Tumgik
ooouterspace · 3 years
Text
KUCING
Kamu menemukan mobil putih milik Rajen diantara mobil yang berderet rapi di parkiran fakultas. Kamu mengintip sejenak ke dalam mobil namun tak mendapati sang pemiliknya. Matamu beralih memandang sekitar, sedikit berjinjit untuk melampaui tinggi mobil. Namun tetap tak mendapati keberadaan kekasihmu tersebut.
"Katanya udah di parkiran?" Gumammu sendiri.
"Meow."
Atensimu beralih pada kucing berwarna hitam putih yang tengah berbaring di rerumputan belakang mobil Rajen. Kamu meraba sakumu mencari sesuatu, sebelum berjongkok menghadap kucing tersebut.
"Lo belum beruntung cing, makanan terakhir tadi gue kasih ke kucing oren di kantin fakultas. Kalau lo mau, lo minta aja ke si oren." ucapmu mulai bermonolog dengan sang kucing.
Rajen memelankan langkah kakinya ketika mendengar suaramu. Ia berjalan ke arah belakang mobilnya dan mendapatimu sedang berjongkok di sisi belakang mobil yang berlawanan dengan posisi Rajen berdiri.
"Gue numpang cerita sekalian deh ya, mumpung si Rajen belum dateng. Tapi lo kudu diem, jangan lo cepuin ke Rajen kalau dia dateng nanti." Ucapmu dengan nada berbisik.
Rajen memundurkan posisinya, memilih bersandar pada mobilnya. Mengamatimu yang asyik bercengkerama dengan sang kucing dan tak menyadari kedatangan Rajen.
"Tau gak sih, akhir-akhir ini tuh Rajen sibuk banget. Gue udah jarang pulang-pergi bareng Rajen. Udah jarang makan bareng Rajen. Ih padahal gue kangen banget ngobrol lama sama Rajen. Kangen stay di apartemen dia sambil ngomongin banyak hal."
Rajen melihatmu melipat kedua lenganmu yang bertumpu pada kedua lututmu. Kamu menopangkan dagumu, dan hal itu juga tak luput dari perhatian kekasihmu itu.
"Gue tuh mau banget ngomongin ini ke Rajen. Tapi gue gak tega. Dia udah sibuk banget, masa gue pacarnya juga rewel. Nambahin beban Rajen aja kan ya?"
Kamu merubah posisi tangan kananmu, beralih mengusap lembut kepala kucing dihadapanmu. Membuat mata hewan mungil itu terpejam, menikmati usapanmu.
"Tapi hari ini gue seneng sih, soalnya bisa ketemu Rajen. Ya walaupun cuma dianterin pulang aja sih. Semoga dapet bonus makan bareng deh biar lamaan dikit.
Apa gue pindah kos agak jauh aja ya dari kampus, biar kalau dianterin Rajen bisa lamaan." Kamu masih asyik bergumam dan tersenyum sendiri. Rajen pun turut tersenyum mendengar ucapanmu.
Tidak ada monologmu lagi. Kamu hanya terus mengusap sang kucing hingga beberapa menit berlalu. Rajen pun hanya memandangi sebelum beranjak mendekatimu. Rajen berjongkok berhadapan denganmu, membuatmu beralih atensi dari kucing menjadi wajah tampan kekasihmu.
Tumblr media
"Cing, pacar gue ganteng banget." Gumammu pelan, namun cukup sampai ke telinga Rajen, hingga membuatnya terkekeh pelan dan mengusap puncak kepalamu dengan gemas.
"Ayo pulang."
Rajen berdiri terlebih dahulu. Ia mengulurkan tangannya kepadamu. Kamu hendak menerima uluran tangannya sebelum beralih merogoh saku celananya.
"Bentar, habis pegang kucing." Ucapmu sembari menggunakan handsanitizer.
Kamu tersenyum menerima uluran tangan Rajen. Rajen membawamu ke dalam pelukannya tepat saat kamu berdiri.
"Rajen, kita masih di parkiran loh. Malu." Ucapmu disela pelukan Rajen.
"Kalau lagi gak di parkiran, berarti gak malu ya?" goda Rajen.
"Hee gak gitu." Ucapmu sembari melepaskan pelukan Rajen. Takut Rajen dapat mendengar detak jantungmu yang menggila.
Rajen tersenyum manis sembari kembali mengusap puncak kepalamu dengan gemas.
"Kamu ada acara habis ini?"
Kamu menggelengkan kepala sebagai jawaban untuk pertanyaan Rajen.
"Temenin aku review proposal acara ya di apart. Aku juga lagi pengen makan spageti buatan kamu. Tapi di apart gak ada bahan, jadi mampir apartemen sekalian ya? Vitaminku juga udah habis kayaknya."
Matamu berbinar saat telingamu mendengar ucapan Rajen. Dengan antusias, kamu mengangguk dan bersemangat memasuki mobil Rajen.
"Masih dikunci." Ucapmu malu.
Rajen tertawa ringan. Ia berjalan mendekatimu sembari menekan tombol untuk membuka kunci mobilnya. Kamu membuka pintu tepat setelah mendengar alarm mobil Rajen berbunyi. Rajen mengulurkan tangannya disisi atas pintu, menjaga agar kepalamu tidak terantuk.
Rajen menahan pintu dan mencondongkan tubuhnya untuk memandangimu yang penuh semangat.
"Sayang." Panggil Rajen lembut.
"Hm?"
"You are doing great. I love you."
Rajen mencium bibirmu dengan cepat. Ia tersenyum melihat ekspresi kaget di wajahmu, sebelum menutup pintu dan memutar ke arah sisi kemudi.
Sepanjang jalan, kamu hanya menutup wajahmu yang memerah karena Rajen tak berhenti menggodamu tentang obrolan kecilmu dengan sang kucing.
©ooouterspace
0 notes
ooouterspace · 3 years
Text
Upgrade New Life
Tumblr media
Satu hari dalam seminggu yang amat kamu sukai adalah hari Jum'at di minggu terakhir dalam satu bulan. Alasan utama jelas karena rekening yang menggendut setelah bergelut selama sebulan. Alasan lainnya karena ini adalah jadwal me time kamu. Iya, its time to give rewards for yourself.
Seperti saat ini, kamu sedang berjalan dengan santai sembari menikmati satu cup es krim rasa choco mint kesukaanmu. Berjalan ke sembarang arah, membiarkan kakimu melangkah sesuka hati tanpa tujuan pasti. Sementara mata kamu menyapa toko-toko dan lalu lalang orang disekitarmu.
Kakimu akan berhenti dengan sendirinya ketika mata cantikmu menemukan sesuatu yang menarik. Sekarang aja kamu sedang berhenti sembari membiarkan stik es krim menggantung dibibirmu. Sementara matamu sibuk menatap deretan buku best seller di etalase.
"Cantik?"
Kamu menoleh, sedikit kaget namun berhasil mengontrol ekspresimu dengan baik. Sembari menarik stik dari bibirmu, kamu melemparkan senyum.
"Halo Kak Renjun."
"Lo lagi me time?"
"Eh..iya kak," ucapmu seraya menampilkan senyum lebarmu. Sedikit salah tingkah karena mantan kekasihmu masih ingat dengan kebiasaanmu. "Kak Renjun sama siapa?"
Sejujurnya kamu masih bingung. Dari sekian banyak mall dan kenalan, kenapa Renjun harus datang ke mall ini, dan kenapa harus kamu yang bertemu dengannya. Kenapa bukan kenalannya yang lain. Kamu mau bilang jodoh kali ya, tapi kelihatan banget kalau belum move on-nya. Kesal gak? Enggaklah, kan seneng.
"Gue ke sini sama Mama, ada acara reuni di convention hall."
"Ah reuni toh," responmu sembari mengangguk paham.
"Gue boleh ganggu me time lo?"
"Eh? Gimana kak?"
"Tadinya gue mau jalan-jalan sendiri sampai Mama selesai acara, tapi kayaknya gabut banget karena gue gak biasa jalan sendiri. Jadi, gue boleh jalan sama lo aja? Biar ada temen ngobrol."
Tebak aja siapa yang udah mulai ketar-ketir takut pertahanannya runtuh. Yak betul, kamu. Udah was-was banget karena ini benar-benar diluar rencanamu. Kamu sungguh tidak menyiapkan perlindungan untuk hatimu, kamu lupa mengantisipasi bahwa kamu bisa bertemu mantan—masih sayang—mu itu kapan saja dan dimana saja.
"Oh, ya boleh kak, kenapa enggak?" responmu kemudian.
Good job, kamu! Selamat datang kembali dalam edisi gagal move on.
"Lo gak keberatan kan?" tanya Renjun ingin memastikan sekali lagi.
Kamu mengangguk sebelum kembali menikmati sisa es krim yang hampir habis di tanganmu.
"Tapi lo yang nuntun arahnya ya kak? Gue terbiasa jalan seenaknya kalau sendirian hehe."
Renjun tersenyum ketika menyetujui ucapanmu, dan itu berhasil membuatmu terpana barang sejenak. Senyumnya masih manis dan menghangatkan. Kamu pun mulai berjalan beriringan bersama Renjun. Memulai tur berdua kalian.
"Kerjaan kamu gimana sekarang? Lancar?"
Renjun membuka sesi obrolan kalian. Kamu jadi terbawa ke masa lalu, dimana Renjun selalu menyempatkan diri untuk bertanya bagaimana keseharianmu.
"Ya gitulah kak, masih banyak dan ribet. Mau resign tapi males banget kalau harus jadi pengangguran. Sementara guenya masih males buat ngelamar ke tempat lain. Mau upgrade new life tapi guenya effortless." jawabmu sembari tertawa ringan tanpa beban.
Renjun menatapmu dan tersenyum mendengar ucapanmu.
"Tapi lo hebat selalu bisa bertahan dengan kondisi kayak gitu. Walaupun lo gak suka dan gak nyaman, tapi lo give so much effort for your work. Tahan banting banget."
"Ya gimana ya Kak, tujuh anak bujang gue perlu dinafkahi sih. Apalagi jajan es krim choco mint juga gak bisa barter pakai daun kemangi."
Kamu membuang cup es krimmu pada tempat sampah yang kamu lewati. Merasa lengket kamu berniat mengambil tisu basah yang ada di dalam totebagmu.
"Pasti daun kemangi depan kos lo makin banyak ya?"
Renjun bertanya sembari memperhatikanmu yang kesulitan mengeluarkan tisu basah dari tempatnya. Tangannya terulur mengambil alih tisu basah dan mengeluarkan selembar tisu sebelum mengembalikannya dalam tasmu.
"Ada kali sepuluh buah yang ditanem di taman depan sama Bu Nanik."
Bukannya memberikan tisunya padamu, Renjun malah meraih tangan kananmu. Membersihkannya dengan telaten dan bergantian dengan tangan kirimu. Membuatmu cukup terkejut dengan perlakuannya yang tiba-tiba.
"Kak, gue bisa sendiri lo?" ucapmu ketika sudah berhasil mengontrol perasaanmu.
Renjun mengabaikanmu dengan berjalan menuju tempat sampah untuk membuang tisu.
"Temenin gue makan ya? Gue belum makan soalnya."
"Hah? Kapan lo terakhir makan kak?" tanyamu sedikit panik.
"Pagi doang kayaknya," jawab Renjun sembari mencoba mengingat lagi.
"Astaga, ngaco banget manusia ini."
Kamu refleks menggandeng tangan Renjun, membawanya menuju foodcourt di lantai enam. Sepanjang jalan, Renjun tersenyum dengan tingkahmu. Sementara kamu panik dan tidak sadar dengan tingkahmu sendiri.
"Gue beli hokben ya kak? Nasinya kan gak kasar, gue pesenin sup juga, oke? Iya oke aja. Tunggu sini, jangan kemana-mana."
Belum sempat Renjun menjawab, kamu sudah berlalu meninggalkan Renjun duduk sendiri. Secepatnya kamu kembali dengan satu nampan berisi menu kesukaan Renjun ditambah dengan semangkuk sup yang masih mengepulkan asap.
"Minum ini dulu."
Kamu menyerahkan sebutir obat maag dan sebotol air mineral. Kebiasaan lama yang masih terbawa sampai saat ini, menyimpan stok obat maag kemanapun kamu pergi. Renjun tersenyum manis sebelum melakukan apa yang kamu pinta.
"Lo gak makan?" tanya Renjun.
"Gue udah kak, ayo lo makan dulu kak. Dikit aja biar gak mual."
Kamu menyerahkan sumpit yang sudah kamu buka kemasannya. Renjun menerimanya dan membalasnya dengan mengarahkan sesumpit nasi pada mulut kamu.
"Kak, gue udah makan?" ucapmu masih panik karena Renjun tak kunjung menyantap makanannya.
"Buka mulut lo atau gue gak mau makan?" Ancam Renjun.
Mau tak mau kamu pun membuka mulutmu, mengalah agar mantan kekasihmu itu lekas menyuapkan makanannya pada dirinya sendiri. Renjun tersenyum karena kamu menuruti keinginannya. Bergantian Renjun menyuapkan makanan pada dirinya dan kamu hingga tandas tak bersisa.
"Lo bawa motor?" tanya Renjun ketika menyelesaikan makan malamnya.
"Bawa kak."
Renjun hanya mengangguk sebelum ponselnya mendapat panggilan masuk dari sang mama.
"Gue angkat telepon dari Mama dulu ya?"
Kamu hanya merespon dengan anggukan sebelum Renjun beranjak, berdiri tidak jauh dari tempatnya.
"Mama gue udah selesai, ketemu mama gue dulu gak apa? Mama pengen ketemu sama lo." ucap Renjun usai bertelepon.
Kamu terlihat ragu. Menimbang sejenak sebelum menyetujui ajakan Renjun. Sembari berjalan menuju tempat Mama Renjun, kamu mulai menyadari dan merutuki apa sempat kamu lakukan pada Renjun tadi.
"Kak, sorry ya tadi gue gak sopan gandeng tangan lo dan nyuruh makan seenaknya. Gue agak panik." ucapmu sedikit malu dan juga takut.
Renjun tertawa pelan mendengar ucapanmu. Tidak ada respon lain sampai akhirnya Renjun melihat posisi sang Mama yang sedang berbincang dengan beberapa temannya.
"Lo mau upgrade new life kan?" tanya Renjun tiba-tiba.
"Hah?" Kamu merasa bingung ditanya seperti itu. "Ya iya kak?"
Renjun tak menjawab lagi, hanya tersenyum sembari menggandeng tanganmu mendekati sang mama.
"Ma."
"Nah ini Renjun anakku, Dir." Ujar sang mama memperkenalkan Renjun pada temannya. "Kalau yang ini Cantik, calon istri Renjun."
Tebak siapa yang gak kaget dikenalkan sebagai calon menantu tanpa aba-aba. Kamulah, jelas-jelas Mama Renjun merangkul bahumu.
"Pantesan ya Ren, kamu gak mau dikenalin sama anak perempuan tante. Udah punya pasangan secantik ini ternyata."
Kamu hanya tersenyum, antara menahan ekspresi kebingungan dan tersipu secara bersamaan. Belum sepenuhnya paham dengan situasi yang mendadak ini. Renjun tersenyum manis sembari merangkul pinggangmu.
"Iya, Tan. Maaf ya, Renjun-nya udah naksir banget sama yang satu ini jadi gak mau sama yang lain."
Udah tak terdeskripsi lagi bagaimana kacaunya hatimu. Senang iya, bingung iya, takut juga iya. Mantan yang satu ini bikin nano-nano banget.
"Congrats for your upgrade new life as my soon to be wife. Aku gak ngajak balikan ya, aku cuma ngajak ke pelaminan," bisik Renjun lembut.
Pecah sudah pertahananmu, selamat datang move on versi soon to be janur kuning melengkung.
©ooouterspace
2 notes · View notes