Tumgik
fiyafy · 1 year
Text
Seperti Bersepeda
Minggu ini dapat tontonan anime baru yaitu "Yowamushi Pedal". Sejujurnya aku meng-underestimate anime ini karena style posternya. Namun, setelah nonton episode pertama, ternyata animenya seru banget.
Tumblr media
Anime ini bertemakan olahraga balap sepeda. Dalam ceritanya, terdapat seorang tokoh anak SMA bernama Onoda yang merupakan seorang otaku dan outsider ternyata memiliki bakat terpendam dalam bersepeda yang tidak disadarinya. Awalnya aku pikir karakter Onoda akan menjadi karakter yang lemah dan membosankan. Namun, yang ada justru sebaliknya. Onoda menjadi tokoh yang cukup menginsipirasi karena ketulusan dan kemauan dia untuk berusaha keras.
Ada satu kutipan yang selalu teringat di kepalaku dari anime ini. Kutipan ini disampaikan oleh Naruko kepada Onoda ketika Onoda berpikir bahwa dirinya tidak memilki kemampuan dan mau menyerah ketika balapan
Jangan menyerah sebelum balapannya dimulai. Jika sulit, teruslah bertahan dan terus bertahan. Bertahanlah sampai kau kram dan berdarah. Lalu akan tiba waktumu untuk bersinar. Pasti ada hal yang bisa kau kuasai. Bertahanlan dan tunggu peluangmu. Selama kau melakukannya, kau akan bisa menyusul didepanmu.
- Naruko
Lagi-lagi perkataan yang bikin termenung mikirin masa depan. Sejujurnya, setelah pendidikan berakhir, aku sering merasa tertinggal dengan teman-temanku yang mempunyai tujuan dan perencanaan arah hidup yang jelas. Teman-temanku di pusat ilmu budaya bangsa kalo dipikir-pikir emang banyak yang pada high achiver dan punya mimpi yang besar. Kerasa minder banget kalo dengerin mereka cerita karena mimpiku ya gitu-gitu aja (gitu-gitu apaan coba wkwk). Dengerin kutipan itu memberikan comfort pada diriku sendiri.
Seperti bersepeda, terkadang ada kalanya kita harus bergerak lambat untuk menyimpan energi dan kemudian meningkatkan kecepatan ketika tujuan sudah didepan mata. Terkadang kita ketemu jalanan yang datar dengan angin kuat atau bisa bertemu dengan tanjakan yang tajam atau juga bertemu dengan jalanan yang berliku. Hal yang perlu diingat terkadang kita ga perlu untuk bisa segalanya.
Misal mungkin kita tidak terlalu ahli bersepeda dalam jalanan datar. Ketika kita melalui rintangan itu, orang-orang yang ahli dalam rintangan itu berbondong-bondong menyalip kita. Kita mungkin tertinggal dibandingkan yang lain. Namun, akan ada waktu dimana, kita akan menghadapi rintangan yang kita kuasai dan itu menjadi kesempatan kita untuk melaju lebih jauh.
Seperti yang naruko bilang,
Pasti ada hal yang bisa kau kuasai. Bertahanlan dan tunggu peluangmu.
9 notes · View notes
fiyafy · 1 year
Text
Perjalanan Kopiku
Salah satu hal yang bikin aku semangat untuk menghadapi hari adalah kopi. Kalo pagi ga ngopi tuh rasanya kayak mainan yang kagak ada baterai tapi masih dimainin juga (meski ga jelas pokoknya gitu aja ya).
Awal mulai sering minum kopi adalah ketika SMA karena aku orangnya pelor banget sering ketiduran di kelas. Minumnya kopi manis kemasan aka n*sc**e. Dulu kopisyop kagak ada, jadi ga kenal tuh istilah espresso, americano, latte, cappuccino, dsb. Baru mulai kenal ketika masuk kuliah, itu pun belajar karena ampas pernah pesen espresso murni dan kagak tau cara konsumsinya gimana.
Sambil menyeruput kopi ketika menulis ini, aku jadi sadar bagaimana kebiasaan minum kopiku berubah beberapa tahun ini. Dari awalnya minum kopi kemasan yang manis, terus mulai suka sama macam latte americano biasa beli di kopisyop, kemudian mutusin buat racik kopi sendiri secara manual meski masih pakai kopi bubuk, dan sekarang lagi tertarik belajar menggunakan coffee maker dan ngebuat kopinya dari awal biji kopi.
Dulu kayaknya aku ga mikirin kesehatan dan pengennya selalu sesuatu yang instant. Aku melakukan sesuatu dengan cara paling mudah dan cepat. Padahal kadang ada pilihan dimana aku dapat memilih untuk menyelesaikan sesuatu dengan perlahan dan menikmati setiap prosesnya.
Makin ke sini juga rasa kopi kesukaan makin beda. Sebelumnya suka yang manis banget, sekarang prefer yang pahit. Apakah mungkin semua itu karena semakin kesini aku semakin bitter dan sarkas? hahaha
1 note · View note
fiyafy · 1 year
Text
Apa yang tersembunyi
Dapat pelajaran dari liqo beberapa hari yang lalu
"Kita sebagai manusia menilai seseorang berdasarkan aspek zahir (luar), apa yang tersembunyi itu perkara Allah."
Jujur sebulan ini rasanya ada banyak perasaan negatif ketika ketemu pasien. Rasanya ada banyak kekesalan jika bertemu dengan pasien yang bagiku terkesan 'main-main' dan datang hanya sekedar minta surat sakit.
Padahal kalo dipikir lagi sekarang kesan mereka yang ada dalam pikiranku hanyalah sebuah asumsi atau prasangka (Dzon). Adanya prasangka tersebut tanpa aku sadari menjadi sebuah pembenaran tindakanku untuk men-judge pasien dan menimbulkan perasaan negatif terhadap mereka. Parahnya aku kadang menunjukkan perasaan itu.
Sepertinya ku harus mulai lagi melatih mindfullnes.
1 note · View note
fiyafy · 1 year
Text
To Comfort Always
To cure sometimes, to relieve often, and to comfort always
Salah satu kutipan terkenal di kalangan mahasiswa kedokteran dan dokter. Secara harfiah sebenarnya kutipan ini menjelaskan tentang 3 prinsip utama dalam pekerjaan seorang dokter. Surprisingly, menyembuhkan pasien dari penyakit menduduki kasta terendah. Hal yang paling utama justru adalah membuat pasien nyaman. Namun, sayangnya tujuan paling utama ini justru yang seringkali terlupakan.
Ngomongin soal ini, aku jadi teringat salah satu episode di hospital playlist. Di episode itu seorang residen bedah saraf memarahi pasien karena pasien tersebut tidak mau menuruti kata-katanya. Padahal menurutnya apa yang dikatakannya adalah untuk kebaikan pasiennya. Seorang konsulen bedah saraf yang melihat kejadian itu sangat kecewa dengan sikap residen tersebut kemudian mengajaknya berbicara setelah operasi. Konsulen tersebut mengatakan kepadanya untuk tidak pernah lagi memperlakukan pasien seperti itu.
Tumblr media
Dia juga mengatakan bahwa profesi dokter dan tenaga kesehatan adalah hal yang sulit dan sebaiknya kita menghindari untuk "terlalu nyaman" ketika melakukan pekerjaan. Ketika kita terlalu nyaman dalam melakukan sesuatu dan merasa sudah "jago" untuk melakukannya, kita akan mulai menurunkan kehati-hatian dan mulai menyepelekan hal-hal yang penting, salah satunya adalah sikap kita kepada pasien.
Beberapa bulan yang lalu ada sebuah kejadian yang menjadi tamparan bagiku dan membuatku sangat memaknai hal tersebut. Saat itu aku sedang menjalani kegiatan POSBINDU dan mendapatkan pasien dengan gula darah mencapai 500. Pasien tersebut tidak melakukan kontrol minum secara teratur. Aku begitu kaget dengan hasil pemeriksaan tersebut dan aku mulai meracau tentang pentingnya berobat rutin, komplikasi yang dapat terjadi, dsb. Pasien tersebut kemudian berkata.
"Dok, apa yang dokter katakan membuat saya takut. Tidak ada yang tau kematian dok selain Allah."
Setelah kejadian itu, aku banyak berpikir dan mengevaluasi sikapku kepada pasien. Aku mulai menyadari bahwa terkadang aku bersikap ngotot dengan pasien. Aku sangat sering menggunakan kata "seharusnya"
"Seharusnya ibu tidak melakukan ini"
"Seharusnya bapak minum obat teratur"
"Seharusnya ibu melakukan ini"
dan berbagai seharusnya yang lain. Seolah-olah jika pasien tidak melakukan hal tersebut, pasien akan mengalami kematian. Apa yang dikatakan ibu itu benar, tidak ada yang tau kematian bahkan dokter sekalipun. Oleh karena itu, dokter hanya boleh mengatakan dan melakukan suatu hal sebaik mungkin.
Sejak saat itu, aku mulai belajar kembali bagaimana aku seharusnya bersikap kepada pasien. Aku belajar dari terapisku bahwa ada kata yang lebih baik dari seharusnya, seperti kata "sebaiknya" atau "saya anjurkan". Sebuah hal yang sederhana, tetapi ternyata setelah aku lakukan dapat membuat dampak yang sangat besar.
Balik lagi bahwa tugas utama dari dokter adalah memberikan rasa nyaman dan aman. Aku rasa tidak ada dokter yang mau menjadi sumber ketakutan untuk pasiennya, aku rasa setiap dokter ingin dapat menjadi "harapan" dan membuat pasiennya menjadi lebih baik.
Oh iya satu lagi, tidak ada penyakit yang "ringan". Setiap penyakit memberikan rasa tidak nyaman kepada penderitanya dan beberapa dapat mengubah hidup mereka dari yang sebelumnya. Selalu bersiap untuk melakukan breaking bad news.
Aku harap aku akan selalu ingat to comfort always kepada siapapun.
1 note · View note
fiyafy · 2 years
Text
Filosofi Rubik
Setelah selesai pendidikan, salah satu hal yang aku kembali tekuni adalah bermain rubik. Membenarkan setiap pola yang teracak menjadi suatu keasikan tersendiri bagiku. Dulu, rubik menjadi cara bagiku untuk melarikan diri dari "interaksi dengan manusia". Ketika aku bermain rubik, aku tidak harus berbicara dengan orang lain. Sekarang, bermain rubik menjadi sebuah "anchor" dalam hidupku.
Pertama kali aku bermain rubik adalah ketika SMP. Melihat temanku memainkannya memicu rasa penasaran dalam diriku. Rubik pertamaku adalah rubik 3x3. Aku menyelesaikannya rubik tersebut dalam waktu 7 hari dengan metode layer by layer. Layer pertama dan kedua aku bangun dengan caraku sendiri. Setelah itu, aku belajar dari temanku untuk menyelesaikannya. Rasanya sangat puas sekali ketika aku bisa menyelesaikannya. Setelah itu, aku mulai memainkan berbagai macam rubik lainnya.
Oke, balik lagi ngomongin rubik, tau ga sih kalian kalo rubik pertama itu dibuat untuk sebagai model pembelajaran untuk mahasiswa arsitektur oleh Erno Rubik. Bahkan dia sendiri ga sadar kalo yang dia buat itu permainan puzzle sampai dia sendiri ngacak-ngacak rubiknya dan kemudian mencoba balikin lagi. Erno rubik membutuhkan waktu sekitar 1 bulan untuk menyelesaikan rubik yang ia buat sendiri.
Rubik 3x3 terdiri dari 6 warna dan 27 kotak (6 center, 8 corner, 12 edges). Permutasi rubik bisa sampai lebih dari 43 quintillion. Metode paling terkenal untuk menyelesaikan rubik 3x3, yaitu CFOP atau Fridrich Method, memiliki setidaknya 78 algoritma. Selain itu ada metode lainnya seperti ZZ method dan Roux Method. Meski setiap pemain rubik umumnya menggunakan metode yang sama dalam menyelesaikan rubik, penggunaan kombinasi algoritma dalam menyelesaikan rubik bisa sangat berbeda antar pemain. Pada akhirnya setiap orang mungkin akan menggunakan cara yang berbeda untuk menyelesaikan rubik.
Menyelesaikan sebuah rubik sebenarnya adalah sebuah proses yang panjang. Ketika bermain rubik, secara konstan kita akan terus memutar dan mengubah pola. Terkadang kita akan membuat putaran yang salah sehingga pola kembali acak dan membutuhkan waktu lebih banyak untuk menyelesaikannya. Terkadang putaran kita tepat membuat keberuntungan sehingga kita bisa skip beberapa step dan menyelesaikan lebih cepat. Namun, hal yang paling penting adalah kita pada akhirnya menyelesaikannya.
Begitu juga dengan hidup
Aku rasa, tanpa aku sadari, aku menjadikan rubik sebagai salah satu fiolososi hidupku.
‘Life is like a Rubik’s Cube, move one thing and another goes.’
Hidup adalah sebuah proses dengan banyak pilihan. Dalam hidup kita bertemu dengan berbagai masalah dan tantangan yang perlu kita selesaikan. Setiap orang memiliki caranya masing-masing untuk menyelesaikan masalah dan tantangan tersebut. Tidak apa-apa jika kita mempunyai cara yang berbeda dengan orang lain.
Setiap pilihan yang kita ambil memiliki konsekuensinya masing-masing. Terkadang kita memilih pilihan yang tepat dan terkadang kita memilih pilihan yang kurang tepat. Pilihan yang kurang tepat mungkin menyebabkan hidup kita menjadi berantakan, tetapi akan selalu ada cara untuk memperbaikinya. Kita hanya perlu terus mencoba hingga pada akhirnya kita menemukan dan berjalan di jalan yang tepat.
Ketika belajar bermain rubik, kita pasti akan membuat kesalahan. Kesalahan itu akan membuat rubik kembali berantakan. Kita kemudian akan mengulang lagi dari awal, berusaha untuk belajar agar tidak membuat kesalahan yang sama. Banyak orang yang tidak sabar akan proses ini karena rasa takut untuk membuat kesalahan.
Begitu juga dengan hidup
Terkadang kita harus 'mengacak' hidup kita sesekali, berusaha untuk keluar dari zona nyaman dan memberanikan diri untuk mengambil keputusan. Kalo kata terapisku, hal-hal akan menjadi lebih baik setelah menjadi lebih buruk.
Hal yang paling dibutuhkan untuk menyelesaikan rubik adalah kesabaran dan keinginan untuk belajar.
Hal yang paling dibutuhkan untuk menjalani hidup ini adalah kesabaran dan keinginan untuk belajar.
Terakhir, mencomot quotes dari seseorang
“Life is like a rubik’s cube. Sometimes you got to mess it up to make it better.”
Tumblr media
1 note · View note
fiyafy · 2 years
Text
Tentacles and Anchors
Bulan ini aku menamatkan beberapa buku, salah satunya adalah buku karya Ned Vizzini yang berjudul It's Kind of Funny Story. Buku yang cukup menarik dan menghibur. Buku ini menceritakan seorang remaja suicidal bernama Craig yang menjalani rawat inap di bangsal psikiatri. Kemudian ia belajar untuk lebih mengenal dirinya sendiri, berinteraksi dengan berbagai macam orang, dan pada akhirnya menemukan cara agar dia dapat membuat hidupnya lebih bermakna.
Salah satu hal yang menarik dari buku ini adalah bagaimana Craig membagi hal-hal yang ada di dalam hidupnya ke dalam suatu kelompok. Sepanjang novel, Craig membagi kondisi mentalnya dalam dua kelompok besar yang disebut sebagai "Tentacles" dan "Anchors".
Dalam buku, Craig mendefinisikan tentacles sebagai
“the evil tasks that invade my life”
Tentacles adalah kata yang digunakan oleh Craig untuk menggambarkan hal-hal dalam hidupnya yang tampak menahannya dan memicu stres. Contoh yang paling umum adalah tugas dan ujian sekolah yang sangat sulit. Meski bersekolah di tempat yang bergengsi, Craig merasa tertinggal dibandingkan teman-temannya untuk tugas dan ujian sehingga menimbulkan perasaan negatif dan stres.
Sedangkan anchors didefinisikan sebagai
“things that occupy my mind and make me feel good temporarily”
Craig menggunakan kata anchor untuk menggambarkan hal-hal dalam hidupnya yang menjadi sumber stabilitas dan reassurance. Anchors menjadi suatu hal yang apabila ia lakukan akan membuat perasaan dalam dirinya kembali kepada baseline.
Aku pikir penggambaran dan simbol pada novel ini sangat menarik dan mudah untuk dipahami. Buku ini menekankan pentingnya keberadaan anchors dalam hidup seseorang dan mendorong pembacanya untuk dapat menemukan "anchors" dalam hidup mereka - dan mendorongku untuk membuat atau menemukan anchors dalam hidupku.
Anchors dapat berbentuk seperti hobi, keinginan, harapan, mimpi, bahkan "seseorang". Meski demikian, dalam buku, terapis Craig mengatakan bahwa
"People dont make good anchors. Relationship can change"
Aku rasa buku ini ingin menekankan bahwa keinginan untuk memaknai hidup ini sangatlah penting berasal dari diri kita sendiri. Sekilas, anchors terdengar seperti "hal menyenangkan yang kita lakukan", tetapi jika dimaknai lebih dalam anchors juga memiliki arti sebagai hal-hal yang membuat kita merasa ingin terus hidup.
Sejujurnya, membaca bagian itu membuatku terdiam sesaat. Membaca buku ini membuatku berpikir bagaimana aku banyak menjadikan orang lain sebagai anchors selama 2 tahun terakhir ini. Sekarang, setelah menyelesaikan pendidikan, aku berpisah dengan teman dan orang terdekatku. Aku pikir ada banyak perasaan negatif setelah itu dan aku tidak bisa dengan mudah kembali ke baseline karena aku tidak bertemu dengan mereka.
Kemudian aku mulai kembali mencari dan melakukan hal-hal yang aku sukai dulu, seperti bermain rubik dan menulis. Bermain rubik dan menulis membuatku teringat kembali betapa menyenangkannya dan bahagianya aku. Aku rasa aku akan menjadi kedua hal tersebut sebagai anchors-ku.
Bagaimana dengan anchors-mu?
Tumblr media
1 note · View note
fiyafy · 2 years
Text
Aku dan Ulang Tahun
Tanggal 24 Oktober adalah hari aku lahir. Ada satu hal yang baru saja aku sadari berubah dalam hidupku mengenai tanggal tersebut
Aku berhenti membencinya
Yap, hampir selama 10 tahun aku sangat membenci ulang tahunku sendiri. Bagiku adanya hari ulang tahun lebih banyak membawa perasaan negatif dibandingkan positif. Awalnya aku berpikir bahwa itu hanya dialami oleh diriku dan segelintir orang saja. Namun ternyata ini adalah salah satu fenomena yang cukup banyak ditemui. Bahkan ia memiliki namanya sendiri (membuatku terkejut karena ada orang yang tertarik untuk mempelajarinya), yaitu “Birthday Blues” atau “Birthday Depression”
Berdasarkan urban dictionary
“Birthday Blues” or “birthday depression” is a general sadness or feeling down by a person on or around his or her birthday.
Umumnya kondisi ini terjadi pada orang lanjut usia yang menghabiskan momen waktu ulang tahun mereka sendiri. Sebuah studi menemukan bahwa tingkat kematian yang disebabkan oleh diri sendiri meningkat dalam 30 hari sebelum atau sesudah ulang tahun -which means some people kill themselves around their birthday (and I also have such thoughts, although I haven't managed to do it yet).
Aku pikir hal yang membuatku memiliki perasaan negatif ketika mendekati ulang tahunku adalah karena aku sendiri tidak menyukai "keberadaan diriku sendiri". Hari ulang tahun adalah hari dimana seseorang lahir dan ketika seseorang lahir beberapa orang akan merasa bahagia dengan hal itu (meski beberapa juga mungkin tidak). Mereka yang bahagia akan mengingat hari tersebut dan bersuka cita setiap hari itu datang. Mereka akan mengingat keberadaanmu.
Dan..
Aku saat itu berpikir bahwa aku tidak ingin diingat siapapun. Tidak ada yang perlu dirayakan tentang keberadaanku. Aku bukan siapa-siapa. Keberadaanku hanyalah membuat dunia sedih dan berantakan.
Aku sadar betapa anehnya pikiran itu, tapi mereka terus berputar di otakku. Hal itu membuatku selalu merasa berantakan setiap mendekati ulang tahun dan selalu merencanakan untuk menyakiti diriku sendiri di hari itu.
Namun, hal yang lebih aneh adalah aku berhenti untuk memikirkannya 2 tahun terakhir ini. Pikiran itu selalu menghantuiku selama 10 tahun dan sekarang dia berhenti. Aku membiarkan orang lain untuk memberikan ucapan selamat kepadaku. Aku menerima hadiah orang lain. Aku merayakannya bersama teman-temanku. Dan ternyata tidak terjadi apa-apa, aku bisa tersenyum dan tertawa ketika hari itu.
I guess birthdays aren't that bad
1 note · View note
fiyafy · 2 years
Text
Menulis Kembali
Setelah sekian lama aku menghapus akun tumblr dan berhenti menulis, aku kembali lagi dengan akun yang baru.
Selama 3 tahun terakhir ini ada banyak sekali hal yang terjadi. Perasaan dan pikiranku yang kacau membuatku berhenti menulis. Perasaan dan pikiranku yang kacau itu membuat semua tulisanku berisikan hal yang negatif.
"Aku tidak boleh menuliskan hal yang buruk.
Aku harus terlihat baik"
pikirku.
Kabar baiknya, selama 2 tahun ini aku menjalani terapi. Meski tidak menulis, aku memiliki 'tempat' untuk aku kabur dan mengekspresikan apa yang berputar di kepalaku. Aku memiliki seseorang yang mau mendengarkanku. Setelah aku pikir, ternyata itu adalah sesuatu yang menyenangkan untukku.
Aku yang sebelumnya menulis untuk orang lain. Kemudian, aku banyak menulis tentang diriku, apa yang saat itu aku pikirkan. Berbagai hal random yang aku temui ketika membaca buku dan film. Aku menuliskan itu kepada seseorang yang aku kenal di dunia nyata dan dia mau membahas hal itu bersamaku. Itu semua membuat kondisiku menjadi baik dari yang sebelumnya.
Karena itu, aku rasa aku ingin mengubah tujuanku menulis. Aku ingin memulai kembali menulis untuk diriku sendiri, bukan karena untuk menjadi terlihat baik dan bukan untuk orang lain.
2 notes · View notes