Tumgik
#sok pintar
lilanathania · 10 months
Text
Tidak Tahu
Mungkin karena di zaman ini informasi begitu mudah didapatkan, orang jadi kian enggan untuk berkata tidak tahu. Mereka kira, segala hal bisa dipelajari dari internet.
Tumblr media
Di zaman dulu, mencari ilmu dan informasi adalah hal yang sangat sulit. Orang rela mengorbankan banyak hal untuk bisa mendapatkan pengetahuan yang berharga. Ketika sekarang segala sesuatu bisa didapatkan dengan mudah, kita berbalik menjadi manusia yang congkak.
Dengan internet, kita merasa sudah menjadi si mahatahu. Segala macam penyakit bisa kita diagnosis sendiri. Segala macam teori bisa kita cari sendiri. Segala macam histori dan aib orang bisa kita telusuri.
Di era semacam ini, tantangannya justru merendah dan mengakui bahwa kita tetap tidak mungkin menjadi pakar dari segalanya.
Betapa kerdilnya makna pendidikan jika kita kira hasil Google seach mampu menggantikan dokter yang sekolah bertahun-tahun. Betapa congkaknya kita merasa bisa menggantikan content writer andal dengan ChatGPT. Betapa bodohnya manusia jika merasa kenal seseorang luar dalam dari hasil penelusuran internet.
Tak salah kalau orang-orang bilang ini zaman edan. Baca sedikit artikel di media sosial lalu mengaku pakar di bidang X. Lihat artikel Wikipedia lalu merasa sudah paling ahli. Follow Lambe Turah lalu merasa boleh menghakimi kehidupan orang lain. Itukah yang dibangga-banggakan dari kemajuan teknologi?
Mungkin titel-titel yang begitu mudah ditempelkan di poster acara membuat kita menjadi pongah. Merasa sudah menjadi pakar. Merasa layak dipanggil ahli. Nyatanya, pengetahuan kita masih sebutir pasir kecil dibandingkan luasnya samudera.
Inilah penyakit yang makin mewabah: sedikit tahu namun banyak bicara. Ironisnya, penderita sakit ini justru kerap diberi panggung. Orang-orang pendiam dan pemikir dianggap aneh karena tak mau cepat menjawab atau mengambil keputusan gegabah. Mereka justru dilabeli nyeleneh atau anti kemajuan. Adakah yang salah dengan melakukan observasi dan berhati-hati?
Di zaman ini, semua orang merasa pintar. Dalam situasi apapun selalu beropini dan mempersuasi. Makin sulit menemukan yang bisa mengaku, "Maaf, saya tidak tahu, perlu belajar dulu.."
4 notes · View notes
lebensmoode · 5 months
Text
Makanya jangan pongah, Samsul 😇
Jujurly gw lebih excited nonton debat capres sih daripada debat cawapres. Since their first debate, gw udah jengah banget sama gaya debat si paslon tengah yg menjatuhkan dan ingin terlihat sok pintar. Iya gw emang udah sentimen parah sama si anak jalur dalam ini, jadi udah gabisa objektif lagi. Namaste 🙏🏻
20 notes · View notes
gakpapa · 7 months
Text
Sepertinya tantangan baru bagi rumah tangga muda adalah masuk menjadi bagian dari masyarakat. Entah, mungkin ini aku saja atau ada juga yang lainnya. Tapi seperti yang dulu pernah aku tuliskan, membangun rumah tangga berarti kita sudah menanggung hidup bukan lagi ditanggung, jadi, tidak ada lagi nama orang tua yang bisa kita gunakan untuk menanggung segala tindak tanduk kita, terlebih jika kita hidup jauh dengan mereka.
Bermasyarakat ternyata tidak semudah itu, kita menjadi bagian dari mereka yang diantaranya sudah sepuh, sebagian lainnya baru senang senangnya jadi mbah ber cucu satu, sebagian lagi sedang matang matangnya tanpa tanggungan anak yang masih butuh perhatian, sebagian lagi,,, mungkin kita, dengan segala kerepotannya difase anak masih kecil, pun sedang memulai rumah tangga baru.
Jujur sebenarnya berinteraksi dengan mereka itu ngeri ngeri sedap, sebab kita belum tau latar belakang mereka, kalaupun tau, interaksi kita dulu tidak seintens sekarang, yang bikin kita mengenal sisi lain mereka. Ingin menyapa takut kalau ternyata sambutannya tidak sebaik yang ada dibenak kita, ingin bertanya ini itu, takut ada yang salah, bahkan terkadang tidak sadar kita membuat salah yang menyebabkan anggota masyarakat murka sekali, sebab ada tipe manusia yang senggol bacok, em, gak semengerikan bacok juga sih, hanya saja gampang tersulut hanya karena hal yang remeh yang bahkan tidak kita sadari kesalahannya. Bahasa pun mulai kita tata, kita yang dulu banyak berbicara dengan kawan seusia, harus banyak mengerem kata kata ngakrab yang nihil krama.
Tantangan tantangan hidup bermasyarakat banyak membuatku belajar, sebab selama ini ternyata kita tidak pernah benar benar menjadi bagian dari mereka. Saya seminggu yang lalu dimarahi tetangga, semua umpatan keluar, padahal saya membakar sampah di halaman rumah yang saya tinggali, memang sebagian asap ada yang masuk kerumahnya, tapi tidak lama dan tidak banyak, sebab itu aktifitas yang tidak sekali dua kali saya lakukan, bahkan saya pernah menyalakan 5 titik api dengan asap yang tentu lebih menyesakkan (sebab biasanya ibu pemilik rumah menyuruh, agar sekaligus membakar rumput yg ada). Posisi saya sedang sendiri, tidak seperti biasanya yang ditemani pemilik rumah, mungkin kondisi inilah yang menjadi kesempatan bagi tetangga ini untuk mengeluarkan segala bentuk keresahannya. Saya kaget, saya bingung, posisi saya sendiri, saya takut, sampai saya tremor, tidak tau harus bersikap apa, ingin menangis rasanya.
Ternyata mental saya belum seberani itu, ternyata saya mudah down hanya karena umpatan dan caci maki dari orang sekitar saya, ternyata saya belum tenang menghadapi hal mendadak yang diluar dugaan kita. Beberapa hari berlalu, saya mengingat kembali, bagaimana Rasul bisa setenang itu ketika dicaci maki, diboikot, berusaha dibunuh, dilempari kotoran, bahkan itu dilakukan oleh kaum beliau sendiri, bahkan sebagian dari mereka pun adalah saudara beliau. Bagaimana perasaan sesak saya jika saya ada di posisi beliau? Jika bukan karena faham ini memang bagian dari resiko dakwah, mungkin mundur dan menyerahlah pilihannya, tapi ini kondisi yang harus kita jalani, bukan untuk dipilih.
Menyampaikan hal yang kontra dengan keumuman yang ada, membuat kita ovt bahkan sebelum bertemu mad'u, seperti tadi sore ketika saya akan mengisi ttg riba ditengah ibu ibu. Takut, jika jika saya harus menerima ketidak terimaan mereka, takut jika saya akan mendapat cemoohan sebab seperti sok pintar, padahal usia belum seberapa, berlanjut dengan ketakutan materi yang akan diusung di pertemuan mendatang.
Yaa semoga Allah mudahkan
15 notes · View notes
bersuara · 8 months
Text
Dulu sewaktu SMP, aku punya teman yang baik banget menurutku. Dia sering dengerin ceritaku perihal cerbung yang aku baca (sewaktu aku SMP, cerbung sangat populer di Facebook). Pas sampai kelas, yang langsung ku cari adalah dia, aku langsung ceritain kelanjutan cerbung dengan antusias. Dia sambil ketawa ngangguk-ngangguk berusaha memahami kehaluanku sepanjang cerita.
Dia, baik menurut versiku. Ketika di kelas aku dijauhi dengan alasan sok pintar, dia dan dua temanku yang lain masih mau temenin aku. Sebaliknya, aku pun berusaha biar jadi teman yang baik buat dia. Dengerin seluruh kisah hidup yang dia ceritakan (ahhh aku nangis pas inget hahahaha).
Tapi takdir adalah milik Tuhan. Pas aku kelas 10/11 SMA, aku dapat kabar dari temanku yang lain kalau dia udah ngga ada. Pas pertama kali dengar, rasanya langsung kosong gitu aja, rasanya ngga percaya sekaligus menyesali karena setelah lulus SMP, aku dan dia cuma komunikasi lewat Facebook, itu pun hampir lost contact. Aku ngga tau kalau dia punya penyakit yang mengharuskannya untuk operasi, dia meninggal dalam keadaan berjuang (aahhhh beneran nangis).
Setelah dapet kabar dia ngga ada, rasanya aku denial, malamnya pas tidur aku mimpiin dia. Pas di mimpi aku nanya ke dia, kalau apa yang aku dengar ngga nyata. Tapi dia bilang yang aku dengar itu ngga bohong. Dua hari berturut-turut mimpiin dia. Aku menganggap dengan hadirnya dia dimimpiku, artinya dia minta doa dariku.
Aku cuma mau bilang ke dia, makasih karena udah jadi temanku. Yang ikut khawatir pas aku pingsan karena kena bola basket yang dilempar sengaja oleh teman cowo di kelasku, disaat teman yang lain malah ngetawain (aku inget sampai sekarang perihal kejadian itu, termasuk orang yang suka bully dan doain aku yang jelek-jelek).
Aaa nangis karena kangen ngga enak banget yah.
- 14 Oktober 2023
9 notes · View notes
itsnaboo-blog · 26 days
Text
Tentang Al-kahfi
Sepertinya sudah banyak yang kini paham keistimewaannya.
Rasanya ia viral belum begitu lama, bukan karena aturan baru, tapi kita saja yang baru tahu.
Beberapa menandingkannya dengan yasin, aku tak mengerti kenap harus begitu.
Keduanya bermakna sama bagiku di hari jumat. Kuncinya jika mampu, kenapa harus satu?
Sekali lagi, ini bagiku yang lahir di keluarga NU tapi besar dan belajar di lingkungan baru.
Kuncinya lagi mencari tahu, tidak puas diri berhenti di titik kenyamanan.
Bukankah kewajiban belajar sampai ke liang lahat? Siapa yang bilang hanya 9 tahun?
Sudahlah, 30 tahun sudah sangat menyerap energiku untuk memperdebatkan sesuatu yang tidak perlu.
Tapi dimana ada ilmu, sepertinya bisa dicoba satu dua melangkah
Al kahfi tidak hanya cerita tentang hari
Ia juga bercerita tentang pemuda yang tertidur beratus tahun
Yang harus hijrah dari negeri yang melarang mereka beriman kepada Allah ta’ala
Kemudian datanglah mereka ke gua, yang dengan perhatian-Nya Allah rawat raga pemuda pemuda ini tetap utuh setelah ratusa tahun kemudian
Yaa Rahmaaan, Yaa qayyum dan hanya Engkau sebaik-baiknya pengurus kami
Kisah lainnya yang menarik perhatianku adalah kisah Musa as dan khidr.
Sebelum mendalami al kahfi, nama khidr tidak asing bagiku.
Beberapa kalo ia muncul sebagai tokoh magic di buku cerita atau beberapa film religi seingatku.
Dan ketika aku menemukannya di kitab yang selama ini aku baca tanpa mengerti artinya, sangat mengesankan.
Ia datang sebagai tokoh yang tidak banyak bicara, tapi mengajari dengan contoh. Dan Musa as yang kita tahu adalah seorang nabi dan rasul, dan bahkan ulul azmi hadir meminta status murid oleh beliau.
Secara lahir, kami citizen yang judgmental ini menganggap paling tahu siapa statusnya harus di atas siapa. Kadang mudah juga melontar komentar “wah keren Musa mau menunduk pada khidr yang bukan seorang rasul” “wah bisa-bisanya Khidr diam saja saat diprotes musa”
Dan ternyata ini adalah ujian. Dan ternyata ini juga sarat hikmah bagi kita yang merasa berilmu merasa lebih tahu. Dan sekali lagi setidaknya bagiku ini sangat menampar.
Musa sudah diperingati aturan main menjadi murid khidr, tapi sayang sekali Musa tidak bisa lulus ujian ini. Terlalu lancang mengatakan kalau Musa merasa sok pintar sehingga tidak bisa diam dan memprotes tindakan khidr. Tapi jika dicerminkan kepadaku, jika aku memiliki peran seperti Musa, rasanya benar meskipun secuil kadang rasa merasa lebih puntar lebih berilmu menghantiui sehingga protes dilayangkan bertubi-tubi. Dan inilah mengapa ilmu harus disandingkan bersama adab, satu agar lulus ujian kedua yaa terlihat lebih indah kataku.
Beberapa waktu lalu kasus perceraian public figure semoat menjadi bahasan kami. Kami coba intropeksi rumah tangga kami. Kami melihat ujian merasa lebih tinggi bisa terjadi dimana saja.
Entah hartanya lebih tinggi, entah ijazahnya tertulis lebih tinggi, atau bahkan sertifikat kelulusan hafalan qurannya lebih tinggi. Aturan mainnya tetap ada. Saat-saat harus sami’na waatho’na itu nyata, tapi menahan ego rasanya tidaklah mudah.
Bukan patriarki, memang suami itu harus dihormati. Memang istri posisinya harus lebih menunduk. Dan catatan untuk kami agar bisa lulus ujian ini sama-sama, menelan anggur yang lebih manis dari shine muscat bersama, meminum air dari telaga kautsar bersama, ucap kita harus dijaga. Manusiawi merasa letih merasa tersakiti, tapi instropeksi dan memperbaiki diri agar Allah limpahkan kasih sayangnya lagi.
Hari ini hujan lagi, Alhamdulillah.
Tokyo, 13 Mei 2024
3 notes · View notes
willowtalks · 2 months
Text
Senangnya aku bisa menulis, aku dapat bebas meracau tanpa suara, mengeluh tanpa penghakiman dan berbicara pada mu tanpa harus kamu tau.
Tadinya aku sudah mengangkat barang, membereskan semua berkas untuk beranjak dari jalan menuju batinmu dan mengubah arah. Lantas.. ketika aku melihat setiap runutan doa, kenapa semuanya ada pertanda? apakah aku ini sedang sok pintar dan salah jalan?
Ketika aku berbalik badan menjauhimu, aku merayakannya dengan secangkir kopi pahit yang tidak kamu suka itu. Tiba-tiba binar matamu seolah memanggil dari belakang, suaramu seperti angin yang mengarahkan aku untuk kembali tenggelam dalam kedua bola matamu.
Bodohnya, aku kira aku sudah bisa berjalan disampingmu seolah-olah kita hanya teman karena sekarang aku sudah punya kopi pahit.
Tapi nyatanya tidak, aku masih menyimpan kantung di pelupuk mata yang berharap bisa kau minum
4 notes · View notes
caveeron · 2 months
Text
tentang rasa yang (mungkin) ga pernah terbalas itu.
lu tau? kadang rasanya gua mau teriak kontol depan muka lu tapi gua sadar kita bukan apa apa.
Tumblr media
kadang gua mau bilang "kangen" ke lu, tapi gua punya gengsi setinggi langit dan lu juga pasti ngira gua sesuka itu sama lu, terus nanti lu mungkin bakal sengaja nge-baperin gua, huh!
Tumblr media
tapi sebenarnya emang bener gua suka lu, tapi ga segede itu, maksudnya gede tapi ga banyak, eh bukan, gede tapi ga gede juga tapi gede. intinya gitulah.
mana gua gatau lagi kenapa bisa suka sama lu, tapi pastinya lu keren bet ( ga sekeren itu, jangan kepedean) dan tentunya lu pinter, baik dan kadang lucu juga [ahh anjirlahh]
nah, lu naro inikan di bio instagram lu(?) karna lu naro ini, gua mikir lu suka sama penyanyi n lagunya, jadi gua dengerin tuh lagu sampe Spotify blend kita — iya, Spotify blend kita (pasti lu bahkan ga inget, kita pernah blend Spotify, iyakan??) — tapi, emang enak sih lagunya, sebenernya gua juga takut ketauan kalo dengerin lagu yang sama kaya lu, karna bisa diliat dari "our song" [itu bukansih, namanya?] di Spotify blend. tuh liat benerkan?
Tumblr media Tumblr media
karna lu juga gua jadi terinspirasi mau jadi orang pinter — karna lu bilang "gua suka cewek yang lebih pinter dari gua" — gua tiba tiba jadi sering bahas soal, nge foto copy soal, terus juga gua jadi nanya nenek gua apa yang gapaham — sebenernya itu juga bisa jadi bahan buat ngechat lu sih, tapi gua juga tau lu bakal slow respon jadi yaudah lah anjir, gua tanya nenek [takut break heart, karna ga dibales chat nya wkwkw] — tapi, lu bilang gua niru verlinn [ini bikin my heart is potek potek, huhu]
Tumblr media Tumblr media
karna ada sekitar dua minggu lebih ga sih(?) kita ga kontakan, kalo ga salah segitu, gua yang gengsi setinggi langit ini, sok ngide buat nyari lu di anonymous sama Leo match, terus nanti, kalo ketemu gua bakal bilang, INI TAKDIR — wkwk aneh sih tapi yaudahlah —
Tumblr media
itu tuh gua sampe buat bojongsoang buat nemuin lu, mau pake telyufess or fest(?) — gua lupa tulisannya — gua juga ga berani dan hasil dari semuanya adalah nihil.
Tumblr media
karna lu suka orang pinter juga, gua waktu ABM (asesmen bakat minat) gua berasa gua udah cukup keren karna nilai gua tinggi tapi ternyata waktu gua bilang, lu ga bersaksi apa apa — ya wajar sih bukan siapa siapa juga. terus, karna lu suka orang pintar gua rasa sudoku itu udah keren, ketika gua dapan win streak di sudoku aja, gua udah merasa keren dan tetap aja gua ga cukup pinter buat itu (ya wajar juga sih).
Tumblr media
masih ada banyak lagi nanti gua lanjut (hehe)
soalnya ngantuk.
— hanumi, lebaran 2024
Rabu, 10 April 2024.
2 notes · View notes
enigmalestari · 3 months
Text
Tetangga Bajingan ( BABI ANJING PELABUR) YG SELALU PERASAAN LEBIH PINTAR DARI PADA KREATOR ALAM SEMESTA PARA 🐷 LAKNAT INI BARU MENYABOTASE WA KU DI HP KU YG VIVO JUGA XIAOMI. PARA 🐷 LONTE SIALAN INI SELALU MERASA SOK2 HEBAT SOK GENIUS DI BANDINGKAN KREATOR ALAM SEMESTA, MERASA SOK HEBAT MENGGUNAKAN UANG HARAM JADWALNYA HASI KORUPSI, HASIL KEJAHATAN, HASIL PELACURAN DAGANG PIKAT, HASIL KOMPLOTAN SINDIKAT CYBER CRIME BAHKAN MELAWAN SANG KREAYOR ALAM SEMESTA, PARA 🐷 PELACUR, GERNO, GIGOLOX PENJAHAT KELAMIN, PEZINAH HINA LAKNAT, BANGSAT INI SELLAU MELUDAH KE LANGIT, TERPERCIK MUKA PARA BABI ANJING SENDIRI, PARA 🐷 SELAMA YG SUDAH WAKTUNYA DI BINASAKAN MASSAL MEREKA BERSERTA SELURUH KELUARGA BABI ANJINGNYA, SUDAH WAKTUNYA BINATANG JALANG LAKNAT INI PADA MATI 😡😡😡😡😡😡.
2 notes · View notes
dinisuciyanti · 2 years
Text
Episode hidup
Sewaktu TK, aku hanya terobsesi dengan 2 hal, menggambar doraemon yang bagus dan menari “kuku kuku” nya chikita meidy di pentas seni kabupaten. 
Masuk SD, setiap dapat LKS di awal minggu caturwulan/semester, aku terobsesi untuk menyelesaikan semua latihan di LKS tsb, agar aku bisa main sepulang sekolah, ga pusing mikirin PR. Obsesi ku yang lain, mengalahkan ranking 1 si anak guru, tapi gak pernah bisa, mentok di ranking 2. 
Masuk SMP, aku pernah dipanggil guru biologi di 2 kelas berbeda, karna di kelas tsb tidak ada yang bisa jawab “kenapa pohon karet menggugurkan daunnya di musim kemarau”. Jadi aku yang jawab, karna aku bisa jawab pas beliau di kelas ku. Sok banget dini, padahal ini gak sengaja. Masuk kelas 9, guru matematika ku senang membuat PR dan mengecek jawaban muridnya. Jadilah aku, yang males salah ini, jawabannya bener terus, ketika yang lain berdiri 30 menit, aku duduk sendiri di kelas. Bodo amat. 
Semasa SMP, aku merasa, aku si pintar sendiri, ya ada sih yang lain, tapi gak banyak, mentok beda kelas, gak pernah beneran head to head sekelas sama anak pinter, I guess. Masuk SMA, kaget. Aku masuk ke kelas RSBI, isinya 80 besar ujian tulis tertinggi di sekolah tsb. Ujian yang sengaja dibuat untuk memilih anak RSBI, ada 2 kelas, per 40 anak. 
Pas kenalan, mengamati satu per satu, kaget, kok ya kalo gak anak olimpiade, anak debat, atau siswa berprestasi. Aku ini siapa? wkwkwk, insekyur. Tapi aku bersyukur, aku bisa melihat ternyata banyak anak yang lebih pintar di dunia ini, di luar zona nyaman desa ku yang jauhnya 27km dari kota.
Masuk kuliah, ya, udah lebih diverse lagi, se-nasional ada semua, makin gak ngerti kenapa ada yang UTS/UAS kalkulus nya 90+, dan itu mostly anak Fateta/Statistik. Anak gizi juga pinter-pinter sih, terpantau barisan sakit hati yang gak masuk FK, mostly jago di Biologi. Aku pernah, di ujian Anatomi (I guess), nilai ujianku sempurna. Jumawa dong. Tapi itu gak berlangsung lama, masih banyak yang lebih pintar dan cumlaude di wisuda. Tentu saja aku gak cumlaude gara-gara Kalkulus ku C. 
Masuk s2, ya so so sih. Karna cuma ber-12, jadi keliatan banget si paling belajar dan yang santai. Mostly gak ada pilihan lain selain belajar, yang penting lulus. 
Episode kehidupan yang, kalo dipikir-pikir, aku yang sekarang adalah cerminan aku yang dulu, dari segi sikap, how I deal with apa-apa yang ku hadapi dari dulu, sampai sekarang. Mungkin ini hasil dari anak yang tidak pernah di-push untuk belajar, tidak di-push bimbel ini itu, tidak disetir mesti masuk sekolah/ponpes, dan yang juga tidak diapresiasi sebagaimanapun achievement ku waktu itu. 
Semoga kita mendewasa dengan baik.
4 Desember 2022
25 notes · View notes
unimiff · 1 year
Text
Dua Puluh Delapan dan Pertanyaan-Pertanyaan "Kapan"
Tumblr media
Namanya Malika, tapi bukan kedelai hitam yang dirawat seperti anak sendiri. Usianya dua puluh delapan, jelang dua puluh sembilan tahun. Dia lulusan sarjana kampus kota gudeg dan magister kampus terkenal di negeri kanguru. Anaknya cerdas, wajahnya manis, perangainya baik. Cita-citanya tinggi. Rasa-rasanya kualitas perempuan yang oke hampir semua ada padanya. Namun, nasibnya tak seelok paras dan sel-sel otaknya. Apalagi semenjak dia memutuskan untuk pulang dan tinggal di kampungnya.
Dua tahun yang lalu, ayahnya sakit keras. Saat itu, Malika sudah memiliki karier yang bagus di ibu kota. Sebagai anak semata wayang, ibunya memintanya untuk pulang. Kata Ibu, Ayah menyebut-nyebut nama Malika terus. Jadilah Malika pulang, melepaskan kariernya yang cemerlang, teman-teman, dan sebagian kehidupannya di kota. Demi menjadi anak yang berbakti, dia menuruti saran ibunya untuk menemani ayahnya, sembari bekerja di kantor kecamatan di kampung mereka. Dua tahun berlalu, ayah Malika meninggal dunia. Dua tahun berlalu, Malika tidak pernah merasa terbiasa. Kampung yang dahulu dia rindukan tiap libur semester, rasanya sekarang berbeda.
"Ka, Ibu ke rumahnya Bu Tati dulu, ya. Rewang nikahan si Ranti, anaknya. Eh, kamu mau ikut?"
Pertanyaan Ibu di akhir sekadar basa-basi buat Malika. Toh, Ibu juga tahu, jawabannya pasti nggak. Namun, ternyata jawaban Malika kali ini berbeda.
"Tunggu sebentar, Bu. Pakai jilbab dulu."
Malika segera bersiap-siap. Desas-desus tentang dirinya yang dicap sombong karena jarang datang ke rewangan sampai juga di telinganya. Padahal, bukan karena itu Malika malas ikut kegiatan-kegiatan sosial di kampungnya.
"Hmm, si Ranti yang usianya lebih dari satu dekade di bawahku sudah mau nikah." pikir Malika. Begitulah. Lulus SMA, anak-anak gadis di kampungnya akan dinikahkan oleh orang tua mereka. Katanya, daripada jadi fitnah atau beban keluarga. Sungguh berbeda dengan dunia yang Malika kenal di luar sana, di mana kakak-kakak seniornya bahkan masih banyak yang belum menikah. Dan itu sungguh baik-baik saja. Namun, hal itu tidak akan berlaku di kampung ini.
Terbayang oleh Malika, dia hanya akan jadi bulan-bulanan pertanyaan orang-orang. Pertanyaan yang itu-itu lagi. Dan pertanyaan yang sama, yang tidak bisa dia jawab. Pertanyaan yang acap kali ditambah dengan pernyataan yang nyelekit. Daripada makin sakit hati, Malika meminimalisasi interaksi yang tidak perlu. Namun, kali ini dia memutuskan untuk ikut dengan ibunya.
Di kampung kecil ini, urusan pribadi seseorang akan menjadi urusan orang sekampung. Perkara si Joko kemarin maling ayam, anaknya Pak Mahmud jadi pengedar narkoba, istrinya Pak Ucup main serong dengan tetangga, hingga kucingnya Tania baru lahiran, beranak tujuh, semuanya dibahas. Entah itu di pasar, di pengajian ataupun arisan. Dan, perkara Malika sudah sering pula menjadi topik pembahasan.
"Eh itu si Malika, anaknya mendiang Pak Malik, udah hampir kepala tiga, kok belum kawin-kawin, ya?" Ada yang membuka pembicaraan.
"Biasalah, Bu. Terlalu pilih-pilih." Ada yang menimpali.
"Makanya, jadi perempuan tuh, jangan terlalu pintar. Yang ada laki-laki jadi takut." Ibu-ibu yang lain menanggapi.
"Ah, emang dasarnya nggak laku kali, Bu. Udah tua begitu siapa yang mau. Sok-sokan lulusan luar negeri segala, lagi. Orang kerjanya juga di kantor kecamatan doang. Masih mendingan anaknya kita-kita. Nggak usah sekolah tinggi-tinggi, dapat laki banyak duit. Lagian sombong amat. Nggak mau pacaran, pula. Mau dapat suami dari mana, coba. Seumuran dia, mah, harusnya sudah beranak tiga. Ini masih ngurusin kucing belang tiga."
Tawa ibu-ibu itu pecah. Mereka tidak sadar, Malika dan ibunya yang baru sampai mendengar semuanya. Sekuat hati Malika berusaha agar air matanya tidak tumpah. Perlahan, dia mengambil langkah mundur. Tujuannya hanya satu sekarang, pulang ke rumah.
"Tuhan, tolong aku," batin Malika.
Timbul rasa benci dalam hati Malika. Dia benci orang-orang kampungnya yang terus bertanya "kapan"? Mulai dari atasan dan teman-teman di kantornya, tetangganya, paman, tante, sepupunya, semuanya hanya bertanya-tanya, sembari menambahkan kata-kata
"Eh, perempuan itu, kalau sudah di atas 30 tahun, sudah habis masa berlakunya, sudah tidak singset lagi."
Dia benci nasibnya yang tiba-tiba berubah seratus delapan puluh derajat dan harus menghadapi kegilaan ini setiap harinya.
"Apakah mereka kira perempuan itu seperti barang yang ada masa kedaluwarsanya? Atau produk jualan yang dinilai dengan laku atau tidaknya?"
Malika takut lama-lama dia tidak kuat, dan menjalani hidup yang bukan sebenarnya hidup. Hidup yang tidak dia inginkan, bukan dengan orang yang dia inginkan. Hidup yang dijalani karena perkataan orang-orang. Orang-orang yang akan terus berkomentar, tanpa memberikan solusi dan jalan keluar. Malika takut dengan rasa benci yang muncul dalam dirinya. Perlahan, dia mulai menangis. Terisak, lama dan menyayat hati.
20230117
Bukan #30HariBercerita
7 notes · View notes
kafabillahisyahida · 2 years
Text
Astaghfirullah
Sering bicara dan memberi nasihat tentang agama tetapi diri masih jauh dari sempurna. Sering mengajak kepada kebaikan tapi diri masih jauh dari kebaikan . Bukan semata karena merasa pintar tapi karena terlalu besar rasa cinta pada keimanan.
Pantas jika orang berkata sok alim, mungkin memang begitu adanya aku sok alim. Sehingga Malu sebetulnya malu... Tapi aku tidak bisa berhenti hanya karena penilaian makhluk, orang2 tidak akan mengerti desakan dari hati yang peduli pada nasib umat ini kecuali mereka yang sama2 merasakan.
Sejak aku memutuskan untuk menjadi Hamba Allah yang sesungguhnya aku tahu salah satu tugas penghambaanku adalah harus menjadi agen dalam kebaikan. Meski aku tahu resikonya bahwa akan ada orang2 yang tidak menyukaiku, aku akan diajuhi orang2 yang merasa tidak sekufu...
Dan meski krn itu aku harus banyak belajar, dan bahkan seringkali aku tidak menyukai diriku sendiri, karena banyaknya kekurangan manusiawi, kebodohan yang bertubi2 . Ilmu telah menjadi tamparan demi tamparan yang menyadarkan, sekaligus siraman demi siraman yang menyejukan. Membuat mataku terbelalak ternyata perjalanku menjadi hamba yang Dia Ridhoi masih sangat jauh. Dosa2 bagaikan rutinitas sehari2, yang tidak disadari. Tak jarang beberapa ternyata sangat fatal. Hanya satu pertanyaan yang muncul berulangkali? Kemana saja aku selama ini? Islam apa yang aku jalani selama ini?
Ya mengapa seorang sepertiku begitu berani menasihati? Begitu suka bicara tentang agama, sampai2 rasanya aku tidak suka membicaran hal lain selain agama.Padahal aku bukan ulama... Hanya seorang hamba biasa... Yang punya kecintaan terhadap islam, yang bercita2 membesarkan Islam.
Ya Allah ampunilah dosa2 dan kekuranganku. Memang aku tak layak, memang aku bodoh, memang aku hina, tapi karena aku menyadari hal2 itu aku sedang mencoba terus belajar agar semakin tau dimana letak kurangku.
Kumohon jangan berpaling dari hambamu yang lancang ini.bila memang saat ini aku tak pantas. Ubahlah aku hingga pantas meraih cita2 tertinggi menjadi hamba yang Engkau ridhoi.
Hidup adalah belajar... Memang makin berat langkah, tapi aku tak bisa menyerah. Aku tak boleh kembali ke belakang. Demi Allah aku tak mau... Karena disini dijalan ini, dimana orang2 banyak membenciku, dimana orang2 menjauhiku, anehnya aku merasa bahagia.
Bagaimana akan puas seseorang dengan sesuatu selainMu? Apa yang didapat seseorang yang kehilanganMu? Ya Allah... Ini aku yang mengaku2 HambaMu
26 notes · View notes
vitriafebiola · 1 year
Text
Refleksi diri
Tumblr media
Dunia sudah semakin tua, dan sayangnya semakin membutuhkan peran-peran nyata dari kita, umat manusia.
Sepanjang perjalanan, kita akan melewati bermacam-macam fase kehidupan.
Orang-orang selalu bicara hak, lupa diatas hak masih ada kewajiban. Padahal, banyak orang yang mengingatkan itu.
Mereka berjuang untuk sesuatu yang orang lain abaikan, kewajiban bersama. Tapi yang mengabaikan kewajiban justru menertawakan, saat dipertanyakan yang tertawa bersembunyi dibalik hak berbicara.
Aneh, Miris!
Mereka bicara ilmu, orang bilang mereka sok pintar. Mereka bicara kebaikan, orang bilang mereka sok baik. Mereka bicara keburukan, orang berteriak aib harus disembunyikan. Mereka balas bicara semua yang orang lain bicarakan tentang mereka, namun si orang lain berteriak 'jangan ikut campur urusan saya, saya berhak atas semua pendapat saya.'
Ah, kita memang sering sekali melihat orang lain salah, tapi lupa dengan diri sendiri.
Hmmm, barangkali aku salah, orang lain itu bukan lupa, hanya saja kemampuan berpikirnya hanya sebatas air penuh dalam gelas. Yang merasa telah mengetahui segalanya, tapi hanya bisa memuaskan dahaganya, tanpa mampu berbagi.
Hmm..
Semoga aku salah.
Bukankah Tuhanmu berkata, untuk menjauhi prasangka dan curiga, karena sebagian dari prasangka adalah dosa. Juga, jangan terus-terusan hati kita ini diisi dengan mencari-cari keburukan orang (QS 49:12).
Karena sungguh merefleksi kesalahan diri sendiri saja terkadang kita masih tak mampu. Tidak perlulah menambah beban terlalu ikut campur urusan orang lain. Sebagaimana manusia paling mulia pernah berkata, "Hendaknya engkau sibuk dengan urusan privasimu" (HR. Ath-Thabrani No. 13).
Kalimantan Tengah, 21 Desember 2022
8 notes · View notes
nouurun · 1 year
Text
Berbicara baik atau diam
Mungkin di antara kita ga asing lg sama hadits ini:
‎((من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيراً أو ليصمت))
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, berkatalah baik atau diam.”
Ada beberapa jenis diam:
1. Diam bodoh : diam orng yg tidak mengerti sama sekali (tapi ini lebih baik diam dripda sok tau)
2. Diam malas : kurang baik, hrusnya bisa mengatakan ssuatu tp dia tidak mau
3. Diam sombong : diamnya orng yg gamau ngmng krena ngerasa gak level sm orng yg diajak ngmng
4. Diam khianat : diamnya orng yg sharusnya bersaksi, tp dia tidak mau
5. Diam marah : bisa buruk bisa baik, dripda dia mngatakan yg mnyakitkan itu lbih baik, tp diamnya orng mrah, ga menyelesaikan masalah
6. Diam utama/aktif : mampu menahan diri tidak berbicara untk kemaslahatan yg lbih luas. Diam untk menghindari perkataan dusta, menghindari perkataan yg sia-sia, mngindari komentar spontan dan nyeletuk. Kata yg berlebihan. Keluh kesah. Khawatir ria dan mengeluarkan kata2 yg menyakitkan, sok tau atau sok pintar.
📝 notes kajian ustadzah ani hanifah
5 notes · View notes
michael-jarda · 2 years
Text
[Outline] Bomb City, Pretty Women: Betapa Repotnya Masyarakat Pemuja Good Looking
***
Awalnya aku ingin menulis sekali lagi sedikit resensi film yang aku tonton tadi malam. Pertama film Bomb City (rilis 2017) dan film Pretty Woman dari tiga dasawarsa silam. Dua film ini sama-sama menggambarkan realita masyarakat pada umumnya , 'sok ngatur’ memberi stempel ukuran moral jika sudah berurusan dengan cara berpenampilan/berpakaian.
===
Pertama Bomb City. Film ini diangkat dari kisah nyata seorang penganut punk sejak dalam pikiran. Ia harus meregang nyawa dilindas mobil seorang anak sekolah klimis, kaya, superstar, pintar,---dalam sebuah tawuran.
Tragis! Si pembunuh lolos dari jerat hukum. Apa pasal?
Ya, karena dia berpakaian rapi, anak seorang jutawan, sekaligus atlet berprestasi di daerah tersebut. Sedangkan, si Brian anak punk  justru disalahkan habis-habisan hanya karena dia berbeda dari anak kebanyakan. Aku gantung dulu cerita Bomb City sampai di sini.
Tumblr media
Kedua, Pretty Women, ini film fiksi, menceritakan seorang pengusaha kaya sukses tersandung asmara dengan “perempuantunasusila”. Setidaknya pertemuan di jalan pada suatu malam gelisah itu mengakar dari ujung kaki hingga ke perasaan. 
Terpaksa, dan lagi, aku gantung kisah Vivien si “Pretty Women” di sini. Akan membutuhkan analisis yang rumit dan berbelit jika dibahas mendalam. 
Tumblr media
Benda material yang menyatukan dua film di atas penting dipaparkan di sini: 
Film ini sama-sama mempunyai obyek sakral: mobil! Jika kisah Pretty Woman bermula dari pertemuan WTS dengan pria yang tak ahli bawa mobil bergigi, maka Bomb City adalah petaka yang diakibatkan mobil.
Penilaian masyarakat dari cara berpakaian sama-sama menjadi irisan kedua film. Jika di Pretty Women butik-butik kelas dunia sampai meremehkan WTS bernama Vivien karena berpakaian seperti gelandangan, maka di Bomb City, derajat kemanusiaan dilihat dari seberapa seragam dan rapi cara seseorang berpakaian.
8 notes · View notes
Seri Bintang Tidak Terlihat
Cobra Hitam menjadi Cobra Putih
2 Korintus 4:18a
"Yang keliatan adalah sementara,yang tidak keliatan adalah kekal."
Aku sangat lemah soal pujian selama ini. Aku ingin terlihat. Ntah terlihat pintar seperti nikola tesla.
Terlihat punya body yang bagus seperti captain america ataupun terlihat cool seperti batman. Terlihat jago sorcery seperti john constantine.
Terlihat pinter dan punya eidetic memory atau photographic memory seperti Doctor strange dan Nikola Tesla.
Aku slalu mencari perhatian.
Rasanya aku ingin jadi pemain utama aku adalah tokoh utama. Namun semua berubah semenjak aku membaca buka tebal bernama Alkitab yang belum kubaca hingga selesai.
Bayangkan tokoh utama yang punya segalanya menjadi tokoh biasa2 dan bahkan mengorbankan dirinya sendiri, merisikokan apapun demi saya tokoh yang gila perhatian dan gatahu malu.
Bayangkan saya adalah domba kecil yang sangat lemah tapi merasa diri singa. Domba sok licik dan gila perhatian bagaikan domba yang merasa dirinya kobra hitam. Dusta adalah bisaku. Namun Sang Singa malah berubah mennjadi domba, mengosongkan tahta raja rimbanya demi menjadi domba lalu kemudian dia berkorban untuk menanggung kesalahan domba merasa kuat seperti kobra hitam yang gila perhatian dan penuh bisa dusta tadi. Kemudian dia mendadak bangkit menjadi Singa lagi dan pergi menyiapkan Kerajaan rimba yang baru.
Domba itu adalah aku semenjak aku tahu ini aku berubah tapi itu tidak mudah. Aku gagal. Aku gagal dan aku gagal. Tapi Sang Singa ada slalu untukku. Sang Singa mengasihiku dia melatihku dan sabar sama aku. Perlahan demi pasti dia memberikan ku tugas untuk menjadi Singa juga. Namun dia berkata kepadaku serigala2 tidak akan bisa lihat aku.
Sang Singa punya tugas khusus buat aku yaitu membuatku menjadi makhluk yang tidak terlihat oleh ular hitam dusta, singa mengaum2, serigala menyerupai domba padahal licik, kecoa gila panggung, nyamuk haus pujian, lalat kerakusan. Sang Singa mengubahku menjadi ular putih yang cerdik dan dia telah mengubah hatiku menjadi setulus merpati.
Aku masih proses tugasku adalah menjadi ular putih yang tidak terlihat melindungi teman2ku dari ular hitam yang tidak terlihat. Aku juga dilindungi oleh temen2ku supaya aku tidak terlihat.
Jujur menjadi ular putih sendirian tidaklah mudah karena itu aku butuh kawan2ku. Aku janji kawan2 aku akan buat temen2 semangat berperang. Aku punya kawan gorilla transfomer bersama pasangan hidup dia tipe leader yang hebat. Atau kancil pelanduk yang cerdik. Laba-laba kuat. belalang yang berjalan teratur. Semut yang rajin.
Aku janji aku ular putih akan melindungi semuanya demi Kemuliaan Sang Raja Rimba Singa. Karena namaku adalah.... Oh iya temen2 tidak akan ingat namaku. Yang temen2 ingat adalah keberadaanku yang membuat Sang Singa mendapat kehormatan lebih lagi.
Kendaraanku adalah cicak yang dapat ditangkap tangan tapi ada di dinding raja2.
Oh iya aku rindu ular putih pasangan hidupku yang memegang teguh ayat 2 Korintus 4:18. Dia ular putih python yang kuat dia akan mengikat musuh2 ku. Sementara aku kobra putih yang akan memakan dan memancarkan bisa roh.
Hhahaha analogi semua. Mohon maaf all.
Ditulis oleh
No Name
Tuhan Yesus datanglah segera.
Jakarta, 4 Februari 2023
6 notes · View notes
gladiollsusi · 2 years
Text
Sebagai anak newbie di tempat kerja yang sekarang, untuk sementara kita semua ditempatkan di 2 ruangan berbeda. Meski ada di 2 ruangan berbeda, ya isi nya kita kita aja. Para senior di lantai 1. Newbie di lantai 2.
Rencana pembagian ruang kerja akan menyusul.
Imbasnya lingkup pertemanan ya sesama anak newbie aja.
Sesama newbie, teman kerja yang laki-laki lebih sering menyibukkan diri sendirinya. Pokoknya tiap saat mereka sibuk. Saking sibuknya diajak bercanda atau ngobrol santai santai pun gak bisa. Diajak jalan ogah. Duh, kehabisan kata kata.
Ya ujung ujungnya geng Ciwi Ciwi yang lebih sering bersua. Juga nongkrong setelah pulang kerja.
Gak enaknya, gak ada yang bisa diandalkan untuk nyetir 🫠😔
Mau eksplorasi tempat wisata, tapi jaraknya jauh. Dan skill hamba gak cukup untuk rute tersebut
Heuh, boro boro nyetir luar kota, nyetir dalam kota aja hamba masih adaptasi disini 🙈
Tadi siang malah diomelin sama om-om yang sungguh pengen hamba sumpahin supaya perutnya sakit seharian ini 😤
Jelas jelas dia yang salah, malah nyolot balik.
Kita papasan di gang kos. Gang nya sempit. Kebetulan posisi kita itu hanya bisa lewat 1 mobil.
Hamba mau masuk parkiran kos supaya ntar dia bisa lewat, lah dia dari kejauhan udah langsung ngegas trus ketika bersisian dia malah nyolot,
“TEMPAT PARKIR MU GAK BAKALAN HILANG KALAU KAU KASIH AKU DULUAN JALAN”
Loh loh bukan gitu. Ini aku udah nyalain lampu sein loh dari tadi. Ente harusnya nunggu hamba masuk parkir dulu. Kalau pun mau nyerobot, tinggal nyalain lampu dim aja. ngasih tanda. GAK USAH NYOLOT TERIAK !
Tentu ku terkejut diomelin dengan nada teriak gitu. Juga karena ku merasa gak melakukan kesalahan.
Mau marah balik, tapi dalam hati mikir,
“Orang bodoh emang sering ngerepotin”
Oh bukan berarti ku pintar atau sok pintar. Tapi ada etika kalau mau ngomong 😤
4 notes · View notes