Tumgik
azfairuza · 2 years
Text
Semoga kamu cepat pulih. Bisa berjalan lagi. Atau bahkan berlari, melompat dan menari.
Jangan takut, sebab jika dipikir-pikir kegagalan adalah sebuah anugrah yang indah. Dia menasihati kita bahwa atas segala upaya dan usaha, manusia ini dasarnya lemah, dan keputusan akan kembali ada pada kuasa-Nya. Agar kita tidak lupa diri dan menganggap bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah karena usaha "ku".
Dan kau tahu apa yang lebih indah, Dia itu Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Sudah barang tentu segala keputusannya pasti dilandasi rasa kasih dan sayang. Maka kegagalan itu adalah sebuah kado indah.
Bisa jadi, kegagalan hari itu merupakan suatu jalan agar kita bisa bertemu dan saling bantu. Memang seperti tidak menyenangkan, ya? Tapi tetap saja bagiku adalah suatu anugrah bisa bertemu dengamu.
Kemudian bisa jadi ketika kau telah menerima dan ikhlas, kau tumbuh menjadi pribadi yang lebih kuat. Kau siap untuk menerima amanah-amanah yang lebih menantang.
Dan juga bisa jadi, kelak kau akan menjadi Ibu yang hebat, yang telah memahami kegagalan-kegagalan dalam hidup, dan mampu mengajarkan dengan baik pada anak-anakmu bahwa kegagalan itu juga anugrah. Sebab kau sudah melewatinya dan kau sudah mengerti dan kau sudah menerimanya dengan hati yang bahagia.
Bertahanlah dulu barang sejenak, semoga ada saatnya esok kita lewati segala dinamika kehidupan bersama-sama. Kita bagi rasa sedih, takut, luka, senang, dan bahagia. Dan kita bertumbuh menjadi sosok yang tidak terikat pada dunia.
12 notes · View notes
azfairuza · 2 years
Text
PERSIAPAN I
30092022 - Hari ke-0
Shuttle car
Dua minggu ini rupanya menjadi waktu yang sangat menguras energi dan juga emosi. Mempersiapkan semua kebutuhan sebelum berangkat ke OU tidak semudah yang dibayangkan. Meski rencana-rencana telah dibuat dengan matang dan agenda-agenda telah di susun dengan hati-hati, namun tetap saja semua bergantung pada kuasa-Nya.
Hal yang kulakukan mula-mula adalah mendata berbagai kebutuhan yang akan kubawa ke sana. Pakaian, peralatan, dokumen, dan tak lupa makanan. Sudah ku buat sebuah daftar yang ketika ku tunjukkan pada ibuku beliau berceletuk
"Akeh men lho, le? Kok banyak sekali?"
Ya, bagaimana lagi. Belum pernah pergi ke negeri seberang jadi benar-benar harus bersiap. Tapi mayoritas dari daftar tersebut sebetulnya barang-barang kecil. Jadi daftar kebutuhannya akan tampak panjang.
Yang jadi ribet adalah belanja. Ternyata tidak sedikit yang harus dibeli. Karena energi dan waktu terbatas, akhirnya dimanfaatkanlah teknologi belanja daring. Dengan menggunakan cara tersebut, proses belanja bisa dilakukan dengan sat set sat set. Meskipun tidak semuanya dilakukan dengan metode belanja daring, hanya berkutat pada pakaian dan elektronik saja.
Kekurangan dari belanja daring ini adalah ongkos kirim yang mahal sekali untuk pengiriman langsung. Karena waktu sangat terbatas, tidak memungkinkan untuk menggunakan metode bebas ongkir namun harus menunggu tiga hari. Lain kali, lebih baik dibeli sejak lebih awal saja.
Selain itu, belanja kebutuhan ini dilakukan juga di pasar simpang dan Borma. Mayoritas barang-barang kecil ini didapatkan di sana. Termasuk juga bumbu masak, mie, payung, kaos kaki, sandal dan sabun mandi.
Terima kasih juga harus disampaikan kepada @spamkata karena sudah membantu menyiapkan beberapa keperluan juga, yaitu gamis sholat dan kotak makan. Semoga dengan begitu aku tidak akan lupa sholat dan juga makan. Hahaha.
1 note · View note
azfairuza · 2 years
Text
64.
Nanti, kita berbincang lebih lama tanpa perlu takut dengan waktu yang memburu.
Nanti, kita jalan-jalan lebih jauh tanpa rasa was-was jika pulang larut malam.
Nanti, kita menghabiskan hari bersama dengan jemari yang saling menggenggam erat.
Nanti, kita boleh bepergian kemana saja tanpa perlu menakar jarak tempuh juga meminta orang lain untuk ikut serta menemani.
Nanti, satu demi satu mimpimu akan menjadi mimpiku juga. Begitu pun sebaliknya, berdua kita mewujudkannya.
Nanti, ketika sudah waktunya. Bersabarlah sebentar lagi, ya.
Selamat menunggu momen-momen indah yang nantinya hanya kita berdua saja yang tahu, tanpa drama.
Bazar, 09.25 | 06 September 2022
370 notes · View notes
azfairuza · 2 years
Text
MAGNET
Kau ciptakan kami sebagai kutub yang berlawanan
Aku utara
Dan Dia selatan
Kau jatuhkan kami pada bumi yang bersebrangan
Aku timur
Dan Dia bahkan lebih barat dari barat
Namun sejauh apapun itu
Lorentz telah bersabda dalam hukumnya
Bahwa kutub-kutub yang berbeda
Akan saling tarik menarik gayanya
Meskipun lemah
Meskipun perlahan
Gaya ini terus membesar
Seiring waktu kami bersabar
Dan jika memang demikian takdir
Niscaya aku akan bersatu dengan dirinya
Menjadi laksana dipol-dipol magnet
Yang berdansa dalam medan rahmat-Nya.
1 note · View note
azfairuza · 2 years
Text
Ingin Saja
Malam ini ada banyak ingin dalam benakku.
Aku ingin menuliskan semua isi kepalaku yang riuh ramai belakangan. Sebab jika kau tahu, aku sudah tidak punya lagi teman cerita, kecuali kepadaNya. Pun, aku tidak suka menulis dalam lembar-lembar diari karena tulisan tanganku mudah sekali memancing benih-benih perfeksionisku.
Aku ingin membuat puisi yang sudah ku susun sedikit demi sedikit sejak ahad lalu. Tentu saja ada fisika-fisikanya, di sana. Seperti biasanya yang pernah kau lihat.
Aku ingin membuat kolase video seperti janjiku padamu meskipun setelah kuamat-amati, video mentahnya sangat tidak editable. Entah bagaimana nanti hasilnya. Semoga baik-baik saja.
Aku ingin menceritakan akhir pekanku yang penuh dengan perjalanan-perjalanan kecil. Semua perjalanan tersebut timbul begitu saja dan tidak terencana. Mungkin salah satu karuniaNya agar aku tidak disibukkan dengan urusan galau, perut, dan kasur saja.
Aku ingin mengerjakan revisi-revisi thesisku yang tak tersentuh sejak bulan lalu. Juga, aku ingin menyunting naskah papermu yang sudah kau kirim beberapa hari lalu. Aku sadar pasti kau berharap lekas mendapat hasilnya, bukan? Maafkan manusia deadliner ini.
Dan di antara sekian banyak ingin-ingin itu. Jujur, aku ingin lekas tidur malam ini. aarrrgghh...
0 notes
azfairuza · 2 years
Text
Aammiin. I know it'll be worth the wait.
Jangan sampai karena satu impian yang belum terwujud kita melupakan ribuan nikmat yang telah Allah berikan. Semoga Allah karuniakan kita hati yang selalu bersyukur dan jiwa yang selalu bersabar.
545 notes · View notes
azfairuza · 2 years
Text
Tumblr media
Sometimes we need to slow down. Take a deep breath. Appreciate every single step that have taken us this far. Surely, the world can wait for a while. We won't miss everything destined for us. Relax.
1 note · View note
azfairuza · 2 years
Text
Berbaik sangkalah, Zak. Jangan overthinking. Serahkan urusan masa depanmu pada Allah yang Mahaadil. Sebab Allah Mahabaik dan kamu akan mendapatkan apa yang terbaik sesuai kebijaksanaan-Nya.
Jadi, maksimalkan hari ini dan syukuri setiap detiknya. Aal izz well!
0 notes
azfairuza · 2 years
Text
HIDUP ITU SEPERTI UAP
Oleh: WS Rendra
Hidup itu seperti UAP, yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap !! Ketika Orang memuji MILIKKU, aku berkata bahwa ini HANYA TITIPAN saja.
Bahwa mobilku adalah titipan- NYA, Bahwa rumahku adalah titipan- NYA, Bahwa hartaku adalah titipan- NYA, Bahwa putra-putriku hanyalah titipan- NYA …
Tapi mengapa aku tidak pernah bertanya, MENGAPA DIA menitipkannya kepadaku? UNTUK APA DIA menitipkan semuanya kepadaku.
Dan kalau bukan milikku, apa yang seharusnya aku lakukan untuk milik- NYA ini? Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh- NYA ?
Malahan ketika diminta kembali, kusebut itu MUSIBAH, kusebut itu UJIAN, kusebut itu PETAKA, kusebut itu apa saja … Untuk melukiskan, bahwa semua itu adalah DERITA….
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan KEBUTUHAN DUNIAWI, Aku ingin lebih banyak HARTA, Aku ingin lebih banyak MOBIL, Aku ingin lebih banyak RUMAH, Aku ingin lebih banyak POPULARITAS,
Dan kutolak SAKIT, Kutolak KEMISKINAN, Seolah semua DERITA adalah hukuman bagiku.
Seolah KEADILAN dan KASIH-NYA, harus berjalan seperti penyelesaian matematika dan sesuai dengan kehendakku.
Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita itu menjauh dariku, Dan nikmat dunia seharusnya kerap menghampiriku …
Betapa curangnya aku, Kuperlakukan DIA seolah Mitra Dagang ku dan bukan sebagai Kekasih !
Kuminta DIA membalas perlakuan baikku dan menolak keputusan- NYA yang tidak sesuai dengan keinginanku …
Padahal setiap hari kuucapkan, "Hidup dan Matiku, Hanyalah untuk-MU"
Mulai hari ini, ajari aku agar menjadi pribadi yang selalu bersyukur dalam setiap keadaan dan menjadi bijaksana, mau menuruti kehendakMU saja ya ALLAH …
Sebab aku yakin…. ENGKAU akan memberikan anugerah dalam hidupku … KEHENDAKMU adalah yang ter BAIK bagiku ..
Ketika aku ingin hidup KAYA, aku lupa, bahwa HIDUP itu sendiri adalah sebuah KEKAYAAN.
Ketika aku berat utk MEMBERI, aku lupa, bahwa SEMUA yang aku miliki juga adalah PEMBERIAN.
Ketika aku ingin jadi yang TERKUAT, ….aku lupa, bahwa dalam KELEMAHAN, Tuhan memberikan aku KEKUATAN.
Ketika aku takut Rugi, Aku lupa, bahwa HIDUPKU adalah sebuah KEBERUNTUNGAN, kerana AnugerahNYA.
Ternyata hidup ini sangat indah, ketika kita selalu BERSYUKUR kepada NYA
Bukan karena hari ini INDAH kita BAHAGIA. Tetapi karena kita BAHAGIA, maka hari ini menjadi INDAH.
Bukan karena tak ada RINTANGAN kita menjadi OPTIMIS. Tetapi karena kita optimis, RINTANGAN akan menjadi tak terasa.
Bukan karena MUDAH kita YAKIN BISA. Tetapi karena kita YAKIN BISA.! semuanya menjadi MUDAH.
Bukan karena semua BAIK kita TERSENYUM. Tetapi karena kita TERSENYUM, maka semua menjadi BAIK,
Tak ada hari yang MENYULITKAN kita, kecuali kita SENDIRI yang membuat SULIT.
Bila kita tidak dapat menjadi jalan besar, cukuplah menjadi JALAN SETAPAK yang dapat dilalui orang,
Bila kita tidak dapat menjadi matahari, cukuplah menjadi LENTERA yang dapat menerangi sekitar kita,
Bila kita tidak dapat berbuat sesuatu untuk seseorang, maka BERDOALAH untuk kebaikan.
NB: Tiba-tiba puisi ini tanpa permisi menyusup ke dalam tumpukan pesan-pesan WA. Mataku langsung terpaut ketika membaca nama WS Rendra. Ya, dulu aku pernah ikut lomba baca puisi Rendra. Kubaca secara seksama puisi tersebut dan yang kudapati adalah sebuah nasihat dan renungan. Untuk itulah di sini kuabadikan dan kubagikan juga puisi ini dalam Tumblr. Semoga bermanfaat.
Apakah kamu suka puisi ini? @spamkata
20 notes · View notes
azfairuza · 2 years
Text
Ulasan Buku: Bidadari Bermata Bening
Tumblr media
Judul: Bidadari Bermata Bening Penulis: Habiburrahman El Shirazy Penerbit: Republika Periode baca: 20220519-20220522
"Mas Afif, kau bilang akan menjagaku lebih dari menjaga dirimu sendiri. Kau akan menghormatiku seperti para nabi menghormati istri mereka. Bagaimana mungkin kau akan menjagaku, sementara kau tidak bisa menjaga dirimu, Mas?" -Ayna Mardeya-
Rasa-rasanya aku tertampar sewaktu membaca buku Kang Abik ini tatkala sampai pada ucapan Ayna di atas yang ditujukan kepada Gus Afif yang sedang terbaring lemah. Bagi manusia semacam diriku yang masih menjalani hidup sendiri ini, bila memang berniat untuk mengarungi waktu berdua dengan pasangan, lantas akhirnya memimpin, menjaga, melindungi dan menghormatinya dengan sungguh-sungguh, tentu aku juga harus mampu selesai dengan diriku sendiri. Mampu memimpin, menjaga, melindungi, dan menghormati diri sendiri. Kalimat Ayna tersebut nyatanya telah membangkitkan sebuah pesan bagiku untuk introspeksi. Ayna berhasil memaksaku menguatkan tekad untuk mampu berproses menjadi sosok yang lebih matang dan dewasa.
Itulah menariknya novel-novel karya Habiburrahman El Shirazy atau biasa disebut Kang Abik. Beliau mampu menyajikan tokoh-tokoh yang terasa sempurna, memiliki sifat-sifat yang luhur nan mulia, namun tidak menjadikan tokoh tersebut kurang relevan terhadap kehidupan sehari-hari. Malahan tokoh-tokoh tersebut tak jarang mampu menginspirasi dan dapat dijadikan teladan.
Sungguh, aku terpukau dengan pilihan tutur kata Gus Afif ketika berbicara dengan Ibunya, Bu Nyai Nur Fauziah. Meskipun Gus Afif sedang dalam kondisi yang berat serta berduka, dan jika dipikir-pikir juga terdapat kesalahan ibunya yang menyebabkan Ia harus mengalami kesedihan seperti itu, Gus Afif tetap ngajeni ibunya dengan menjaga adab dan sopan santun, berusaha agar tidak ada ucapan dan perbuatannya yang dapat melukai sang ibunda.
Begitu pula dengan kegigihan Ayna dalam bersabar menjaga dirinya serta ikhlas menerima takdir. Meskipun takdir dan cobaan bertubi-tubi datang menguji, kesabaran serta kecerdasan Ayna membuat ia tetap bertahan dan tidak melenceng dari prinsip hidupnya. Ia laksana Sinta yang sedang diculik oleh Rahwana, berusaha untuk menjaga diri dari noda, bahkan terus berkembang menjadi wanita yang lebih mulia. Dari kesabaran itu akhirnya muncul keberkahan-keberkahan dalam hidup Ayna.
Dari segi alur cerita, novel bercover mawar putih ini memiliki jalur cerita yang cukup umum seperti halnya kisah romansa. Dimulai dari adanya ketimpangan latar belakang, problematika restu keluarga, dipisahkan takdir, waktu, dan juga jarak, serta perjuangan agar bisa bersatu kembali. Beberapa bagian cerita memiliki tempo yang terasa cepat dan sepertinya masih dapat dielaborasi lebih lanjut. Selain itu, terdapat beberapa bagian yang menurutku tidak terlalu berperan besar dalam pembentukan alur cerita maupun karakter, misalnya saja kisah Neneng pasca pesantren. Bumbu-bumbu komedi bisa ditemukan dalam novel ini dalam jumlah yang wajar, sehingga tidak sampai mengubah genre novel menjadi romcom (romantic comedy).
Terlepas dari itu semua, bagiku buku ini sangat cocok sebagai bacaan di waktu senggang, ditemani segelas teh hangat (atau kopi) dan juga cemilan ringan. Gaya bahasa dan pemilihan diksi yang tidak berat, membuat novel ini bisa dibaca oleh remaja maupun dewasa tanpa harus mengernyitkan dahi.
Recommended!
NB: Terima kasih untuk @spamkata yang telah memotivasiku untuk menulis review buku seperti ini. Semoga setiap buku yang selesai dibaca, bisa dituliskan sebelum beranjak ke buku selanjutnya.
Pict by: bukurepublika.id
4 notes · View notes
azfairuza · 2 years
Video
Tumblr media
Simpan di sini juga karena aku suka fotonya.
Captured by @spamkata
Simpan di sini karena aku suka fotonya.
Captured by @azfairuza
4 notes · View notes
azfairuza · 2 years
Text
Sesungguhnya Allah Maha Baik dan semua takdir ini atas kehendak-Nya. Maka InsyaaAllah ini juga meruapakan yang terbaik, untukmu dan untukku.
Ikhlaskan Saja Kepergiannya
Kapankah tepatnya Allah mengembalikan Nabi Ismail as yang atas perintah Allah akan disembelih oleh ayahnya, Nabi Ibrahim as?
Atau,
Kapankah akhirnya Allah pungkaskan penatian puluhan tahun lamanya antara Nabi Ya'kub as dan putra kesayangannya, Yusuf as?
Jika jawaban pertanyaan pertamamu adalah, "Ketika Allah mengirimkan domba sebagai pengganti Ismail." dan pertanyaan kedua, "Ketika nabi Yusuf as telah memiliki kuasa dan kepemimpinan di Mesir."
Maka, jawabanmu salah.
Kedua pertanyaan itu jawabannya satu, yaitu ketika mereka (baca : Nabi Ibramim dan Nabi Ya'kub) telah mengikhlaskan rasa cinta berlebih terhadap putra-putranya untuk mendahulukan cinta (baca : ketaatan) kepada Rabb-nya. Ya, itu jawabannya.
Padahal bukankah Nabi Ibrahim as sudah menanti kehadiran anak pertamanya setelah 'penantiannya' yang begitu lama? Tentu saja ini hal yang berat baginya, tetiba muncul perintah dari Allah untuk menyembelihnya hidup-hidup.
Pun halnya Nabi Ya'kub as. yang akhirnya menerima dan mengikhlaskan kepergian putra kesayangannya yang cerdas nan rupawan, Yusuf as, yang kelak akan menjadi penerus risalahnya di muka bumi, kemudian disusul putra masih dari rahim yang sama oleh ibu Yusuf as, Bunyamin, yang merupakan obat penawar kesedihan setelah kehilangan Yusuf as.
Singkat cerita, perpisahan itu terjadi puluhan tahun lamanya, sampai dimana nabi Yusuf menjadi pembesar Mesir sekalipun, i'tikad untuk bertemu terus terhalangi, biidznillah. Hari demi hari Nabi Yakub as menangisi kepergian putra kesayangannya itu, hingga matanya memutih.
Sampai akhirnya Allah takdirkan mereka bertemu, setelah Nabi Ya'kub melepaskan dengan ikhlas terlebih dahulu bahwa kepergian putranya adalah kehendak dari Rabb-nya.
Maka, seperti pada judul diatas, ikhlaskan saja kepergiannya.
Kita harus yakin, bahwa selalu ada rahasia Ilahi kenapa suatu perpisahan itu terjadi. Berat memang, ketika harus mengikhlaskan orang yang teramat dicintai, tapi bukankah rasa cinta itu tidak boleh melebihi rasa cinta kita kepada-Nya? Bukankah seharusnya kita lebih harus menangis ketika yang 'pergi' justru Rabb dari hanya salah satu makhluk ciptaan-Nya itu?
Atau juga, bukankah jika rasa cinta antar sesama makhluk itu benar dan diberkahi, justru semakin meninggikan rasa cinta kita kepada Sang Khaliq dan akan menihilkan rasa cinta lain yang melebihi selain-Nya? Sebagaimana kisah akhir dari cinta Zulaikha kepada kekasihnya Yusuf?
Ya, sekali lagi, lepaskan saja kepergiannya. Ingat bahwa Allah itu Maha Pencemburu. Sebagaimana sabda Rasulullah,
"Tidak ada siapa pun yang lebih pencemburu dibandingkan dengan Allah". (HR Bukhari dan Muslim).
Jangan sampai cinta berlebih ke sesama makhluk melebihi rasa cinta kita kepada-Nya. Seringkali air mata luruh karena seseorang yang teramat kamu cintai itu, tapi pernahkah kamu melakukan hal yang sama bahkan lebih kepada-Nya? Untuk-Nya? Sekali? Dua kali?
Maka, sekali lagi dan terakhir, ikhlaskan saja kepergiannya. Tidak apa.
Percayakan sepenuhnya kepada-Nya. Jika memang dia, Allah takdirkan untukmu, maka dia memang untukmu, dan akan kembali dengan cara yang tak kamu sangka sebelumnya. Barangkali pun kepergiannya adalah cara Allah ingin mengganti yang lebih baik untukmu.
Sebagaimana nasihat dari Ibnu Qoyyim :
"Allah tidak mengujimu untuk menghancurkanmu. Ketika Ia mengambil sesuatu darimu, tujuan-Nya adalah untuk mengosongkan tanganmu untuk memberimu hadiah yang lebih besar lagi."
410 notes · View notes
azfairuza · 2 years
Text
Hari ini, aku benci dengan diriku sendiri.
Pasalnya aku telah membuatmu menangis semalam. Jelas sekali itu bukan tangis bahagia, sebab aku mencium bau kesedihan. Dan mungkin juga ada luka-luka. Entah seberapa dalam luka itu tergores, tapi kamu berkata belum pernah merasakan yang sedemikian. Maka semalam aku kalut, takut, dan panik.
Aku merasa begitu jahat karena telah menyakiti hati yang baik.
Padahal aku telah berjanji pada diriku sendiri untuk berusaha membuatmu bahagia. Atau setidaknya tidak menabur lara. Sebab, sejak awal sudah jelas aturannya, segala hal yang membuatmu bahagia akan membuatku bahagia dan segala hal yang membuatmu bersedih juga akan membuatku bersedih. Maka kemarin sejatinya aku telah menujam hatiku sendiri.
Sungguh, setelah kita mengakhiri pembicaraan semalam, rasa-rasanya aku ingin menghilang dari dunia.
Aku tidak sanggup membayangkan bulir-bulir air matamu yang tidak seharusnya terjatuh. Apalagi bila sampai dirimu susah tidur, padahal esok masih banyak hal yang harus kamu selesaikan. Aku takut mengacaukan harimu, mengacaukan hidupmu. Jadilah selepas itu aku hanya bisa terbaring kaku. Kepalaku berputar-putar, penuh sekali rasanya. Dadaku sesak layaknya terhimpit nestapa. Jelas sekali aku dihantui penyesalan. Kucoba memejamkan mata erat sekali, berharap lelap segera menguasaiku. Namun sialnya suara detak jam semakin membuat malam mencekam. Aku semakin terbungkam.
Astagfirullah Astagfirullahaladzim. Semoga Allah memaafkan kesalahan dan kedzalimanku ini.
Pun kepadamu, bolehkah aku memohon satu hal saja. Tolong maafkan salah-salahku, segala hal yang telah membuatmu bersedih, dan segala hal yang tidak berkenan di hatimu. Sungguh aku khawatir bila salah ini terbawa hingga Yaumul Mizan kelak. Izinkan aku berikhtiar untuk menjadi sesosok laki-laki yang lebih tegas, yang lebih mampu mengendalikan diri, serta lebih memahami urusan perasaan dan hati. InsyaaAllah ini semua akan menjadi pelajaran berharga dan InsyaaAllah aku akan terus belajar. Meski banyak sekali hal yang harus dibenahi, tapi selama Allah Yang Mahaasih masih mengizinkan aku terbangun di pagi hari, maka bagiku tidak ada alasan untuk berhenti.
Semoga Allah selalu menjagamu di manapun kamu berada. Menjaga imanmu dan menjaga hatimu. Dan semoga Allah selalu mengumpulkan dirimu bersama dengan orang-orang baik serta bertaqwa. Kapanpun itu. Aamiin Ya Mujibassailin.
Bandung, 23 April 2022 /21 Ramadhan 1443H
1 note · View note
azfairuza · 2 years
Text
Sebuah Ilustrasi #1
Izinkan aku bercerita tentang sebuah ilustrasi yang menggambarkan isi kepalaku. Sebab beberapa hari ini kepalaku terasa begitu aneh, sesaat dia begitu berat dan melelahkan namun sesaat yang lain dia begitu ringan hingga membuatku melayang-layang. Hal ini tentu berimbas pada organ tubuh lain, misalnya saja detak jantung yang ritmenya menjadi tidak karuan, perut yang tiba-tiba saja merasa mulas, tangan yang jadi mudah bergetar cemas, lidah yang kelu tidak bisa berkata-kata (meski dialognya sudah dihafal dalam kepala), serta nafas yang sesak dan acak-acakan (bahkan tidak jarang aku lupa untuk bernafas).
Aku teringat seseorang pernah berkata:
If you're overthinking, write! If you're underthinking, read!
Maka dari itu semoga tulisan ini bisa menjadi penawar atas gejala yang kuderita akhir-akhir ini. Tulisan ini spontan, apa adanya, dan tanpa penyuntingan intensif. Untuk itu mohon maaf atas kualitasnya dan selamat membaca.
Tanpa sadar aku sudah berada di sebuah trotoar. Di sebelah kiri aku mendapati berbagai bangunan dan tempat yang selama ini pernah ku lihat atau singgahi, sedangkan di sebelah kanan terdapat jalan raya yang sangat ramai kendaraan sampai-sampai aku tidak bisa menyebrang jalannya bahkan meski sinyal tanganku melambai-lambai di udara meminta untuk lewat. Tidak bisa. Mustahil.
Trotoar itu tidak sepi sebab aku bisa melihat banyak orang yang juga berlalu lalang. Sesekali di antara orang-orang tersebut ada yang menyapaku. Aku sedikit kaget dan kusunggingkan sebuah senyum kaku. Namun kulihat mereka yang menyapa ternyata adalah orang-orang yang pernah terlibat dalam hidupku, bahkan aku bisa menemukan teman-teman masa kecilku dulu. Aneh sekali.
Entah sudah berapa lama aku terdiam di sana, membalas sapaan demi sapaan, tidak tahu harus berbuat apa. Hingga kemudian benakku berkata, "kenapa kau tidak mencoba ikut berjalan menyusuri trotoar itu?"
Mungkin itu ide yang tidak buruk, tapi harus ke mana aku berjalan? Sebab trotoar selalu memiliki dua pilihan arah bukan?
"Pilih saja salah satu!" Kepalaku menimpali.
Baiklah, baiklah, baiklah. Meski tidak ada dasar analisis atau latar belakang pilihan, aku dengan asal memilih salah satu arah dan berjalan menyusurinya. Orang-orang yang ku kenal namun tidak searah hanya menyapaku sebentar lantas pergi begitu saja. Sedangkan mereka yang searah, tidak jarang menyesuaikan lajunya sehingga ia bisa mengobrol lebih lama denganku. Jujur itu hal yang menyenangkan karena aku merasa mendapat teman seperjalanan. Meskipun tidak lama kemudian mereka berpamitan dan kembali berjalan dengan laju masing-masing.
Aku terus berjalan. sejauh ini trotoar itu hanya lurus saja tanpa ada persimpangan jalan. Hingga pada akhirnya aku bertemu sebuah pertigaan. Ada dua pilihan jalan yang seharusnya bisa ku ambil, yaitu berjalan lurus atau berbelok. Jika ingin berjalan lurus maka aku harus menyeberangi jalan dan kalian sudah tahu bahwa itu mustahil dilakukan. Sedangkan jika berbelok, maka aku tinggal berbelok saja mengikuti alur trotoar, meskipun jalan tersebut terlihat kosong tanpa ada orang satupun, bahkan bangunannya pun sama sekali tidak ku kenal. Berbeda sekali dengan trotoar yang ku lalui sebelumnya.
Kalau seperti ini sesungguhnya aku tidak punya pilihan, bukan? Lantas apa maksud dari pertigaan ini?
Rupanya, ketika aku melihat trotoar seberang (bila semisal aku berjalan lurus), aku mendapati dirimu sedang berdiri di sana dengan raut muka kebingungan. Kamu mencoba untuk menyebrang namun percuma sebab tidak ada yang peduli dengan segala sinyal yang kamu berikan. Dirimu pun tampak risau bilamana harus berbelok dan menyusuri trotoar yang sepertinya juga asing bagimu.
Maka tanpa ragu, aku berteriak dari seberang sembari melambaikan tangan.
"Hei.."
Kau terperanjat kaget, mengamatiku penuh ragu, lantas melambaikan tangan perlahan dan menunjuk dirimu sendiri. Memastikan bahwa aku benar-benar memanggil dirimu, bukan orang lain.
"Iya kamu, apakah kamu mau lewat jalan ke sana? yuk bersama-sama! Kayanya tidak mungkin kita bisa menyebrang." Aku menyahut. Kamu menggigit bibir, sedikit bingung, namun tidak ada pilihan lagi. Akhirnya kamu memutuskan untuk mengangguk menerima tawaranku.
"Ayo kalau begitu.." Ujarku. Maka kami mulai berjalan bersama, menyusuri jalan yang sama, namun pada lajur trotoar yang berbeda.
To be continued
1 note · View note
azfairuza · 2 years
Text
Vaksin Penyakit Hati
Tadi pagi ada sebuah surel masuk yang isinya memberitahukan bahwa aku mendapat kuota untuk vaksin booster covid-19. Alhamdulillah, dengan begini, bila sudah divaksin booster, aku bisa mudik tanpa harus menggunakan prosedur korek hidung (baca: swab). Sebab bila terlampau sering dikorek, aku takut nanti hidung mungil gelap dan menggemaskan ini akan beradaptasi, sehingga bukannya sakit, malah keenakan dan habis itu ketagihan sebagaimana kalau korek-korek telinga. Misalnya pas diswab oleh mas-mas perawatnya dan tiba-tiba pasien yang diswab berkata "Agak ke dalam dikit mas, nah, kiri dikit, nah... pas... ahh.. terus mas..." Kan ya menyeramkan bin menakutkan. Apalagi harga komoditas sekarang sedang pada naik, siapa tahu para bandar swab akan ikutan latah menaikkan harga. Wah siap-siap terkena kanker (kantong kering) bila korek hidung menjadi hobi sehari-hari.
Ini apa sih kok malah ngomongin korek hidung?
Oke, sebenarnya aku hanya ingin bercerita terkait sebersit pemikiran. Kira-kira apakah ada yang namanya vaksin penyakit hati? Penyakit hati yang kumaksud bukanlah penyakit seperti hepatitis A, B, atau C (hepatitis D dan E tidak ada karena belum lulus atau mengulang), melainkan penyakit hati yang menyebabkan munculnya sifat-sifat negatif pada manusia. Seperti yang kita sudah sama-sama tahu bahwa salah satu penyakit yang berbahaya, yang menjangkiti umat manusia adalah penyakit hati tersebut. Sebab dari sana seringkali timbul kerusakan-kerusakan di muka bumi dan Allah benci terhadap hal itu.
Sebagai contoh ada 5 penyakit hati berdasarkan riset yang kulakukan dengan bertanya kepada Syeikh Google Al-Browsery, yaitu sombong (takkabur), mengagumi diri sendiri (ujub), iri dengki (hasad), suka pamer (riya'), dan kikir (bakhil). Dengan adanya vaksin untuk penyakit-penyakit tersebut, maka orang yang sudah divaksin akan jauh lebih kebal dan resisten. Masalahnya, bagaimana cara vaksinasinya? pertanyaan ini berputar di kepalaku.
Mungkin yang pertama adalah tetap dengan disuntik. Benar, disuntik dengan ilmu dan pemahaman. Jika seseorang mendapatkan ilmu dan pemahaman, utamanya dalam masalah akidah, iman serta akhlak, seharusnya imunitasnya terhadap penyakit hati juga meningkat. Proses suntik menyutik ini dilakukan dengan mengikuti kajian-kajian keilmuan atau kalau bahasa anak muda yaitu dengan mengikuti mentoring rutin. Nah disini terlihat perbedaanya jika penyakit covid misalnya harus disuntik sampai 3 dosis (semoga tidak ada dosis ke 4 karena saya takut jarum, asli), maka vaksin yang satu ini dosisnya jauh lebih banyak. Dan semakin sering "divaksin" maka efeknya akan bertahan semakin lama.
Lantas jika konsep vaksin adalah virus yang dilemahkan kemudian disuntikkan ke dalam tubuh, maka vaksin penyakit hati ini mungkin juga bisa dilakukan dengan konsep yang sama. Bedanya yang disuntikkan adalah pengalaman orang lain. Ya, orang lain yang mungkin pernah mengalami sakit seperti ini dan alhamdulillah diberi kesembuhan oleh Allah. Penyintas bisa berbagi pengalaman kepada anak-anak muda. Pengalaman yang dibagi meliputi betapa buruknya masa-masa ketika dihinggapi penyakit tersebut serta kiat-kiat ikhtiar yang telah dilakukan sehingga Allah berkenan memberi kesembuhan. Dengan begitu orang lain juga akan bisa lebih waspada, hati-hati, serta tahu penanganannya bila ada gejala terjangkit penyakit hati.
Tentu, mencari orang yang seperti di atas tidaklah mudah. Untuk itu menurutku cara pertama lebih disarankan. Yah, semoga kita semua dijauhkan dari penyakit hati. Pun bila ada yang sakit, semoga Allah memberikan kesembuhan sehingga hati menjadi bersih kembali.
1 note · View note
azfairuza · 2 years
Text
Persoalan Tidur Yang Susah Diatur
Manusia itu makhluk yang lemah. Tidak sepertinya Tuhannya, Allah Yang Maha Perkasa, manusia harus tidur setiap harinya. Jika tidak tidur, makhluk yang sering mengeluh ini akan menambah keluhannya . Mulai dari mengantuk, pusing, tidak fokus, emosian, mata merah, rambut acak-acakan, lupa mandi, ngelantur, halusinasi, lemas, letih, lunglai, dan lesu. Bahkan manusia akan mengeluh lapar, meskipun dia tahu bahwa lapar tidak bisa mengobati kantuk, malah semakin menambah kantuk. Tengok saja orang yang tidak tidur (baca: begadang), mereka nyatanya lebih sering berhasrat untuk mengunyah, mengunyah dan mengunyah.
Masalahnya aku termasuk manusia, dan aku termasuk manusia yang lebih lemah daripada yang lemah. Setiap hari aku habiskan waktu sekitar 7-8 jam hanya untuk menjelajahi dunia mimpi yang terkadang tidak jelas, penuh fantasi, terkadang gelap saja, terkadang menyeramkan, tapi juga kadang menyenangkan karena ada "dia", hehe. (baca tulisan day 0 terkait "dia"). Meskipun kata dokter bahwa waktu tidurku merupakan wajar dan bagus, namun aku merasa telah mubazir waktu dengan tidur sebanyak itu. Aku ingin tidur hanya 4 jam saja, atau kurang, atau bahkan tidak tidur sekalipun (yang ini tidak mungkin sebab tidak tidur sekalipun ini kemungkinan akan berimbas pada tidur selamanya dan mendapat gelar kehormatan almarhum, Wassalam)
Untuk itu selama Ramadhan ini aku ingin belajar mengurangi waktu tidur. Aku mendapat nasihat untuk mengurangi secara bertahap dulu, jangan terlalu ekstrim sebab tubuh belum beradaptasi. Mungkin dari 7 jam turun ke 6 jam, lalu 5 jam ketika sudah mulai biasa, selanjutnya 4 jam, kemudian 3 jam, lantas 2 jam, terus 1 jam, dan terakhir tidak tidur sama sekali (Wassalam lagi).
Mendengar nasihat itu, aku mencoba memalamkan jam tidur dan tetap bangun pada pagi yang sama (sebab kalau tidak bangun kemungkinan wassalam). Biasanya aku tidur jam 11, esoknya ku tidur jam 12, dan berhasil bangun jam 4 pagi. Ketika kukira berhasil tidur 4 jam hari itu, rupanya saat jam 7 pagi, aku dikelabui oleh alam bawah sadar untuk rebahan di kasur. Alhasil tidurlah aku sampai jam 9.30. Sehingga total aku tidur 6,5 jam. Balik lagi ternyata, haduh. *Tepok jidak*
Tulisan ini harusnya diposting semalam (setiap malam), tapi kemarin aku sangat asik sekali mengoprek Ubuntu dan vscode. Ketika sudah sadar, waktu menunjukkan pukul 1 malam. Aku memutuskan untuk tidur dan alhamdulillah bisa bangun pukul 3.30. Tidur hanya 2.5 jam. Wah bangga sekali aku bisa tidur sependek itu, namun kebanggaan hanya berlangsung selam 2 jam saja. Sebab pukul 5.45 tubuhku melakukan protes besar-besaran (kali ini tidak perlu pakai taktik menglabui, langsung serang). Kantuk menyerang hebat saat aku harus mengikuti program harian sekolah secara online. Jelas, tubuku yang menang. Aku terkapar dan tersadar pukul 9.45. Jadi kalau ditotal aku tidur 6.5 jam lagi. *tepok jidat lagi*
Sungguh Allah Maha Kekal, senantiasa mengurus makhluknya, tidak mengantuk lagi tidak tidur.
1 note · View note
azfairuza · 2 years
Text
Tumblr media
Ramadhan Terakhir..
Bagaimana bila ini adalah pertemuan terakhirku dengan bulan Ramadhan?
Pikiran itu terbesit di kepalaku, menyusup dalam euforia kebahagian berjumpa dengan Ramadhan, meski pertemuan ini nyatanya sudah berulang kesekian kalinya. Aku lantas termenung, teringat bagaimana kuhabiskan bulan-bulan Ramadhan sebelumnya dengan kurang persiapan, kurang mantap dan kurang maksimal. Sesal, jelas. Sedih, pasti. Jika ini merupakan kesempatan terakhir, maka sudah tentu jawaban paling tepatnya hanya satu,
Berikan yang terbaik!
Tetapi, setelah dipikir-pikir juga, rasa cemas ini sebenarnya merupakan hal baik menurutku. Dia tidak membawa ketakutan yang membuat diri menjadi lemah. Dia tidak membawa kegelisahan yang membuat diri menjadi gundah. Dia tidak membawa putus asa yang memaksa diri untuk menyerah. Sama sekali tidak. Justru pertanyaan ini bagaikan hidayah, yang memberikan semangat agar diri mau berusaha memberikan yang terbaik, mau berusaha untuk memaksimalkan setiap waktu, tenaga dan pikiran, mau berusaha agar kesempatan terakhir ini tidak menjadi kesia-siaan.
Untuk itu, Sudah semestinya Ramadhan kali ini aku berniat untuk berusaha menyempurnakan amalan-amalan yang masih jauh dari sempurna. Aku juga ingin bisa lebih disiplin serta istiqomah melaksanakan setiap target yang telah dibuat. Mengatur setiap waktu dan capaian harian yang tidak memberatkan. Pun aku ingin produktif utamanya dalam hal urusan akademik, riset dan tesis.
Jujur, aku bersemangat sekali. Semoga Allah menjaga semangat ini seterusnya. Aamiin.
Hal terakhir yang mejadikan Ramadhan - yang mungkin terakhir - ini lebih berwarna adalah anugerah Allah yang telah mempertemukanku dengan "dia", makhluk istimewa yang selalu berhasil menarikku ke dalam dunianya yang sunyi tenang penuh warna, mengubah suasana hatiku menjadi taman bunga segala rupa, membuat mataku berbinar-binar terkesima. Entah sebab apa hingga aku layak dipertemukan dengan sosok istimewa itu. Yang jelas aku bersyukur sekali. InsyaaAllah, nanti kuceritakan tentang "dia" di lain masa.
Jika ini adalah Ramadhan terakhirku, maka aku ingin ini menjadi Ramadhan terbaikku. Itu saja.
sumber gambar: https://dki.kemenag.go.id/media/resized/800x/ffca14c36e3ba2b5ae5389ccb1f1b902.jpeg
1 note · View note