Kapan tau
Apa makna sebuah kehadiran
Apa arti terlihat mata
Aku tidak berubah jadi apa apa
Jadi kau perlu tau, apa yg kau rasa saat melihatku itu benar-benar dari hatimu
Perasaanmu ketika melihat aku
Apakah binatang itu
Ataukah bintang itu
Bintang dan binatang dalam tebak-tebakanmu saja
Seperti rasa haus setelah menangis saat matahari mulai gelap
Untuk setiap tidak merasakan apa apa
Mengampirimu jam 3 malam dalam benak paling nyeri kebiruan
Kau pasti tau rasanya
Dicurangi gerbang gerbang berantai paling brengsek
Dan benak yang seperti dibantai samurai
Pedih seribu kali lipat dua putaran
Minta minta pertolongan
Maka aku pada waktu
Adalah pada kau ambil semua tanpa sisa
| Rilis A. Serang 18/11/2022
4 notes
·
View notes
Third Party
Sejak kapan ya aku menjadi pihak ketiga dari diri sendiri? Uwis kecil jadi penuh takut ini itu. Dia menerima semua lebih dari apa adanya tapi akhirnya jadi menganga semua hal, kok tetiba jadi sedih dan takut ya. Menerima diri sendiri tidak jadi makin mudah justru harus pakai banyak energi, seperti susah payah mengenal diri sendiri.
Kita tanda tangan kontrak bersyarat di awal bahwa baik buruk keadaan tidak membuat kita akan menyerah. Bahwa asin dan getir jalannya tidak membuat putar arah loncat gedung. Coba bukalah map jingga diatas bufet kayu itu, hasil psikotes kelas 10. Coba bukalah mata bahwa dikata kau punya bakat dibidang sains, bahwa unggul dirimu pada hal yang sifatnya kreatifitas
ii percaya kalik~
..kataku dulu
Iii sarjana sains dari fakultas MIPA, lulus cumlaude dari prodi Kimia, membantu banyak orang juara lewat desain poster dan powerpoint, bekerja di perusahaan under lisensi Adidas mengurus 3D rendering dan digital coloring, graduate dari Binar academy dengan portofolio UI/UX + segudang teman yang baik, hingga sebentar lagi belajar di Telkom University ambil program magister
..kataku hari ini 2022
That silly paper told me about my future just milliiiooonn years ago and i acting funny with the result, now i laugh out loud that most of them was true.
Detik ini menikmati hidup lucu sambil gulung kabel dan kepanasan. Semua diceritakan dengan ringan karena bagi aku yang pihak ketiga, ada tidak adanya pencapaian, hidup akan terus indah dan berharga.
kau ternyata adalah apa yang masih berjalan dengan baik-baik saja. Cari terus dirimu berada!
Hidup ini nilainya 💯
| Rilis A, Serang 1/09/22
4 notes
·
View notes
My first phone cracks. Tida perna mecahin layar hp sebelumnya, tapi semua first time harus punya tempat di kepala. Ku kasih space super kecil di pojokan otak ya, agar ga perlu sedih terlampau dan kebanyakan bilang kamu kok bisa sii bego abis..
Dia berharga sekali. Harus kuat menemani aku sebelum bisa purchase smartphone super smart, waterproof anti nangis, dan dilapis body anti luka dalam, yang harganya bikin ga nafsu nge-chatime beberapa bulan setelahnya.
someday dan selamat sore!
| Serang, 25/10/20
2 notes
·
View notes
Merantau bagiku adalah belajar masak dan pencarian deterjen dengan harga terjangkau tapi kualitas oke.
Attack pilihanku!
1 note
·
View note
Himalaya
Oh...Rani...Rani.. Sayangi lah semua udara yang luas tanpa karena Cintailah bunga-bunga kecil tanpa kecuali Rani.. Warnai kertas kertasmu dengan jingga kemerahan; jangan emoticon tangis Konon, jika engkau jatuh cinta kepada semesta tanpa syarat, lantas kau Jatuh cinta pada asap tanpa peduli panas, dan pula jatuh cinta pada dunia dengan membuka mata, disanalah kau temu indikator Tuhan. | Rilis A. 28/03/2015
0 notes
Skala
Engkau sibuk, ujar udara terhadap angin Aku sanggah, bahwa tak ada sibuk. Yang ada hanya prioritas Dan Aku, Aku tak pernah ada dalam skalamu Sejenak hidup terasa kebas. Sejenak tidur terasa mati Aku mencoba berkeliaran diantara darahmu meski tak kau hiraukan Terasa sedih. Ketika aku terus menulis untukmu. Sementara kau tak menganggapku ada..
2 notes
·
View notes
Batinmu Meraja
Mimpiku kental bau mu
Bau mu hidup diantara ruang
Batinmu meruang
Batinmu meruang
Batinmu meruang
Meraung dalam ruangan
meraut dalam lautan
Mengurut dalam larutan
Meriak merata
Bau mu meraga
Bau mu meraga
Aku jadi berpikir betapa senyum mu tulus sekali ketika itu
Dan bau mu harum juga
Tuhan memang keren
Rilis A. | YK, 16/09/2014
0 notes
Merci Monsieur
Terima Kasih :)
Dalam maya mu Aku masih menolak tak rindu
Dalam penantian paling kejam, Aku masih sehat bersenandung
Sudahlah, jangan ingatkan Aku 'tuk berhenti
Aku tak lagi peduli terhadap penerimaan
Perenungan ku pada matamu terlanjur jadi wangi
.
.
.
Ahhh batinku koyak!
di mata ku bumi kotak-kotak
Rumput-rumput merah tosca
Semua hal yang menghubung ku sudah kelam pun sirna;
Di mata mu Aku sudah biasa saja
Rilis A | YK,18/09/2014
0 notes
Biar hidup seperti lautan duka, Aku tetap kecup. Kecup. Kecup. Kecup hingga lautan berlumuran raut. Hingga kecup melaut.
R
0 notes
Puncak Sunyi
Ada yang tinggal di puncak-puncak sunyi
Yang kusut ikalnya masih sibuk bertegur gugur.
Jika disaksikan hujan, Ia tak malu
Ia tak lagi malu akan apapun kecuali kesepiannya sendiri
# Aku ingin berjalan bersamamu dalam hujan dan malam gelap #
Jangan tinggal di puncak-puncak sunyi
Yang ditajami diam dihujam rindu
Tepian bibirnya dipanahi angin pada kerucut sendu
Disana, tak boleh ada sinar yang lebih terang dari redup matamu
# Tapi Aku tak bisa melihat matamu.. #
Berhentilah menari di puncak-puncak sunyi.
Disana, bukan hangat pelukan dan mentari
O, udaranya dari pekat imaji tentang kesedihan di pagi hari
Rumputnya diairi sayat-sayat puisi
# Aku ingin berdua denganmu diantara daun gugur..#
Kasihku, bayangku, keras dan kepalaku,
Kupastikan tak ada doa yang bercanda melindungimu
Tidak ada duka yang mencemari bening
Hidup dalam rusukmu tak menjadikan hina
Merenungi mu tak lagi umpama
# Aku ingin berdua denganmu, tapi Aku hanya melihat keresahanmu #
Kasihku, batinku, air dan mataku,
Lewatilah jejak-jejak tangisku, injaklah!
Bunuh bebanmu dalam sajak ku,
Hancur dia...pasung maut!
# Aku menunggu dengan sabar di atas sini melayang-layang #
Tapakilah segala senja dengan maha mesramu yang menggambarkan jagad raya
Sekunder kan saja bentang lenganku, dan lilin Aku dengan kenangan
Suatu hari jiwa mati menjadi warna, lalu bubar ke angkasa
Menaruhmu dalam damai semejak puncak sunyi kuubah jadi hanya punyaku; untuk melindungimu.
# Tergoyang angin menantikan tubuh itu..#
....
Yogyakarta, 23/08/2014 | #lirik resah by Payung Teduh#
0 notes
Costae Vera
Namamu tak bisa semurah itu dilukis di kanvas lalu dijual setengah harga
Nada bicaramu juga tak bisa semudah itu direkam agar bisa diulang berkali-kali
Terlebih parasmu, mengabadikannya bukan perkara kamera atau ingatan
Pelukmu bahkan terlalu berharga karena kemampuannya menukar tangis
Jangan pernah bertanya perihal senyum, senyum mu adalah hebat dalam menelanjangi ribuan rindu
Sebab itulah, mencintaimu tidak bisa sebercanda hidup
Perlu waktu selamanya untuk memahami bahasa mata dan menelaah setiap jengkal ragamu
Tapi malu adalah menyerah dan melupakanmu
Tapi luka adalah pergi dan berhenti mencintaimu
Tapi sesak adalah pura-pura hidup dalam ketiadaanmu
Aku memutuskan untuk tetap setulus ini berkasih hingga jantungmu, jantungku, berdetak untuk satu doa
Hingga raba tak lagi mampu membedakan raut bahagia dan duka lara
Sampai lambaian tangamu adalah haram terhadap setiap perjumpaan..
1 note
·
View note
Remuk
Balutan tubuhmu dalam serantai daging dan tulang itu cukup memukau siapapun
Bola emas matamu menggelinding segar dari pandangan, menuju relung hati mereka
Bicaramu..Bicaramu..Bahkan menyisih denting piano di aula surga
Mereka terkejut, Kanda
Mereka larut
Rambut mereka disisir halus-halus tiap mengetahui beradamu
Kelopak matanya buru-buru diwarnai hijau limau, pipinya merah marun
Nada bicaranya dalam, seperti kawah Caldera di utara
Mereka membujuk, Kanda
Mereka luluh
Mereka selayaknya aku yang memergoki kenangan punggungmu di telaga surya, kala itu
Ketika mata batinmu kau singkap, dan aku masuk hingga selamanya
Ada seperempat lengkung senyum mu buah tanganku dari sana
Yang kuputuskan untuk kusimpan; ku sisip diantara dahi dan kuku-kuku
Hm... Aku tidak akan pernah lupa
Ketika aku terbang tinggi-tinggi hingga membentur matahari
Sejak saat itu aku tak lagi menghirup embun, aku bernapas pelangi
Dan tapakku bukan lagi berpola sepatu, aku kini berjalan menari
Aku luntur, Kanda
Aku kabur
Sutra dan rerumputan di halaman usang merayu
Tapi langit tak kunjung biru..
Pasti ada sesuatu yang mengerti dimanja olehmu
Yang takkan dimengerti mereka yang berkelopak limau.
Pun Aku.
Rilis A. | Yogyakarta, 12/08/2014
0 notes
Kepada Mitra
Siang itu kakimu gagah merobek jarak Jogjakarta-Bandung
Dalam setiap meter yang tertinggal, api semangatmu terus-terusan kau tiup agar makin besar kuasanya di hatimu
Kau genggam ribuan berkas dan ijazah
Kau peluk di dadamu, kau jagai baik-baik
Mitra...
Kejarlah mimpimu. Jangan sekali-kali menyerah
Akan ada sejuta liter air yang mengancam apimu,
tapi ada aku yang senantiasa mengirim ranting-ranting kayu cemara untuk kau bakar lagi, kau tiup lagi baranya, hingga semangatmu mustahil padam
Mitra..
Ada selangkah jarak diantara jempol kakimu,kakiku
Tapi jangan pernah membuatnya jadi alasan untuk tidak mengabari segala kebaikan dan kesuksesanmu
Di kota Bandung tempat kau menagih ilmu itu, jangan pernah kau sia-siakan segala kesempatan dan peluang
Seberat apapun untuk jadi setinggi angkasa, perjuangkanlah!
Jangan pernah puas dengan menjadi setinggi bukit bintang apalagi Burj Khalifa!
Mitra..
Aku mungkin melewatkan ber dadah-dadah padamu siang itu
Pun Aku tak memberimu apapun untuk sekedar dikenang
Tapi jangan khawatir, karena doaku untukmu adalah setulus-tulusnya harapan
Dan puisi ini yang jelas-jelas mengatasnamakanmu,
semoga kau baca sambil tersenyum..
-Untuk Nada Mahaditra, sahabat dari SMP yang selalu gagal menyerah.
Rilis A. | Yogyakarta, 12/08/2014
0 notes
Will You Visit Me Once It's Done?
Ceritakan sekali lagi lanun buas itu, aku akan mendengarkan
Cairkan lagi suasana itu, aku akan nikmati
Sampaikan pula sedu sedan yang melumatkan dadaku, aku akan lumat sekali lagi
Bahagiaku..
Tidak ada yang dapat mengerat sepi kecuali aroma teh poci pinggir jalan yang sesekali kau kecup dalam remang
Andai kau bisa disini lagi berbagi kecut asin candaan Tuhan
Entahlah, dulu terasa ringan menjalani apapun disampingmu..
Akhir-akhir ini kenanganmu terhenti di kepalaku dan mengkaku, menekuk dalam kalbu
Sekali lagi lisan dan pendengaranku kangen diketuk ketawamu yang lucu
Tahukah kalian, pelukan terakhirmu meruang dalam jiwa dan sebagian besar lagu-lagu
Bahagiaku..
Separuh hidupku adalah kamu dan semua
Separuhnya lagi adalah canda tawa kita
0 notes
Angin di Rumah Kita
Selasa siang hembusan bumi meniup rambut hitam mu diantara pantai. Dan membisik pasir diantara telingamu, mengabarkan puncak bahagia 'kan segera datang. Mimpi maya mu akan segera bisa tersentuh.Tiupan awan sejenak menipumu akan keindahan pantai itu. Kamu salah. Bukan pantainya yang indah, melainkan pandangmu itulah yang meniadakan segala cacat. Hmm...Dadamu sejenak kebas.
Dirumahku, sorotan angin kepergok sedang mencoel-coel kelopak mawar di teras rumah. Mengahambur-hambur benih sirih dan lili paris yang ku tanam seminggu lalu. Angin itu segar dan dingin. Menjilati air mata yang menelusur lipatan dasterku sore itu, sembari mengeringkan darah dan air di sekitaran cekungan wajahku.
Diantara sapaan angin gunung itu aku senyum-senyum sendiri. Aku suka dihibur melodi rumput dan bambu yang bergesekan mencipta syahdu. Bagiku, sunyi yang selama ini ngontrak di jiwa sejenak pulang kampung. Entah kemana. Tak ada niat mengundangnya lagi.
Sambil selonjor di teras rumahku yang dihias mawar dan anggrek kuning, mataku asyik menikmati dunia. Di atas sana, sorot matahari terlukis megah, siluet bulan juga ikut-ikutan berlayar di samudra biru langit, menandakan ini tepat setegah dua..Ah manusia itu membohongi ku. Kata mereka raja siang dan dewi malam tidak akan pernah bertatap rindu. Nyatanya di setengah dua mereka nge-date berdua di langitku. Ah manusiaa..DUSTA! dusta semua tuturmu.
Tapi..
Khusus manusia yang Kamu..
Kamu masih ditunggui angin untuk terbang ke teras rumahku,
mencicipi harum mawar dan anggrek kuning.
Oh, manusia yang Kamu.
Kamu masih ditunggui kupu-kupu dan putri malu.
Berkunjunglah kapan-kapan. Ada secangkir peluk dan sepiring senyum yang selalu rindu dijamu..
Yogyakarta, 6/08/2014
0 notes
Nila dalam Napasmu
Napasmu; lengket di rongga antar rusukku.
Nyampur jadi satu dalam paru-paru.
Napasmu...kelet jadi mantra dewa-dewi
Nempel di lantai yang dikarpeti rontokan sayap merpati
Yang bulunya berhamburan di dinding
Yang paruhnya nancap, jadi lubang kunci
Napasmu..lengket di langit-langit Yogyakarta
Lalu menelusur tanah jadi petak taman kota
Napasmu..Lengket di tepian Al Kahf jadi megah mesjid raya
Meretas tangis pada seribu pundak jadi rimbun bunga-bunga
Napasmu..Menghajar segala ruang, menjelajah semua waktu
Mengurai detik. Menyebab detak. Melebur setengah dunia.
Napasmu...Napasmu...
Napasmu..
Lengket menjadi Aku..
Rilis Akista, Yogyakarta, 02/08/2014
2 notes
·
View notes