Tumgik
anasfebri · 5 years
Text
7 Rules of Life
1. Make peace with your past so it won’t screw up the present.
2. What others think of you is none of your business.
3. Time heals almost everything; give it time.
4. Don`t compare your life to others`, and don`t judge them. You have no idea what their journey is all about.
5. Stop thinking too much; it`s alright not to know the answers. They will come to you when you least expect it.
6. No-one is in charge of your happiness, except you.
7. Smile. You don`t own all the problems in the world.
Source: Whisper of the heart.
1K notes · View notes
anasfebri · 5 years
Text
Waktunya ngomong kasar:
ANJING YA LAKI-LAKI SATU INI.
0 notes
anasfebri · 5 years
Text
Hate
When you hate someone so much. But unfortunately, he's the one that closest to you.
0 notes
anasfebri · 6 years
Text
Mengenang Kenang
Jalan kita tidak mulus, sayang
Kerikil bertebaran dan banyak debu yang terbang
Mau mulai berjalan pun tidak mudah, sayang
Keragu-raguan tak jarang untuk datang dan membayang
Belum banyak kenangan yang kita punya memang
Berjalan saja kita masih terseok-seok pelan
Aku yang menggapai mimpi dan menyambut masa depan
Kamu yang sedang berbenah namun masih tertarik kenangan
Kenanganku denganmu tidaklah sebanyak kenanganmu dengannya
Kenanganku denganmu tidak akan tergambar persis seperti potret cetakan dalam pigura kalian
Bahagiamu dulu mungkin tidak akan berlaku saat kamu denganku kini
Tapi kamu jangan remehkan ku yang juga bisa mencipta bahagia kita di atas kanvas baru ini
3 notes · View notes
anasfebri · 6 years
Text
I mean, how?
While I am realizing something takes more time than I thought to be understood, another thing just happened too fast than I expected.
0 notes
anasfebri · 6 years
Text
Sebelumnya penarasan. Lantas ingin merasakan. Setelah tau rasanya, perasaan ikut berperan.
0 notes
anasfebri · 6 years
Text
I’m Wide Awake
Okay, this would be my first writing in 2018.
If you are reading this, you were watching me writing while I was awaken at 2.43 am and wide awake till then.
Salah satu kebiasaan gue yang sulit diubah adalah pelor, alias nempel langsung molor. Nemu tempat pewe buat duduk atau senderan aja bisa bikin gue ngantuk dan pengen tidur. Dimanapun dan kapanpun. Dan kebiasaan ini akan sangat menjadi di kala gue lagi ga ada kerjaan seperti sekarang ini. I’m living a life as a job seeker now. Dan rumah adalah tempat dimana kasur dengan mudah ditemukan. Jadi, bisa dibayangin kan kalo di rumah gue ngapa-ngapain maka hal yang akan gue lakukan tentunya adalah tidur.
To think about it, why do I love sleeping so much? It perhaps because I’m getting my own peace while I’m sleeping. I can shut the world from toxic people and forget about my problems for a moment. It’s such a sweet escape for me. Tapi, walaupun gue sangat cinta kegiatan tidur gue ini, ada 2 kondisi yang bikin gue sulit buat masuk ke tidur pulas gue dan bangun tiba-tiba pas udah tidur, yaitu suhu dingin dan suara berisik (such as orang ngobrol, suara nyamuk yang hobi terbang di sekitar telinga gue *fvck that mosquitos*, dan suara alarm). Hal terakhir ini yang bikin gue selalu bangun duluan dan matiin satu-satu alarm handphone yang bunyi di kala gue lagi tidur sama temen-temen gue. And please keep this in your mind, lo salah besar kalo mengira gue langsung bangun dan memulai hari karena aktivitas pertama yang gue lakukan setelah matiin alarm subuh buta begitu adalah masuk ke selimut dan tidur lagi. Yeah, I am that fuckin sleepy head.
Dan kali ini nyamuk sukses bikin gue melek di tengah-tengah tidur gue. Emang sih semalem sebelumnya gue ga ngerasa beneran tidur, semacam tidur ayam aja gitu. Tapi biasanya gue tetep akan tidur pulas setelahnya, gak bikin gue melek sampe pagi kayak sekarang ini. Well, gue gak bener-bener nyalahin nyamuk kali ini karena perasaan gue mengatakan hal yang lain. Like, have you ever feel like you are missing someone so badly and there is a pressure on your chest that you can’t even explain what it is? And it’s so frustrating that you don’t feel like doing anything but remain silent and keep asking why the heck it’s so painful to miss someone till you wanna cry but the tears couldn’t come out. The worst part is, I couldn’t let him know that I am missing him. But, you know, I was somehow wondering if he was also missing me that bad.
He was asking me that day, what I would do if I am missing him (like now). And I answered obviously that I woudn’t know till the day came. And it’s tragic because the day has finally come. Gue jadi kayak ODGJ. Bingung sendiri, gak tau yang gue pikirin apa, gak tau yang mau gue lakukan apa. Now let me ask you this, what will you do if you are missing someone that still hold your heart tightly but you let him go to leave you behind and keep in relationship with his present girlfriend. Ironic, isn’t it? But that’s the ugly truth that I’ve made it my self. Today is the day that I didn’t wish to come. But, it is what it is. What will be will be. I’m dying right now.
Pelarian yang gue ambil akhirnya adalah menggapai handphone yang gue simpan di sebelah kanan bantal dan langsung buka aplikasi game AyoDance yang baru gue download semalem sebelumnya. Gue main AyoDance sekitar 2 jam dengan avatar yang ala kadarnya dan skill pas-pasan karena akun gue masih cupu dan upgrade kostum butuh duit banyak (apa aku punya #sobatmisqin disini?). Gak bikin gue ngantuk juga ternyata. Malah kesal sendiri karena ku tetap misqin gak bisa upgrade kostum disini (re: AyoDance). Kalau biasanya gue akan buka twitter dan scrolling, gue justru iseng buka instagram. Awalnya gue liat notifikasi, sampai akhirnya gue ke menu home dan liat updatean disana. Baru sekali scroll ke bawah dan gue menemukan foto yang dia update 7 jam yang lalu (sejak feed home bukan lagi tersusun berdasarkan latest update).
Foto dengan latar belakang buram yang dapat ditebak adalah rak di toko buku, dan di depannya adalah tangan kirinya sendiri dengan jam tangan hitam yang biasa dia pakai memegang sebuah buku dengan sampul warna putih berjudul Garis Waktu karya Fiersa Besari. I was only seeing his hand, but why still I felt like touching it? It hurts like hell cause I was fully awake and realized it was just in my imagination. I cried and closed the app. Until I got a notification from my instagram. He liked my photo, the one that he took while we were having lunch at Warung Lela after going to campus and taking our academic gowns for graduation day. So I clicked the notification and it directed me to my photo (that he liked). Well, to be honest, it makes me even wondering if he also stayed up late and missing me like I was so he couldn’t sleep. I maybe crazy right now, but sometimes I feel like we’re still connected. Or, aren’t we? Or maybe it’s better for me to just forget it cause it’s only an illusion.
Satu-satunya hal yang balikin pikiran gue supaya waras lagi adalah mengingat semua yang udah kita lakukan.
0 notes
anasfebri · 7 years
Photo
Tumblr media
Now I've got you in my space. I won't let go of you.
0 notes
anasfebri · 7 years
Text
Jangan Ingatkan Aku
Aku tak ingin mengingat Aku tak ingin kembali Aku tak ingin merasa Aku tak ingin berlari lagi Jangan ingatkan aku, ketika dulu kita pernah berbagi rasa yang sama Jangan lagi ingatkan aku, ketika dulu kita pernah merangkai mimpi bersama Aku tak ingin kau mengingatkan aku, bahwa kau pernah menumbuhkan sekuntum mawar di dadaku Aku tak mau lagi kau ingatkan aku, bahwa dulu menurutmu aku adalah duniamu Semua itu dulu Sekarang yang ada cuma sisanya Sisa rasa, sisa harapan, sisa kuntum yang layu, dan sisa reruntuhan duniaku Semuanya berserakan dan bikin berantakan, sangat tidak enak dipandang Tapi kau tak perlu khawatir karena nanti akan kubereskan Aku pastikan akan memungut semua sisa-sisa itu tanpa tersisa Aku buang yang kuanggap sudah rusak Dan aku simpan yang kuanggap masih layak Aku tak ingin berbicara tentang siapa meninggalkan siapa Pun siapa menghancurkan siapa Aku hanya ingin menyampaikan kata-kata Duniaku tanpamu kini, akan tetap berjalan seperti yang seharusnya
0 notes
anasfebri · 7 years
Text
Ilusi Tak Sendiri
Kala hening membawa pergi
Jiwa terbawa mengikuti arah
Semu tanpa petunjuk pasti
Aku ini, menuju kemanakah?
Tak ada kuasaku menahan genggamannya
Hanya menikmati hanyut dalam lautan peristiwa
Kembali membaur untuk ke sekian kalinya
Kini terputar memori dalam fana
Orang-orang ini, siapa?
Atau, aku ini siapa?
Datang dan pergi tanpa henti untuk menemani
Ataukah aku yang terus mencari pengganti
Seperti terikat kepadanya, namun kian melepaskan
Seperti ramai bercengkrama, namun kian bisu mendiamkan
Seperti saling menjaga, namun kian menghancurkan
Seperti bersama selamanya, namun kian meninggalkan
Sejatinya, tak pernah ada mereka
Sejatinya, diri ini paling berkuasa
Ilusi mencipta seolah aku adalah kita
Ilusi mencipta seolah sendiri itu tak nyata
0 notes
anasfebri · 7 years
Quote
Percaya atau tidak, yang tepat, datangnya tak pernah terlambat. Kau tunggu ataupun tidak, kau sibuk mencari ataupun memlih diam. Pertemuan dengannya itu pasti. Kau hanya perlu terus memperbaiki diri.
(via mbeeer)
3K notes · View notes
anasfebri · 7 years
Text
Aku
Aku adalah aku
Aku adalah apa
Aku adalah siapa
Aku adalah bagaimana
Masihkah aku menjadi aku?
Terkadang seperti bukan aku
Diriku bukan lagi tentang aku
Diriku sudah bercampur ini dan itu
Ah, terlalu klise ku katakan aku adalah aku
Nyatanya aku hanya berperan menjadi “aku”
Ku lakukan demi menjaga yang berharga
Aku hanya tak siap jadi nestapa
0 notes
anasfebri · 7 years
Text
Hai, Diriku
Hai, diriku
Mengapa dengan dirimu?
Kau hidup tapi terdiam
Kau bernyawa tapi jiwamu hilang
Apa sih yang sudah kau lakukan?
Luka apa yang telah kau torehkan?
Hati siapa yang telah kau hancurkan?
Dosa besar apa yang sudah kau tuliskan?
Kini kau hanya dapat mematung di sudut ruangan
Ingin berbicara takut ada yang menghina
Ingin minta tolong takut tak ada yang hiraukan
Ingin mengaku tapi takut ditinggalkan
Sakit ternyata menanggung beban sendiri
Keterlaluan dan sangat menyesakkan
Kau bahkan mengira dirimu gila karena suara di kepalamu
Dan disitulah kau telah memulai deritamu
0 notes
anasfebri · 7 years
Text
Who am I? I am a Pisces!
Pernah ga sih kalian ngerasa bingung sama kepribadian kalian sendiri? Maksud gue adalah semacam kalian menghadapi kesulitan dalam menjustifikasi sifat lo seperti apa dan bagaimana cara lo menghadapi orang-orang di sekitar lo. Menurut gue sih sebenernya kita sendiri udah tau kepribadian kita ini seperti apa, hanya terkadang kita belum bisa buat mendefinisikannya sehingga kita butuh orang lain untuk melihat dan “membaca” kita. Tentunya orang lain ini adalah sumber yang relevan dan orang-orang terdekat kita. Kenapa sih kita butuh mereka? Ya karena dengan orang lain ini “membaca” kita, itu bisa lebih meyakinkan kita untuk mengenali diri kita sendiri. Tapi bukan berarti apa yang mereka katakan tentang kita itu seratus persen benar. Sebagai individu yang berjiwa, tentu ada sisi yang gak ingin kita tunjukkan ke orang lain, unless kita mengijinkan mereka untuk masuk ke inner circle kehidupan kita. Dan terkadang penilaian mereka pun bisa keliru bahkan tidak sesuai dengan habit kita.
Ada banyak cara untuk kita mengenali diri kita sendiri. Kalau mau hasil yang akurat ya tinggal konsul ke psikolog dan lakukan tes. Kalau mau iseng-isengan bisa juga pakai kokologi-kokologi yang udah banyak macemnya sekarang. Lebih ngawur lagi sih kalo kalian berguru sama akun yang mengatasnamakan Golongan Darah. Haha. Tapi emang bener sih, akun golongan darah ini sangat menyesatkan menurut gue. Kenapa? Karena pernyataan mereka itu ga berdasar dan hanya memberitahukan hal-hal yang bagus mengenai kepribadian sesorang berdasarkan golongan darahnya, which is emang itu yang hanya ingin diinginkan oleh orang-orang. Pengen aja sih gue noyor orang-orang yang masih ngikutin akun beginian. Pengen gue toyor biar mereka sadar dan lebih pinter dikit aja gitu ☹ karena udah jelas banget akun-akun seperti ini hanya nyari followers buat ngiklan.
Udah beberapa pendekatan yang gue pake buat gue lebih mengenali diri gue sendiri. Hal ini jadi penting bagi gue karena gue jadi lebih terarah dalam menghandle diri gue dan memudahkan gue untuk lebih bisa berkomunikasi sama orang lain. Terakhir sih gue pake tes apa ya lupa, pokoknya itu mendefine kita termasuk ke dalam tipe introvert atau ekstovert. Dan masing-masing tipe itu juga masih banyak lagi justifikasinya. Jadi ga selamanya yang introvert selalu begini dan ekstrovert selalu begitu. Next time mungkin gue akan bikin postingan tentang tes kepribadian yang ini. Tapi yang sekarang mau gue share adalah pengenalan kepribadian dengan pendekatan zodiak! Iya gue tau ini pun ga ada dasarnya, hampir sama kayak golongan darah tadi. But, please don’t kill me :’) Biarkan gue menjelaskan dulu ya, haha. Gue pun ga percaya sama ramalan bintang kayak gini. Tapi barusan gue baca di blognya amrazing.com tentang zodiak and I don’t know why it relates to me banget. Walaupun ada beberapa part yang menurut gue ga sesuai, tapi 90% yang dia tulis itu memang bener haha. Jadi ya anggap aja ini hiburan ya gais, jangan terlalu serius. FYI, zodiak gue adalah Pisces. Dan lagi karena gue malas ngetik lagi, jadi gue copas aja dari sumbernya, here you go!
 Satu hal yang pasti, elo nggak akan bisa ngomongin Pisces tanpa membicarakan drama mereka. Ada masalah, drama. Nggak ada masalah, drama juga. Mungkin seorang Pisces akan terlihat santai di luar, tapi elo gak akan pernah tau, begitu udah sendirian dan ada masalah, beuh, dramanya akan muncrat ke mana-mana. CROT! And you know what? Dramanya Pisces selalu bersinggungan dengan sifat sensitif mereka. Dikit-dikit sensi, dikit-dikit tersinggung. Ampun, khak.
Sisi positif dari sensitivitas para Pisces adalah, mereka bisa banget nebak kalo sahabatnya kena masalah. Gak perlu cerita sampe mulut berbusa-busa, they’d understand. Sisi negatif lain dari terlalu sensi ini? Cenderung pesimis. Suka takut salah. Takut gagal. Takut A sampe Z. Padahal dicoba aja belum. #tarakdungces!
Kalo lagi kena masalah, para Pisces cenderung kabur ketimbang nyari solusi. Mereka juga senengnya menyalahkan semua hal, kecuali diri mereka sendiri. Apalagi kalo lagi desperate, they’d be like, nobody understands me! nobody! Oh, do you know most Pisces I know are lazy asses? Yasalam malesnya itu… -___- Udah gitu, mereka suka bingung sendiri, maunya tuh apa dan gimana. Hello, Libra, dapet sodara seperguruan, nih!
Udah bete baca sisi jelek Pisces? ehe ehe ehehe. Tenang, sisi baiknya juga banyak. Pisces, kalo udah punya sahabat akan setia banget. Elo menderita, mereka lebih menderita. Seolah-olah, beban elo adalah beban mereka dikali sepuluh. Lebay? Nggak. Mereka emang gitu kok, anaknya. When Pisces best friend tell you they’d die for you, then you know they’re telling the truth. Mereka compassionate banget, dan hal ini sering menyusahkan mereka karena gampang trenyuh tersentuh sensitif = gampang dimanfaatkan yang jaat hiks…
Sisi imajinatif Pisces juga layak banget untuk diapresiasi, bahkan, gue sendiri iri sama kemampuan mereka di area ini. Do you know that Dr. Seuss, John Steinback, Gabriel Garcia Marquez and the great Chuck Palahniuk are Pisces? Para Pisces yang baca ini, gak mau jadi penulis? :p
If you can read a Pisces, know how they really feel, then you’re goddamn good. Mereka tuh nggak menunjukkan perasaan mereka dengan mudah. Terus kalo rencana nggak sesuai kenyataan, mereka akan bete gila-gilaan. Biasa, sensitip… #eaaak
Ada yang kesel karena punya pacar yang gak romantis? Tuh, pacaran sama Pisces aja. Romantis abis. (ini as far as i know, yaaa) Kesel sama pacar yang gak sensitif? Nah, now you know dari 12 zodiak, yang paling sensitif yang mana. #eaaa #lagi
So, Pisces itu: Kreatif, sensitif, imajinatif, drama, lebay, pemalas, labil, mudah beradaptasi, romantis, intuitif. Paket lengkap. Can you handle them?
0 notes
anasfebri · 7 years
Text
Resah (An Identity Crisis)
Belakangan ini gue ngerasa overthinking to everything. Mulai dari pendidikan, karir, cinta, bahkan personal life gue sendiri. Terlebih ketika mendekati ulangtahun gue yang ke-21 di tanggal 21 Februari kemarin. It’s such an identity crisis, I guess? Mungkin ini efek karena kuliah gue udah masuk semester 8 dan udah ga ada lagi kegiatan perkuliahan selain menyelesaikan skripsi gue. Dan tentunya gue udah ga mesti masuk kelas, ngerjain tugas, dan presentasi laporan karena tuntutan itu udah selesai di semester 7 kemarin. Alhasil sekarang gue harus bikin target gue sendiri dan itu ga mudah. Salahkan yang namanya “kemalasan”. Gue ngerasa kurang motivasi buat ngerjainnya, entah deh kenapa. Mungkin salah satu penyebabnya juga karena sekarang gue mesti bikin target untuk diri gue sendiri, termasuk reward and punishmentnya. Tapi tiap kali mikir gitu, gue selalu ngingetin ke diri gue sendiri buat nyelesain skripsi gue untuk orangtua gue. Jujur aja, bagi gue nyelesain skripsi dan lulus tepat waktu ini bukan untuk kebanggaan gue semata, tapi akan jadi kebanggaan yang luar biasa untuk orangtua gue karena udah menyelesaikan salah satu tanggung jawabnya untuk menyekolahkan gue sampe sarjana dan mengantarkan gue ke dunia yang sebenarnya. Intinya sih 21 tahun ini mereka ngasih gue bekal supaya gue bisa mandiri dan tanggung jawab sama diri gue sendiri supaya gue bisa survive, karena mereka sadar ga selamanya gue harus “disuapin”.
Hal lain yang gue pikirkan adalah kehidupan seperti apa yang selama ini udah gue jalanin. Gue ngerasa gue belum bisa bermanfaat untuk orang-orang dan lingkungan gue, bahkan diri gue sendiri aja kayaknya lebih sering buat gue dzalim-in gitu daripada gue jaga. Kalo katanya Pras di film Jakarta Undercover sih, gue harus punya signifikansi di dunia yang gue tinggali ini. Bukan signifikan dalam artian gue dapat menciptakan sesuatu untuk membuat perubahan di dunia ini, tapi signifikan dalam arti peka dan kritis untuk lingkungan gue. Dan yang bikin gue questioning myself is, pencapaian apa yang udah gue raih sampe sekarang? Apa akan ada bedanya kalo gue ini ga ada? Apa gue ini sebenarnya? Lalu untuk apa sebenarnya tujuan gue hidup? Di agama gue dinyatakan bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang dapat bermanfaat bagi sesamanya dan wajib hukumnya untuk saling tolong-menolong dalam kebaikan. Ga susah sih emang, asal kita ikhlas. Kalo mau berbuat baik atau nolong orang lain yaudah lakuin aja, don’t expect anything in return but ikhlas, lakuin semuanya karena Allah semata. Karena ya sejatinya bukan kita yang nolong dan berbuat baik, semua kebaikan itu datangnya dari Allah dan kita hanya jadi perantaranya. Terus kita dapet apa? Kita dapet ridho dan pahala dari Allah seandainya kita ikhlas buat ngelakuinnya juga. Dan berlaku juga kebalikannya, trust me, ketika kita ngerasa lagi ditolong sama seseorang, sesungguhnya itu adalah pertolongan Allah untuk kita. Bahkan ada yang bilang ketika kita mendapat suatu kebaikan, Allah sedang mengabulkan salah satu doa orangtua kita. Ya, Allah Maha Baik. Dan cukup berpegang sama satu prinsip ini, apa yang kita tanam adalah apa yang kita tuai.
Keresahan gue yang lainnya di umur yang sekarang adalah tentang hubungan cinta gue. Ketika SMA dulu gue pengen banget nikah di umur 23 tahun, karena gue gak mau punya jarak yang terlalu jauh nantinya sama anak gue. Tapi justru sekarang gue mikir ribuan kali buat nikah di usia itu, which is 2 years from now. Gue jadi meragukan diri gue sendiri jadinya. Gue ngerasa belum bisa ngebahagiain orang tua gue dan bakti gue sama mereka sangat amatlah kurang. Bahkan seringkali cara bicara gue masih ga sopan dan sedikit menyentak mereka. Dan ketika gue udah nikah nanti, tentunya bakti gue hanya untuk suami gue, karena kewajiban gue sudah berganti untuk mencari ridho suami. Terus ya gue mikir lah evaluasi diri, gue ngurus diri sendiri aja belum bener, apa jadinya nanti kalo ditambah mesti ngurus suami juga. Bukannya gue gak mau berusaha dan belajar, tapi ini bener-bener jadi bahan muhasabah gue untuk terus memperbaiki kesalahan-kesalahan gue dan terus menjadikan diri ini lebih pantas untuk calon suami gue.
Seminimal-minimalnya gue bisa istiqamah untuk terus memperdalam ilmu agama gue dan gue bisa masak (yakali beli makan di luar mulu kayak udah tajir 7 turunan aja lau ☹). Kenapa yang gue prioritaskan justru agama? Karena gue udah cukup merasakan kalau ilmu agama gue sekarang masih sangat sedikit dan itu sangat berpengaruh dalam ngebentuk prinsip atau barrier gue dalam melakukan sesuatu hal. Jeleknya gue adalah ketika gue berbuat dosa, gue masih ingat sama Tuhan gue, dan gue sadar kalo yang gue lakukan itu gak baik. Terus gue jadi merenung lagi, kalo gue sama sekali ga dibekali ilmu agama mungkin gue udah sangat loss dan bebas ngelakuin apapun tanpa mikirin konsekuensinya. Dan gue gak mau nanti anak-anak gue jadi seperti gue. Gue mau mereka bener-bener dibekali ilmu agama dari kecil supaya mereka punya barrier sendiri, karena ya gue pun gak akan selamanya ada untuk ngejaga mereka. Egois memang, tapi ya itulah orangtua, selalu ingin agar anaknya jadi lebih baik dari dirinya. Dan karena pemikiran-pemikiran itu lah gue dapet kesimpulan kalau menikah itu bukan karena target, tapi ketika kita sudah merasa siap untuk melengkapi satu sama lain dan berkomitmen untuk saling ngejaga sampe akhir hayat nanti. Karena ya kalian bayangin aja, nikah itu ga cuma untuk senengnya doang, tapi ketika sedang terpuruk pun kita harus berbagi sama pasangan kita. Itulah kenapa yang terus gue pupuk adalah niat gue menikah untuk apa itu harus lurus, untuk ibadah pada Allah.
Lalu masih ada keresahan lain yang gue rasakan. Apa sebenarnya passion gue dan apa cita-cita gue. Sampe sekarang gue masih nyari tau jati diri gue. Kalo lo tanya apa yang mau gue lakuin setelah lulus nanti, gue cuma bisa jawab gue harus dapet kerja, apapun itu. Syukur kalo sesuai sama background gue, tapi kalo enggak pun ya gak masalah. Karena ya cita-cita gue sekarang adalah pengen ngebantu keluarga gue secara finansial dulu. At least gue yang ngebiayain uang jajan dan sekolah adik gue sampe 5 tahun ke depan. Dan ga hanya itu, gue harap gue bisa ngeberangkatin haji orangtua gue. Ya gue sadar jasa dan waktu mereka selama gue hidup ga akan pernah bisa gue ganti, that’s why gue pengen banget mereka bisa menunaikan rukun islam yang ke-5 dan mengunjungi Makkah. Gue hanya bisa berharap ketika gue bisa mewujudkan itu, Allah masih ngasih kesempatan orangtua gue untuk hidup.
Berhubungan sama passion, jujur sangat iri sama temen-temen gue yang udah tau apa passion mereka dan mereka selalu mengembangkan itu. Sementara coba lo liat gue, gue masih belum nemu apa yang bener-bener jadi passion gue dan gue amat bahagia untuk melakukan itu. Hidup gue masih begini-begini aja. Yang gue tau sekarang cuma sekedar hobi gue. Gue suka motret sesuatu yang ketika gue liat itu membawa gue ke suatu tempat atau suatu hal. Simpelnya, it reminds me to something when I’m taking a picture of something. Dan sangat jarang gue memotret orang berpose. Tapi yang namanya passion, gue yakin pasti akan segera menemukan itu. Mereka yang udah nemu passion mereka dan bahkan bisa menghasilkan uang dari situ tentunya lebih beruntung dari gue, tapi itu juga yang ngasih gue motivasi untuk terus mencari. Mereka hanya sudah menemukan timezonenya lebih dulu. Mungkin sekarang memang bukan timezone gue untuk menemukan passion gue, but someday I will.
Banyak banget sebenernya keresahan yang gue rasakan saat ini. Mau meledak rasanya otak gue ketika gue memikirkan ini semua sendirian. That’s why gue nulis ini di blog gue. Seenggaknya pikiran gue udah tercurah sebagian disini. See you again on my next post and keep doing good, mwah!
0 notes
anasfebri · 7 years
Photo
Tumblr media
227K notes · View notes
anasfebri · 8 years
Text
Let It Be
If it has to be falling for you, then I’ve got no choice. I just have to let it be.
Yang aku ingin, tarik aku menyelami palung terdalam jiwamu. Yang aku mau, bawa aku jatuh sejatuh-jatuhnya bersama anganku tentangmu.
0 notes