Tumgik
tulisanteduh · 4 months
Text
Awal tahun kita mau merekap nasehat n rencana kerja utk diri sendiri,bbrp hal yg sering kita langgar hrs lbh baik lagi thn ini 💪
1. Jika menerima SS dosa org lain, segera hapus, agar setan tdk meniup niup hati kita utk melanjutkan kirim ke org lain lagi kyk multi level marketing. Jgn lupa resleting jg mulut ini.
2. Jika ada postingan ghibah, yg tdk diposting oleh asatidz yg berkompeten, sgeralah melipir, agar tak terpancing mengomentari yg bukan hak kita.Jika yg posting asatidz yg adil demi menyelamatkan ummat, ambillah pelajaran utk waspada, bukan ikut berkomentar yg pahit2, ingat aib sendiri saja.
3. Hitunglah aib2 sendiri sblm ikut berkomentar menghujat. Selalulah meminta ampun setiap hari setiap saat ktk melihat ada aib tersebar, krn jika seandainya diri ini tak pny aib, mk komentar n kesombongan diri kdg menjadi penyebab diujinya diri ini dgn hal serupa, aplg kl dirimu penuh aib🥺
4. Jika melht postingan kesuksesan, kesenangan lalu ada nafas berat,obatilah segera dg kalimat "hai diri, kau sedang hasad, segeralah perbaiki".ingatlah nikmat n ujian tiap org tdk serupa.
5. Jangan fokus pd hidup/nikmat org lain, krn itu bukan kisah hidup yg Allah tulis buatmu.Fokus pd nikmatmu, niscaya kau dapati hal itu tdk dimiliki oleh orang lain. Kalau sdh ditemukan, segeralah sibuk syukuri hal tsb.
6. Ilmu kita aplikasikan dlm muamalah, bukan hanya koleksi dalil di folder khusus pd laptopmu n di rak bukumu.
8.Keluargamu adlh nikmat n jg ujian n itu Allah tulis menjd milikmu yg plg berharga, jgn berbagi ttg mrk dg org yg tak dikenal.
1 note · View note
tulisanteduh · 5 months
Text
Dari Jābir bin ‘Abdullāh raḍiyallāhu ‘anhumā, bahwa Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam menggabungkan (menghimpun) dua orang yang gugur pada perang Uhud dalam satu kain, kemudian beliau bersabda, “Manakah di antara keduanya yang paling banyak hafalan Al-Qur’annya?” Ketika ditunjuk salah satu dari keduanya, beliau mendahulukannya ketika memasukkan ke dalam lahad
TAKHRIJ HADIS:
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam al-Bukhārī dalam kitabnya, al-Ṣaḥīḥ, kitab al-Magāzī, bab “Kaum Muslimin yang Terbunuh pada Perang Uhud”, no. 4079
Faedah dan pelajaran hadist :
-Keutamaan Al Qur'anul Karim,
Menjadi sebab Nabi ﷺ memprioritaskan seseorang, bukan karena harta, tampan, cantik, kejeniusan, tapi disebabkan Alquran.
Dampaknya akan terasa pada saat hidup, pada saat wafat, pada saat nanti di alam barzah, dan nanti pada saat hari kiamat
-Motivasi untuk kita mempelajari Alquran, untuk menghafal Alquran, berinteraksi dengan Alquran, hidup dg Alquran, memperlajari makna ayat2 Alquran, menjadi menu rutin keseharian kita, menjadi aktivitas yang tidak bisa dipisahkan dengan keseharian kita. Kenapa? Karena Rasulullah memprioritaskan. Manusia terbaik memprioritaskan. Tidakkah cukup bagi kita untuk termotivasi punya hidup bersama Al Qur'an?
-Kita diminta untuk memuliakan penghafal Alquran, memuliakan ahli ilmu, ahlul Qur'an bahkan kita diminta memuliakan mereka setelah mereka wafat. Jadi bukan hanya saat hidup. Menjadi salah satu pembuktian keikhlasan, bahwa ketika dia meninggal kita tetap memuliakannya. Siapa yang memuliakan maka akan dimuliakan oleh Allah
-Muslim itu dididik untuk setia, dan kesetiaannya sampai orang itu wafat. Bukan fanatik. Setia itu tetap amal Maruf nahi Munkar, Khususnya kepada ahli ilmu, guru, ahlul Qur'an.
Semoga Allah memudahkan kita🤲
Catatan Fifi di kajian riyadush Shalihin disampaikan oleh Ustadz Nuzul Dzikri hafidzahullah
1 note · View note
tulisanteduh · 7 months
Text
Ujian pada proses ta'aruf.
Setiap orang punya ujiannya sebelum ia berlabuh pada sebuah pernikahan. Setiap orang memiliki perjuangan lika liku dalam proses ta'arufnya.
1. Ada yang gagal menikah karena si calon anak yatim piatu. Padahal diawal proses sudah dipertegas bahwa sudah tidak memiliki ayah dan ibu.
2. Ada yang tidak lanjut proses ta'aruf karena fisik akhwatnya kurang dari standard yang diinginkan si ikhwan.
3. Ada yang sudah 80% persiapan menuju hari pernikahan namun gagal menikah karena pihak ikhwan dan keluarganya ingin si akhwat bercadar.
4. Ada yang sudah bercadar namun tidak lanjut proses karena si akhwat tidak cantik seperti yang terlihat ketika bercadar.
5. Ada yang semua sepakat, si akhwat berjilbab syar'i bahkan bercadar, namun batal untuk menikah karena acara pernikahannya tidak syar'i, tidak dipisah antara tamu laki-laki dan perempuan, dan masih ada musiknya. Padahal undangan sudah tersebar, catering, gedung, dan dekor sudah siap 100%.
6. Ada yang tiba-tiba menghilang, padahal keluarga si akhwat sudah bergayung sambit menerima si ikhwan bagaimanapun keadaanya.
7. Ada yang tidak melanjutkan proses ketika si ikhwan mengajukan untuk berpoligami nantinya dan keluarga akhwatnya menolak untuk itu.
Syawal harusnya menjadi sebuah kisah manis. Namun takdir Allaah belum demikian untuknya. Ia menangis dalam sebuah telpon. Katanya, ia tidak bisa menikah dibulan syawal ini. Karena pihak ikhwannya membatalkan secara sepihak. Padahal dari awal dikatakan olehnya bahwa keluarganya masih awam jauh dari kata Sunnah. Butuh waktu untuk bisa diterima, bisa memakai hijab syar'i adalah anugerah untuknya ditengah-tengah ia berjuang mendakwahkan Sunnah kepada keluarganya.
"saya pikir dengan proses ini, anak Bapak akan bercadar. Namun selama proses, tidak ada itikad untuk mengarah kesana. Saya tidak bisa melanjutkan proses ini Jika anak Bapak tidak bercadar dan walimahan nanti tidak dipisah."
"Bapak Ibu marah besar, Nis. Katanya, jadi seperti ini laki-laki yang katamu paham agama itu. Memutuskan sepihak tanpa berlemah lembut kepada Bapak Ibumu. Ini sungguh membuat Bapak Ibu malu." Ku dengar ia tersisak menangis dalam teleponnya.
Allahuul musta'an.
Dulu sempat terbersit, apakah ada yang seperti itu. Persiapan sudah 100% rampung, gagal dalam sekejap. Rupanya itu terjadi, aku bahkan masih ingat isak tangisnya. Kini Dua tahun telah berlalu, syawal yang dulu pernah membuatnya takut untuk menikah. Kini ia telah menemukan seseorang yang Insya Allaah, Allaah ganti dengan kualitas yang jauh lebih baik.
"Buah dari tauhid dan akidah yang benar adalah akhlak yang baik." (Ust Muhammad Nuzul Dzikry, Lc hafizhahullah)
"Benar katamu, nis. Sesuatu yang hari ini kita tangisi, kelak adalah sesuatu yang akan sangat kita syukuri nantinya. Aku dulu begitu terpukul dan menangis. Mencurahkan semuanya kepada Allaah, lalu kini sesuatu yang kutangisi sangat aku syukuri sebab tidak jadi menikah dengannya. kamu tahu, nis. Sekarang Bapak Ibu sudah sering ikut kajian Sunnah. Suami sering mendengarkan kajian offline para asatidz dirumah melalui channel youTube. Dakwah memang butuh waktu ya, nis. Dengan sabar dan terus meminta pertolongan kepada Allaah agar diberikan kelembutan hati dan hidayah. Sebab sebagus apapun retrorika dakwah kita, pada akhirnya hanya Allaah yang memberikan hidayah itu sampai pada yang telah Allaah kehendaki. Masya Allaah, pada akhirnya jangan menikahi laki-laki (ikhwan) penuntut seperti itu. Yang menuntut kesempurnaan ini dan itu ada pada diri kita yang tidak sempurna. Apalagi dengan cara yang tidak berlemah lembut." Ujarnya kepadaku.
*dua tahun telah berlalu sejak kejadian itu. Luka yang dulu ia kubur dalam-dalam, kini mulai sembuh atas izin Allaah. Dan kini, ia memintaku menuliskan kisahnya dalam sebuah tulisan. Katanya, barangkali bisa menjadi pertimbangan untuk para wanita sebelum memutuskan untuk menikah. Dan barangkali sebagai ibroh bahwa jalan menuju pernikahan itu gak semuanya mulus, ada juga yang harus berkelok untuk sampai kesana.
Iya, benar. Setiap orang memiliki perjuangannya yang berbeda-beda dalam menujunya. Jadi teringat waktu proses ta'aruf dulu yang berkali-kali mengalami kegagalan, salah satunya ibu memintaku tetap bekerja sekalipun aku telah menikah. Beberapa ikhwan saat itu tidak bisa menerima hal itu. Aku memahami akan hal itu, namun akhirnya atas izin Allaah ada seseorang yang menerima akan hal itu. Dan perlahan-lahan ibu menerima pada akhirnya pilihanku untuk tidak bekerja, adalah pilihan yang ku pilih dengan kesabaran penuh tanpa menyakiti hati Ibu. Bahkan setahun pernikahan, akupun masih belum sepenuhnya bercadar. Sebab, ibu belum bisa menerima. Alhamdulillaah, sekali lagi atas izin Allaah kini ibu telah menerima ya dengan penuh keridhoan.
Bila calonmu istrimu belum mengenakan cadar karena halangan keluarganya, maka tunjukkan akhlak dan adabmu. Bukankah buah dari tauhid dan akidah yang benar adalah akhlak yang baik? Maka tunjukkan selama pernikahan engkau mampu memberinya bahagia, medidiknya dengan baik, mencukupi segala kebutuhan ya dengan penuh tanggung jawab. Pasti kelak hati orangtuanya akan tertegun, sebab seorang yang shalih begitu menenangkan.
Bila keluarga calonmu belum melaksankan pernikahan syari , jangan langsung dihakimi dan diputuskan secara sepihak. Tak mengapa bila pernikahan tak sesuai syariat. Maka tugas kita adalah memastikan bahwa setelah menikah kelak keturunan kita bisa lebih baik dari keadaan kita. Sebab tak semua keluarga menerima dan memahami dengan berlapang dada.
Sesungguhnya inilah jalan dakwahmu, berlapang dada ketika diuji dengan kondisi yang tidak kau inginkan. Siapa tahu Allaah izinkan orangtua kita menjadi lebih baik sebab upaya kesabaranmu.
Dakwah memang tidak selalu mudah. Tetapi bukan berarti kita paksakan sehingga tak melihat mudharat yang lebih besar, bukan?
Dan untuk yang sedang menunggu, Dan menuju jalan pernikahan. Sesungguhnya pernikahan ialah ibadah terpanjang yang akan kau jalani. Maka pilihlah ia yang memiliki akhlak dan adab yang baik kepada kedua orangtua bagaimanapun mereka. Seseorang yang baik akan kau temukan hatinya yang mau bersabar dan terus belajar bertumbuh bersama.
Jangan tertipu pada penampilan semata ya, ingatlah bahwa pernikahan tidak hanya menyatukan dua insan saja. Melainkan juga menyatukan dua keluarga. Menyatukan perdaban yang lebih besar lagi. Bahagiamu adalah bahagia orangtuamu juga. Demikianlah nasihat yang seringkali kita dengar. Maka teruslah meminta pertolongan Allaah, tanpa henti, tanpa tapi.
Menyempurnakannya kembali || 19.53
166 notes · View notes
tulisanteduh · 7 months
Text
Kita memang bisa bahagia
memilih pasangan karena wajah.
Kita memang bisa bahagia
memilih pasangan karena hartanya.
Kita memang bisa bahagia
jika memiliki pasangan karena nasabnya.
Akan tetapi, kebahagiaan yang didapatkan
tidak akan abadi, karena kita memang menyandarkan
cinta kepada hal yang sementara.
Jadi, aku lebih memilih untuk mencintai karena agama,
sebab agamalah yang akan kubawa
hingga ke hadapan Allah ﷻ.
58 notes · View notes
tulisanteduh · 8 months
Text
Bila ada pria berakhlak mulia, serius menyukaimu, sabar, dan baik agamanya datang melamarmu ... Pertimbangkan dgn baik meski misalnya kamu blm suka2 banget. Meski misalnya dia belum sukses2 banget. Meski misalnya ada seseorang diluar sana yang lebih kamu suka, lebih mapan, lebih rupawan, lebih kamu harapkan tapi tak kunjung memberi kepastian.
Menikahlah karena Allah, bayangkan dan tanyalah hati apakah bersama orang itu Allah akan ridho? Apakah bersamanya kita akan lebih dekat kepada Allah, pikirkan Allah dulu, barulah hatimu , sebab Bila Menikah bukan krn Allah, kita tidak akan siap dengan duka nya. ( Jgn heran klo pd perjalannnya kita jd sering sedih, stres, kecewa, sakit hati, dan marah)
Pdhl sunatullah Hidup pst ada suka dan duka... Ga mungkin suka trs...
Percayalah setelah menikah ... Cinta karena rupa itu bukan yang utama.Kamu akan berubah mencintai seseorang karena hatinya ... Maka temukanlah seseorang yang saleh bila marah dia takkan menhinakanmu, bila cinta dia akan sangat memuliakanmu. Bila berikrar dia bertanggung jawab, bila berucap amat menenangkan...
Percayalah pernikahan yang diawali dgn niat mencari barokah. Lebih mudah meraih sakinnah, mawaddah, warahmah, sehingga perihal dunia dan kesuksesan tinggal menunggu waktu... Betapa mudah, dan indah bila bisa meraihnya bersama... Lapangnya, halalnya Allah Ridho.
Sedangkan pernikahaan yang diawali karena dunia, rupa, harta dan sebagainya... Akan penuh rasa kecewa. Dunia itu fana, jasad itu akan rusak, harta itu akan habis. Hanya baraqah yang mampu mendatangkan cinta dan kebaikan yang terus bertambah2.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
194 notes · View notes
tulisanteduh · 9 months
Text
Teruntuk kedua orang tuaku tersayang
Tinta pena dan Jariku menari-nari diatas papan ketik untuk menuliskan banyak hal tentang kalian. Meskipun kalian tidak akan pernah membaca isi tulisan ini yang dengan tulus ku utarakan. Aku hanya ingin memberi tahu dunia bahwa sosok kalian patut untuk aku banggakan. Meskipun tentang kalian tidak pernah cukup hanya dengan untaian bait-bait "KATA".
Tentang bocah kecilmu dulu, yang sekarang telah tumbuh menjadi dewasa. Bagaimana dia yang dulu selalu membuat mu marah, kecewa, bahkan kerap melukai perasaan kalian tanpa sengaja. Dia yang selalu bersikap manja dan semua keinginannya harus terpenuhi sekarang juga waktu lalu. Tapi karena ketulusan cintamu, tidaklah pernah ada ujaran kebencian untuknya. Dengan penuh kelembutan dan kesabaran kalian selalu memanfaatkan setiap kesalahannya.
Bapak, Ibu..,terimakasih untuk cinta yang begitu besar padaku melebihi kecintaan kalian terhadap diri sendiri. Terimakasih untuk segala kepayahan yang kalian lakukan demi buah hatimu bahagia layaknya teman seumurannya. Aku tidak mungkin bisa membalas pengorbanan kalian, dan memang tidak akan pernah bisa untuk ku membalasnya. Aku mohon, tetaplah menjadi orang tua untukku sampai kapanpun itu. Karena menjadi bagian dari hidup kalian adalah anugrah terindah dalam hidupku.
Andai bisa ku mengulang waktu, aku ingin kembali menjadi bocah kecilmu. Menjadi dewasa tidaklah seindah yang ku bayangkan rupanya. Dunia terkadang dengan hebatnya mempercundangi ku. Sampai-sampai aku menangis menahan rasa sakit itu.
Apa kalian tau, bahwa aku kerap kali memperhatikan kalian saat tidur, yang terlihat lelap dan begitu tenang. Terlihat garis kerutan yang menandakan usiamu telah menginjak masa tua. Aku juga mengamati saat nafas kalian kembang kempis naik turun mengikuti irama, hanya untuk memastikan kalain masih bernyawa.
Sebegitu takut aku kehilangan kalian dalam hidupku. Dan maaf, aku belum bisa membahagiakan kalian apalagi membanggakan.Tidak ada hadiah yang begitu istimewa yang ku berikan untuk kalian, kecuali bait-bait doa indah yang senantiasa kupanjatkan pada-Nya. Dan nama kalian yang selalu kumuliakan.
Aku Menyayangi... ❤️🫶❤️
2 Juli 2023
1 note · View note
tulisanteduh · 9 months
Text
untuk calon suamiku...
Mas, sebelum kamu menjatuhkan pilihanmu padaku. Sebaiknya kamu pertimbangkan terlebih dahulu ya. Sebab, menikah bukan persoalan sehari dua hari, setahun dua tahun, atau sehidup semati. Menikah adalah personal dunia dan akhirat.
Mas, aku hanya perempuan sederhana dari keluarga yang tidak terlalu faham soal agama. Mas, aku juga bukan perempuan shalihah seperti kebanyakan perempuan diluar sana. Jangankan hafal Al-Qur'an, bisa membacanya dengan mahkraj baik saja sudah Alhamdulillah.
Mas, kamu akan banyak mendapati kekurangan dalam diriku nantinya. Kekurangan itu juga yang akan menemani dirimu sepanjang usia. Kekurangan yang diharapkan bisa kamu terima, dan kamu berkenan untuk saling melengkapi bersamanya.
Mas, menjadi perempaun shalihah adalah keinginan setiap perempuan. Menjadi bagian dari barisan para ibu hebat, juga keinginan setiap perempuan.
Mas, jika kamu berkenan atas segala kekurangan yang ada dalam diriku. Apakah engkau berkenan untuk mendampingiku?
Mas, aku adalah anak terakhir dalam keluarga. Aku belajar agama semampuku, berbekal nekat dan tekad untuk bisa terus hadir dalam majelis ilmu. Orang tuaku, bukan dari kalangan ahli ilmu. Aku diberi kebebasan untuk mendapatkan ilmu dari mana saja.
Mas, jika sekiranya nanti aku ada keliru. Tegur dan ingatkan aku dengan cara terbaikmu, ya. Sungguh, aku ini adalah bengkok. Aku yang tidak terbiasa dengan bentakan cacian dan perlakuan kasar lainnya. Orang lain bisa saja melakukannnya untukku. Namun, jika perlakuan kasar itu datang dari keluargaku atau bahkan dirimu nantinya. Aku tidak cukup yakin mampu untuk menahannya.
Mas, perempuan sederhana ini masih sangat terbata-bata perihal agama. Terkadang, ia akan mendiami semua orang ketika ia tak lagi mampu menyampaikan kata-kata. Mas, jika kamu kewalahan nantinya. Aku memberimu jeda untuk mengeja bagaimana aku dalam hidupmu. Namun, aku harap. Ketika pilihanmu sudah jatuh kepadaku, kamu tidak lagi punya keinginan untuk beranjak dariku.Sudahkah kamu siap untuk membangun sabuah mahligai rumah tangga denganku?
0 notes
tulisanteduh · 9 months
Text
Untuk Calon Imamku,,,
Jika engkau menikahiku karena ke shalihan , Maka bukan aku orangnya, Karena aku hanyalah seorang wanita yang berusaha untuk istiqamah dan jauh dari kata shalihah .
Jika engkau menikahiku karena kebaikan, Maka bukan aku orangnya, Karena aku hanyalah seroang wanita yang berusaha menjadi baik dan jauh dr katabaik.
Jika engkau menikahiku karena kecantikan, Maka bukan aku orangnya, Karena aku hanyalah seorang wanita biasa biasa aja dan jauh dari kata cantik.
Jika engkau menikahiku karena harta , Maka bukan pula aku orang nya, Karena aku hanyalah seorang wanita yang terlahir dari keluarga sederhana.
Tetapi jika engkau menikahiku karena Allah , Untuk menyempurnakan agama dan berjuang bersama sama dalam menggapai ridha nya , Maka ,InsyaAllah ..., "Bissmillahirahmanirrahiim , Aku bersedia menjadi istri sekaligus ibu untuk anak-anakmu
"Teruntuk seseorang yg namanya sudah tertulis di Lauhul Mahfudz untuk bersamaku....Kini aku bertanya, dmna kah km berada skrng?Apakah kamu tersesat hingga tidak sampai ke tempat tujuanmu yaitu rumahku?Atau kamu sedang sibuk memperbaiki diri untuk menjadi imamku?
Nanti, ketika kita telah bersama, tolong bimbinglah aku untuk menjadi wanita seperti Aisyah istri baginda Rasulullah....Lalu kita bersama-sama untuk menuju ke Jannah-Nya....Do'akan ku selalu supaya aku kuat menerima semua tantang dalam menunggu kehadiranmu Dan Sabar dalam menanti kedatanganmu suatu hari nanti.
Sampai bertemu dititik terindah menurut takdir.
0 notes
tulisanteduh · 10 months
Text
Terkadang, ada beberapa orang yang rangkaian mimpinya harus dikubur dan dikesampingkan dulu untuk membantu ibu atau keluarga. Mengkhidmah orang tua semaksimal mungkin meski harus mengubur dulu impiannya. Tidak apa-apa. Nanti Allah ganti semua waktu dan impian itu.
@jndmmsyhd
869 notes · View notes
tulisanteduh · 11 months
Text
Sesungguhnya aku mencintai orang soleh, padahal aku bukan daripada kalangan mereka. Harapanku agar aku mendapat syafaat apabila bersama mereka nanti. Dan aku membenci mereka yang melakukan maksiat walaupun aku sendiri mungkin daripada golongan mereka.” -Imam al-Syafi’i (Fiqh al-‘Ibadat, jil.1, hlm.24)
1 note · View note
tulisanteduh · 11 months
Text
Ketika Seorang Suami Dicintai..
Jadilah seorang suami yang ketika ia bertanya kepada istrinya, "Apa yang membuatmu mencintaiku?" dan sang Istri menjawab:
"Engkau tak pernah memandangku kecuali dalam keadaan tersenyum dengan tatapan mata yang meneduhkan, mengingatkanku tentang kisah dari shahabat Jarir bin Abdullah bin Al-Bajari tentang akhlak Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam yang senantiasa tersenyum. Pandanganmu begitu engkau jaga, hingga tak pernah ku melihat atau kudengar dari orang lain, engkau meliarkan pandanganmu kepada wanita selain mahrammu.
Aku menyukai caramu ketika melihatku melakukan kesalahan, menegur dan mengingatkanku dengan tutur kata yang baik. Sebab cinta itu adalah ketika engkau sangat khawatir murka Allah tertuju kepada orang yang engkau cintai. Dan engkaupun memintaku melakukan hal yang sama, jika aku melihat kesalahan ada padamu. Sehingga kita bertumbuh bersama dalam suasana 'wata'aawannu 'alal birri wattaqwa'.
Aku menyukai caramu menjaga kebersihan diri, juga ketika kumendengar alasanmu berpakaian yang tak melebihi mata kaki, sebagai ikhtiar menunaikan sunnah. Engkau yang senantiasa menjaga wudhu dan tak pernah kudapati bau yang tak sedap ada padamu, senantiasa wangi.. sehingga menyejukkan penciuman dan mataku.
Aku menyukai caramu ketika akan beranjak tidur, mengenggam tanganku dengan lembut dan menuntunku, hingga rasa malas untuk mengambil air wudhu itu hilang. Kemudian bertanya kepadaku, "Apa ada yang membuatmu marah hari ini? Jika iya, bersihkan kemarahan itu dari dadamu sebelum kita tidur. Jika masih ada.. mohon pertolongan Allah Ta'ala agar kita mampu memaafkan, bukankah kita pun suka jika Allah mengampuni kita?"
Aku menyukai caramu membangunkanku di sepertiga malam, dengan cara melantunkan ayat-ayatNya ditelingaku dengan begitu lembut, hingga selesai pada penggalan ayatNya dan berbisik, "Ayo shalat malam, istriku.." dan aku menyukai rutinitasmu membaca Al-Qur'an dan mentadabburinya, menunggu adzan subuh bersamaku setelah selesai shalat di sepertiga malam.
Aku menyukai caramu ketika berpesan saat pamit untuk pergi shalat subuh berjamaah, "Jangan dulu membersihkan rumah ataupun memasak sebelum aku pulang dari masjid.. kita lakukan bersama-sama, istriku cukup bantu untuk melakukan yang ringan-ringan saja."
Aku menyukai caramu ketika menunjukkan kecemburuanmu. Kecemburuan yang timbul dari keimanan, memintaku untuk tidak memposting fotoku di sosial media, menjagaku dari mata yang tak halal untuk melihatku, juga untuk menjaga orang yang engkau sayangi dari bahayanya penyakit 'ain tersebab pandangan mata.
Akupun menyukai caramu menunjukkan kecemburuanmu saat aku berjalan bersamamu, ketika engkau melihat ada lelaki yang memandangku.. engkaupun melindungiku dengan tubuh tegapmu, hingga lelaki itupun tidak lagi bisa memandangku, kemudian mengenggam tanganku seakan engkau sedang menunjukkan bahwa aku adalah "milikmu".
Aku menyukai caramu yang tak pernah lupa mencium keningku dan mendoakan agar Allah Ta'ala senantiasa menjagaku ketika engkau akan pamit untuk mencari nafkah.
Aku menyukai caramu dalam menunaikan kewajibanmu, kewajiban lelaki tak hanya mencari nafkah katamu (maisyah), tetapi juga mentarbiyyah (mendidik ke jalan takwa) istri dan anak-anakmu, dan juga qiwamah (memimpin dan menjaga). Engkau juga yang tidak ingin melewatkan waktu untuk membersamai anak-anakmu bertumbuh.
Aku menyukai caramu ketika pulang kerumah, mengucapkan "bismillah" dan salam, kemudian berkata dan memelukku "Hi wifey, how was your day? I missed you..."
Aku menyukai caramu ketika memakan masakanku, dengan cara menghabiskannya dan tak pernah sedikitpun mencela masakanku, meski pernah keasinan. Yang engkau lakukan adalah tersenyum dan menunjukkan wajah yang lucu.. sampai akupun tertawa dan menyadari kesalahanku. Aku menyukai caramu yang selalu berterima kasih setelahnya, namun sungguh, bagiku itu tidaklah sesederhana yang terlihat.
Karena itu, aku mencintaimu karena engkau mencintai ku karena Allah, aku mencintaimu karena kebaikan agama dan akhlak yang ada pada dirimu. Jazakallaahu khairan, karena telah bersedia membersamai dan membimbingku untuk bersama-sama menggapai ridha-Nya."
443 notes · View notes
tulisanteduh · 11 months
Text
Andai kau tahu, bagaimana hebatnya Allah mengatur segala urusan hidupmu, pastilah hatimu akan meleleh karena cinta kepadaNya.
– Ibnu Qayyim.
7.7.23
1 note · View note
tulisanteduh · 11 months
Text
Kuncinya yang penting satu
jadi orang baik di hari ini. Pokok yang baik hari ini nanti kedepannya biar Allah yang atur. Prinsipnya yang penting sekarang jadi baik dulu, kedepannya Allah tidak pernah dzalim. Kalau kita baik, bukankah balasan kebaikan adalah kebaikan yang serupa. Bahkan Allah itu maha baik. Mendekat sejengkal Allah mendekat sehasta, kita berjalan Allah berlari, kita meminta Allah memberi, tidak ada yg rugi kalau transaksinya dengan Allah.
Aku berserah kepada Allah. Tidak boleh kehilangan harapan kepada Allah. Karena Allah pasti turunkan pertolonganNya untuk siapapun yang berjalan di jalan Allah ..
2 notes · View notes
tulisanteduh · 11 months
Text
suatu hari mungkin aku akan menertawakan diriku yang hari ini.
Yang berani mengambil langkah memperjelas semuanya.
Semoga apa-apa yang menjadi keputusan, adalah yang terbaik.
1 note · View note
tulisanteduh · 1 year
Text
Kepada tubuh pulihlah,jangan berlama lama meminta rehat tugas kita banyak,lihatlah betapa kacau jika kita tak segera sehat.Mohon kerjasamanya... kita bukan diciptakan untuk berleha leha.
12 notes · View notes
tulisanteduh · 1 year
Text
Sulit
Saat orang tuanya sedang berusaha sekuat tenaga menahan diri dari segala ujian yang bertubi yang datang dari segala arah. Berusaha memberikan yang terbaik, menemani, menyemangati, mencarikan jalan, meminta bantuan orang lain, dan semua hal yang dimaksudkan untuk membantu anak-anaknya, tapi anaknya sendiri lalai untuk membantu dirinya sendiri. Lalai untuk menjaga amanah, kepercayaan, serta harapan mereka.
Kemudian melihat bagaimana orang lain sangat membutuhkan keberadaan keluarga, mencari support system terbaiknya. Yang ini, dihilangkan begitu saja kepercayaan yang dibangun perlahan, pondasi yang baru saja disusun. 
Menjadi anak tidak mudah, menjadi orang tua pun demikian. Kenapa rasanya begitu sulit memudahkan satu sama lain?
421 notes · View notes
tulisanteduh · 1 year
Text
Ya Allaah, aku sedang tidak baik-baik saja. Hatiku sedang tidak baik-baik saja ya Allaah. Padahal yang terlihat hanya secuil apa yang ditampakkan, namun hatiku tidak baik-baik saja. Pada akhirnya aku paham, hanya Engkau yang tetap kekal dan tinggal. Jadi sekalipun pada akhirnya mereka pergi, aku mohon ganti mereka dengan sesuatu yang jauh lebih baik lagi. Dan aku mengimani takdir, bahwa setiap takdirMu adalah baik untukku tanpa terkecuali.
328 notes · View notes