Tumgik
#pentolan
beningtirta · 7 months
Text
Naik Kelas, Melihat Dunia
Saya lahir dari keluarga tidak berpendidikan. Ibu saya tidak tamat SD. Ayah saya meninggalkan madrasah tsanawiyah (setara SMP) karena yatim piatu dan tidak ingin merepotkan kakak tiri dan suami kakak tirinya yang memberi atap, makan, dan menyekolahkan. Saya sejak kecil tidak merasakan "kemewahan" seperti handphone pribadi, komik, diantar jemput pakai mobil, sega, nintendo, playstation atau liburan ke luar kota. Kami sekolah, mengerjakan PR, mengaji di mesjid, and repeat. Kami tidak tahu apa itu politik dalam negeri, apalagi politik luar negeri seperti penjajahan Isra3L pada Palestin4.
Baru setelah merantau ke Singapura, saya mulai belajar apa itu pergerakan, tipis-tipis. Sebelum lulus kuliah ikut Forum Indonesia Muda yang membuat saya terekspos dengan dunia aktivisme. Tapi masih fokusnya pada isu-isu nasional.
Saat master dan PhD di Inggris saya terekspos lebih jauh dengan aktivisme yang lebih formal, seperti menulis antologi, menulis opini di media massa, dan lalu policy brief (semacam rekomendasi kebijakan berdasarkan bukti dan studi ilmiah).
Menjelang lulus PhD, Uni Eropa, Amerika Serikat dan Kerajaan Inggris ketar-ketir dengan invasi Rusia ke Ukraina. Tiga entitas politik ini mengutuk aksi Putin dan mengirim bantuan pada warga Ukraina. Media satu suara mengecam Putin. Beberapa negara juga buka pagar untuk pengungsi Ukraina sebagai bentuk simpati.
Sekarang saya bekerja di Inggris, invasi dan pembunuhan secara terang-terangan oleh IsraëL kepada warga Palestin4 dengan jumlah korban 8000an dalam waktu tiga minggu. Korban masih berjatuhan, aksi militer terus digencarkan dan parahnya didukung oleh Uni Eropa, Amerika Serikat dan Kerajaaan Inggris.
Dunia Barat dan negara superpower punya dua muka. Tahun lalu mereka mengecam invasi Rusia ke Ukraina, tapi tidak invasi Isra3L ke tanah Palestina.
Ini bukan perang karena seperti Ukraina-Rusia, kekuatan militer tidak sebanding. Ini invasi, penjajahan.
Ada hal-hal yang ternyata sulit diubah, tapi bisa jika kita semua satu suara melawan dan menolak diam.
Media massa sudah dua dekade berpihak pada Isra3L. Media massa punya pemilik. Pemiliknya punya keberpihakan. Pemilik media yang besar-besae berpihak pada siapa yang punya. Sulitnya, media seperti CNN dan BBC dipegang kendalinya oleh pendukung misi IsraëL. Kecaman pada grup militan di negara Timur Tengah dan Afrika itu bisa jadi teramplifikasi oleh media massa. Ketika kita lihat mendalam, ternyata ini jadi justifikasi Amerika Serikat membunuh ribu bahkan jutaan manusia di negara "konflik". Well, konflik ini mereka yang mulai dan amplikasi. Dibaliknya ada motivasi lain--sumber migas misalnya.
Ideologi Isra3L itu jelas, zionisme--merampas Tanah Palestina, menghapuskan negara dan bangsa Palestina demi berdirinya negara-bangsa Yahudi. Dari ideologi saja, sudah seharusnya kita tidak berpihak karena untuk mencapai misinya, Isra3L akan membunuh dan mengusir jutaan manusia warga lokal Palestina.
Isra3L sudah tumbuh menjadi negara maju yang punya jaringan bisnis. Ini membuat Uni Eropa tidak mengecam partner bisnis mereka koloni penjajah Isra3L.
Politisi punya hubungan dengan pebisnis Isra3L/orang-orang pendukung ide Zionisme. Misalnya, Perdana Menteri Inggris yang punya investor mantan militer Isra3L dan pejabat pentolan UNICEF ada istri dari investor bagong pendukung zionisme.
Dari 4 hal ini, sulit melawan jika banyak dari kita hanya diam. Media massa dan politisi negara maju tidak berpihak pada Palestin4. Bahkan 1-2 negara Arab malah "membantu" operasi pembantaian warga Palestin4 yang sedang berlangsung.
Jadi, harapan warga Palestin4 tinggal suara mayoritas (orang biasa, kita semua).
Setiap dari kita bisa melawan 4 kesulitan di atas. Lawan media massa yang misleading dengan media alternatif yang berpihak pada kemanusiaan. Tolak eksistensi Isr4el karena ideologinya pengusiran, perampasan, pembantaian, dan rasis. Anggurin semua komen pro-Isra3L biar komen mereka tenggelam. Like & reply komen yang cocok di hati. Jangan pakai istilah negara israhell, karena kita harus menolak mereka sebagai negara karena sejatinya mereka adalah koloni penjajah (settlers colonial state) yang sudah dibiarkan dunia (dengan kawalan negara adidaya) untuk mengambil rumah dan tanah warga Palestin4. Penjajah nomor satu, pembunuh nomor satu abad ini.
Lalu, lawan dominasi ekonomi dengan boikot brand dan block influencer yang mendukung Isra3L secara ekonomi maupun moril. Suarakan kebenaran terus menerus sampai dukungan hak warga Palestin4 dan kecaman pada pemerintah kolonial Isra3L menjadi mainstream. Kita mau semua manusia di dunia diakui sama dan punya hak yang sama, juga warga Palestin4 diakui setara (tidak seperti hari ini dimana pemerintah penjajah Israle menanggap warga Palestin4 hewan. Terlaknat mereka!)
Jika ada kesempatan, berkumpul dan ikutlah turun ke jalan. Buat perjuangan Palestina dan kejahatan perang Isra3L ini obrolan keluarga dan lingkar pertemanan kita. Jika busukny mereka sudah diakui jutaan orang, Isra3L dan teman-teman gentar dan mungkin akan meninggalkan perdana menteri IsraëL terpojok. Buat semua kanal media/tokoh yang mendukung Isra3L malu karena argumen invasi dan pengeboman mereka tidak masuk akal dan tidak sesuai dengan HAM.
Akhirnya, Isra3L akan capek dan habis tenaga jika kita potong aliran dana dan sokongan pada mereka, seperti Rusia akhirnya tarik mundur karena melanjutkan invasi terlalu mahal.
Your boycott is important. Your voice to push politicians to cut ties with IsraëL is important.
We will win this together.
*
Ditulis oleh Bening, seorang anak pedagang kain di kios berdebu di pasar penampungan di Pekanbaru, dia baru saja mengedukasi dirinya lewat media alternatif dan akun Instagram wartawan lapangan di Gaza.
89 notes · View notes
herricahyadi · 11 months
Note
Mau cerita ga mas? Hal ternakal yg pernah di lakukan di sekolah mungkin? Atau mas herri anak Rohis baik-baik?
NAKALNYA SAYA
Puncak kenakalan saya itu ada pada masa SMP. Tapi, kenakalan yang masih dalam tahap wajar juga sebenarnya. Nakalnya itu seperti tawuran tiap hari Sabtu, malakin adik kelas, nyorat-nyoret tembok, isengin orang. Berantem karena belain temen juga pernah. Waktu pas ujian sekolah, pas istirahat itu ada teman sekelas (saya kelas 2) saya di-Slank-in. Dulu istilah “slengean” maksudnya kayak urakan atau diisengin itu. Nah, yang isengin itu adik kelas (kelas 1). Pentolannya angkatan di bawah lah. Badannya gede. Tapi, karena yang diisengin itu teman saya dan saya juga pentolan di kelas, haha, jadi saya nekat nampol itu anak. Terjadilah perkelahian yang membuat wajahnya yang jerawatan berdarah karena jerawatnya pecah saya tampol. Tapi, saya tidak puas. Selepas dipisahin, saya masih amarah. Saya ambil senderan kursi kayu, lalu saya cari lagi dia, ketemu, saya hajar lagi. Tapi ga terlalu kena sih waktu itu. Ramai kan sekolah jadinya karena itu. Lalu, sebelum ujian di sesi kedua, saya dipanggil dan diperintahkan mengerjakan ujian di tengah lapangan sekolah. Tidak boleh selesai sampai bel bunyi—meski sudah mengerjakan ujian. Itu satu sekolah bisa lihat saya di tengah lapangan karena gedung SMP saya dulu, SMP 41 Ragunan, bentuknya leter U tingkat 3. Ini kelas 1 sampai 3 tahu semua. Haha. Dan saya makin terkenal karena itu.
Meski saya bandel, tukang tawuran, berantem, dsb. Tapi saya tidak merokok, tidak pernah nyimenk (pakai ganja—dulu hal yang sangat mudah didapat), minum atau ngobat sama sekali tidak pernah. Alhamdulillah Allah ﷻ benar-benar melindungi saya dari hal-hal begitu. Padahal mudah banget untuk didapat. Tapi entahlah, hati saya tidak tertarik. Sampai saya sadar: Ya Allah, sampai sebegitu ya lingkungan saya dulu, tapi saya sama sekali tidak terjerumus ke hal-hal begitu. Itu bukan karena saya tangguh. Tapi karena benar-benar Allah ﷻ kasih perlindungan. Tiap hari itu pasti nongkrong. Tapi, pas jam shalat saya sendiri yang ke masjid untuk shalat. Sepanjang ingatan saya, dari semenjak saya paham kalau shalat itu wajib (saat SD) sampai saya benar-benar mengerti itu semua di usia SMP dan SMA, saya tidak pernah meninggalkan shalat. Bahkan, semenjak SD saya selalu Subuhan di masjid. Entahlah, cara Allah ﷻ menggerakkan hati manusia itu memang unik.
Pernah “betak” apa ya kalau sekarang, malak duit atau barang anak sekolah lain. Pernah nonjok anak sekolah lain, terus saya diculik ke rumahnya sama keluarganya terus dipukulin. Haha. Sering bikin nangis guru karena saya ngelawan terus. Tapi ya nilai saya bagus-bagus. FYI, saya hampir jarang nyontek. Terakhir nyontek itu SMP kelas 1/2, kelas 3 semenjak kenal Rohis saya tidak pernah lagi curang dalam bentuk apapun. Dulu saya juga terkenal karena sepatu saya warnanya berubah tiap minggu karena saya pilox. Terus, ada sepatu yang sengaja saya bolongin depannya biar kaos kalinya terlihat. Warna kaos kakinya apa? Merah. Haha.
Oh iya, dulu prinsip saya tawuran itu: saya anggap sebagai intifadah. Jadi, musuh dari sekolah lain saya anggap sebagai Yahudi Laknatullah. Waktu saya melempar batu, saya anggap saya sedang latihan untuk suatu saat saya turun langsung berhadapan dengan Zionis. Haha.
Pacaran pernah. Sama seleb sekolah bahkan. Haha. Jelek-jelek begini, dekil, miskin, dan sama sekai ga goodlooking, pacarnya kece-kece. Tapi selama pacaran saya tidak pernah sentuhan haha. Terakhir pacaran itu kelas 2 SMP. Kelas 3 SMP kan udah kena doktrin Rohis, jadi saya tidak pernah pacaran lagi semenjak itu. Sebagai ilustrasi, saya ini tiap JUmat itu mentoring di mushola sekolah. Tapi, Sabtunya tawuran. Hehe. Seimbang antara dunia dan akhirat. Kurang lebih begitulah.
Saya bisa menceritakan lebih banyak. Tapi, nanti kalian tidak kuat membacanya, hehe. Begitulah. Gimana, jadi saya ini tipikal anak yang kayak apa?
16 notes · View notes
mandalawangii · 11 months
Text
Memulai hal baru memang tidak pernah jadi perkara yang mudah. Waktu terus beranjak, dirimu pun demikian. Melewati satu fase ke fase yang lain dari sebuah kehidupan.
Semasa di taman kanak-kanak, kau jadi anak nakal yang kerap usil ke teman-temanmu. Berenang di sungai bersama sapi, padahal mamah bilang tidak boleh mandi di kali. Pulang-pulang dimarahi. Mandi kok sama sapi. Tempat mandi nyaman saja ada di rumah.
Menghanyutkan tas kawanmu ke selokan depan sekolah. Selepas itu temanmu mbolos dan mengadu ke orang tuanya sambil terisak-isak. Tidak sampai sejam kemudian kamu dimarahi. Dan giliran kamu sesenggukan juga. Mengadu ke mamah minta dibela. Malah tambah dihardik. Dasar anak nakal.
Di sekolah diajarkan shalat lima waktu. Kata Bu Guru,"barang siapa tidak menjalankan shalat, dia seperti Mak Lampir (aktor di sinetron indosiar yang sempat populer)." Kemudian kamu menuding nenekmu seperti Mak Lampir lantaran sudah kelewat waktu shalat, beliau tidak shalat. Kemudian, kamu dimarahi mamah. Jadi anak kok nggak sopan sama orang tua.
Kebandelan menjadi nama tengahmu waktu duduk di taman kanak-kanak: Abeyasa 'Bandel' Auvry. Kendati bandel, kamu lulus meninggalkan piala untuk TK mu. Juara 3 meronce tingkat kelurahan.
Masuk SD, kebandelanmu malu seribu kepalang, sebab di hari pertama kamu menangis karena tidak melihat papah mamahmu menunggui di depan gerbang sekolah sementara siswa baru yang lain ditunggui bapak ibunya. Semua mata tertuju padamu. Kemudian kamu dipuk-puk Bu Guru. Mau ditaruh mana nama tengahmu. Dasar jago kandang. Sungguh, beranjak dari kebiasaan lama menuju hal yang baru adalah sesuatu yang tidak pernah mudah. Kamu tak berani banyak bertingkah satu bulan pertama di sekolah barumu.
Setelah menginjak usia akhir belasan, bandelmu mulai menampakkan lagi siapa dirinya. Rektor kampus dipaido, bolos kuliah demi demo, nongkrong semalam suntuk, jarang pulang, tidak pernah mandi, menjadi komentator segala urusan. Kamu mulai nyaman dengan itu seraya ingin menekuni kenyamananmu. Bercita-cita menjadi aktivis LSM atau pentolan serikat buruh. Pokoknya melawan. Anti mainstream, melawan kebiasaan. Kalau biasanya orang-orang akademik di kampus erat dengan penelitian, kamu malah mencemooh. Fak penelitian dan segala rupa event lombanya. Fak kepatuhan pada metode ilmiah. Semua pokoknya kamu fak-in.
Sampai akhirnya kamu mesti insyaf dan beranjak menapaki realitas. Kamu harus menghidupi dirimu dan menuntaskan kewajiban studimu.
Mula-mula kamu tak nyaman dengan kebiasaan baru. Harus patuh dan tunduk pada peraturan akademik serta metode ilmiah yang selama ini kamu leleh luweh terhadapnya. Belajar hal baru adalah sesuatu yang menyenangkan kecuali belajar penelitian.
5 notes · View notes
akuyanglain · 1 year
Text
ASRABI: ASWAJA RASA WAHABI
Oleh siswanto
Pertama kali saya mengenal term Asrabi dari postingan Mas Lulus Suprapto pada tahun 2016, saat terjadi politik SARA di Jakarta. Asrabi adalah orang atau golongan yang secara kultur keagamaan Islam Tradisionalis (Aswaja), namun tingkah lakunya seperti Wahabi. Yaitu berpikir saklek, tekstualis dan kaku dalam memahami qoul-qoul ulama madzhab dan teks ayat Al-Quran dan Hadits. Selain itu ciri khas lainnya cenderung takfiri mudah mencap munafik, zindiq, bahkan memberi stempel kafir kepada sesama muslim yang tidak sepemikiran dengannya atau beda preferensi (kubu) politik. Golongan Asrabi ini sangat benci secara membabi buta terhadap kaum Wahabi, tapi dilain pihak mereka juga sebarisan dengan Wahabi dalam propaganda politik sektarian. Saya menyebutnya orang yang mengalami gejala psikopat dalam agama. Ibaratnya setiap hari mencaci maki dan mengolok-olok Wahabi, lalu tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba baik-baikin Wahabi, dan menyebutnya sebagai "Mujahidin Ahlussunnah" pejuang Islam, penegak syariat.
Lalu kenapa kaum Asrabi bisa terjebak pada propaganda politik sektarian dan bisa satu barisan dengan Wahabi (baik yang Murji'ah maupun Khawarij) dalam masalah ini?
Jawabannya adalah Golongan Asrabi memegang doktrin Fitnah Akhir Zaman yang merujuk pada dua tanduk setan yang dimaknai dua firqoh, yaitu Wahabi dan Syiah. Maka selain benci Wahabi (hanya dalam bidang agama) secara membabi buta, mereka juga sangat membenci Syiah secara membababi buta pula. Dalam memandang Syiah, golongan Asrabi cenderung berpikir deduktif dan menganggap firqoh Syiah sebagai entitas tunggal yang tidak memiliki macam-macam aliran madzhab fiqh. Padahal Syiah itu sama seperti Sunni yang terdiri dari banyak aliran atau Madzhab Fiqh. Implikasi dari doktrin dua tanduk setan yang dimaknai dua firqoh (Wahabi dan Syiah) membuat golongan Asrabi ini terjebak propaganda politik sektarian yang sebenarnya itu merupakan False Flag Opération yang digunakan oleh NATO untuk agenda Régime Change War di negara-negara berpenduduk mayoritas muslim yang tidak mau tunduk pada agenda politik imperialisme Barat, dengan Wahabi sebagai bahan bakar dan api penyulut konflik berbungkus sektarian yaitu SYIAH MEMBANTAI SUNNI, yang dibacking MSM BARAT sebagai penyebar propaganda untuk mempengaruhi opini publik internasional, khususnya muslim awam seperti Asrabi.
Golongan Asrabi juga disebut kelompok Islam Post-Tradisionalis/Khilafis. Karena mereka juga punya agenda ingin mendirikan negara (ilusi) agama Khilafah versi penafsiran mereka sendiri. Seperti yang sudah disinggung pada paragraf pertama. Golongan Asrabi merujuk pada kelompok yang sebagian besar ikut menunggangi politik SARA pada 2016, dengan gerakan politik 212, yang diisi oleh NUGL+FPI tokoh-tokohnya seperti UAS, Idrus Ramli, Luthfi Bashori, dan orang-orang yang dibarisan mereka. Adapun negara yang menjadi kiblat preferensi geopolitik golongan Asrabi adalah Turki yang notabene anggota NATO, dan juga Qatar di mana tempat Syaikh Al-Qardhawi pentolan Ikhwanul Muslimin tinggal. Mereka sering disebut warga Turki KW dengan label Turkimen dan Turkiyem karena menganggap presiden Turki, Yang Mulia Sultan Recep Tayyip Erdoğan sebagai presidennya.
NB: Asrabi juga merujuk pada tokoh yang kalah dan sakit hati dalam pemilihan Ketua Umum NU Muktamar Jombang 2015, yang kemudian mendirikan NUGL untuk melawan PBNU kepemimpinan Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj. Yang nama tokohnya sudah disebutkan di atas. Berkolaborasi dengan pentolan Wahabi, Farid Ahmad Okbah mendirikan MIUMI.
Tumblr media
6 notes · View notes
aksajenggama · 1 year
Text
Tokoh-Tokoh yang Menemukan Tempatnya dalam Kemelut Sejarah
1.
Saya baru selesai membaca ‘Manusia dalam Kemelut Sejarah’ terbitan LP3ES. Saya baru tahu kalau sebenarnya buku ini aslinya merupakan majalah Prisma No. 8 Tahun 1977. Saking laku dan dicari-cari oleh semua kalangan, majalah Prisma edisi itu pun lekas lenyap di pasaran. Untuk memenuhi hasrat pembaca, formatnya pun diubah menjadi semacam buku saku. Edisi yang saya punya merupakan terbitan tahun 2021.
Pada halaman sampul terpampang gambar empat tokoh pergerakan yang legendaris: Tan Malaka, Haji Agus Salim, Soekarno, dan Sjahrir. Lalu tampak samar dalam kelebat hitam putih orang-orang sedang berkumpul mengibarkan bendera merah putih dan spanduk bertuliskan: Satu Tanah Air, Satu Bangsa, Satu Bahasa, Tetap merdeka!
Sampul sederhana itu seolah menyiratkan suatu masa yang krusial dalam proses pembentukan Indonesia sebagai negara. Kita tahu tokoh-tokoh tadi punya andil besar dalam revolusi. Dan gambar itu terang menunjukkan kalau isi buku ini ialah tentang mereka.
Terdapat 9 tulisan tentang 8 tokoh berbeda di dalam buku kecil ini, satu tulisan lain merupakan pengantar tentang biografi sebagai satu bentuk dalam pusparagam penulisan sejarah. Masing-masing menceritakan hidup dan perjuangan tokoh-tokoh penting yang meletakkan dasar-dasar negara Indonesia. Selain keempat tokoh yang gambar termuat pada halaman sampul, terdapat pula kisah mengenai Amir Sjarifuddin, Soedirman, Kahar Muzakkar, dan Rahmah El Yunusiyyah.
Penulisnya pun bukan seorang. Setiap tokoh diceritakan oleh penulis yang berbeda. Termasuk pengantar, ditulis oleh Taufik Abdullah yang juga merangkap sebagai redaksi bersama Aswab Mahasin dan Daniel Dhakidae. Semua yang terlibat dan menyumbangkan kata-kata dalam buku ini merupakan orang-orang besar yang namanya sudah tentu sering didengar oleh mereka yang mengikuti arus perkembangan sastra, ilmu sosial, dan kebudayaan, khususnya sejarah.
2.
Saat mulai membaca buku ini, saya tidak memulainya dari depan. Sengaja. Saya mencari-cari tokoh yang paling ingin saya tahu kisahnya lebih dulu atau kadang disertai pula pertimbangan untuk melihat teknik bercerita seorang penulis tertentu. Dua pertimbangan itu membawa saya pada tulisan berjudul ‘Revolusi Memakan Anak Sendiri: Tragedi Amir Sjarifuddin’ yang ditulis oleh Abu Hanifah.
Saya sebenarnya sudah pernah membaca cerita mengenai Amir Sjarifuddin dalam karya Soe Hok Gie berjudul ‘Orang-Orang di Persimpangan Kiri Jalan’. Tulisan itu skripsi Gie di UI. Isinya memaparkan secara komprehensif latar belakang dan jalannya pemberontakan PKI pada tahun 1948, dan sosok Amir Sjarifuddin memainkan peran penting dalam peristiwa itu.
Pada bagian akhir pemberontakan, dengan sendu Gie menggambarkan ketenangan mantan Perdana Menteri Indonesia itu ketika tertangkap dan hendak menuju lokasi eksekusi mati. Di dalam kereta, pada Kapten Soeharto yang telah menangkapnya, Amir Sjarifuddin meminta bacaan yang menemani perjalanannya. Hanya ada buku William Shakespare berjudul ‘Romeo dan Juliet’. Demikianlah bacaan itu menemani Amir di dalam kereta menuju Solo.
Apa yang dibayangkan seorang revolusioner dengan buku Romeo dan Juliet di tangan? Setelah gerakannya ditumpas dan di luar jendela kereta waktu berlesatan seakan mempercepat akhir hidupnya?
Tak pernah benar-benar ada keterangan tentang ini dalam sejarah.
Aidit, pentolan PKI generasi setelah Amir menyebutkan kalau jelang eksekusi mati, Amir Sjarifuddin dan beberapa kawannya meminta agar mereka diperbolehkan menulis surat pada keluarga. Setelah itu, berkumandanglah lagu Indonesia Raya dan Internasionale dari para tereksekusi mati itu sebelum peluru berlesatan menembus tubuh mereka. Satu ironi dalam sejarah Indonesia, mengingat Amir Sjarifuddin adalah satu tokoh paling penting dalam upaya membangun angkatan bersenjata semasa revolusi. Bagi Aidit, seolah-olah sampai mati Amir Sjarifuddin merupakan Komunis sejati.
Idealisasi semacam ini tidak terlihat dalam tulisan Abu Hanifah.
Ia tak lain merupakan teman kuliah Amir Sjarifuddin yang teramat akrab satu sama lain. Mereka tinggal di asrama mahasiswa yang kini telah menjadi Gedung Sumpah Pemuda. Wajar jika tempat ini di masa silam menjadi tempat berlangsungnya satu pertemuan pemuda paling penting dalam sejarah Indonesia untuk merumuskan identitas nasional. Penghuninya para pembelajar yang bukan kaleng-kaleng. Selain Amir Sjarifuddin dan Abu Hanifah, ada Muhammad Yamin dan Assaat yang juga sama militant dalam belajar dan bergerak.
Asrama itu disebut Indonesis Clubgebow atau Perkumpulan Pelajar-Pelajar Indonesia yang berbasis di Jakarta. Belakangan disingkat IC. Kelompok ini tak lain ialah fusi dari organda-organda setelah sumpah pemuda.
Bagi kebanyakan orang, sumpah pemuda mungkin hanya sekadar hafalan dalam pelajaran sejarah di sekolah dasar. Tetapi, pernahkah kita benar-benar membayangkan seberapa kuat idealisme dari hasil bacaan serius para penggagasnya ketika mereka sama-sama memutuskan untuk melepaskan sekat-sekat kedaerahan di perantauan? Saya pikir itu butuh refleksi yang dalam, kuat, dan tidak sekadar untuk keren-kerenan.
Meski seiring berjalannya waktu orang-orang di asrama itu kemudian menggariskan asas perjuangan mereka di atas ideologi yang berbeda-beda, Abu Hanifah mengatakan mulanya hampir semua mahasiswa di sana kagum terhadap Marx dan Engels.
Mereka mendiskusikan ‘Manifesto Komunis’ secara serius dan membedahnya dari beragam aspek, entah itu historis, visi dan ramalan, moral, hingga bagian revolusionernya.
Apa tujuannya orang-orang yang kebanyakan bersekolah teknik dan kedokteran memusingkan Marxisme? Apakah mereka membaca dan mendiskusikannya untuk memikat hati para gadis? Entahlah.
Abu Hanifah mengaku kalau anak-anak IC tertarik pada Marxisme lantaran ideologi itulah yang seccara sistematis membicarakan kaum yang terjepit, terhina, yang miskin dan merasa tidak mendapat keadilan.
Hal ini bisa jadi benar, sebab pergaulan di masa itu nampaknya membuat perempuan jarang ambil bagian di IC. Maka bisa jadi perhatian yang serius akan isu sosial di Hindia-Belanda merupakan motivasi utama mereka untuk menyediakan waktu mempercakapkan Manifesto Komunis. Di lain waktu, anak-anak IC akan mengunjungi museum demi mendapatkan buku Adam Smith sebagai bahan diskusi. Abu Hanifah bilang, hampir semua menolak Liberalisme Klasik.
Lalu seberapa penting budaya diskusi semacam itu? Seringkali di kalangan anak muda, diskusi dianggap terlalu lama membuang waktu karena kurang heroic. Abu Hanifah bilang, bacaan dan diskusi semacam itulah yang membuat mereka siap, setidaknya secara teoritis, untuk menganggapi perubahan besar saat revolusi pecah. Mereka tahu apa yang harus mereka lakukan karena setidaknya dalam benak, telah tersimpan pengethauan yang mendalam tentang contoh-contoh gerakan yang pernah terjadi di negeri-negeri lain. Dan Itu semua telah dipercakapkan, dibedah secara anatomis untuk kemudian direfleksikan dan diterapkan saat revolusi datang.
Saya kira hal-hal semacam ini sudah amat jarang ditemukan di kalangan mahasiswa yang lebih gemar bermain game online dan meratapi nasib dengan umpatan-umpatan sederhana lalu merasa menjadi paling aktivis hanya karena telah didapuk sebagai fungsionaris lembaga mahasiswa yang program kerjanya jauh dari pengembangan metodologi keilmuan akibat sifat hura-hura.
Setelah diskusi-diskusi panjang, Abu Hanifah dan Amir Sjarifuddin kerap berjam-jam naik andong malam-malam untuk membicarakan hal-hal lain, dari politik hingga gadis-gadis yang mungkin membuat hati mereka berdesir. Aktivisme mereka pun selalu mengambil jeda bilaman musim ujian telah tiba. Hanya kadang-kadang keheningan di asrama bakal pecah oleh sayatan biola Amir Sjarifuddin. Muhammad Yamin biasanya marah jika Amir mengganggu ketenangan belajar mereka. Bila hal itu terjadi, Amir Sjarifuddin dan Abu Hanifah akan tertawa sejenak sebelum kembali pada keheningan dan tenggelam dalam keseriusan masing-masingl.
Dari kedekatan itulah Abu Hanifah mampu memberi interpretasi dengan impresi lain terhadap keterlibatan Amir Sjarifuddin dalam pemberontakan PKI tahun 1948. Baginya, Amir dan Musso terperangkap dalam gerakan revolusi mereka sendiri. Abu Hanifah bilang kalau ia amat bersedih ketika mendengar pidato terakhir Amir Sjarifuddin di radio.
“Perjuangan yang kami adakan waktu ini hanya buat memberi koreksi kepada revolusi-revolusi kita. Revolusi ini tidak berubah dari corak nasionalismenya, yang sebenarnya adalah revolusi merah putih dan lagu kebangsaan kami tetap Indonesia Raya.”
Demikian kata Amir. Bagi Abu Hanifah terang sudah kalau itu semua bukanlah satu sikap seorang komunis.
Ketika membaca kisah Amir dari Abu Hanifah ini, saya benar-benar membayangkan posisinya. Jadilah kita memiliki seorang sahabat yang kemudian berbeda jalan politik. Suatu hari, ketika kita sama-sama terlibat dalam pertempuran dan perjuangan untuk membela satu cita-cita kemerdekaan yang sama, kau mendapati kabar sahabatmu itu dieksekusi mati akibat pemberontakannya sendiri. Kenangan apa yang terlintas di benak Abu Hanifah manakal mendengar pidato itu?
3.
Lalu bagaimana dengan tokoh-tokoh lain dalam buku ini?
Refleksi ini terlalu singkat untuk membahas semuanya. Ada baiknya buku para pendengar membaca langsung buku kecil ini.
Namun ada pelajaran penting yang mesti dirumuskan pada tiap bacaan. Untuk buku ini, kira-kira dapat dijelaskan begini; meski dengan cara pandang berbeda, semua penulis nampaknya berusaha mengajak kita merefleksikan kembali para tokoh-tokoh itu bukan sebagai dewa yang suci dan bebas dari noda. Soekarno ditulis dengan cukup berimbang meski dalam upaya itu Onghokham mendapat kritik karena penggunaan sumber. Tapi coba lihat pembukaannya yang unik untuk menyelidiki Soekarno yang sering sekali kita pandang hitam putih,
“Sukarno adalah pribadi yang kompleks. Dia dilahirkan di bawah bintang Gemini yang menurut pendapatnya sendiri memberi corak yang beraneka-warna pada pribadinya. Persoalan Sukarno erat sangkut pautnya dengan persoalan bangsa kita sendiri. Pada masa puncak-puncak kekuasaannya, Sukarno digelari Pemimpin Besar Revolusi, Penyambung Lidah Rakyat, Amirul Amri, Panglima Tertinggi dan lain-lain. Dan tiba-tiba semua gelar-gelarnya dicopot. Jasa dan peranannya ditiadakan. Malahan dia diejek. Persoalannya kini bukan saja ‘siapakah Sukarno?’ akan tetapi ‘siapakah kita sekarang?’ Apa dahulu kita yang munafik atau sekarang kita munafik? Apa kita semua bersifat Gemini?”
Pembukaan semacam ini jarang sekali ditemukan dalam tulisan-tulisan sejarah Indonesia. Kendati demikian, pertanyaan Onghokham itu merupakan pertanyaan berat dan belum tentu mampu kita jawab.
Pada seluruh bagian buku ini dapat kita temukan kalimat-kalimat serupa. Entah apakah itu merupakan hasil interpretasi, pun juga kesaksian orang-orang yang pernah bertemu langsung dengan tokoh-tokoh seperti itu.
Cara YB Mangunwijaya untuk membuka bahasan soal Sjahrir, misalnya, juga tidak kalah tajam dan reflektif. Dengan mengutip Taufik Abdullah ia katakan,
“Jika Sjahrir bisa ‘bicara’ apakah yang akan dikatakannya tentang dirinya? Ditahan sebagai penghianat negara selama kurang lebih tiga tahun, dibebaskan, diberi kesempatan berobat ke Swiss, dan di hari meninggalnya (9 April 1966) langsung diakui sebagai ‘Pahlawan Nasional’ … Apakah yang akan dikatakannya?”
Mangunwijaya kemudian melanjutkan dengan simpulan umumnya soal moral revolusi,
“Perintisan kemerdekaan bangsa selaku hasil perjuangan politik-praktis yang bersih itu berbuah sukses. Penganut Machiavelli bisa omong apapun, tetapi kemerdekaan bangsa kita bukan buah hasil liku-liku kaum politik yang main rusuh dan bukan berdasarkan prinsip ‘Segala hal dijalankan oleh tujuan’. Kita harus bersyukur, bahwa bangsa dan negara kita bukan hasil gelap, bukan sebentuk haram jadah.”
Kesaksian seorang utusan Belanda yang pernah berhadapan dengan Haji Agus Salim menulis pada catatan hariannya,
“Orang tua yang sangat pandai ini seorang jenius dalam bidang bahasa, mampu berbicara dan menulis dengan sempurna dalam paling sedikit sembilan bahasa, mempunyai hanya satu kelemahan, yaitu selama hidupnya melarat. Pada waktu ini ia jelas bermain ke arah kita. Akhirnya ia Menteri Muda Luar Negeri dan karena itu orang ke dua di samping Sjahrir dalam perundingan. Barangkali ia yang paling pandai dari seluruh mereka itu.”
Dua kutipan pertama barangkali memang ditujukan untuk kita yang nampaknya kerap membutuhkan sosok pahlawan dan penghianat sebagai panduan moral dalam menjalani kehidupan bernegara. Tetapi dua kutipan terakhir memperlihatkan bahwa revolusi kita benar-benar digerakkan oleh tokoh-tokoh yang menjunjung tinggi fair play.
Kisah mengenai tokoh-tokoh revolusi yang memegang teguh prinsip dan idealisme mereka akhirnya harus hidup melarat atau mati di pengasingan dan penghukuman lantaran kemelut politik kerap kita dengar. Apakah itu mengurangi nilai mereka sebagai manusia?
Baubau, 5 Januari 2023
Erikfathul
3 notes · View notes
teraslampung · 3 days
Text
Pentolan Partai Gerindra Masuk Bursa Balonbup, Ini Respons Ketua Partai Nasdem Lampung Utara
http://dlvr.it/T745S6
0 notes
lidikcyber · 2 months
Text
Ketua PWRI Kota Tanjung Balai minta Dirjend Bea Cukai Agar Copot Nurhasan Ashari dari Jabatan Kepala KP2BC TMP.C Teluk Nibung Sumut
  Tanjung Balai, Lidikcyber.com Salah seorang Pentolan Elemen masyarakat Tanjung Balai minta Copot Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai Tipe Madya Pabean.C Teluk Nibung Tanjung Balai Sumatera Utara Nurhasan Ashari dari jabatannya. Hal itu disampaikan ketua Persatuan Wartawan Republik Indonesia (PWRI) Kota Tanjungbalai Yusman kepada awak media Lidikcyber.com, Senin (18/3/2024…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
gosulsel · 6 months
Text
Ketua DPRD Makassar Motivasi Mahasiswa Kembangkan Potensi Diri - Gosulsel
MAKASSAR, GOSULSEL.COM - Ketua DPRD Makassar, Rudianto Lallo, memotivasi puluhan mahasiswa dari berbagai Universitas dalam kuliah umum yang dilaksanakan di Ruang Badan Anggaran DPRD Makassar, Jumat (24/11/2023). Pentolan aktivis mahasiswa Unhas era 2000-an itu mengatakan, beragam cara untuk...
http://gosulsel.com/2023/11/24/ketua-dprd-makassar-motivasi-mahasiswa-kembangkan-potensi-diri/
#DPRDMakassar #RudiantoLallo
0 notes
kbanews · 6 months
Text
Selamat Datang Kecurangan
Bertemu dengan seorang jenderal yang saat ini pentolan timses pasangan capres, teman saya nanya: “apa yang membuat anda yakin bahwa anda akan menang satu putaran?” Dia jawab: “begini kalkulasinya: capres kami punya 20%. Bapak itu nyumbang ke kita 20%. Blocking dari keturunan PKI 7%. Sisanya agar mecapai lbh 51% adalah tugas pelaksana pemilu utk menambahkan. “Keturunan PKI?” Teman saya heran.…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
bantennewscoid-blog · 7 months
Text
Nyolong Kampanye Saat Manggung di Markas TNI, Ahmad Dhani Minta Maaf
JAKARTA – Ahmad Dhani meminta maaf usai melakukan kampanye di lingkungan militer. Hal itu terjadi setelah dia tahu bahwa lingkungan militer kawasan netral. Pentolan Dewa 19 itu mengunggah video permintaan maafnya di Instagram pribadi miliknya pada Rabu (25/10/2023) malam. Ahmad Dhani mengaku salah telah mengkampanyekan Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus Menteri Pertahanan Prabowo Subianto…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
herostoire · 10 months
Text
Introducing, the mr.-always-gets-it-all,
Jonathan Chandrajaya
Tumblr media
Birthdate: September 12th, 2002.
Birthplace: Jakarta, Indonesia.
Family: 1 younger sister (Aleesha Chandrajaya)
Education:
Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi, Universitas Negeri Bandung fictional — Bandung (2020-Present)
SMA Unggul Bina Bangsa fictional — Bandung (2017-2020)
Funfacts!
Jonathan Chandrajaya, akrab disapa Jo, Jojon, atau Ijuy (khusus panggilan sayang di rumah).
Waktu SMA pentolan sekolah banget, tapi gak pernah ikut-ikut ekskul ataupun organisasi sebelum kenal Giska.
Salah satu perintis Band Club di SMA-nya, sekarang jadi bassist di Hiroses.
Diem-diem dia itu pinter banget cuma kehalangan pecicilannya aja.
Orangnya ceroboh dan bodoamatan, baru keluar protektifnya kalo ke adiknya, Icha (Aleesha).
SUPER DUPER MEGA CEMBURUAN.
Manjaaaaa yang clingy abis kalo sama orang tuanya dan Giska.
Suka skinship! Omongannya dangdut!
Paling gabisa boong.
Suka ribut sama SEMUA ORANG. Pengecualian: orang tua, guru, orang yang disayang, orang asing yang ga ada salah.
0 notes
reveriescope · 10 months
Text
so, there are you, nicholas.
Tumblr media
read the previous part here
Kim Mingyu as Nicholas Wangsa. Jung Chaeyeon as Arabella Alamsyah.
Special Apperance: Choi Seungcheol as Nayaka Clinton Zhao, Joshua Hong as Agah Martana Kaunang.
Special Mention: Bae Yubin as Pingkan Radita Kaunang. Chae Hyungwon as Xavier Wang.
---
Skandal masih menjadi momok meski dunia sudah banyak bergeser. Perempuan muda seperti Arabella harus mengendalikan caranya membawa diri di hadapan khalayak, sekalipun kala menghadiri acara non-formal yang diadakan teman sepermainannya. 
Selama ini Arabella dikenal dengan kemurniannya. Jangankan bertahan di pesta hingga pagi menjelang, kepergok bergandengan tangan dengan lawan jenis saja tidak pernah. Daftarnya bersih, hingga belum pernah ada desas-desus tentang tubuhnya. 
Menghindari sumber skandal selama ini amat mudah, sebelum akhirnya Arabella bertemu Nicholas Wangsa. 
Sejak membiarkan lelaki itu mengecup bibirnya di lift Hotel Shangri-La Paris beberapa bulan lalu, Arabella merasa terbakar dorongan untuk merasakan dekapannya sekali lagi. Ilmu yang dipelajarinya selama ini mendadak sia-sia, hanya dengan tatapan Nicholas. 
Arabella diajari mengendalikan tubuhnya hingga pada titik bisa menguasai suatu permainan gairah. Prayoga, mantan bintara sekaligus pentolan Salvatore, adalah contoh konkret Arabella Alamsyah mampu menerapkan apa yang dipelajari dari mentor-mentornya kala itu.
Jika bukan karena keintiman mereka malam itu, kebenaran soal riwayat Prayoga menjadi agen ganda tidak akan terungkap. Meski menjadi penghujung dari hubungan mereka, Arabella tidak pernah menyesal menyingkirkan perasaannya untuk kelangsungan keluarga dan orang-orang mereka. 
Sejak saat itu pula, Arabella menganggap keintiman tidak akan menjatuhkannya. Selama ia tidak menyerahkan diri sepenuhnya, merentangkan kaki sedikit mampu membalikkan keadaan. 
“Sayang sekali,” pikir Arabella. “Nicholas terlalu punya kuasa.”
Merentangkan kaki sedikit. Rupanya Arabella dikhianati raganya sendiri. 
Seolah tangannya bergerak menarik Nicholas ke atas ranjang bersamanya tanpa diminta. Mungkinkah kerinduan yang bicara? 
Sejak Nicholas masuk ke kamar Arabella. Sejak Rakka pamit undur diri, mereka tidak bertukar kata-kata. Tatapan keduanya terkunci pada sosok satu sama lain seiring tubuh keduanya saling mendekat. 
Kali ini bisa jadi pertemuan kedua mereka, jika peristiwa di meja makan keluarga Wangsa tadi tidak dihitung. 
Bagi Nicholas, Arabella serupa boneka porselen yang amat disayang pemiliknya sebagai hadiah hidup mereka untuk pertama dan terakhir. Takut sentuhannya akan membuat kulit gadis itu retak, Nicholas menyusurkan tangannya perlahan dari pipi ke leher Arabella. Seolah memastikan apa yang bisa dijangkau Nicholas adalah hangatnya kulit perempuan alih-alih permukaan dingin.
Perempuan itu mendongak, menyentuh pergelangan tangan Nicholas. Denyut nadi lelaki itu normal meski tubuh mereka hampir bersentuhan. Sejuta tanya di kepala sengaja Arabella sampingkan hanya dengan satu langkah ke depan. Sejurus kemudian, perempuan itu memeluk tubuh Nicholas yang dibalas dibalas rengkuh erat. 
“I saw you first,” bisik Nicholas, kepalanya tertunduk, bibirnya sekilas menyentuh milik Arabella ketika bicara. 
Napas perempuan itu tercekat seiring pelukannya kian erat. “I saw you first,” lirih suara Arabella terdengar. 
“I tasted you first,” 
Nicholas tidak membiarkan perempuan itu menjawab hingga akhirnya bibirnya membungkam Arabella yang tengah melangkah mundur. Arabella menyambut ciuman itu dalam diam, pasrah dalam dekapan sang adam. 
Mata Arabella terpejam kala membalas lumat demi lumat Nicholas. Lelaki itu menyibak luaran berbahan kasmir yang melapisi gaun viscose putih bertekstur yang memeluk setiap lekuk tubuh Arabella. Kala busana buatan tangan pengrajin Italia itu jatuh ke lantai, Nicholas mendaratkan tangan pada kulit punggung Ara yang sedikit terekspos pada bagian atasnya. 
Seketika, Arabella gemetar dan kian menekan dirinya ke arah Nicholas yang juga mendesaknya mundur. Bibir Nicholas kian menuntut, mengundang Arabella agar berikan lebih banyak yang kemudian diindahkan dengan patuh. 
Bukan hanya sedikit, tubuh Nicholas terlalu besar jika harus berada di antara selangkangannya. Untuk beberapa saat, pergerakan mereka terhenti. Sedikit saja Nicholas bergeser, maka tubuh mereka di balik lapisan pakaian itu bergesekan, menyebabkan Arabella tersengat gairah. 
Perempuan itu melingkarkan lengan pada tubuh Nicholas yang ada di atasnya. Ranjang di bawah punggungnya menyadarkan bahwa situasi ini akan terlampau berbahaya jika Arabella semakin terbawa suasana. 
Ketika tatapan mereka akhirnya bersirobok, desah tertahan terdengar. Meski masih berpakaian, namun pinggul keduanya saling singgung menciptakan kenikmatan. 
“Rose Nera,” gumam Nicholas sembari menyapukan punggung telunjuk pada garis pipi Arabella. “Dari semua tempat… kenapa kamar tidurmu?”
Alih-alih memberikan jawaban yang sesungguhnya, Arabella mengatakan, “Di bengkel lukis kamu nggak bisa tindih aku kayak gini.”
Tawa kemudian terdengar, sebelum diikuti decap keras Nicholas ketika melumat habis bibir Arabella. Meski berlangsung sejenak, Arabella nyaris kehabisan napas, dadanya berkecamuk tanpa mampu dikendalikan. Apalagi benda yang menempel dengan denyut kewanitaannya kian mengeras setiap kali Arabella beri sentuhan atau sekadar mendesah pelan. 
“Di sini bebas pengawasan, kita harus bicara tanpa harus didengar orang lain,” jawab Arabella sambil memejamkan mata. 
Nicholas berusaha mencerna segala situasi mereka sambil menekan ereksinya pada selangkangan Arabella. Titik itu panas, namun mengundang erangan dan desahan Arabella acap kali Nicholas mendorong dirinya ke depan. Respons Arabella juga tidak lantas diam, melainkan menggesekkan pinggul mungilnya ke arah Nicholas. 
“Semua pertanyaanmu bisa nunggu. Kita harus selesaikan ini dulu.”
Nicholas mengangkat punggungnya sejenak sambil memaku tatapan pada perempuan yang rebah dengan gurat cemas di wajah. Dengan satu tarikan, Nicholas melepas dasi dari kerahnya. Menit berikutnya, lelaki itu menanggalkan semua kancingnya dan memperlihatkan dadanya yang kecoklatan. 
Terpana, Arabella mengangkat sebelah tangannya sebelum menyentuh dada Nicholas. Ujung jari-jarinya ditarik turun, kemudian telapak tangannya mengusap permukaan kulit lelaki di atasnya yang kini kian menghimpit Arabella. 
“Angh…” keluh perempuan itu begitu ereksi Nicholas menumbuk selangkangannya lagi. 
Gaun puluhan juta keluaran Kiton itu tetap dibiarkan melekat pada tubuh Arabella. Begitu juga lapisan dalam lainnya. Akan tetapi Nicholas membatasi pergerakannya dengan membuat simpul sederhana pada pergelangan tangan Arabella. 
“Desah lagi, Rosa Nera,” titah Nicholas sambil memegangi sisi tubuh Arabella, sedikit mengangkatnya.
Menurut, perempuan itu mendesah acap kali disergap kenikmatan yang bersarang pada pusat tubuhnya. Dua tiga lapis kain tidak menghalangi nikmat yang ditimbulkan dari gerakannya dan Nicholas. Kedua tangan Arabella terkepal seiring nikmat berusaha mengambil alih dirinya. 
“More…,” pinta Arabella. Pinggulnya terdorong ke atas, berusaha menemukan setiap kesempatan dihantam ereksi Nicholas. 
Mereka memutuskan untuk tidak lagi bicara dengan kembali berciuman. Arabella dan Nicholas memiringkan wajah ke arah berlawanan, lidah mereka bertemu lantas menari bersama. Sementara Nicholas menikmati hangat selangkangan Arabella yang basah hingga menembus celana bahannya. 
Dengan keintiman yang semakin menjadi begini, Nicholas semakin mendesak Arabella ke atas ranjang dan mencium bibirnya habis-habisan. Arabella kian mengangkat kakinya, direntangkan lebar-lebar hingga lipat vaginanya ikut tergesek kain dan tekanan tubuh Nicholas. 
Nicholas mengurai ciuman mereka, mengganti bibirnya dengan ibu jari masuk ke mulut Arabella. Tanpa instruksi, Ara menghisap ibu jari Nicholas sambil mengerjapkan mata sementara bagian bawah tubuhnya digosok begitu keras hingga membuatnya nyaris gila. 
Tubuh Arabella menegang ditindih sedemikian rupa dan digagahi meski tanpa harus melakukan kontak kulit secara langsung. Gerah, Arabella ingin melucuti pakaiannya sendiri sementara izin tidak didapat dan dirinya justru semakin mendamba.
“Nicholas…”
Rintih Arabella yang setengah sadar disambut gerakan lebih intens Nicholas. Didekapnya tubuh perempuan itu hingga gelinjang datang bersama desah panjang sembari menyebut namanya terdengar, diikuti cairan yang meleleh di bawah sana; ikut membasahi selangkangan Nicholas. 
Perempuan itu gemetar di puncak gairah, ketika Nicholas tak lagi menahan diri. Dihimpit sesak sedemikian rupa, Nicholas buru-buru menurunkan resleting dan celananya, hingga penisnya bebas. 
Tangan Arabella dibebaskan sebelum dituntun untuk menggenggam benda milik Nicholas. Perempuan itu terlalu dikuasai gairah untuk terkejut, justru memompanya gerak lambat namun penuh tekanan. Nicholas menyibak rok Arabella, menampilkan paha telanjangnya dan selangkangannya yang basah. 
Melihat perempuan itu berantakan, hasrat Nicholas kian membara hingga akhirnya cairannya menyembur; mengenai pakaian, paha, selangkangan dan utamanya tangan Arabella sendiri. 
“And, you taste me first.” Nicholas mengarahkan tangan Arabella yang berlumuran mani ke mulutnya. 
Meski ragu, Arabella menjulurkan lidah untuk membersihkan jarinya sambil melihat ke arah Nicholas dan menggenggam pergelangan tangan lelaki itu. “And you shall clean me first.”
“Which one, Tsarina?” 
“My pussy, Sir.” Tak percaya apa yang dikatakannya, Arabella menelan ludahnya sendiri. 
Oh, tidak malam ini akan jadi panjang, batin Arabella semakin berkecamuk meski pada akhirnya ia menyibak celana dalamnya yang bernoda mani dan cairannya sendiri ke samping, agar Nicholas bisa melihat dengan jelas miliknya; merah muda dan merona.
Nicholas selesai dengan dirinya. Kini yang bisa Arabella lakukan hanyalah rebah, sementara kakinya yang gemetar enggan merapat. 
Entah apa yang membuatnya demikian, Ara menyukai sensasi ketika sorot mata Nicholas menyisir tubuhnya baik dengan atau tanpa busana. Jujur saja, yang terakhir ingin sekali Ara wujudkan secepatnya. Sekalipun kini celana dalamnya koyak dan gaunnya tersingkap, kala tubuhnya dipandangi Nicholas, perempuan itu merasa menang. 
“Nicholas, mau bocoran?” tanya Arabella tiba-tiba, menghentikan Nicho yang mulai merapikan pakaiannya. Perempuan itu menahan tangan Nicholas.
Lelaki itu duduk di tepi ranjang, sebelum akhirnya bergeser dekat dengan kaki Arabella. Nicholas urung mengancingkan kemejanya. 
Arabella mengangkat punggung, kemudian beringsut mendekat ke arah Nicholas. Penampilannya sudah ada pada nomor kesekian. Yang penting, lelaki itu bisa melihat bagian bawah tubuh Arabella yang dimiliki Nicho beberapa saat tadi. 
“Kakakmu mau bayar perawanku mahal. Kukira kalian sekeluarga cuma mau mengincar aset Alamsyah. Siapa yang mengira dia tertarik sama badanku,” gumam Arabella sebelum menempelkan pipi pada bahu Nicholas. 
“Kakakku… tau dari mana?” Nicholas mengernyitkan dahi. 
"Melihat caramu diperlakukan tadi. Kalian nggak mungkin baik-baik aja," ujar Arabella sementara dua jarinya berjalan-jalan di lengan Nicholas. "Apa mungkin kamu sengaja ke Paris waktu itu agar dia kesal? Gimana bisa kamu manfaatin aku begitu?"
Lelaki itu mendengus lalu berbalik hingga benar-benar menghadap Arabella. "Aku cuma mau lihat calon istri kakakku. Toh, di keluarga kami saling lirik calon ipar udah macam tradisi. Kenapa aku nggak boleh?" 
Dahi Arabella berkerut sejenak, bertanya-tanya maksud dari informasi barusan, "Lalu, dapat apa?"
"Siapa sangka calon iparku ini lebih cantik daripada foto-fotonya? Lebih cerdas dari yang kukira. Sama… lebih ramah?" 
Tanpa pikir panjang, ia naik ke atas pangkuan Nicholas sembari mendengarkan lelaki itu bicara. Sementara yang pangkuannya kini dikuasai perempuan penuh rasa ingin tahu itu akhirnya meletakkan tangan di kedua sisi pinggang Arabella. 
"Ramah?" 
"Ini baru pertemuan kedua, siapa sangka aku sudah dibawa ke kamarmu? Let's be real, Rosa Nera. Cewek The S nggak akan buka selangkangan mereka tanpa ada motif apa-apa. Aku tahu kamu butuh segala penjelasan kenapa aku mengincarmu. Tapi kamar sendiri?" 
Arabella tersenyum, "Karena kupikir kamu akan segera jadi keluarga. Karena 50 persen tujuanku kontak fisik sama kamu, memang karena aku butuh kepuasan dan penasaran. Aku…" 
Menyadari akan membuka banyak kartu, perempuan itu menggigit bibir. Sejak Arabella memberikan jawaban, tatapan Nicholas melembut. 
"Kamu…?" Nicholas bertanya sambil membelai pinggang Arabella.
"Aku nggak bisa lupa ciuman kita di lift Shangri-La. Nicholas, kita sama-sama bisa membedakan mana keintiman natural dan yang sengaja diciptakan. Do you think about your mission when you hump me or kiss my pussy?" 
Ucapan Arabella ada benarnya. Nicholas menyadari ketertarikan mereka lebih dari sekadar tujuan di baliknya. Bukankah ini yang diinginkan? Namun mengapa Nicholas sedikit marah dengan fakta ini? 
Segala yang dipikirkan Nicholas hanyalah pemujaan, hanyut dalam permainan mereka dan seketika lupa pada apa yang diinginkan Clinton. Mengapa Nicholas tidak boleh hanya menikmati tubuh perempuan itu dengan jujur? Mengapa harus ada sebab dan akibat dari semua lakunya, terutama yang terpusat pada Arabella?
"Sekarang kamu nggak bisa lupa rasanya to be sucked to your death, no?" 
Rona merah kembali menjalar di pipi Arabella begitu Nicholas mengulang desahannya ketika dirajai. Alih-alih menjawab, Arabella menggelengkan kepala. 
"Berhubung kamu udah tau jalan rahasia ke sini, feel free to come whenever you thirsty." 
Nicholas seketika tertawa, Arabella tahu cara membalasnya. Sekali lagi, lelaki itu bergerak untuk mengungkung sang puan di atas ranjang. 
"Tapi kamu sadar suatu hari mungkin bukan cuma bibirku? Suatu hari, aku akan… tidurin kamu?"
Setelah menggigit bibirnya sekilas, Arabella mengangguk, "Nggak perlu sesopan itu, Nicholas. I know you like your girl wild. Ya, aku sadar mungkin suatu hari kita berakhir ngewe."
"Such a strong words from this pretty lips of yours," komentar Nicholas. "Kalau aku nggak menahan diri, mungkin aku udah gagahi kamu luar dalam bahkan sekarang."
Nicholas menekan lututnya pada selangkangan Arabella. Perempuan itu mengerang begitu lirih, "Bukannya ini kamu lagi gagahin aku?"
"Yah, kamu suka digagahi ternyata,” komentar Nicholas. “Arabella Alamsyah, semua orang mengira kamu polos."
"Tapi aku nggak pernah ngaku-ngaku polos, Nicholas Wangsa. Itu ekspektasi mereka, termasuk kamu."
"Ekspektasiku ke kamu lain, memang aku nggak berharap liat kamu yang polos. Tapi kamu, seorang pewaris Salvatore, masih bisa menikmati tanpa harus jadi robot seks. Jujur, kamu pasti menikmati semua ini."
Sementara mendengar ucapan Nicholas, Arabella tidak bisa berkata-kata tatkala lelaki itu sudah membuatnya berubah telanjang bulat dengan lutut lelaki itu bergesekan dengan vaginanya. 
"Can I stay over?"
"If only you kiss me more." 
“Gadis nakal.”
Sebelum aktivitas berlanjut, Arabella yang teringat suatu hal bertanya, “Ngomong-ngomong, kamu tahu apa hubungan Julius sama Pingkan? Waktu itu dia tiba-tiba nanya. Aku juga lupa nanya ini ke Pingkan.”
Sejujurnya, Nicholas enggan meninggalkan kamar Arabella meski pagi menjelang. Meski terbangun sebelum fajar merekah, lelaki itu sama sekali tidak menyesal. Si bungsu Wangsa itu bisa menyaksikan transisi cantiknya Arabella dibuai cahaya lampu hingga diterpa sinar mentari pagi. Dinding kamar dengan banyak bukaan membuat cahaya matahari dengan mudah masuk ke dalam kamar.
Begitu Arabella bangun dari tidurnya, Nicholas berpamitan sebelum ada yang mengetuk pintu kamar gadisnya. Perempuan itu sempat menahannya dengan ciuman dan tawaran mandi bersama, terpaksa Nicholas menolaknya karena punya sesuatu untuk dikerjakan. Saat Nicholas hendak pergi dari kamar Arabella, ia sempat tertarik untuk bertahan lebih lama lantaran selimut perempuan itu melorot dan memperlihatkan lebih dari seharusnya. . 
Selebihnya hari itu dihabiskan Nicholas dengan bayang-bayang kejadian semalam. Termasuk tentang pembahasan mengenai Pingkan, teman Arabella sekaligus seseorang yang juga Nicholas kenal. Alhasil, lelaki itu bergegas ke lounge pribadi Clinton di Tranquiloft untuk mendiskusikan masalah ini. 
“Aman nggak gue bilang kalau Pingkan mulai sekarang juga harus lebih ekstra diawasi?” Nicholas bertanya kepada Clinton dan Agah yang sedang menikmati sore mereka. 
“Setuju, tapi anaknya dikasih penjelasan dulu kenapa sampai harus begitu,” jawab Agah. “Biar nanti gue yang bilang.”
Clinton melihat ke arah temannya sejenak sebelum berkata, “Nanti gue coba korek sesuatu dari Cece atau dari pertemuan keluarga. Karena bokap absen, gue yang akan sering ke tempat Wangsa buat urus pernikahan kakak gue.”
Mendengar usulan itu, Agah yang masih tercenung mengangguk sambil menggumamkan terima kasih. Hanya Pingkan anggota keluarga yang tersisa bagi Agah, sehingga segala kekhawatirannya dimaklumi. 
Sementara lounge berubah hening dan manusia-manusia di dalamnya sibuk dengan pikiran sendiri, ponsel Nicholas bergetar. Sebuah pesan masuk dari nomor tidak dikenal sukses membuatnya mengerutkan dahi, turut mengundang rasa penasaran Clinton dan Agah.
Yang berikutnya sama sekali tidak terduga, “Xavier hubungin gue, dia minta ketemu. Setelah semalem yang keluarga itu lakuin ke gue?”
( to be continued )
0 notes
hbelric · 11 months
Text
Pengelompokkan hubungan antar manusia.
(1) Daftar Panic!
Semua orang dalam kisah romansa masa laluku berada didaftar ini. Alasannya sederhana. Panic! At The Disco memiliki formasi awal 4 orang dan para orang didaftar ini menggambarkan Mr. Brandon Urie sebagai pentolan utama band secara berkala. Sementara saya hanyalah Mr. Spencer Smith, sang drummer yang setelah album ketiga memilih berhenti dikarenakan terapi kecanduannya.
Orang dalam list ini merupakan protagonis hingga ia sendiri memutuskan berhenti untuk fokus pada keluarganya.
Sementara saya sedang berusaha keluar dari ketergantungan dan suatu 'pelarian' bukan pilihan untuk kesembuhan.
Dan merupakan sebuah alarm kecil bagi saya secara pribadi menyikapi kesadaran diri dimana teman seusia saya atau bahkan lebih muda sudah berkeluarga. Menikah memang bukan suatu adu dulu-duluan, tapi kadang kesadaran begitu kurang pandai menampakkan diri diantara arus masa muda kehidupan.
0 notes
mariahome · 1 year
Text
Desain Rumah Pertanian Prancis Kuno
Tumblr media
Sebuah rumah pertanian berusia 250 tahun yang terlantar di pedesaan Prancis adalah proyek pemecah masalah bagi pasangan yang menemukan kegembiraan dalam memulihkan ruang yang ditinggalkan. Mereka membutuhkan waktu 16 tahun untuk mengubah properti itu menjadi rumah.
Ciri Khas Gaya Dekorasi Pedesaan Prancis
Warna pucat dan bahan alami adalah ciri khas gaya dekorasi pedesaan Prancis. Meja pertanian Prancis dari kayu antik menghadirkan formalitas santai ke ruang makan. Lustres dan lampu gantung bergaya Country French mencerminkan gaya hidup yang tidak terlalu rewel. Belanja harta karun perabot Prancis online yang selalu berubah di Chez Pluie.
Cahaya Provence telah memikat para seniman ke Saint-Remy-de-Provence dan Arles selama berabad-abad. Lukisan pelukis lokal kontemporer Karibou menangkap lanskap puitis ini dengan baik (gambar di atas). Penampilan usang kursi klub kulit, blok tukang daging, keramik pengrajin, dan furnitur antik seperti lemari dirayakan dalam estetika rumah pertanian Prancis.
Tumblr media
Cezanne terinspirasi oleh pedesaan terpencil Provence untuk bereksperimen dengan menyandingkan bidang warna yang besar dengan cara baru dan garis serta kelegaan yang berlebihan. Studio-cum-museum di ateliernya terasa seperti bingkai beku dari kejeniusan pria itu. Pelukis hebat lainnya, seperti Monet dan Henri Matisse, menemukan inspirasi di bentang laut Provence yang bermandikan sinar matahari. Vincent van Gogh terkenal mencoba mengatasi temperamennya yang suram dengan pindah ke Arles pada tahun 1888. Karya seninya mencerminkan perjuangannya, dan kehidupannya yang tersiksa dirayakan di Espace Van Gogh dan Fondation Van Gogh.
Tips Mendapatkan Rumah Prancis
Rumah baru Gwyneth Paltrow, yang terletak di Montecito, California adalah mimpi yang menjadi kenyataan bagi sang bintang. Pendiri Goop tinggal di sana bersama suaminya, produser TV Brad Falchuk dan dua anak mereka, Apple, 17 dan Moses, 16, dari pernikahan sebelumnya dengan pentolan Coldplay Chris Martin.
Dia bekerja sama dengan para desainer yang melengkapi apartemennya di NYC Tribeca dan toko pop-up Goop pertama, termasuk Robin Standefer dan Stephen Alesch dari Roman dan Williams untuk membuat rumah yang berpusat di sekitar "ruang yang sangat tepat dan bijaksana".
Tumblr media
Serambi masuk yang memukau menampilkan lantai ubin, perapian abad ke-18, dan tanaman hijau berseni yang menciptakan pintu masuk yang ramah dan terinspirasi dari Prancis. Di dalam ruang makan formal, wallpaper pemandangan MJ Atelier yang cantik dipasangkan dengan kursi hitam kontemporer dan meja putih panjang.
Desain Rumah Pedesaan Prancis Terpopuler
Salah satu ciri utama gaya Country French adalah rasa eklektisisme dan keanggunan yang tidak mencolok. Ini tercermin dalam cara furnitur dan aksesori seperti toilet / sekretaris antik ini digunakan di rumah pedesaan Prancis.
Commode ini dibuat dari kenari tua yang kaya dan mengungkapkan warna hangat yang indah dengan patina yang indah. Ini memiliki fasad laci Louis XVI klasik dengan desain yang disesuaikan dan detail cetakan yang berani, beraksen dengan tarikan cincin perunggu dan escutcheons.
Tumblr media
Trik saat membeli toilet antik, cari tanda dan tanda tangan pembuatnya, yang akan memberi tahu Anda seberapa baik pembuatannya. Juga, periksa kualitas kayu untuk tanda-tanda kompresi dan jika ada retakan atau retakan, yang menunjukkan bahwa itu adalah kayu asli daripada papan kompres yang diproduksi secara modern. Sebagai rekomendeasi situs penjualan properti terbaik anda bisa cek di idrumah.com.
1 note · View note
mediaban · 1 year
Link
Savaz Band mampu menggebrak panggung hiburan yang digelar dalam rangka Hari Ulang Tahun Ke-72 Sekolah Angkatan Darat di Bandung.
0 notes
arecatechu · 1 year
Text
Profil dan Kekayaan Chris Martin, Pentolan Band Coldplay yang Mau Konser di RI
Tumblr media
0 notes