @travelmom.id @niaanchali @maharrani @dhea_madjid @yukianggia @swastikanohara @tyayustia Teruntuk teman2 yg sudah jajan tanamanku, seluruh hasilnya aku donasikan ke renovasi masjid a/n almarhum papaku di Bantul untuk amalan beliau yaa 😇 Kudoakan semoga rejeki teman2 bertambah berkah dan melimpah. Amiiin 🙏🏽 Oya, makanan kemarin melimpah ruah! Ada burger nasi unik dari @sgriceburg , nasi bakar Vina, chicken wings andalan Kak Fit, cendol favorit kak Mod, brownies @deesdelish_kitchen Kak Dhea, @kopikenangan.id kak Tya, dan aku bawain cheese cake original @mikiojisancakerypatisserie yg kata temen2 semua enaakk 😋 Sampai jumpa lagi di reunian gengijo mendatang, kita nobar @losmenbubroto yaaaa! 🥳 #nutsfriends #nutslyfe #gengijo https://www.instagram.com/p/CWAVeXFBbDP/?utm_medium=tumblr
0 notes
fnibrass · 6 years
Text
Fn’s Review: Short Escaping ke Hutan Pinus Loji dan Curug Cibadak.
Beberapa hari yang lalu, setelah berpuluh purnama dan beratus drama yang kami lewati untuk ngerencanain mau short escape ke Bogor, akhirnya rencana ini terealisasikan juga hahaha. Kami sepakati untuk pergi ke Hutan Pinus dan Suaka Elang Loji juga ke Curug Cibadak. Yeay!!!
Perjalanan dimulai dari Stasiun Cawang dan langsung masuk ke tol arah Ciawi. Dari Cawang menuju Ciawi ditempuh selama kurang lebih 1 jam perjalanan. Keluar tol, kami masih harus menempuh perjalanan menuju Cigombong sekitar 1 jam perjalanan. Alhamdulillah-nya meski pergi di hari Minggu, tapi gak ada macet yang menyapa selama perjalanan, aman lancar sentosa! Di perjalanan menuju Loji, aku lihat ada 2 stasiun yaitu Stasiun Maseng dan Stasiun Cigombong. Dua stasiun ini ternyata mengarah ke Sukabumi. Jadi mungkin kamu-kamu yang tertarik ke Hutan Pinus Loji bisa pergi menggunakan kereta arah Sukabumi dan menyambung naik angkot sampai ke tempat tujuan. Mungkin ya, hehehe.
Sesampainya di lokasi, kami parkir mobil dulu dan biaya yang dikenakan sebesar Rp10.000. Lalu kita harus jalan kaki menuju lokasi hutan pinusnya karena jalanan menuju sana masih bebatuan dan gak memungkinkan untuk dilalui mobil. Sekitar 15 menit berjalan kaki, kita bakal liat ada parkiran motor dan itulah batas kendaran boleh masuk kesana. Dari situ kita masih harus jalan lagi sekitar 30 menitan atau sekitar 1 km  untuk sampai di hutan pinusnya.
Tumblr media
Selamat datang di Loji!
Tumblr media
Ee..eee.. itu tasnya mau jatuh, Kak...
Tumblr media
Menuju Suaka Elang Loji belok kiri, luruuuuuuss terus!
Selama perjalanan menuju hutan pinus, kita bakal disuguhi suasana yang asri dan pemandangan yang penuh dengan tumbuhan ala-ala kalo kita mau hiking. Halah bahasanya hahaha. Maklum, kawasan ini termasuk kawasan area Taman Nasional Gunung Halimun - Salak. Jadi kebayang lah, ya, suasananya kayak apa…
Tumblr media
Oh iya, aku saranin untuk yang mau kesini pakai sepatu untuk nanjak atau sepatu sport atau sepatu yang bisa dipake buat napak yang kokoh, ya. Jangan pake flatshoes (untuk yang perempuan) dan jangan pake sendal yang udah licin banget (untuk yang cowok ya, untuk cewek juga deh!). Karena pas aku kesini, jalan yang kita lewatin lumayan ada yang becek. Tracking menuju hutan pinusnya agak menanjak, gengs!
Tumblr media
Setelah sampai… Tadaa….
Tumblr media
Yak, muka keringetan dan kacamata berembun~ Hahaha.
Langsung disambut dengan deretan hutan pinus! Sebelum kalian ke hutan pinus, kalian bisa liat ada jembatan di sebelah kiri dan ada saung kecil serta tempat pembelian karcis di sebelah kanan. Untuk masuk ke kawasan ini kalian harus merogoh kocek sebesar Rp12.000 aja. Kawasan Suaka Elangnya dimana? Ada di samping kanan saung, dari sana kalian masuk ke jalan kecil lagi tapi sayangnya aku gak kesana. Gak keburu sih lebih tepatnya karena aku dan teman-teman udah keburu excited ke hutan pinusnya. Kalau kata ibu-ibu yang ada disana, elang yang ada di penangkaran cuma ada dua, tapi gak tau ya, aku juga gak kesana jadi gak bisa kasih gambaran tentang itu. Hehehe.
Tumblr media
Hutan pinus ini ternyata sekaligus dengan tempat kemping ceria (cailah ceria kayaknya yang kemping disini). Kemping-kemping lucu gitu, bisa hammock-an, nesting unyu-an, ngediriin tenda (ya namanya juga kemping, Thin, gimana sih -_-). Tempat ini juga instagram-able, lho! Ngaku deh, kalian juga pasti nyari spot-spot untuk itu, kan? Hahaha.
Tumblr media Tumblr media
Wefie dulu biar afdol~
Tumblr media
Nah kalo kalian mau ke Curug Cibadak, kalian harus tracking lagi sekitar 1-2km. Aku sendiri menempuh perjalanan selama kurang lebih satu jam. Buat aku yang jarang hiking, track-nya lumayan bikin ngos-ngosan! Untungnya di tengah perjalanan ada satu pos jadi kita bisa istirahat, ngatur napas sebentar buat tancap lagi ke curugnya.
Tumblr media
Menyiasati agar tetap bisa terlihat (agak) keren saat difoto meskipun sebenarnya ngos-ngosan..
Eh, yang amazing-nya, selama perjalanan menuju curug aku ketemu dengan mbak-mbak, teteh-teteh yang pake flatshoes. Ini pasti lumayan pe-er, deh,  dengan jalanan yang berbatu, becek, licin, gak cocok deh kalo pake flatshoes kesini hahaha. Tapi mereka keren bisa sampe ke curugnya!
Tumblr media
Gak ada sinyal, gak usah cek hape, lah. Kayak ada yang ngehubungin aja. Eh....
Sesampainya disana…
Tumblr media
Ini dia penampakan Curug Cibadak~
Aaaah, seneng banget! Terbayar rasa capeknya dengan pemandangan hijau adem nenangin ini. Airnya gak terlalu besar sih, gak deras juga. Aku gak ngerti sih ini emang curugnya kecil begini atau airnya lagi kering tapi aku seneng kesini.
Sesampainya disini, Rei hunting foto ..
Tumblr media
Salman bertadabbur alam, contemplating..
Tumblr media
Aku? Main air, contemplating, katarsis, foto-foto! Hahaha maklum, aku jarang banget ke tempat kayak ginian. Jadi yaa agak-agak gimana gitu…
Tumblr media Tumblr media
Sebelum turun, foto dulu di belakang curug~
Puas dengan foto-foto dan main airnya, kami berempat turun ke hutan pinus. Disana para ciwi-ciwi udah pada nungguin, pada bosen katanya karena lama banget kita diatas. Ya atuh kumaha, jauh ternyata ke atas huehehehe. Niat awalnya cuma mau survei sebentar. Eh ternyata... 
Tumblr media
Duh, udah cantik, sabar pula ciwi-ciwi ini. Laafff bangeett sama kaliaaan. Semoga.....
Tumblr media
Geng Ciwi~
Sampai di hutan pinus, kita solat dan makan, foto-foto, duduk-duduk, leyeh-leyeh. Eh iya, di kawasan hutan pinus ini gak ada warung yang jualan makanan. Jadi, saran terakhir sekaligus penutup dari review ini, jangan lupa buat beli makanan sebelum sampai ke Loji. Gak seru kan udah capek nanjak, foto-foto, hammock-an tapi pas laper gak ada yang bisa dimakan. Kan sedih….
Tumblr media
Dari kiri ke kanan: Salman, Iko, Kak Sadra, Kak Dehan, Aku, Rei.
Tumblr media
(Sok) KALEM :)
Tumblr media
Mari pulang, marilah pulang, bersama-sama~
Sekian cerita jalan-jalan dan review dariku! Semoga berguna dan bisa jadi referensi untuk kamu yang mau short escape dengan lokasi gak jauh dari Jakarta! Cheerio~
8 notes · View notes
narasibulanmerah · 7 years
Text
Tanda bagi Tanya: Imaji Anak-anak, Teka-teki hingga Kuda
Tumblr media
Berawal dari tautan Facebook yang dibagikan Arnata Pakangraras yang berisi ulasan Wayan Jengki atas buku puisi Tanda bagi Tanya, saya jadi mengenal nama Frischa Aswarini (seterusnya FA). Judul bukunya menarik saya untuk segera memiliki dan akhirnya membacanya sampai tiga kali berulang-ulang - untungnya buku ini cukup tipis, hanya memuat 33 puisi - sebab, saya sendiri sedang dalam proses mengerjakan buku puisi dengan “bahan” tanda tanya / question mark / signo de interrogación / ? Bahan yang juga nongol di judul buku dengan gambar sampul seorang bocah berdiri di atas perahu (?) itu.
Saya tak mengenal FA secara personal, tapi yang saya tahu berbekal mantra mbah gugel, bahwa FA kelahiran Bali, sekian tahun lebih muda dari saya, dan pernah kuliah di jurusan yang juga sama dengan saya tapi di kampus yang berbeda. Saya juga sempat menengok nukilan Skripsi FA yang mengulas sajak-sajak Sitor Situmorang. Itu saja yang sedikit saya tahu tentang FA, lebih lengkap lagi ada di tulisan Wayan Jengki, yang bisa dibaca di jurnalruang.com
Saya akan mengulas beberapa “perkara” dalam buku yang menarik ini, yaitu teka-teki, dan diksi.
TEKA-TEKI
Selesai mencabik wrap plastik buku ini, saya bingung mulai dari mana. Saya berusaha mencari-cari - yang semestinya, semisal - kata pengantar dari penyairnya sendiri, atau dari penyair lain, namun tak ada. Ya sudah, saya membacanya dari beranda sampai halaman paling belakang. Voila! Dan kata pengantar buku ini - bagi saya - nyempil di puisi terakhir yang berjudul Asmayatra.
Mari kita tengok bait pertama Asmayatra: Aku tak bisa menulis sajak seperti sajakmu walau malam khusyuk dan kenangan tersedih menarik cemasku
Melompati enam bait puisi ini, dan kita akan menemukan bait: Aku telah jatuh hati pada sajak banyak penyair dan membiarkannya jadi pakaian penghangat yang belum sempat kutanggalkan Melompat lagi ke dua bait terakhir, kita temukan FA yang: Saat itu, aku menyadari setiap orang menempuh jalannya sendiri begitu pun aku aku akhirnya meyakininya sebagaimana imanku pada keindahan Satu puisi ini sudah cukup meyakinkan saya bahwa FA adalah konseptor yang baik bagi buku puisinya, di mana ia, bagi saya berhasil melesapkan kata pengantar dengan sebuah puisi penutup. Tapi bisa jadi, puisi berjudul Asmayatra juga merupakan kredo bagi penyair kita ini.
Masuk lebih dalam ke puisi-puisi FA, saya menemukan beberapa perkara yang menarik, satu di antaranya adalah dunia anak-anak dan kenangan masa kecil, seperti salah satu tafsir saya atas puisi yang berjudul Seekor Burung Bisu. Suridjah Niung, atau yang lebih kita kenal sebagai Ibu Sud pernah menciptakan lagu anak-anak yang berjudul Burung Kutilang, yang pastinya kita semua tahu lirik lagunya, saya salikan secara utuh:
di pucuk pohon cempaka burung kutilang berbunyi bersiul siul sepanjang hari dengan tak jemu-jemu mengangguk angguk sambil berseru
trili li… li…li….li..li..li..liii
sambil berloncat-loncatan paruhnya slalu terbuka menggeleng gelengkan kepalanya menentang langit biru trili li… li…li….li..li..li..liii
dan ini puisi Seekor Burung Bisu, saya salinkan juga secara utuh:
Seekor Burung Bisu /1/ Subuh itu di puncak cemara seekor burung termangu seperti lupa lagu paginya seolah linglung mungkin setengah limbung hanya sesekali digerakkan paruhnya di ketinggian sana
tahun baru sudah menyala dalam kembang aneka warna semalam dirayakan kala pesta /2/ wahai burung bermata remang apa yang buatmu kesepian sedihkah kau karena usia bakal merontokkan sayap, angan dan segala yang kau punya? subuh ini aku sedang ingin berdoa mari, biar kusebut untukmu salah satunya walau selalu aku tak tahu kapan mukjizat akan tiba apakah setelah dentang         lonceng kuil yang pertama khusyuk mantra pendeta atau sesudah sebuah puisi tulus hati usai dituliskan?
/3/ beberapa waktu setelah tahun baru akhirnya kutahu burung itu sudah lama bisu
setiap subuh ia kembali ke tempat itu terdiam di atas cemara meraba kicauan ibunya di udara
Kini giliranku yang termangu subuh ini menantinya di bawah pohon itu          seekor burung yang selalu hinggap di atas mimpiku
Perhatikan bagian yang saya tebalkan. Silakan tafsir sendiri. Tapi, mari kita telisik. Apakah burung Ibu Sud, sama dengan burung FA? Bisa ya, bisa tidak. Setiap pembaca tentu memiliki tafsirnya sendiri atas sebuah puisi. Tapi bagi saya, puisi Seekor Burung Bisu adalah tafsir lain atas lagu milik Ibu Sud; dengan suasana muram dan sedih yang berlaku sebagai anti-tesis riang gembira lirik lagu Ibu Sud. Bagi saya, puisi ini berhasil membangkitkan ingatan masa kecil saya atas lagu itu. Dan yang lebih kurang ajar, berhasil membuat saya nyeletuk dalam hati: “oh, jadi ini versi sedihnya lagu itu?”
Banyak puisi di buku ini yang saya temukan, berbicara tentang masa kecil, dengan imaji khas anak-anak. Saya tak akan mengulas lebih banyak karena saya yakin, pembaca yang nyasar ke tulisan saya ini akan lebih menikmati tulisan FA jika membacanya langsung, dan menemukan TEKA-TEKI-nya daripada membaca beberapa nukilan yang saya spoiler-kan, bukan?
DIKSI
Saya menemukan diksi-diksi yang menarik, diksi-diksi yang terkait dengan hewan, salah satunya burung, yang sudah sedikit saya ulas di atas. Tapi bagi saya, yang paling menarik adalah menemukan beberapa Kuda yang berlari-lompatan di puisi-puisi FA. Jika tak salah - maafkan saya jika salah - ada enam kata “kuda” yang muncul di sejumlah puisi FA. beberapa di antaranya sebagai berikut:
/lewat pukul empat matahari bergegas lenyap menyusul para kuda kembali ke kandang/ /terdengar pinus rubuh hening salju meluruh suara kaki pejalan kuda berlari di hutan batin/ /Aku hanya menatap potret di atas meja          anak kuda                      melompat dari pigura          berlarian di bawah nyala lampu yang menerangi pertanyaanku/
Saya belum terpikirkan mengapa kuda. Mengapa bukan hewan lain - semisal kucing - yang lebih akrab dengan keseharian kita? Bukankah, kuda dan kucing sama-sama berkaki empat? Sama-sama bisa melompat? Bagi saya, ini masih jadi PR, semoga lewat tulisan-tulisan FA di masa mendatang, “kuda” ini bisa saya pecahkan, dan bukan hanya asumsi saya saja. Tentu saya punya asumsi apa atau siapakah kuda di puisi-puisi FA, tapi ini rahasia, dong. Hehehe.
Selain kuda, di sepanjang 33 puisi FA saya juga menemukan hewan-hewan lain di hamparan larik dan baitnya: Lebah - Laba-laba - Kupu-kupu - Laron - Kumbang - Semut dari jenis serangga. Kuda dan Kelinci dari jenis mamalia. Burung dan Angsa dari jenis yang bisa terbang, juga Ikan - Kerang - Katak - Cumi yang dekat dengan air. Sekali lagi, maafkan saya jika ada yang terlewat. Hewan-hewan itu, bagi saya adalah bagian dari imaji anak-anak yang barangkali ingin dimunculkan FA dalam puisi-puisinya. Bagaimana anak-anak sangat menyukai gambar-gambar hewan lewat berbagai media semisal buku gambar, buku cerita dan lagu, seperti seekor burung yang nangkring di atas cemara milik Ibu Sud tadi.
Terakhir. Terkait dengan Tanda Tanya  ? yang menarik saya untuk menelusuri buku puisi ini, saya menemukan 11 tanda tanya - maafkan lagi jika salah - di sepanjang buku ini. Saya cukupkan sampai di sini saja, sebab, walaupun Tanda Tanya tak bisa menjawab pertanyaannya sendiri, Tanda Tanya juga tak meminta kepada kita untuk menjawab pertanyaannya.
Gilang Perdana Gonjen, 2017
33 notes · View notes
miftahulfikri · 7 years
Text
Bunga Terakhir
Pernah aku mendengar kisah seorang pangeran yang mencari sekuntum bunga di hutan, yang kabarnya bunga itu sebenarnya jelmaan dari seorang permaisuri yang ia cari-cari. Demi mewujudkan inginnya, langkah demi langkah harus ia tempuh dengan berjalan melewati berkeloknya belukar, licinnya rumput, hingga legamnya rimba demi mencari sekuntum bunga yang yang ia damba. 
Alkisah di pagi itu, sang pangeran pergi mencari sosok permaisuri yang berupa jelmaan sekuntum bunga itu ke dalam rimba raya yang jauh dari permukiman. Sampai disana, ternyata sang pangeran tak sulit untuk cepat sampai di pemberhentian pertamanya. Ia telah menemukan sekuntum bunga yang cantik rupanya, pun kelopaknya berwarna kuning separuh jingga. Hampir saja ia memetiknya, ketika bisikan hatinya berkata agar Ia mencari terus ke dalam hutan agar menemukan yang lebih baik dari ini. 
“Ini masih beranda hutan, makin ke dalam maka rimbunnya dedaunan akan menjaga bunga itu lebih baik, pasti ada yang lebih baik dari ini,” ujar bisikan hatinya, meski entah angin dari mana. Sementara, matahari mulai meninggi di ubun-ubunnya.
Berjalanlah pangeran menyusuri lagi ke dalam hutan yang kini mulai menemui punggung bukit. Susah payah ia memanjat dan melompati akar kayu-kayuan yang menjuntai hingga sampailah ia pada pemberhentian keduanya. Tepat di hadapan, ada lagi sekuntum bunga berkelopak ungu plum yang berbeda dari sebelumnya, dan tentu cantiknya pun tak kalah rupanya. 
Ia sungguh senang dan hampir dipetiknya untuk dibawa pulang, ketika datang kembali suara antah berantah yang kembali menghasutnya,
“Ini memang cantik, tapi bukan ini yang kau mau. kau tahu, semakin kau mendaki ke bagian bukit yang lebih tinggi, maka akan kau temui lagi bunga yang lebih baik karena dirawat oleh udara dingin. Percayakah kau? Sedikit lagi saja,”
Pangeran hampir saja urung untuk melanjutkan perjalanannya, namun ternyata suara itu tak mau kalah dan terus menggoda. Pangeran pun masih sadar kalau mentari masih menyinari seantero rimba meski sinarnya sayup-sayup sudah menunjukkan bayangan yang panjang di tanah. 
“Aku masih punya waktu,” gumam pangeran, “Hari belumlah terlalu senja, tentu aku dapat menyelesaikan ini sebelum gelap nanti,”
Berjalanlah ia menuju ke jantung rimba yang mulai tak dikenalinya. Tetumbuhan yang ada disana terlihat lebih besar dan penuh dengan suasana mencekam yang tak biasa. Entah disana ada binatang buas, entah disana ada tumbuhan yang bisa memakan manusia, atau justru ada lumpur hisap? Oh, pangeran tak peduli lagi. Makin lama dan makin jauh, gelantungan tungkai pohon yang tampak sangar itu tak ia pedulikan. Tujuannya satu, ia akan berhenti bila sinar mentari sudah tak dapat lagi menyumbangkan petunjuknya. 
Tibalah ia di sebuah tanah datar yang begitu aneh, yang begitu saja ada di tengah hutan yang perawan ini. Dikelilingi oleh pinus-pinus raksasa, tampaknya tanah datar ini hampir sama besarnya dengan setengah keliling lapangan. Meski begitu, ia menyadarinya dalam keadaan remang-remang. Tepat di langkah terakhirnya, pangeran menyadari bahwa ia sudah tak didukung lagi oleh cahaya yang dapat menyinari. Dari sana, ia memutuskan berhenti. 
Ternyata benar saja, sekelebat matanya melihat ada sekuntum bunga yang menarik hatinya, berwarna merah delima yang rasanya membuat siapapun jatuh cinta. Di tempat yang kelam seperti ini, bukan main anehnya bila tumbuh sekuntum bunga yang menawan hati. 
“Pasti ini dia bungan jelmaan tuan putri,” ujar pangeran senang, “Aku akan segera memetiknya agar ia lepas dari kutukan itu dan menjadi seorang putri yang segera kunikahi,” 
Lalu bergegaslah sang pangeran menuju ke naungan kuntum bunga itu dengan berlari kecil melompati beberapa akar tunggang yang begitu kekar menghujam tanah. Di sisi kiri dan kanan, ada jurang yang membentang ke bawah. Memang inilah puncak yang dia inginkan, kuntum bunga terbaik yang ia temukan atas usahanya. Hanya beberapa depa lagi pangeran akan sampai pada tujuannya. Namun...
...tetiba suasana berubah menjadi gelap gulita. Sang pangeran terdiam sejenak, mengendalikan dirinya. Ia tak percaya kalau senja turun secepat ini. Ah, pasti karena dedaunan rimbun jahanam di atas sana yang membuat ini menjadi kelam, pikirnya. Namun apa daya, benar-benar gulita keadaannya sehingga ia pun panik meski tak mampu bersuara. Sayup-sayup angin hutan mulai terasa membadai di telinganya, gemerisik dedaunan yang ramai tapi terasa sunyi mengacaukan perasaannya. 
Apa yang harus ia lakukan? Hanya berdiam diri, menggigit sesal karena terlampau jauh melarikan nafsunya. Ia tahu bahwa senja tak bisa berkompromi. Mestinya tadi ia sudah pulang dengan membawa putri kelopak kuning atau dewi ungu plum yang ia temukan sebelumnya. Ah sesal apalagi kiranya!
Lalu bergelap-gelaplah ia dibawah naungan pohon besar, yang semakin lama semakin membuatnya gemetar dan kedinginan. Kemudian, perlahan, ia merasakan bahwa ada kehadiran sesuatu yang membuat dirinya tak kuasa menahan gemetar ...
.....
“STOP” ... “Please, stop,” 
Dera tetiba mengacungkan telunjuknya padaku, “Ini cerita kok jadi creepy gini sih, Ris?”
“Lah emang begini kan, katanya mau diceritain kisah yang mewakili kisah hidup lu?” ujarku terkekeh.
“Heh, saudara Ghivaris, perasaan yang gue dulu denger tuh ceritanya ngga kaya gini deh, lu nambah-nambahin banget sih yaelah,”
���Yeeh, saudari Adera, terserah gue lah mau plot ceritanya kaya gimana juga,” tangkisku, “Lagian lu juga kan udah tau akhir ceritanya gimana,”
Dera terdiam sejenak. Mematut-matut sedotan di segelas mojito miliknya. Tak berkata banyak, ia justru memainkan batu es dengan memutar-mutarkannya. Persis, seperti yang kutahu kalau kisah cintanya yang begitu rumit membuatnya makin jelas terlihat di mataku. 
“Gue sih biasa aja kalau lu mau bilang semua cowo itu brengsek, itu mah privilege lu sebagai cewe gitu, Ra,”
Aku menghembuskan nafas panjang, “Dan gue bersimpati ke lu yang istilahnya ngga dipilih sebagai bunga terakhir yang dipilih oleh pangeran lu itu,”
“Pret ah, pangeran apaan,” ujarnya kesal.
“O iya, sorry. Bukan pangeran ya? Iya deh, mantan. Pangeran mantan, eh eh, mantan pangeran, ya apa ajalah namanya itu,”
Ia kembali diam untuk ke sekian kalinya. 
“So, ketika korelasinya sama kisah itu tadi mirip banget sama kejadian di hidup lu, seseorang mantan yang istilahnya “melewatkan” kehadiran lu di awal, yaa emang sih wajar..” beberku diplomatis.
“Wajar? Maksud lu?” sergahnya.
“Ya, wajar kalo lu ngga ngasi kesempatan buat dia balik lagi ke lu, Ra. Mirip kisah pangeran yang di atas, lu mungkin di pandangan dia itu cuma kaya bunga pertama dan kedua yang cuman dilewatin doang, dengan alasan kayanya masih banyak yang lebih baik dari lu, gitu kan?”
“Persis, Ris,” Dera menyedot mojito-nya perlahan.
“Gue pikir dari awal ini udah kaya drama beneran gitu, sampe-sampe gue ampe gajadi nikah ama dia hanya gara-gara dia ngga puas ama sosok gue, yang, you know lah....” gumamnya perlahan, “I am imperfect, like we all do. Tapi kan kalau sampe emang dia ngga bisa bikin gue jadi yang terakhir buat dia, ya patah dong hati gue, sejujurnya.”
“Iya Ra, gue ngerti,” 
“Meskipun gue ngerasa bahwa cowok memang punya naluri mencari. Inilah yang membuat gue jadi ngerasa kaya “Oh shit, kalo akhirnya gini mah semua cowok pun punya potensi yang sama” menurut gue sih wajar. Tapi inget, yang benar-benar membuat cowok terlihat dewasa adalah ketika dia udah mampu untuk memutuskan dan mempertanggungjawabkan pilihannya. Gitu ris,”
“Exactly. Cuma ya mungkin lu nya aja yang dalam kisahnya ini jadi si bunga kuning jingga atau si bunga ungu plum yang cuma dilewatin si pangeran. Si pangeran nyangka kalau dia bakal nemuin bunga yang lebih baik dari yang udah dia lihat sebelumnya. Tetapi pada akhirnya, dia akhirnya menyesal karena waktunya udah habis. Maju segan, pulang tak mau,” 
Adera menghembuskan nafas panjang, “Nah itulah, karena menurut gue, setiap bunga itu cantik dengan warnanya masing-masing. Semua cewek itu punya rona kecantikannya masing-masing, dan jangan ngerasa bahwa ada yang lebih baik dari seseorang hanya karena satu parameter relatif yang ternyata itu dari nafsu lu doang. Barangkali karena itu, lu bisa ngelewatin orang terbaik yang harusnya ada di samping lu sekarang...”
“.... makanya Ris, lu jangan gitu ya ke cewek yang lu mau nikahin nanti. Lu ga bakalan nemuin yang paling sempurna. Gue cuma ngga mau lu nyesel dan akhirnya minta balikan kaya si mantan pangeran kampret punya gue ini. Ya gue ngga mau lah balikan lagi ama dia, secara gue udah tau dia ngga mempriotitaskan gue gitu. Giliran di akhir dia ngga dapet bunga merah delima yang dia mau, ngga bisa seenaknya gitu dong dia balik buat berniat buat metik bunga kuning atau ungu yang sebelumnya dia lewatin? Gila aja,”
Aku tertawa. “Iya iya iya. Kan pangerannya pun ngga bisa balik, Ra. Keburu gelap dan gatau arah jalan pulang. Persis gelapnya kaya hati lu, udah ngga mau lagi denger alasan dia buat minta balikan lagi ke lu. At least, dia emang dapat karmanya. Menyesal dia ngga nikahin lu, Ra,”
Adera tersenyum sinis. “Makanya, jangan main-main ama perempuan, ya. Mumpung lu masih single ini mah, eh jomblo apa bilangnya? Haha. Kalau akhirnya mau nikah, pilih aja satu, cukup satu. Sisanya sama aja, tinggal gimana lu buat ngejalanin sama dia, pertanggungjawaban lu sebagai lelaki,” ujarnya, sambil mengacungkan jarinya ke hadapan mukaku.
“Iya bu haji, iyaaa” sergahku.
“Aaamiiiin,”
“Eh, aaamiiin apaan?”
“Lah, lu tadi ngedoain gue jadi bu haji kan?” tukasnya.
“O iya, hehehe”
...
Kami pun terdiam. Lama. Memandangi kerlip lampu dan lalu lalang orang yang berlalu di cafe kecil ini. Sementara Adera menekuri nasib sialnya karena gagal menikah, aku justru menekuri keputusan apa yang aku ambil bila andaikan aku adalah pangeran lain yang datang ke dalam hutan itu, apakah sekuntum bunga bernama Adera Wilma yang ada dihadapanku ini pantas untuk aku petik dan persunting sebagai yang akan kunikahi nanti? Sementara, aku hanya bisa diam-diam memendam perasaan yang barangkali cukup aneh, dan sialnya mampu kupelihara bertahun-tahun.
Entahlah.
Sampai malam ini, dia masih menganggapku sahabat. 
Ah. 
Entahlah.
Siapa yang percaya kalau sahabat bisa jadi cinta, kan? 
©miftahulfikri
75 notes · View notes
mbjajak · 4 years
Text
Gajah di Pelupuk Mata Tak Tampak...
"Kamu pernah makan ini langsung di warungnya?" tanya Mas Boyfriend pas dia sedang lihat-lihat Oseng Mercon Bu Narti kemasan kaleng di Shopee.
"Belum hehehe" jawabku.
"Kalo ini?" dia tanya lagi, sambil menunjukkan postingan Instagram yang dia simpan, gambarnya Entok Slenget Kang Tanir - emang enak banget sih, kelihatannya.
"Belum juga..."
"Lah, kamu di Jogja lama, kemana aja?"
Yaaa begitulah. Coba tanyakan "Kamu pernah makan (masukkan nama makanan populer di Jogja)?" atau "Kamu pernah main ke (masukkan nama tempat destinasi wisata yang populer di Jogja)?" padaku, niscaya 75% jawabannya adalah belum.
Kok bisa?
Aku punya teori sendiri soal ini. Menurutku, kalau seseorang tinggal di suatu tempat, maka ia nantinya jadi cenderung lebih tak acuh pada hal-hal rekreatif di sekitarnya. Semua jadi terkesan biasa saja, mau itu makanan lah, tempat wisata lah, apa pun itu.
Zaman aku kuliah, medio 2013-2018, itu  masa hits-hitsnya akun Instagram yang spesifik mengulas makanan atau destinasi wisata - dan aku follow beberapa di antaranya. Bisa dibilang mereka lah yang jadi sumber utama informasi soal jajan dan tempat dolanku di Jogja. Tapi ya se-menggoda apapun foto makanan dan secantik apapun foto lokasi wisata yang ditampilkan di sana, paling banter cuma aku like.
Kadang akun foodgram itu upload foto gudeg, kelihatan enak banget, tapi yang ada di kepalaku tuh “Alah, gudeg ya paling gitu, kan, rasanya...”. Terus kalau ada akun yang upload foto tempat wisata hits (pada masanya) kayak Kalibiru, Gua Pindul, dan Hutan Pinus Dlingo, aku mikirnya “Paling rame banget, males ra sih, weruh wong sak nggon-nggon...”. Semuanya berasa biasa aja di mataku saat itu, nggak bikin pengin banget nyobain.
Tapi lain dulu, lain sekarang, ya. Nggak butuh waktu lama sebelum aku nyesel nggak nyoba makanan ini-itu dan dolan ke sana-sini selama di Jogja. Begitu aku menyudahi masa perantauanku di Jogja dan balik jadi anak rumahan di Purwokerto, aku langsung gampang penginan sama hal-hal yang ada di Jogja. Gudeg yang dulu kesannya biasa aja, jadi hal yang luar biasa menggugah selera. Lihat foto tempat wisata di Jogja, langsung mikir pengin ke sana.
Pada titik itu aku sadar, Jogja bukan lagi jadi ‘rumah’. Dia berubah jadi hampir serupa dengan kota-kota lainnya - perbedaannya di sana ada banyak kenangan sentimental yang jadi nilai plusnya. Setelah 4,5 tahun jadi gajah yang tidak tampak di pelupuk mataku, sekarang dia jadi semut di seberang samudera yang menyolok dan begitu menggoda.
Sekarang, hal yang sama sedikit-banyak terulang. Tinggal di Bali, yang jelas-jelas jadi destinasi wisata dunia, nggak bikin aku jadi lebih semangat buat nyoba-nyoba kuliner atau dolan yang jauh-jauh. Kalau soal makanan sih emang bumbunya kurang sreg di lidahku, tapi soal tempat wisata tuh yang bikin males ya karena selalu ramai. Isine wong sak nggon-nggon...
Meski begitu, magerku nggak separah dulu. Beberapa tempat yang touristy dan butuh effort lebih udah kusambangi (karena diajak Mas Boyfriend, sih), misalnya Pura Luhur Uluwatu, Pura Ulun Danu Bratan, Danau Batur, Desa Panglipuran, Pemandian Air Panas Toya Devasya, dan lain-lain.
Aku nggak mau mengulang kesalahan dengan menjadikan Bali sebagai ‘gajah di pelupuk mata tak tampak’ yang baru. Bukannya kenapa-kenapa sih, tapi  mengantisipasi kalau-kalau setelah aku pindah nanti, aku jadi kangenan sama Bali kayak aku kangen Jogja. Mahal buoooos ongkos buat nurutinnya!
0 notes
alwaysjane · 4 years
Text
What really happened!
So ganito kasi yon. We’ve had several fights, actually everyday kami nagaaway, days prior kami nagbreak. So hindi ito rash decision na biglaan lang akong nakipagbreak. No. God knows how many times I wanted na makipag-break sa kanya because of those mga maliliit na away away. Somewhere between those fights, I knew we were going to end really soon. It was not reallt a matter of how or why, it was a matter of when nalang talaga. Which was, I think, the sad part of our relationship kasi I knew we both had it coming.
We were endlessly fighting kasi...
Okay, eto ha. I don’t know if this is a bad thing or what BUT I am a very, very sensitive person. I am a person na mahilig makiramdam (ng tao, ng situation). And ang pinaka ayaw ko tlaga sa lahat is other people making me (or others) feel bad about myself (or themselves). Yung pailalim na pinu-push yung buttons mo? I hate those kinds of low-key manipulation. Kasi nakakasira ng self-esteem eh without you knowing. Nakakasira ng confidence. Ang tinatamaan, yung subconscious mind mo so parang akala mo okay lang pero at the back of your mind kinakain ka na pala ng buhay. 🤦🏻‍♀️
My ex works as a medical representative. His work entails schedules na would require long hours sa hospital. Minsan nakakauwi na sya ng 11 pm. Tired. Gutom. At first, nahirapan ako sa ganyang schedule. I remember nagrereklamo pa nga ako nun kasi I was the one waiting for him tuwing gabi. I went into this relationship kasi thinking I had it easier than him since I’m in my clerkship, may 24hrs duty ako and all... Nasa isip ko, wala akong time masyado for him—turns out the other way around pala! Hinihintay ko sya to text me (kasi I dont want na magambala work nya) and yun nga, parang nahirapan ako magadjust at first pero eventually I got the hang of it naman. And besides I can’t really blame him for it kasi di rin naman nya gusto na ganun ka-toxic schedule ng work nya. So yun, we had to compromise. I was put in a mind space where I have to understand him and his line of work. Kaya since the start of our relationship, always yun na 11pm hanggang 12 am kami magkausap sa phone. It worked okay naman (well, okay in the sense na nakaya naman namin for the past 4-5 months ng relationship namin). Atleast naguusap pa din kami kahit papano kesa naman sa totally wala diba. Sa umaga kasi, more of greetings lang. “Good morning, good night” mga ganun lang so as a person who has QUALITY TIME as her love language, badly needed na yung 1 hr of conversation sa gabi for me.
Anyway, sa 4-5 months namin, parang the usual course of relationship. May times na may away-pusa kami. Yung mga maliliit lang na bagay pinagaawayan namin pero we knew how to handle it naman. May times din na super saya nga conversation namin. As in chill lang talaga. Infairness din naman sa kanya.
What really triggered a change talaga between us happened recently lang. Mga start ng March? Pero days before March started, parang malabo na communication namin. I guess the month of March was our tipping point. Everything went downhill from there. Our biggest fight happened that month.
From duty ako nun and I told him na I was at a coffee shop, reading. I was half-expecting na humabol sya after his work tapos magdate sana kami kasi we haven’t seen each other for a really long time (di po kami LDR. We live in the same city pero kung magkita kami, iisipin mo tlaga we live in the opposite areas of the country). Turns out he has to attend this birthday party of someone very very close to him. Nahurt ako syempre kasi nagexpect ako na hahabol sya (although fault ko na din siguro yon for expecting him na humabol sakin when hindi naman sya nagmake ng promise or what). Sinabihan ko sya, syempre. Pinaalam ko sa kanya na I was disappointed, etc. Basta I let him know na di ako okay nung time na yun and that I really wanted to see him. He just told me na he needed to go kasi the birthday celebrant played a huge role in his life and that he needed me to understand the situation. Once a year lang daw yung birthdays. Kami pwede daw magkita anytime. So okay, pinalampas ko nalang. Ayoko din naman na mag-away kami dahil lang dun and besides, I was from duty that day so wala akong energy that much para makipag-away. Pero honestly, it left a bad taste in my mouth. The moment he said that statement to me, I knew where I stood in his life. Alam niya kasi na may babalikan sya, gets mo yun? Yung parang pailalim na pinaramdam nya na i’ll stick around naman eh so chill lang muna ako while attend lang sya ng birthday party. He reiterated it many times na malaki daw natulong nung taong yon sa kanya and malaki talaga yung utang na loob nya sa taong yun. And I get that. Totally. Pero did he really have to say those words to me and make me feel bad?
Tapos from there, parang nagaway na kami constantly kasi he was there to call me from 11pm - 12am pero the rest of the day, parang susulpot sulpot nalang sya here and there whenever it’s convenient for him. Actually, yung puno’t dulo lang naman ng away namin is always the lack of quality time na nabibigay nya for me eh. Quality time included na dyan yung good quality communication kasi wala na talaga kaming tinatawag na “conversation”. We were talking to each other pero we’re not really communicating, do you get what I mean? There were times na oo, maguusap kmi. Okay kami. Tatawa pa kami. Pero rare moments nalang yun. And when I say rare moments, as in since start of March, once or twice nalang nangyari yun samin na wala kaming heated argument sa isang gabi. I was growing tired of it. Parang routine nalang sinasabi nya sakin. Oo I had occassional texts from him ng good morning goodnight etc during the day pero never really a conversation where engaging makipag-usap sa kanya. Lam mo yun? At first ganyan sya kasi lagi syang pagod, or not feeling well, or inaantok na daw sye. Syempre I didn’t want to be the one to stop him from resting (dahil lang sa want kong quality time with him) kasi naawa din naman ako sa kanya. Baka macompromise health nya. So despite the LONGING na makausap sya kahit through a decent conversation nalang sa phone (dahil ngamagiisang buwan na kaming hindi nagkikita) nilulunok ko nalang yun to give him ample time to rest and do whatever he wants with his free time. Pero this does not mean na I will just keep my mouth shut and pretend na I’m okay with that situation. So I let him know. Everyday I tell him how sad I am na parang we’re slowly drifting apart, na okay lang sana if di na kami nagkikita these days pero sana kahit sa phone lang magusap sana kami ng matino etc. Everyday yan to the point na he already had the gall to make unnecessary side comments (by texting me things like “haysss” and “ano naliwat ini [ano nanaman ‘to]”) na parang bang annoyed na sya sakin. Syempre at this point in our relationship, yung longing ko nadagdagan pa sya ng something negative. So parang nakafeel ako ng hiya na dahil he made me feel na I was nagging at him. And maybe I was at the time pero that’s because he’s giving me a reason to. Di ako ganyan guys! I’m not the one to NAG a person regarding anything kasi I don’t want to burden anyone. I remind but never nag. To tell you honestly, di ko nga inexpect na aabot ako sa ganung level of desperation. Na parang I had this panicky feeling and need to constantly fight for my time with him and remind him na hellooo may girlfriend pa sya. (Comment: Looking back, I guess I was fighting for our relationship at that time or else why would I feel that way dba?) Kasi naman as his girlfriend, I thought I had the right to tell him when things are going south na for us. Na I had the right to tell him I feel mistreated because of the situation. Pero instead of being empowered, ba’t parang nahihiya ako sa ginagawa ko na para bang wala ako sa posisyon to do that? Another red flag! Kasi in the first place, dapat hindi ako humihingi sa kanya ng oras nya. In the first place, dapat hindi ako makafeel ng longing. Di ba?
In comes the COVID pandemic. March 13 inannounce na wala nang pasok yung interns and clerks sa hospital for safety reasons. Ang saya ko! Kasi I get to have a little break from being the smallest mammal in the hospital and also because I was expecting na more time na with him. Pero napansin ko parang the same padin. Parang walang nagbago nung may work pa sya and nung suspension of work/classes. 11 pm padin kami naguusap and walang conversation sa umaga. Hindi muna ako umalma at first kasi I was giving him a chance (and partly because I got scared na baka i-disregard nya nanaman feelings ko, mairita nanaman sya sakin dahil nagn-nag nanaman ako ulit sa kanya). Pero hindi eh. 3? 4? How many days have passed na since the suspension pero ganun pa din. Eventually, nagopen up ako sa kanya. I asked him bakit ganun padin kami magusap? Ano ba kinabibisihan nya ba’t di padin kami nagkakausap ng matino. Again with the “haysss” and the “naliwat [not again]”. There was even a time na tinulugan nya ako in a middle of a conversation. Yes. Tinulugan nya po ako, making me think “Ang dali lang talaga sa kanya na i-disregard ako”. We fought many times, we made up many times NOT because we were able to solve the issue but because I couldn’t bear the emotional uproar boiling deep inside of me. Ang bigat makipag-away sa taong sure sya na wala syang ginawang masama. And maybe oo, walang mali sa ginawa nya (eh wala naman talaga syang ginagawa in the first place) pero I knew na may pagkukulang sya as a boyfriend and yun yung parang di nya magrasp (or baka pride lang nya yung bumubulag sa kanya) which I was trying to relay to him.
Ending, I couldn’t take it anymore. We were going in circles! Napagod na ako in the end. I told myself I deserve a better boyfriend than this one. I deserve a man who can cater to my needs (oras lang naman po) without me lifting a finger! Shempre nahirapan ako sa break up na to. Tingnan mo, ang tagal na naming nagbreak pero gumagawa padin ako ng mga ganitong post. Hehehe.
Pero anyway, yun yung pinaka-simplified na story kung ano yung nangyari. If you have any questions, don’t hesitate to DM me here or if kilala kita, itext mo nalang ako ☺️
0 notes
natasiwi · 6 years
Text
Aku Ingin Tinggal di-
"Meikarta?!" Bukan Meikarta, bukan pula Asgard, ini adalah tiga kota yang suatu hari nanti ingin ku jadikan tempat tinggal atau sekedar singgah. Semuanya berawal dari sekedar main atau berkunjung sebentar ke tiga kota itu. Salah satu kota itu adalah Yogyakarta atau Jogja atau orang dulu menyebutnya dengan Yogjo. Acara ke Jogja waktu itu berjudul, "Liburan KKN", jarak Bojonegoro ke Jogja yang sebenarnya cukup jauh tapi aku dan teman-teman mencoba mendekatkan, seolah menjadi pecut bagi kami untuk segera menyelesaikan laporan KKN, ya siapa sih yang mau liburannya terganggu dengan hutang laporan KKN? Akhir Januari menuju Februari tahun lalu, tepatnya. Kami isi hari-hari di Jogja tanpa menyisakan waktu untuk kegabutan. Tiap malam, nggak pernah absen mampir ke angkringan dekat Stasiun Tugu. Berjalan sepanjang Malioboro dari utara ke selatan, dan kembali lagi ke utara. Dari sisi kiri ke sisi kanannya. Singgah di berbagai pantai yang berderetan sepanjang sisi selatan Jogja. Mencoba bersabar dengan ramainya Taman Sari kala itu. Pun juga dengan Hutan Pinus Imogiri dan Kebun Buah Mangunan yang juga tak kalah ramainya meski saat itu bukanlah weekend. Jogja memang nggak pernah ada habisnya kalau soal wisata. Kami ke Jogja bertepatan dengan hujan yang cukup sering menyapa kami, muncul lah suasana sendu. Yah dasarnya melankolis, hujan dikit bukannya flu eh malah sendu. Sama temen KKN yang mayoritas cewek aja sendu, gimana kalau sama pacar?! *peace* Hujan sering menyapa kami, saat perjalanan pulang pun ia seolah mengucapkan, "Sayonara". Sendu itu muncul lagi. Masih ingat sekali aku, saat itu hujan mulai mengguyur saat mobil yang kami tumpangi melaju di daerah Prambanan, dan saat itu juga muncul pikiran, "Kayaknya tinggal di Jogja enak ya?" "Nanti kerjanya di Jogja aja ah..." "Semoga nanti dapat suami orang Jogja" Cukup abstrak ya..di saat hujan malah mikirnya gitu. Ya harap maklum, mau mikirin mantan, mantannya siapa yang mau ku pikirkan? Kota kedua adalah Semarang. Semua berawal dari ajakan ibuk untuk ikut ke resepsi anak teman beliau, bukan ini sih yang bikin semangat meng-iya-kan, tapi karena ada imbuhan kata, "Dolan" sih hehehe, apalagi waktu itu baru saja selesai uji etik, yah itung-itung refreshing. Turun dari kereta langsung diajak main ke Kota Tua, dan dari sudut ini sepertinya aku mulai tertarik untuk tinggal di Semarang. Besoknya, seharian kami (baca: ibuk, adek, dan aku) habiskan di Lawang Sewu, Sam Poo Kong, dan berakhir di rumah pak dhe. Sebenarnya untuk Semarang sendiri aku lebih ingin kerja, bukan tinggal, alasannya karena di sana ada perusahaan yang bergerak di bidang listrik, alasan selanjutnya kalau lelah dengan dunia kelistrikan bisa langsung tancap gas refreshing di Lawang Sewu. Creepy ya? Nggak lah..aku juga nggak berani keliling Lawang Sewu jadi, manfaatkan jasa guide yang ada ;) Daaan kota terakhir yang rasanya ingin aku tinggali adalah Ngalam! Tujuan utama ke Ngalam adalah hadir di wisuda teman SMA, tujuan khususnya adalah cari bibit unggul untuk pendamping wisuda. Hehehehehe. Nggak ding, becanda. Kebetulan teman ku pun mengizinkan untuk menginap di kos nya, kebetulannya lagi adalah malam itu disambut dengan pemandangan indah khas malam yang ditaburi pijar-pijar lampu dari kejauhan. Keesokan harinya, aku pun disambut oleh eloknya Gunung Arjuna *cmiiw* yang tengah berdiri menjulang di utara sana. It was satisfying. Rasanya puas betul disuguhi pemandangan seperti itu, sepuas nonton video penghancuran make up di oa line bunnyneedsmakeup. Malang sudah lama dikenal dingin, apalagi saat itu hampir seharian diguyur hujan, makin dingin dan makin membuatku nyaman *nyaman buat tidur*. Suasana Malang saat itu begitu sendu, sesuatu yang nanti selalu akan dirindu. Mungkin suasana ketiga kota itu yang membuat ku merasa nyaman. Perasaan nyaman yang muncul padahal baru beberapa hari kenal. Meskipun baru beberapa hari kenal tapi sudah yakin suatu hari nanti ingin tinggal. Perihal nanti aku tidak berjodoh dengan salah satu dari ketiga kota itu, semoga aku berjodoh dengan kota lain yang memberikan kenyamanan lebih. MT79 22:01
2 notes · View notes
Tumblr media
Kota Batu, kota berhawa sejuk yang terletak di Provinsi Jawa Timur ini, perlahan tapi pasti mulai dikenal oleh dunia. Dengan berbagai segmentasi pariwisata yang ditawarkan. Wisatawan  domestik dan mancanegara mulai mengunjung Kota Batu. Banyak sekali objek wisata di Kota Batu yang bnisa kita kunjungi.
Salah satunya wisata Offroad Coban Putri Batu . Coban putri merupakan sebuah air terjun yang terletak di Kota Batu tepatnya di Desa Tlekung, Kec. Junrejo, Kota Batu. Belum banyak wisatawan yang tahu tentang Coban putri. Karena belum ada investor yang melirik keindahan coban ini.
Justru disinlah letak keistimewaan dari Coban Putri belum banyak wisatawan yang mendatanginya. Sehingga menghadirkan kesan private dan lebih intim dengan alam. Kesan naturenya lebih dapet hehehe. Cocok banget untuk kamu yang berjiwa petualang. Dimana petualangann ini dimulai dari penelusuran Rute Goa Jepang di Desa Tlekung.
Wah jadi sekaligus belajar sejarah ini. Rute yang kita lalui merupakan rute gerilyawan pada masa penjajahan bangsa Jepang dahalu. Hutan pinus, jalanan berlumpur, melintasi sungai kecil. Adalah baru permulaan yang kita lalui.
Dari sana kita diajak melanjutkan perjalanan offroad menuju Coban Putri. Sampai di Coban Putri, it’s time to rock n roll. Rute yang kita lalui semakin seru tanjakan-tanjakan kecil yang akan kita lalui dengan jeep.
Selain offroad apa saja sih yang ditawarkan di wisata offroad coban putri batu ini . Macam – macam guys, ada camping, Glamping ( Glamour Camping), Paint Ball, Offroad, Trail Adventure, outbound training dan masih banyak lagi diantaranya.
So tunggu apa lagi guys, masih ragu ini berwisata ke Kota Batu? Segera agendakan liburan kamu ke Kota Batu dan jangan lupa menjajal keseruan offroad coban putri batu bersama Batu Offroad , Discovery Partner
0 notes
poetrafoto · 2 years
Photo
Tumblr media
Puasa gini, kami siyap sessi pemotretan lho kakak. Bisa langsung kontak @poetrafoto saja. Paket special buat yang nikahnya menggunakan jasa tim @poetrafoto lho. Hehehe. Ini adalah maternity photoshoot buat bunda @novinurvitasari12 dengan pilihan lokasi pemotretan di Hutan Pinus Asri Mangunan Imogiri Yogyakarta. Jepretan langsung @ownerpoetrafoto. Bunda Novi kebetulan makeup sendiri aja. #fotobumil #fotoibuhamil #fotohamil #fotohamilhijab #fotohamiljogja #fotohamiloutdoor #fotomaternity #fotomaternityhijab #fotomaternityjogja #fotomaternityoutdoor #fotomaternityjakarta #fotokehamilan #maternityhijab #maternityindonesia #maternityphotos #maternityjogja #maternity #maternityoutfit #maternityoutdoor #maternityshoot #maternityphoto #maternityphotography #maternityphotographer #maternityphotosession #maternitystyle #maternitypictures #maternityphotoshoot #maternitymuslimah #jogjamaternity #maternityportraits (at Hutan Pinus Mangunan - Bantul, D.I Yogyakarta) https://www.instagram.com/p/Cb9DvSLrzsx/?utm_medium=tumblr
0 notes
tikaakw · 5 years
Text
KKN di Bulan #3
Masih ku ingat betul bagaimana suasana di sekitar Walitis hari itu. Bau tanah basah, semilir angin pegunungan, guguran daun berwarna kuning-kecokelatan yang membentuk selimut alami bagi lapisan tanah di bawahnya, juga buah pinus kering yang berserakan menciptakan komposisi yang begiiiitu indah, masyaAllah.
Walitis merupakan pohon yang tumbuh di lereng Gunung Sumbing, tepatnya di Desa Jetis Kecamatan Selopampang. Tinggi pohon ini mencapai ± 30 meter dengan diameter ± 8 meter. Usianya mungkin sudah ratusan tahun. Konon, walitis berasal dari tongkat yang ditancapkan oleh seorang syeh/ulama pada zamannya yang kemudian tumbuh menjadi pohon. Namun, terlepas dari segala mitos dan cerita rakyat di baliknya, aku bersyukur karena pohon ini masih terus Allah jaga. Bisa dibayangkan berapa banyak air yang disimpan oleh pohon sebesar itu. Juga oksigen yang dihasilkan olehnya.
Tumblr media
Kearifan lokal berupa mitos, ritual, anjuran, maupun pantangan yang diwariskan oleh leluhur – leluhur kita memang sering terkesan tidak masuk akal. Namun, semakin ke sini aku menjadi semakin sadar bahwa semua itu bukan bermaksud syirik, tetapi lebih kepada metode/cara leluhur – yang dulunya merupakan tokoh masyarakat, dalam menanamkan nilai – nilai kebaikan, nilai – nilai religius, hidup selaras alam, dan upaya menjaga alam yang sudah Allah titipkan. Karena begitulah pendekatan yang paling mudah diterima masyarakat. Bukan dengan paksaan maupun kekerasan, namun dengan kelembutan dan menyesuaikan kondisi eksisting masyarakat. Kearifan lokal yang diwariskan tadi sebenarnya bisa dijelaskan secara logis bahkan ilmiah. Contohnya?
Ojo maem ning lawang, mengko ditampik joko. Logikanya, pintu adalah jalan orang untuk keluar-masuk, bukan tempat makan.
Ojo maem nganggo layah, mengko lambene ndower. Sederhananya, cobek itu untuk menghaluskan bumbu, bukan untuk makan. Kalau cobeknya dipakai makan, lantas dengan apa ibu menghaluskan bumbu? Hehehe.
Anak perempuan zaman dahulu ditakuti begini : nek perawan ora iso masak, suk nek mati dikon nyunduki godhong asem nganggo alu. Memang tidak masuk akal, tapi hasilnya? perempuan zaman dahulu jadi pintar memasak berbagai menu.
Dilarang menebang pohon yang (biasanya) dikeramatkan. Bukan itu maksudnya, pohon adalah penyimpan air yang baik. Kalau pohon ditebang, tidak akan ada lagi yang mengikat/menyimpan air di akarnya. Akibatnya bisa kekeringan, longsor, bahkan banjir.
Dilarang kencing di pohon nanti jin penunggunya marah. Secara ilmiah, urin mengandung ammonia (NH3) yang dapat mencemari air tanah dan air permukaan. Kalau air tercemar, yang rugi manusianya juga kan?
Dan lain – lain
Mmm…kok ceritanya jadi seperti Kuliah Kerja Nyari ilham ya? haha, tak apa. Main pun bisa menjadi sarana belajar dan berkontemplasi kan?. Ah ya, ada yang lucu selama di walitis. Namaku tertulis di salah satu pohon di sana. Hmm…namaku memang pasaran sepertinya.
Tumblr media
Meninggalkan cerita tentang walitis…
Hingga pertengahan Januari, belum ada program yang kami jalankan mengingat jadwal kegiatan warga juga belum ada. Di akhir bulan baru ada, katanya. Di pekan ke tiga sejak penerjunan, kami – mahasiswa KKN, berkesempatan mengikuti annual vacation yang diadakan oleh pemuda-pemudi Karang Taruna Desa Bulan. Tahun ini Pantai Bandengan Jepara menjadi tujuannya. Di sini lah ceritaku dan Pak Carik dimulai XDDDD (bentar2 mau ketawa dulu).
Untuk Pak Carik,
3 Januari 2019, kali pertama aku melihatmu dan tau namamu. Biasa saja, tak ada sesuatu yang wah. Memang kamu ganteng, tapi, gantengmu seketika hilang ketika ku tau you’re an active smoker. Tapi jujur, aku memang tidak ada perasaan apa-apa, flat.
Gerimis pagi itu (13 Januari 2019) mengiringi perjalanan menuju Jepara. Entah disengaja atau memang kebetulan, kita satu mobil. Sepanjang perjalanan aku hanya mengamati jalanan di luar. Hanya sesekali berbincang dan menanggapi pertanyaan, termasuk pertanyaanmu. Tapi aku sudah lupa apa yang dulu kau tanyakan. Tak banyak interaksi hari itu. Sesampainya di parkiran Pantai Bandengan aku sempat bertanya padamu “sudah habis berapa rokok sejak berangkat tadi, Pak?”. Kau hanya menanggapi dengan senyuman. Ah, klasik.
to be continue…
0 notes